Anda di halaman 1dari 9

1.

Sebutkan kedudukan badan legislatif di Indonesia dan jelaskan fungsi masing


badan tersebut.
 Lembaga legislatif adalah lembaga negara yang berwenang membuat undang-undang.
Lembaga legislatif terdiri dari:

- Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan undang-undang. tugas MPR, sesuai dengan UU pasal 3
ayat 1, yaitu:

a. Mengubah serta menetapkan UUD


b. Bertugas sebagai pelantik Presiden dan Wakil Presiden.
c. memberhentikan Presiden dan wakilnya pada masa jabatannya sesuai dengan
UUD.

- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR adalah lembaga perwakilan rakyat yang ada di pemerintahan pusat.
Sedangkan lembaga perwakilan rakyat yang ada di pemerintahan daerah disebut
DPRD, meliputi DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten atau Kota. DPR atau Dewan
Perwakilan Rakyat, memiliki beberapa tugas, diantaranya:

a. Bertugas memegang kekuasaan dalam hal pembentukan UUD.


b. Bertugas memberi persetujuan kepada kepala negara yaitu Presiden terkait
dengan peraturan pemerintah yang sudah ditetepkan oleh Presiden sebelumnya
sebagai ganti dari UU.
c. Sebagai pemberi persetujuan kepada kepala negara, untuk menyatakan perang,
berdamai, dan menyatakan persetujuan untuk pembuatan perjanjian dengan
negara lain.
d. Sebagai pemberi pertimbangan kepada Presiden tentang pengangkatan duta
serta penempatan duta negara lain, bertugas memberi amnesti serta abolisi,
rancangan UU APBN.
e. Memberi hasil pemeriksaan keuangan negara dari pihak BPK.
f. Memilih langsung anggota BPK.
g. Memberikan persetujuan kepada calon Hakim Agung yang sudah diluluskan
oleh Komisi Yuridis.
h. Bertugas memberi persetujuan kepada Presiden tentang pengangkatan dan
juga persetujuan tentang pemberhentian anggota yudisial.
i. Bertugas mengajukan tiga orang hakim konstitusi.
j. Bertugas dalaam mengusulkan pemberhentian Presiden serta Wakil Presiden.

- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


DPRD adalah lembaga perwakilan atau utusan dari daerah. Anggota DPRD dipilih
dari setiap provinsi secara langsung oleh rakyat melalui Pemilu. DPD atau Dewan
Perwakilan Daerah memiliki beberapa tugas, diantaranya:

a. Mengajukan rancangan UUD yang memiliki kaitan dengan otonomi daerah


serta bertugas dalam mengawasi pelaksanaanya.
b. Memberi pertimbangan kepada kepala negara yaitu Presiden terkait RUU
APBN.
c. Memeriksa hasil keuangan negara dari pihak BPK.
d. Memberi pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam
memilih BPK.

2. Beri 4 (empat) contoh di Indonesia tentang perwakilan politik dan perwakilan


fungsional.
 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). UUD 1945 ditetapkan dan disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945. UUD 1945 mulai berlaku
pada 18 Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949. Dikutip situp resmi Kementerian
Hukum dan Ham (Kemenkumham), sejauh ini UUD telah diamandeman sebanyak
empat kali melalui sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Amandemen
tersebut berlangsung pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
pada 1999, 2000, 2001, dan 2002

Tujuan Amandemen
Tujuan perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi
dan hukum. Perubahan tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada waktu itu.
Tuntutan tersebut antara lain dilatar belakangi oleh praktek penyelenggaraan negara
pada masa pemerintahan rezim Soeharto. Alasan filosofis, historis, yuridis, sosiologis,
politis, dan teoritis juga mendukung dilakukannya perubahan terhadap konstitusi.
Selain itu adanya dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat. Perubahan UUD
1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada sejumlah kelemahan sistimatika dan
substansi UUD pasca perubahan seperti inkonsisten, kerancuan sistem pemerintahan
dan sistem ketatanegaraan yang tidak jelas. Perubahan Undang-Undang Dasar
ternyata tidak dengan sendirinya menumbuhkan budaya taat berkonstitusi.

Berikut empat emendemen UUD 1945:


1. Amandemen I
- Amandemen yang pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR pada 14-21
Oktober 1999. Pada amandemen pertama menyempurnakan sembilan pasal, yakni
pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13. Kemudian pasal 13, pasal 15, pasal 17, pasal 20,
dan pasal 21. Ada dua perubahan fundamental yang dilakukan, yaitu pergeseran
kekuasaan membentuk undang-undang dari Presiden ke DPR, dan pembatasan
masa jabatan presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.

2. Amandemen II
- Amandemen kedua terjadi pada Sidang Tahunan MPR pada 7 hingga 18 Agustus
2010. Pada amandemen tersebut ada 15 pasal perubahan atau tambahan/tambahan
dan perubahan 6 bab. Perubahan yang penting itu ada delapan hal, yakni:
1) Otonomi daerah/desentralisasi.
2) Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau bersifat istimewa dan terhadap kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya.
3) Penegasan fungsi dan hak DPR.
4) Penegasan NKRI sebagai sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang.
5) Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia.
6) Sistem pertahanan dan keamanan Negara.

3. Amandemen III Amandeman ketiga berlangsung pada Sidang Umum MPR, 1


hingga 9 September 2001. Ada 23 pasal perubahan/tambahan dan tiga bab
tambahan. Perubahan mendasar meliputi 10 hal, yakni:
1) Penegasan Indonesia sebagai negara demokratis berdasar hukum berbasis
konstitusionalisme.
2) Perubahan struktur dan kewenangan MPR.
3) Pemilihan Presiden dan wakil Presiden langsung oleh rakyat.
4) Mekanisme pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden.
5) Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah.
6) Pemilihan umum.
7) Pembaharuan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan.
8) Perubahan kewenangan dan proses pemilihan dan penetapan hakim agung.
9) Pembentukan Mahkamah Konstitusi.
10) Pembentukan Komisi Yudisial.

4. Amandemen IV berlangsung pada Sidang Umum MPR, 1 hingga 9 Agustus


2012. Ada 13 pasal, tiga pasal aturan peralihan, dua pasal tambahan dan peruban
dua bab.

3. Apa yang dimaksud dengan judicial review? Jelaskan dan beri 2 contoh tentang
kasus judicial review tersebut
 Judicial Review merupakan proses pengujian peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang
dilakukan oleh lembaga peradilan. Dalam praktik, judicial review (pengujian)
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi (“MK”).

- Contoh
a. Mantan Narapidana Korupsi Boleh Nyaleg
Pada pertengahan September 2018, melalui Putusan MA No. 45 P/HUM/2018,
MA membatalkan Pasal 4 ayat (3), Pasal 7 huruf g Peraturan KPU No. 20
Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota DPR dan DPRD Kabupaten/Kota
dan Pasal 60 huruf j Peraturan KPU No. 26 Tahun 2018 tentang Pencalonan
Anggota DPD terkait larangan mantan narapidana kasus korupsi, Bandar
narkoba, kejahatan seksual terhadap anak, menjadi bakal calon anggota
legislatif (bacaleg) dalam Pemilu 2019. Dengan dibatalkannya pasal-pasal itu,
mantan narapidana yang terlibat kasus korupsi boleh nyaleg menjadi anggota
legislatif. Majelis hanya memeriksa dan memutus terkait narapidana korupsi
yang diperbolehkan nyaleg.Uji materi Peraturan KPU ini diajukan oleh 12
pemohon. Diantaranya dimohonkan oleh Muhammad Taufik, Djekmon
Ambisi, Wa Ode Nurhayati, Jumanto, Masyhur Masie Abunawas, Abdulgani
AUP, Usman Effendi, dan Ririn Rosiana. Diperiksan dan diputus oleh Hakim
Agung Fachrudin, Yodi Martono, Supandi. Kedua Peraturan KPU tersebut
dinilai bertentangan dengan Putusan MK dan Pasal 240 ayat (1) huruf g UU
No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang telah memperbolehkan mantan
narapidana menjadi calon anggota legislatif, sepanjang yang bersangkutan
mengumumkan kepada publik bahwa dirinya merupakan mantan terpidana.

b. Larangan Pengurus Parpol Jadi Anggota DPD Setelah Pemilu 2019

Dalam Putusan MA No. 65P/HUM/2018, MA mengabulkan sebagian


permohonan Ketua Umum Partai Hanura, Oesman Sapta Odang atas uji materi
Peraturan KPU No. 26 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
PKPU No. 14 Tahun 2018 tentang Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilu
Anggota DPD. Diputus dalam rapat permusyawaratan hakim yang diketuai
oleh Hakim Agung Supandi dengan anggota Hakim Agung Yulius dan Is
Sudaryono pada 25 Oktober 2018.

Dalam putusannya, Majelis MA menyimpulkan Pasal 60A Peraturan KPU No.


26 Tahun 2018 dinyatakan bertentangan dengan UU Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan secara bersyarat sepanjang tidak diberlakukan surut
terhadap peserta Pemilu Anggota DPD 2019. Artinya, larangan pengurus
parpol menjadi anggota DPD berlaku setelah Pemilu 2019 melalui revisi UU
Pemilu. 

Putusan MK No. 30/PUU-XVI/2018 tertanggal pada 23 Juli 2018


terkait pengujian Pasal 182 huruf I UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang
ditafsirkan sebagai larangan bagi pengurus parpol menjadi anggota DPD yang
berlaku sejak putusan diucapkan. Artinya, aturan larangan itu berlaku untuk
pelaksanaan Pemilu 2019, bukan Pemilu 2024.

4. Mengapa konsep kekuasaan yudikatif sering dikaitkan dengan doktrin pembagian


kekuasaan? Apa isi doktrin pembagian kekuasaan tersebut?

 Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang maupun memberi


sanksi atas setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi Yudikatif yang bisa
dispesifikasikan kedalam daftar masalah hukum berikut: Criminal law (petty offense,
misdemeanor, felonies); Civil law (perkawinan, perceraian, warisan, perawatan anak);
Constitution law (masalah seputar penafsiran kontitusi); Administrative law (hukum
yang mengatur administrasi negara); International law (perjanjian internasional).
- Criminal Law, penyelesaiannya biasanya dipegang oleh pengadilan pidana yang di
Indonesia sifatnya berjenjang, dari Pengadilan Negeri (tingkat kabupaten),
Pengadilan Tinggi (tingkat provinsi, dan Mahkamah Agung (tingkat nasional).
Civil law juga biasanya diselesaikan di Pengadilan Negeri, tetapi khusus umat
Islam biasanya dipegang oleh Pengadilan Agama.
- Constitution Law lembaga-lembaga negara mempersoalkan suatu undang-undang
atau keputusan, upaya penyelesaian sengketanya dilakukan di Mahkamah
Konstitusi.
- Administrative Law, penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha
Negara, biasanya kasus-kasus sengketa tanah, sertifikasi, dan sejenisnya.
- International Law, tidak diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah kendali suatu
negara melainkan atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

5. Dalam kekuasaan yudikatif ada 2 sistem hukum yang menjadi acuan yaitu:
Common Law dan Civil Law. Jelaskan dan kaitkan dengan keadaan di Indonesia
saat ini.
 Ciri pokok Civil Law adalah sistem ini menggunakan pembagian dasar ke dalam
hukum perdata dan hukum publik. Ciri-Cirinya adalah :
1. Adanya sistem kodifikasi
2. Hakim tidak terikat dengan preseden atau doktrin stare decicis, sehingga undang-
undang menjadi rujukan hukumnya yang utama.
3. Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial

1) Adanya sistem kodifikasi


Alasan mengapa sistem Civil Law menganut paham kodifikasi adalah antara lain
karena demi kepentingan politik Imperium Romawi, di samping kepentingan-
kepentingan lainnya di luar itu. Kodifikasi diperlukan untuk menciptakan
keseragaman hukum di dalam tengah-tengah keberagaman hukum. 
2) Hakim Tidak Terikat pada Preseden
Paul Scholten yang mengatakan bahwa maksud pengorganisasian organ-organ negara
Belanda tentang adanya pemisahaan antar kekuasaan membuat undang-undang,
kekuasaan peradilan dan sistem kasasi serta kekuasaan eksekutif, dan tidak
dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya,
dengan cara tersebut maka terbentuklah yurisprudensi.
3) Peradilan Menganut Sistem Inkuisitorial
Dalam sistem ini hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan
memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam menemukan fakta hukum dan
cermat dalam menilai bukti.

 Ciri atau karakteristik dari sistem Common Law adalah:


1.    Yurisprudensi sebagai sumber hukum utama
2.    Dianutnya Doktrin Stare Decicis/Sistem Preseden
3.    Adversary System dalam proses peradilan

1) Yurisprudensi sebagai sumber hukum utama


Ada 2 (dua) alasan mengapa yuris prudensi dianut dalam sistem Common Law, yaitu:
a.    Alasan psikologis
Alasannya adalah karena setiap orang yang ditugasi untuk menyelesaikan
perkara, ia cenderung sedapat-dapatnya mencari alasan pembenar atas
putusannya dengan merujuk kepada putusan yang telah ada sebelumnya dari
pada memikul tanggungjawab atas putusan yang dibuatnya sendiri.
b.    Alasan praktis
Diharapkan adanya putusan yang seragam karena sering diungkapkan bahwa
hukum harus mempunyai kepastian daripada menonjolkan keadilan pada
setiap kasus konkrit.

2) Dianutnya Doktrin Stare Decicis/Preseden


Doktrin ini secara substansial mengandung makna bahwa hakim terikat untuk
mengikuti dan atau menerapkan putusan pengadilan terdahulu, baik yang ia buat
sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa.

3) Adversary System dalam Proses Peradilan


Dalam sistem ini kedua belah pihak yang bersengketa masing-masing menggunakan
lawyernya berhadapan di depan hakim. Para pihak masing-masing menyusun strategi
sedemikian rupa dan mengemukakan dalil-dalil dan alat-alat bukti sebanyak-
banyaknya di pengadilan. Jadi yang berperkara merupakan lawan antar satu dengan
yang lainnya yang dipimpin oleh lawyernya masing-masing.

Sumber :
- https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/%20MENDUDUKAN
%20COMMON%20LAW%20%20SYSTEM%20DAN%20CIVIL%20LAW
%20SYSTEM%20MELALUI%20SUDUT%20PANDANG%20HUKUM
%20PROGRESIF%20DI%20%20INDONESIA%20.pdf
- https://www.negarahukum.com/hukum/pemisahan-kekuasan-vs-pembagian-
kekuasaan.html
- https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c249675b2ded/lima-putusan-
judicial-review-ma-sorotan-publik-sepanjang-2018?page=2
- https://dprd.bulelengkab.go.id/artikel/fungsi-lembaga-legeslatif-dalam-
pembangunan-bangsa-18
- https://jeo.kompas.com/demo-perppu-atau-judicial-review-untuk-sikapi-uu-cipta-
kerja
- https://setabasri01.blogspot.com/2009/02/trias-politika-pemisahan-kekuasaan.html
- https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58f8174750e97/perbedaan-
karakteristik-sistem-icivil-law-i-dengan-icommon-law-i/
- https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/140000869/amandemen-uud-
1945--tujuan-dan-perubahannya?page=all

Anda mungkin juga menyukai