MAHKAMAH AGUNG
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
Nama :
1. MERI NELVIA
2. MIRA AMELIA
3. NELVA JUITA
4. JILNA HAIDA
5. NURSAKINAH
Semester : IV
Jurusan : Al Ahwal Al - Syahsyyah
Dosen Pembimbing
HENDRA YANI, SHI
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengerian MA..................................................................................3
B. Kedudukan MA................................................................................3
C. Wewenang MA dan Fungsi MA.......................................................4
D. Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Agung ...........................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketentuan yang menunjuk kearah badan Kehakiman yang tertinggi adalah
pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.Eksistensi Mahkamah Agung
ditetapkan setelah diundangkannya Undang-Undang No. 7 tahun 1947
tentang susunan kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaaan Agung yang
mulai berlaku pada tanggal 3 Maret 1947.Undang-Undang No. 7 tahun 1947
kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam
pasal 50 ayat 1 menyebutkan Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan
tertinggi. Undang-Undng No. 14 tahun 1970 tentang "Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman" tanggal 17 Desember 1970, antara lain dalam
pasal 10 ayat (2) disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah Pengadilan
Negara tertinggi dalam arti Mahkamah Agung sebagai badan pengadilan
kasasi (terakhir) bagi putusan-putusan yang berasal dari Pengadilan-
pengadilan lain yaitu yang meliputi keempat lingkungan peradilan yang
masing-masing terdiri dari:
1. Peradilan Umum;
2. Pemdilan Agama;
3. Peradilan Militer;
4. Peadilan Tata Usaha Negara.
Pembentukan Mahkamah Agung (MA) pada pokoknya memang
diperlukan karena bangsa kita telah melakukan perubahan-perubahan yang
mendasar atas dasar undang-undang dasar 1945. Dalam rangka perubahan
pertama sampai dengan perubahan keempat UUD 1945. Bangsa itu telah
mengadopsi prinsip-prinsip baru dalam system ketenegaraan, yaitu antara lain
dengan adanya system prinsip Pemisahan kekuasaan dan cheeks and
balance sebagai pengganti system supremasi parlemen yang berlaku
sebelumnya.
Sebagai akibat perubahan tersebut, maka perlu diadakan mekanisme untuk
memutuskan sengketa kewenangan yang mungkin terjadi antara lembaga-
lembaga yang mempunyai kedudukan yang satu sama lain bersifat sederajat,
yang kewenanganya ditentukan dalam Undang-Undang Dasar. Maka dari itu
MA di bentuk agar (the supreme law of the land ) benar-benar dijalankan atau
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Mahkamah Agung?
2. Bagaimana Kedudukan Mahkamah Agung?
3. Jelaskan Wewenang dan Fungsi Mahkamah Agung?
4. Jelaskan Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Agung?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Mahkamah Agung.
2. Mengetahui Kedudukan Mahkamah Agung.
3. Mengetahui Wewenang dan Fungsi Mahkamah Agung.
4. Mengetahui Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Agung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahkamah Agung
Mahkamah agung adalah lembaga tertinggi dalam system ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah agung membawahi badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara.
Saat ini lembaga Mahkamah Agung berdasarkan pada UU. No. 48 Tahun
2009 tentang kekuasaan kehakiman UU ini juga telah mencabut dan
membatalkan berlakunya UU No. 4 tahun 2004. Undang-undang ini di susun
karena UU No.4 Tahun 2004 secara substansi dinilai kurang mengakomodir
masalah kekuasaan kehakiman yang cakupannya cukup luas, selain itu juga
karena adanya judicial review ke Mahkamah Konstitusi atas pasal 34 UU
No.4 Tahun 2004, karena setelah pasal dalam undang-undang yang di-review
tersebut diputus bertentangan dengan UUD, maka saat itu juga pasal dalam
undang-undang tersebut tidak berlaku, sehingga untuk mengisi kekosongan
aturan/hukum, maka perlu segera melakukan perubahan pada undang-undang
dimaksud.1
3. Fungsi Mengatur
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
2 http://alvianocto.blogspot.co.id/2014/01/makalah-mahkamah-
agung.html
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi
kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun
1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana
dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur
Undang-undang.
4. Fungsi Nasehat
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara
lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku
Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal
35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI
Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku
Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam
7
memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat
ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam
rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
(Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung).3
5. Fungsi Administratif
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wewenang Mahkamah Agung sangat banyak,tidak hanya mengadili pada
tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung, kecuali undang-undang menentukan lain,menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang; dan
kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.seperti yang tercantum
pada pasal 20 UU no 48 tahun 2009 ayat 2 tentang Kekuasaan Kehakiman,
tetapi juga meliputi Mahkamah Agung dapat dapat memberi keterangan,
pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan dan terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat
mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat
hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang, Pimpinan
Mahkamah Agung bersama pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat bisa
menjadi saksi pengambilan sumpah Presiden dan Wakil Presiden apabila
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat terdapat
suatu hal yang bersifat memaksa atau keadaan lain yang membuat Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak bisa
menyelenggarakan sidang, Mahkamah Agung bisa memberikan pertimbangan
kepada Presiden dalam hal Pemberian Grasi dan RehabilitasiMahkamah
Agung berhak untuk mengajukan 3 orang Hakim Konstitusi dan Pengawasan
tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam menyelenggarakan
kekuasaan kehakiman.
19
B. Saran
18
Mengenai Perekrutan Hakim Agung, perlu diatur bahwa seluruh hakim
baik hakim agung maupun hakim konstitusi, pengusulannya harus diusulkan
oleh KY. Dengan demikian seluruh hakim akan diawasi oleh pengawas
eksternal yaitu KY. MA maupun MK tidak perlu membentuk majelis
kehormatan yang bertugas mengawasi perilaku hakim, yang anggotanya
diambil dari lingkungan hakim itu sendiri. Dengan kata lain, ke depan tugas
mengawasi hakim cukup diserahkan ke KY baik hakim , Hakim Agung
Maupun Hakim Kostitusi. Hasil pengawasan KY direkomendasikan kepada
ketua MA maupun MK untuk ditindaklanjuti. Dewan kehormatan di MA
maupun MK bersifat ad hoc saja, dan mereka ada dan bertindak setelah
rekomendasi KY.
DAFTAR PUSTAKA
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan
Keempat, Jakarta: Pusat Studi Hukum
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/09/mahkamah-agung
http://raha-x.blogspot.com/2011/04/tugas-dan-wewenang-mahkamah-agung.html