Anda di halaman 1dari 8

Nama : M Audatan Octarizal

NRT : 2019.1721.1.01
Prodi / Kelas : Hukum Keimigrasian / A
Mata Kuliah : Hukum Tata Negara
Dosen Pengampu : Devina Yuka Utami, S.H., M.H.

1. Hukum Tata Negara Darurat (HTND) merupakan hukum yang berlaku dalam keadaan genting
atau abnormal sehingga hak negara untuk bertindak dikesampingkan dari ketentuan UU
maupun UUD karena situasi negara yang bahaya.

2. Dasar pemberian HTND yaitu merujuk pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang ini dibuat dengan mengingat Pasal 12 UUD yaitu Presiden menyatakan keadaan
bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-undang. Selain
itu juga mengingat Pasal 22 Ayat (1) UUD bahwa Dalam hal-ikhwal kegentingan yang
memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang. Sehingga ditetapkanlah hukum yang mengatur keadaan negara dalam keadaan darurat.

3. Kategori HTN darurat diatur dalam Perpu Nomor 23 Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya.
Yang termasuk kategori HTND yaitu :
Pasal 1
(1) Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagian dari
wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat
sipil atau keadaan darurat militer atau keadaan perang, apabila:
1. Keamanan atau ketertiban hukum di seluruh wilayah atau di sebagian wilayah Negara
Republik Indonesia terancam oleh pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana
alam, sehingga dikhawatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa;
2. Timbul perang atau bahaya perang atau dikhawatirkan perkosaan wilayah Negara Republik
Indonesia dengan cara apapun juga;
3. Hidup Negara berada dalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus ternyata ada
atau dikhawatirkan ada gejala-gejala yang dapat membahayakan hidup
4. Sepanjang sejarahnya, UUD 1945 telah mengalami 4 (empat) kali amandemen atau perubahan
dalam kurun waktu dari tahun 1999 hingga 2002 yang dilakukan dalam Sidang Umum maupun
Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
a) Amandemen Pertama UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Umum MPR 14-21 Oktober
1999
b) Amandemen Kedua UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 7-18 Agustus
2000
c) Amandemen Ketiga UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 1-9 November
2001
d) Amandemen Keempat UUD 1945 dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR 1-11
Agustus 2002

5. Tujuan perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan hukum.
Perubahan tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada waktu itu. Tuntutan tersebut antara
lain dilatar belakangi oleh praktek penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim
Soeharto. Alasan filosofis, historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung
dilakukannya perubahan terhadap konstitusi. Selain itu adanya dukungan luas dari berbagai
lapisan masyarakat. Perubahan UUD 1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada sejumlah
kelemahan sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti inkonsisten, kerancuan
sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan yang tidak jelas. Perubahan Undang-Undang
Dasar ternyata tidak dengan sendirinya menumbuhkan budaya taat berkonstitusi.

6. Hak asasi manusia di Indonesia tertulis dalam UU No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

7. Derogasi Hak Asasi Manusia merupakan pembatasan dalam siatuasi kedaruratan dan dilakukan
untuk membuat mekanisme HAM bekerja dengan baik, Derogasi harus secara resmi
diumumkan oleh negara sebagai pengatur kebijakan, sebagaimana tercantum dalam konvensi
internasional dan Kawasan. Derogasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara hak
individu dengan kepentingan umum yang lebih besar.

8. Perkembangan hak asasi manusia di Indonesia terbagi dalam dua periode, yaitu periode
sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan.
a) Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945)
Periode ini ditandai dengan lahirnya beberapa organisasi pergerakan nasional seperti Budi
Utomo. Organisasi Budi Utomo menaruh perhatian terhadap hak asasi manusia. Bentuk
perhatian Budi Utomo dalam HAM adalah dalam bidang hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
b) Periode Sesudah Kemerdekaan (1945 – sekarang)
Periode ini terbagi menjadi menjadi lima periode sebagai berikut:
 Periode 1945 – 1950
Hak asasi manusia pada periode ini masih menekankan pada hak untuk kemerdekaan,
hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik, dan hak kebebasan untuk
berpendapat. Hak asasi manusia telah mendapatkan legitimasi formal dalam UUD
1945.
 Periode 1950 - 1959
Pemikiran HAM pada periode ini ditandai oleh beberapa hal. Pertama, semakin
banyaknya partai politik yang tumbuh dengan ideologi yang beragam. Kedua,
kebebasan pers yang semakin tinggi. Ketiga, pemilihan umum berlangsung dalam
suasana kebebasan. Keempat, parlemen sebagai wakil rakyat menunjukkan kinerja
yang baik dan efektif terhadap eksekutif. Kelima, wawasan tentang HAM semakin baik
dan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
 Periode 1959 - 1966
Pada periode ini masalah hak asasi manusia tidak mendapat perhatian yang baik karena
telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat, yaitu hak sipil dan politik.
 Periode 1966 - 1998
permasalahan HAM di Indonesia mengalami kemunduran karena HAM tidak lagi
dihormati, dilindungi, dan ditegakkan. Menjelang periode 1990-an, pemerintah mulai
peduli pada penegakan HAM dengan dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) berdasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993.
 Periode 1998 - Sekarang. Pergantian dari masa Orde Baru ke masa reformasi
memberikan dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan hak asasi
manusia. Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap,
yaitu:
1) Tahap status penentuan ditandai dengan penetapan beberapa peraturan perundang-
undangan tentang HAM seperti amandemen UUD 1945, TAP MPR No.
XVII/MPR/1998, UU No. 39 Tahun 1999, UU No. 26 Tahun 2000, PP No. 2
Tahun 2002 dan ketentuan lainnya.
2) Tahap penataan aturan secara konsisten.

9. Indonesia memiliki tiga lembaga negara, antara lain:


1) Lembaga Legislatif
Lembaga Legislatif merupakan lembaga atau dewan yang mempunyai tugas serta
wewenang membuat atau merumuskan UUD yang ada di sebuah negara. Di Indonesia
lembaga Legislatif dijalankan oleh:
a) Dewan Perwakilan Daerah, tugasnya antara lain:
 Membahas hubungan pemerintah pusat dan daerah
 Membahas masalah sumber daya alam dan ekonomi
 Mengajukan pertimbangan pada DPR atas RUU APBN, pajak, dan lain-lain.
b) Dewan Perwakilan Rakyat, Tugas DPR yaitu:
 Membentuk UU
 Membahas RUU bersama Presiden
 Membahas RAPBN atau Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Selain memiliki tugas diatas, DPR punya beberapa hak, yaitu:
 Hak interpelasi
 Hak angket:
 Hak menyatakan pendapat
 Hak inisiatif:
 Hak amandemen
 Hak budget
c) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
d) Majelis Permusyawaratan Rakyat, Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD
yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu. Tugas MPR yaitu:
 Melakukan sidang paling tidak sekali dalam lima tahun.
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden
2) Lembaga Eksekutif
Lembaga Eksekutif adalah lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan undang- undang.
Terdiri dari:
a) Presiden
Presiden adalah kepala eksekutif yang melaksanakan peraturan dan undang- undang.
Presiden juga merupakan kepala pemerintahan. Ia berhak mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri. Presiden juga memegang kekuasaan tertinggi atas
Angkatan Darat, Laut, dan Udara.
Presiden punya hak, yaitu:
 Grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan dari Mahkamah Agung. Grasi
adalah hak untuk memberikan ampunan pada orang yang dihukum. Sedangkan
rehabilitasi hal untuk memulihkan nama baik seseorang.
 Amnesti dan abolisi dengan pertimbangan dari DPR Amnesti
adalah pengampunan atau penghapusan hukuman pada seseorang. Abolisi
merupakan penghapusan atau pembatalan hukum.
b) Wakil Presiden
c) Menteri-menteri yang ikut membantu menjalankan tugas Presiden dan wakilnya.
3) Lembaga Yudikatif
Lembaga Yudikatif adalah lembaga yang bertugas menjadi pengawas dan memantau
proses berjalannya UUD dan juga pengawasan hukum di sebuah negara. Yang menjadi
lembaga yudikatif adalah
a) Mahkamah Agung (MA), tugas MA:
 Mengadili pada tingkat kasasi
 Menguji peraturan perundang-undangan
 Memberikan pertimbangan pada Presiden dalam hal grasi dan rehabilitasi
b) Mahkamah Konstitusi (MK), Tugas MK:
 Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
 Menguji UU
 Memutuskan perselisihan hasil pemilu
c) Komisi Yudisial (KY), Tugas KY:
 Mengawasi perilaku hakim
 Mengusulkan hakim agung
 Menjaga kehormatan hakim

10. Berdasarkan UU RI No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI, "WNI adalah:
a) setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangundangan dan / atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini
berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
b) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing;
d) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;
e) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
f) anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
g) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui;
k) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
l) anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
m) anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia."

11. Asas-Asas Kewarganegaraan


a) Ius Sanguinis Asas ius sanguinis atau “asas keturunan”, menetapkan kewarganegaraan
seseorang menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak
bergantung pada orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan
kewarganegaraan orang tuanya). Contoh negara dengan sistem asas kewarganegaraan ius
sanguinis antara lain: Belanda, Belgia, Bulgaria, Korea Selatan, Kroasia, Inggris, Irlandia,
Islandia, India, Italia, Jepang, Jerman, Polandia, Portugal, Republik Ceko, Rusia, Spanyol,
dan Serbia.
b) Asas ius soli atau “asas tempat kelahiran”, menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak
tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli. Contoh

negara dengan sistem asas kewarganegaraan ius soli Argentina, Amerika Serikat, Brazil,
Bangladesh, Kanada, Kamboja, Kolombia, Kosta Rika, Panama, Peru, Pakistan, Paraguay,
Grenada, Guatemala, dan Guyana.

12. Macam-macam masalah terkait kewarganegaraan


a) Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan (kewarganegaraan ganda)
yang bisa terjadi karena anak lahir di negara A yang menganut asas kewarganegaraan ius
soli (tempat kelahiran), namun orang tuanya warga negara B yang menganut asas ius
sanguinis.
b) Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bisa terjadi jika anak
lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan orang tua berasal dari
negara A (ius soli)
c) Multipatride adalah seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan. Hal ini bisa
terjadi jika bipatride menerima juga pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia
telah dewasa, namun tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama.
d)

Anda mungkin juga menyukai