Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK:9

Nama Kelompok :
1. Rismiyati (C100142011)
2. Nadiya Ulfa (C100140024)
3. Kiki Tyas N (C100140142)
4. Yesi Rahma W (C100140240)
5. Nastiti Annisa S (C10040290)
Impeachment Presiden Merupakan Kewajiban
Mahkamah Konstitusi
Dalam hal ini, harus diingat bahwa Mahkamah Konstitusi bukanlah
lembaga yang memberhentikan presiden dan atau wakil presiden.
Yang memberhentikan dan kemudian memilih penggantinya
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Mahkamah Konstitusi hanya memutuskan apakah pendapat DPR
yang berisi tuhuhan terbukti benar secara konstitusional atau
tidak. Jika terbukti, Mahkamah Konstitusi akan menyatakan
bahwa pendapat DPR dapat melanjutkan langkahnya untuk
mengajukan usul pemberhentian atas presiden dan atau wakil
presiden.
Namun kewenangan untuk meneruskan tuntutan pemberhentian ke
MPR tetap ada ditangan DPR dan kewenangan untuk
memberhentikan presiden dan atau wakil presiden yang
bersangkutan tetap berada ditangan MPR.
3 Tahapan Impeachment Presiden
1. Tahap di DPR
Tahapan pengusulan yang dilakukan oleh DPR
sebagai salah satu fungsi dari pengawasan DPR
terhadap Presiden dan Wakil Presiden. Jika dalam
proses pengawasan tersebut DPR menemukan atau
berpendapat bahwa Presiden dan Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran hukum atau perbuatan
tercela sudah tidak memenuhi syarat sebagai
Presiden atau Wakil Presiden, maka DPR dapat
mengajukan usulan untuk pemberhentian atau
pencabutan jabatan sebagai Presiden atau Wakil
Presiden.
2. Tahap Melalui Mahkamah Konstitusi
Pada tahap ini Mahkamah Konstitusi harus mendapat pengajuan
yang diajukan oleh DPR yang dimana DPR dalam
mengajukannya sudah memenuhi syarat seperti pada tahap
pertama.
Setelah diajukan ke Mahkamah Konstitusi yang akan memeriksa,
mengadili dan memutus dengan seadil-adilnya dalam waktu 90
(sembilan puluh) hari, Mahkamah Konstitusi dalam hal ini dapat
memutuskan pendapat DPR terbukti atau tidak dalam arti
pengajuan yang diajukan tadi diterima atau ditolak. Apabila
mahkamah konstitusi dalam putusanya menyatakan bahwa
pengajuan yang diajukan oleh DPR terbukti, selanjutnya DPR
mengadakan sidang paripurna utuk meneruskan usulannya dalam
memberhentikan presiden atau wakil presiden kepada MPR.
3. Tahap MPR
MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan
usul DPR tersebut paling lambat dalam waktu 30 hari
sejak MPR menerima usul tersebut. Pemberhentian
terhadap presiden dan wakil presiden dapat diputuskan
melalui rapat paripurna yang dilakukan oleh MPR yang
kuorumnya sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota
yang hadir dan persetujuan untuk pemberhentian
presiden dan wakil presiden harus disetujui sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir. Dan dalam
sidang paripurna tersebut Presiden dan Wakil Presiden
diberikan waktu untuk menyampaikan penjelasannya
terkait tuntutan yang dilakukan.
Para pihak dalam beracara Mahkamah
Konstitusi berkaitan dengan Impeachment
1. Pemohon
Dalam proses ini yang dapat mengajukan permohonan
pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan
mekanisme pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden
adalah DPR sebagai pihak pemohon, maka yang dapat
bertindak dalam persidangan sebagai pemohon terhadap
mahkamah konstitusi tentang pelanggaran yang dilakukan
oleh presiden atau wakil presiden adalah DPR.
2. Presiden atau Wakil Presiden
Pihak termohon dalm hal ini adalah Presiden dan/atau wakil
presiden yang dimana sebagai pihak yang diajukan pendapat.
Alasan permohonan yang diajukan oleh DPR ke
MK yaitu hanya ada dua kelompok
1. Pelanggaran hukum
Alasan yang dilakukan dalam pelanggaran hukum
ditentukan secara limitatif, yaitu pelanggaran hukum
yang dijelaskan dalam pasal 7A UUD 1945, salah
satunya pengkhianatan terhadap negara hal ini
merupakan tindak pidana terhadap keamanan negara
yang dimana dalam KUHP sudah diatur sebagian
besar, selain itu juga terdapat dalam UU Nomor 27
tahun 1999 tentang kejahatan terhadap keamana
negara yang mengubah beberpa ketentuan didalam
KUHP.
2. Tidak memenuhi syarat sebagai presiden dan atau wakil
presiden menurut UUD 1945.

Pasal 1 angka 12 PMK Nomor 21 tahun 2009 menyatakan


bahwa yang dimaksud sudah tidak memenuhi syarat dalam
menjadi presiden dan atau wakil presiden adalah syarat
sebagaimana ditentukan oleh pasal 6 UUD 1945 dan UU
yang terkait, yang meliputi:
a. Warga negara indonesia sejak kelahiranya.
b. Tidak pernah menerima kewaraganegaraan lain karen
kehendak sendiri.
c. Tidak pernah mengkhianati negara.
d. Mampu melaksanakan tugas dan kewajibanya secara
rohani dan jasmani sebagai presiden dan atau wakil presiden.
Permohonan

Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa


Indonesia oleh pemohon atau kuasanya pada MK.
Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya
dalam 12 rangkap.
Di dalam permohonanya tersebut sekurang kurangnya
harus memuat yaitu :
a. Nama dan alamat pemohon
b. Uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan
c. Hal hal yang diminta untuk diputus
Permohonan juga harus disertai dengan alat bukti yang
mendukung.
Yang menjadi dasar permohonan, pemohon wajib
menguraikan secara jelas mengenai dugaan:
1. presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainya,
atau perbuatan tercela; atau
2. presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden
berdasarkan UUD 1945.
Proses persidangan
Persidangan dilakukan oleh pleno hakim MK yang
dihadiri sekurang-kurangnya 7 hakim konstitusi dan
dipimpin oleh ketua MK.
Persidangan ditentukan melalui 6 tahap, yaitu :
a. Tahap I : Sidang Pemeriksaan pendahuluan
Sidang pemeriksaan pendahuluan wajib dihadiri oleh
pimpinan DPR dan kuasa hukumnya. Presiden
dan/atau wakil presiden sebagai termohon berhak
untuk menghadiri sidang pemeriksaan pendahuluan
dan/atau diwakili kuasa hukumnya.
Pemeriksaan pendahuluan dilakukan untuk memeriksa kelengkapan
permohonan dan kejelasan materi pemohon.

b. Tahap II: Tanggapan oleh presiden dan/atau wakil presiden


Presiden dan/atau wakil presiden wajib hadir secara pribadi dan
dapat didampingi oleh kuasa hukumnya untuk menyampaikan
tanggapan terhadap pendapat DPR.

c. Tahap III: Pembuktian oleh DPR


Pembuktian oleh DPR, MK melakukan pemeriksaan terhadap alat-
alat bukti yang diajukan oleh DPR. MK juga dapat memberikan
kesempatan kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden atau kuasa
hukumnya untuk mengajukan pertanyaan atau meneliti alat bukti
yang diajukan DPR.
d. Tahap IV: Pembuktian oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
Sidang di mana Presiden dan/atau wakil presiden mendapatkan hak
memberikan bantahan terhadap alat bukti yang diajukan oleh DPR dan
melakukan pembuktian sebaliknya. Dalam proses ini MK juga
berkesempatan kepada DPR untuk mengajukan pertanyaan, meminta
penjelasan, dan meneliti alat bukti yang diajukan oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
e. Tahap V: Kesimpulan DPR maupun Presiden dan/atau wakil
presiden
Kesimpulan akhir harus dibuat dalam waktu paling lama 14 hari setelah
sidang tahap IV berakhir. Kesimpulan akhir disampaikan secara lisan
dan/atau tertulis dalam sidang tahap kelima.
f. Tahap VI: Pengucapan putusan
Putusan diambil melalui Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) dengan
ketentuan seperti RPH mengambil putusan pada perkara MK yang lain.
SEKIAN

TE R IMAKASI H

Anda mungkin juga menyukai