Anda di halaman 1dari 26

PENYELESAIAN SENGKETA

KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA

HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI


1.Zaskia Allika D.P (C.100.140.005)
2.Nur Fadhilah (C.100.140.028)
3.Anindya Sasmita (C.100.140.039)
4.Novita Wardhani (C.100.140.048)
5.Nur Kharima Maimuna (C.100.140.056)
6.Kumaratih H (C.100.140.060)
PEMBAHASAN
a. Apa yang dimaksud dengan sengketa lembaga negara?
b. Siapa saja para pihak yang berperkara dalam Penyelesaian
Sengketa Lembaga Negara?
c. Bagaimana proses beracara dan isi putusan dalam
Penyelesaian Sengketa Lembaga Negara?
SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA

• Pasal 61 sampai dengan Pasal 67 UU MK


• Pasal 1 butir 7 PMK No. 08/PMK/2006 Tentang
pedoman beracara dalam sengketa kewenangan
konstutisional lembaga negara adalah Perselisihan
atau perbedaan pendapat yang berkaitan dengan
pelaksanaan kewenangan antara dua atau lebih
lembaga negara
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG MEMPEROLEH
KEWENANGANNYA DARI UUD 1945 ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM
BIDANG HUKUM TATA NEGARA SEBAGAI AKIBAT SATU LEMBAGA NEGARA
MENJALANKAN KEWENANGAN YANG DIBERIKAN UUD 1945 PADANYA, TELAH
MENGHILANGKAN, MERUGIKAN ATAU MENGGANGGU KEWENANGAN LEMBAGA
NEGARA LAINNYA

Sengketa (dispute) itu dapat terjadi karena digunakannya kewenangan


lembaga negara yang diperolehnya dari UUD 1945, dan kemudian dengan
penggunaan kewenangan tersebut terjadi kerugian kewenangan
konstitusional lembaga negara lain
LEGAL STANDING PEMOHON SENGKETA
KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA
PASAL 61 (1) UU MK
Pemohon adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang
dipersengketakan Perorangan warga negara Indonesia

• Pemohon dan Termohon harus merupakan lembaga negara yang


kewenangannya diberikan oleh UUD 1945
• Ada kewenangan konstitusional yang dipersengketakan dimana
kewenangan Pemohon diambil/dikurangi oleh tindakan Termohon
• Pemohon harus memiliki kepentingan langsung dengan kewenangan yang
dipersengketakan
LEGAL STANDING PEMOHON SENGKETA
KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA
Pasal 2 PMK 08/2006
(1) Lembaga negara yang dapat menjadi pemohon atau termohon dalam
perkara sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara adalah:
▫ Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
▫ Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
▫ Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
▫ Presiden;
▫ Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
▫ Pemerintahan Daerah (Pemda); atau
▫ Lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan UUD 1945.
(2) Kewenangan yang dipersengketakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah kewenangan yang diberikan atau ditentukan oleh UUD 1945
Putusan Mahkamah Konstitusi yang kemudian diadopsi sebagai syarat legal
standing dalam Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 08/PMK/2006,
menetapkan tiga syarat untuk legal standing tersebut yaitu:

• Pemohon adalah lembaga negara yang menganggap kewenangan


konstitusionalnya diambil, dikurangi, dihalangi, diabaikan,
dan/atau dirugikan oleh lembaga negara yang lain
• Pemohon harus mempunyai kepentingan langsung terhadap
kewenangan yang dipersengketakan
• Termohon adalah lembaga negara yang dianggap telah mengambil,
mengurangi, menghalangi, mengabaikan, dan/atau merugikan
pemohon
Mahkamah Agung Lembaga Negara
Sebagai Pihak SKLN
• Pasal 65 UU MK : “MA (dan MK) tidak dapat menjadi
pihak dalam SKLN” -- Pasal ini sudah dihapus dalam UU
No. 8 Th. 2011
• Pasal 2 ayat (3) PMK 08/2006 : “MA tidak dapat menjadi
pihak, baik sebagai Pemohon ataupun Termohon dalam
sengketa kewenangan teknis peradilan
• Pendirian ini lahir dari permohonan uji materi yang
diajukan 31 Hakim Agung, yg substansi sesungguhnya
dianggap sengketa kewenangan lembaga negara
TITIK SINGGUNG MK-PTUN
• SATU KEPUTUSAN (BESCHIKKING) SEBAGAI HASIL
PELAKSANAAN SATU WEWENANG MENURUT UUD 1945,
MENYEBABKAN ADA TITIK SINGGUNG KEWENANGAN
MK DAN PTUN, KRN SATU KEPUTUSAN TUN YANG
INDIVIDUAL, KONKRIT DAN FINAL DIUJI OLEH PTUN,
TETAPI SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YG
MEMPEROLEH KEWENANGAN DR UUD 1945
MERUPAKAN KEWENANGAN MK;
• AKIBATNYA TERDAPAT PILIHAN FORUM DAN PILIHAN
HUKUM BAGI PEMOHON
LEGAL STANDING - SKLN - JURISPRUDENSI MK
• Putusan MK Nomor 001/SKLN - II/2004
• Putusan MK Nomor 002/SKLN – IV/2006

……Bahwa KPU Kota Depok merupakan KPUD yang kewenangannya


diberikan oleh undang-undang dalam hal ini UU Pemda. Dalam
pemilihan kepala daerah (Pilkada), menurut UU Pemda dan
sebagaimana juga diakui oleh Pemohon, KPUD bukanlah bagian dari
KPU yang dimaksudkan Pasal 22E UUD 1945. Dengan demikian,
meskipun KPUD adalah lembaga negara, namun dalam
penyelenggaraan Pilkada kewenangannya bukanlah kewenangan yang
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945 dan UUMK…………
Putusan MK Nomor 04/SKLN-IV/2006, menyatakan :

”Keseluruhan kewenangan tersebut diatur dalam undang-


undang yang melaksanakan Pasal 18, Pasal 18A dan pasal
18B UUD 1945. Pasal 18 ayat (6) adalah kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang dasar kepada pemerintahan
daerah dan sekaligus juga perintah kepada pembuat
undang-undang agar kewenangan tersebut tidak diabaikan
dalam melaksanakan ketentuan Pasal 18, Pasal 18A dan
Pasal 18B UUD 1945”
KETENTUAN
HUKUM ACARA UMUM

1. PLENO DAN KORUM


2. PIMPINAN PLENO
3. PANEL
4. SIDANG PEMERIKSAAN DAN PENGUCAPAN
PUTUSAN TERBUKA UNTUK UMUM
5. RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM
(RPH) TERTUTUP
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (Pasal 11 (2) PMK
08/2006 )
1.Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan oleh Panel,
sekurangnya 3 orang hakim;
2.Dihadiri oleh Pemohon atau kuasanya;
3.Dalam hal ada permohonan putusan sela,
pemeriksaan pendahuluan dihadiri Termohon;
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

• Sidang Pendahuluan dilakukan dalam sidang Panel


Hakim yang sekurang-kurangnya terdiri atas 3 (tiga)
orang Hakim atau oleh Pleno Hakim yang sekurang-
kurangnya terdiri atas 7 (tujuh) orang Hakim untuk
memeriksa kelengkapan permohonan, kelengkapan
bukti, meminta penjelasan materi permohonan, dan
memberikan nasihat perbaikan. Perbaikan
permohonan diberi waktu paling lama 14 hari.
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
• Pemeriksaan Persidangan dilakukan oleh Pleno
Hakim yg sekurang-kurangnya terdiri atas 7 (tujuh)
orang Hakim atau Panel 3 (tiga) orang Hakim
berdasarkan keputusan RPH.
• Pemeriksaan persidangan dilakukan untuk
mendengarkan materi permohonan, tanggapan
termohon, tanggapan pihak terkait (bila ada),
mendengarkan saksi/ ahli dan memeriksa dan
mengesahkan bukti tambahan
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
• Sebelum MK menjatuhkan putusan, MK dapat
mengeluarkan Putusan Sela (penetapan) yang isinya
memerintahkan pada Pemohon dan/atau Termohon
untuk menghentikan sementara pelaksanaan
kewenangan yang dipersengketakan hingga
dijatuhkan putusan MK
PUTUSAN SELA YG MENGHENTIKAN
SEMENTARA PELAKSANAAN KEWENANGAN YG
DISENGKETAKAN:
Dapat dijatuhkan apabila:
1. Terdapat kepentingan hukum yang mendesak yang
apabila pokok permohonan dikabulkan dapat
menimbulkan akibat hukum yang serius;
2. Kewenangan yang dipersoalkan bukan mengenai
pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
Penarikan Permohonan
Pasal 18 PMK 08/2006
1. Penarikan dapat dilakukan sebelum/selama
pemeriksaan
2. Apabila penarikan yang dilakukan setelah
pemeriksaan, harus lebih dahulu mendengar
keterangan termohon.
3. Permohonan penarikan dapat ditolak dan
pemeriksaan dilanjutkan
Akibat hukum Penarikan
Permohonan(Pasal 19/PMK 08/2006)
Jika ditarik tidak dapat diajukan kembali dengan
permohonan baru, kecuali apabila:
1.Substansi sengketa memerlukan penyelesaian secara
konstitusional
2.Tidak terdapat forum lain untuk menyelesaikan
sengketa dimaksud
3.Ada kepentingan umum yang memerlukan kepastian
hukum
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
  • Putusan Akhir adalah putusan yang mengakhiri sengketa
kewenangan lembaga negara yang diajukan kehadapan
Mahkamah Konstitusi, sebagai putusan tingkat pertama dan
terakhir yang mengikat secara umum
• Putusan Mahkamah atau putusan Pengadilan pada umumnya
didefinisikan ”perbuatan hakim sebagai perjabat yang berwenang
yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dibuat
secara tertulis untuk mengakhiri sengketa yang dihadapkan
kepadanya”
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

• Jika Pemohon atau permohonannya tidak memenuhi


syarat seperti ketentuan Pasal 61, maka
permohonannya dinyatakan tidak dapat diterima
• Jika permohonan tidak beralasan hukum, maka
permohonan dinyatakan ditolak
• Jika permohonan Pemohon beralasan hukum, maka
permohonan dikabulkan
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

• Apabila permohonan dikabulkan, maka dalam


putusan MK menyatakan secara tegas bahwa
Termohon tidak berwenang melaksanakan
kewenangan yang dipersengketakan
• Pelaksanaan putusan yang menyatakan Termohon
tidak berwenang untuk melakukan kewenangan yang
dipersengketakan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak putusan diterima dengan sanksi jika putusan
tersebut tidak dilaksanakan dalam waktu 7 (tujuh)
hari kerja, maka pelaksanaan kewenangan yang
dipersengketakan tersebut batal demi hukum

• Putusan MK mengenai sengketa kewenangan


disampaikan kepada DPR, DPD, dan Presiden
Beberapa Putusan MK tentang SKLN
 SKLN I: Antara anggota DPD melawan Presiden dgn
DPR 14 November 2004: Kewenangan Pemilihan
BPK (068/SKLN-II/2004)
 Ukuran Legal Standing SKLN dalam Putusan SKLN
Bupati Bekasi (004/SKLN-IV/2006)
 MK Menunda Pemilukada Aceh (1/SKLN-X/2012)
 Divestasi Saham Newmont harus persetujuan DPR
(2/SKLN-X/2012)
 KPU berwenang melaksanakan Tahapan Pemilu
Gubernur Papua (3/SKLN-X/2012)
BAGAN PROSES BERACARA
Permohonan Pemerikasaan Penjadwalan
Pemeriksaan
Dan Administrasi dan Panggilan
Pendahuluan
Pengajuan dan Registrasi Sidang

Putusan Sela

Pemeriksaan
Persidangan

Rapat
PUTUSAN Permusyawaratan Pembuktian
Hakim

Penarikan
Kembali
Permohonan

Anda mungkin juga menyukai