SEJARAH INDONESIA
KELAS XII
BAB I
ISTEM DAN STRUKTUR POLITIK EKONOMI
INDONESIA MASA ORDE BARU (1966-1998)
OLEH
NURLAELA,
S.Pd
MASA TRANSISI 1966 - 1967
1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan Kabinet dari unsur – unsur G 30 S PKI
3. Penurunan harga / perbaikan ekonomi
Bukannya melaksanakan tritura, presiden mengganti kabinet dwikora menjadi 100
menteri.
Saat pelantikan cabinet 100 menteri, para pemuda memenuhi jalan menuju Istana
Merdeka.
Aksi pemenuhang jalan tersebut dihadang oleh pasukan Cakrabirawa dan inilah awal dari
kerusuhan yang terjadi antara para pemuda dan pasukan Cakrabirawa.
Terjadi bentrok antara mahasiswa dan pasukan Cakrabirawa yang menghasilkan korban
seorang mahasiswa UI ternama Arief Rachman Hakim.hal ini berdampak pada
pembubaran organisasi KAMI pada 25 Februari 1966
Aksi-aksi Tritura
Keputusan pembubaran KAMI ditentang mahasiswa Bandung dan menghasilkan “
Ikrar Keadilan dan Kebenaran ” lalu muncul KAPI.
Aksi-aksi tritura
2. supersemar
11 Maret 1966 tadinya direncanakan oleh Ir. Soekarno untuk mengatasi krisis politik.
Belum lama setelah rapat dimulai, komandan Cakrabirawa memberitahu bahwa diluar istana terdapat
pasukan tanpa ada pengawal, kemudian Soekarno dilarikan ke Bogor dengan helikopter.
AWAL SUPERSEMAR
Yusuf Amir Machmud Basuki Rachmat Soeharto
NB :
keadaan Soeharto yang sedang sakit sebelum menyusul Soekarno ke Bogor.
Soeharto menyampaikan pesan ke Soekarno bahwa Soeharto tetap pada kesanggupannya.
Beliau akan mengerti (latar belakang ucapan Soeharto : 2 Oktober 1965 setelah G 30 S PKI terjadi selisih pendapat
antara Soekarno dan Soeharto.
Soehartopergolakan rakyat mereda jika keadilan, aman terpenuhi & PKI dibubarkan.
Soekarno pembubaran PKI bertentangan dengan doktrin Nasakom yang sudah dicanangkan ke seluruh dunia
Di istana Bogor, Soekarno bersama Dr. Subandrio, Dr. J Leimena dan Dr. Chaerul mengadakan pembicaraan
yang menghasilkan surat perintah ke Soeharto yang akhirnya dikenal sebagai :
“ SURAT PERINTAH 11 MARET ”
LANJUTAN…
LATAR BELAKANG
SUPERSEMAR
1. Situasi negara secara umum dalam keadaan kacau dan genting
Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan nasional yang mengarah pada dualisme
kepemimpinan
Presiden Soekarno masih menjabat presiden, namun pamornya telah kian merosot.
Soekarno dianggap tidak aspiratif terhadap tuntutan masyarakat yang mendesak agar PKI dibubarkan
Sementara itu Soeharto setelah mendapat Surat Perintah Sebelas Maret dari Presiden Soekarno dan
sehari sesudahnya membubarkan PKI, namanya semakin populer
Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto sebagai pengemban Supersemar,
diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet, yang diberi nama Kabinet Ampera.
Meskipun Soekarno masih memimpin sebagai pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinan dan
tugas harian dipegang oleh Soeharto.
Kondisi ini berakibat pada munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”, yaitu Soekarno sebagai
pimpinan pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai pelaksana pemerintahan.
Presiden Soekarno sudah tidak banyak melakukan tindakan-tindakan pemerintahan, sedangkan
sebaliknya Letjen Soeharto banyak menjalankan tugas-tugas harian pemerintahan.
Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” akhirnya menimbulkan pertentangan politik dalam
masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto.
Dalam Sidang MPRS yang digelar sejak akhir bulan Juni sampai awal Juli 1966 memutuskan
menjadikan Supersemar sebagai Ketetapan (Tap) MPRS. Dengan dijadikannya Supersemar sebagai
Tap MPRS secara hukum Supersemar tidak lagi bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Presiden
Soekarno.