Anda di halaman 1dari 7

Nama : Michella Theresia

NRT : 2019.1836.2.02
Prodi : Hukum Keimigrasian A
Mata Kuliah : Hukum Tata Negara
Dosen Pengampu : Ibu Devina Yuka Utami

1. Definisi HTN Darurat:


Hukum tata negara darurat menurut ada dua yaitu hukum tata negara darurat objektif dan
subjektif. Hukum tata negara darurat subjektif adalah hak negara untuk bertindak dalam keadaan
bahaya atau darurat dengan cara menyimpang dari ketentuan undang-undang atau bahkan
ketentuan undang-undang dasar. Sedangkan hukum tata negara darurat objektif adalah hukum
tata negara yang berlaku ketika negara berada dalam keadaan darurat, bahaya, atau genting

2. Dasar Hukum Tata Negara Darurat:


HTND adalah hukum yang berlaku saat Negara dalam keadaan bahaya atau darurat.
Dasar hukumnya adalah pasal 12 UUD 1945 dan pasal 22 UUD 1945.

3. Hukum tata negara darurat (staatsnoodrecht) dibagi menjadi dua macam yaitu:
- HTND Subjektif (staatsnoodrecht subjectip), yaitu hak negara dalam keadaan darurat untuk
bertindak dengan dapat menyimpang dari undang-undang dan jika diperlukan dapat juga
menyimpang dari UUD. Dasar hukum dari HTND Subjektif adalah hukum hak asasi atau hak
asasi manusia. Tujuan dari HTND Subjektif adalah untuk secepatnya dapat melindungi hak asasi
manusia masyarakat yang terancam karena keadaan bahaya. HTND Subjektif merupakan hukum
yang tidak tertulis tetapi diakui disemua negara didunia.
- HTND Objektif (staatsnoodrecht objetip), yaitu hukum yang berlaku semasa negara berada
dalam keadaan darurat. HTND Objektif dasarnya adalah undang-undang yang tertulis.
Lahirnya HTN objektif adalah dikarenakan berkembangnya ajaran tentang Negara hukum dalam
arti formil.

4. Pelaksanaan Amandemen UUD 1945:


Dalam kurun waktu 1999-2002 UUD 1945 mengalami empat kali perubahan atau amandemen
yang mengubah susunan Lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

5. Alasan dan tujuan Amandemen UUD 1945:


- Untuk menyempurnakan beberapa aturan dasar, dalam tatanan negara, kedaulatan rakyat,
HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan hukum;
- Sebagai wujud respon pada tuntutan reformasi;
- Amandemen 1945 dilakukan dengan tujuan mempertegas filosofis, historis, yuridis,
sosiologis, politis, dan teoritis negara.

6. Definisi Hak Asasi Manusia:


Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

7. Derogasi HAM:
Non-derogable rights adalah hak asasi manusia (HAM) yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. Hak-hak yang termasuk dalam non-derogable rights ini diatur dalam Pasal 28I
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi:
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”

8. Perkembangan HAM:
Perkembangan hak asasi manusia di Indonesia terbagi dalam dua periode, yaitu periode sebelum
kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan.
1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945)
Periode ini ditandai dengan lahirnya beberapa organisasi pergerakan nasional seperti Budi
Utomo. Organisasi Budi Utomo menaruh perhatian terhadap hak asasi manusia. Bentuk
perhatian Budi Utomo dalam HAM adalah dalam bidang hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
Budi Utomo mengilhami penegakan HAM di Indonesia hingga memunculkan kesadaran untuk
merdeka yang merupakan salah satu hak asasi manusia.

2. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945 – sekarang)


Periode ini terbagi menjadi menjadi lima periode sebagai berikut:
- Periode 1945 – 1950. Hak asasi manusia pada periode ini masih menekankan pada hak untuk
kemerdekaan, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik, dan hak kebebasan
untuk berpendapat. Hak asasi manusia telah mendapatkan legitimasi formal dalam UUD 1945.
- Periode 1950 - 1959. Pemikiran HAM pada periode ini ditandai oleh beberapa hal. Pertama,
semakin banyaknya partai politik yang tumbuh dengan ideologi yang beragam. Kedua,
kebebasan pers yang semakin tinggi. Ketiga, pemilihan umum berlangsung dalam suasana
kebebasan. Keempat, parlemen sebagai wakil rakyat menunjukkan kinerja yang baik dan efektif
terhadap eksekutif. Kelima, wawasan tentang HAM semakin baik dan tumbuhnya kekuasaan
yang memberikan ruang kebebasan.
- Periode 1959 - 1966. Pada periode ini masalah hak asasi manusia tidak mendapat perhatian
yang baik karena telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat, yaitu hak sipil dan politik. Hal
ini disebabkan adanya pergantian sistem pemerintahan parlementer menjadi sistem demokrasi
terpimpin.
- Periode 1966 - 1998. Sekitar tahun 1970 – 1980 permasalahan HAM di Indonesia mengalami
kemunduran karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi, dan ditegakkan. Pemerintah pada
masa itu bersikap defensif dan represif. Pemerintah menganggap HAM adalah produk dari dunia
Barat yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa dalam Pancasila. Pemikiran hak asasi
manusia di lingkungan pemerintah mengalami kemunduran, namun pemikiran HAM terus ada di
kalangan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan makin maraknya lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Menjelang periode 1990-an, pemerintah mulai peduli pada penegakan HAM dengan
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan Keppres No. 50
Tahun 1993.
- Periode 1998 - Sekarang. Pergantian dari masa Orde Baru ke masa reformasi memberikan
dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

9. Lembaga Negara serta tugas dan fungsinya


1. Presiden Presiden beserta wakil presiden merupakan satu lembaga penyelenggara kekuasaan
eksekutif tertinggi di bawah UUD. Secara politik, presiden tidak bertanggung jawab kepada
MPR atau pun DPR melainkan bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang memilih. Tugas
presiden sebagai eksekutif kepala pemerintah ialah memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan
Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Selain itu juga membuat perjanjian internasional
dengan persetujuan DPR, serta mengangkat duta dan menerima duta negara lain dengan
persetujuan DPR. Kemudian tugas legislatif presiden antara lain membentuk Undang-Undang,
menetapkan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang, dan juga menetapkan Peraturan
Pemerintah untuk melaksanakan Undang-Undang. Sedangkan untuk tugas yudisial sering disebut
sebagai hak prerogratif atau privilege presiden, yaitu merupakan hak istimewa yang melekat
pada presiden selaku kepala negara.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan wewenang MPR antara lain untuk
mengubah dan menetapkan UUD, memberhentikan presiden dan wakil presiden berdasarkan
putusan Mahkamah Konstitusi, memilih presiden dan wakil presiden untuk mengisi jabatan bila
terjadi kekosongan, sera menyaksikan pengucapan sumpah presiden dan wakil presiden. Meski
begitu, sejumlah kegiatan ini bukan merupakan kegiatan yang rutin untuk dilakukan.
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sebagaimana yang diatur dalam UUD Negara RI Tahun
1945 pasal 20, DPR memiliki 3 fungsi antara lain fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan. Fungsi legislasi merupakan kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang,
sedangkan fungsi anggaran yaitu kewenangan membahas dan memberi persetujuan atas
rancangan anggaran negara yang diajukan presiden dalam bentuk rancangan Undang-Undang
terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain ketiga fungsi tersebut, DPR
juga memiliki fungsi lain seperti mengusulkan pemberhentian presiden sebagai tindak lanjut
hasil pengawasan, memberikan pertimbangan kepada presiden atas pemberian Amnesti dan
Abolisi, dan sebagainya.
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, kewenangan DPD
hanya bersifat tambahan dan terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan daerah.
Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 22D hasil amandemen, menegaskan bahwa wewenang DPD
antara lain dapat mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR yang berkaitan dengan
otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran serta penggabungan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya; serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Lebih lanjut, DPD juga ikut membahas
rancangan tersebut serta turut melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang
yang telah dirancang. DPD juga memiliki kewenangan penuh untuk melaksanakan fungsi
pengawasan terhadap kinerja pemerintahan yang berkaitan dengan kepentingan daerah. Namun,
beberapa ahli hukum menyebutkan bahwa sebenarnya DPD tidak memiliki kewenangan yang
sifatnya otonom di bidang legislasi. Dalam artian, DPD tidak mempunyai kekuasaan untuk
memutuskan dalam proses pengambilan keputusan sama sekali (Jimly Asshiddiqie, 2006: 188).
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Tugas dan kewenangan BPK diatur dalam bab VIIIA
UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri dari tiga 3 pasal dan 7 ayat. Seperti yang tertulis di
dalamnya, BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
yang hasilnya akan diserahkan pada DPR, DPD, serta DPRD sesuai kewenangannya. Kekuasaan
ini dikenal dengan sebutan kekuasaan eksaminatif. Jika ditemukan adanya penyimpangan pada
proses ini, maka DPR, DPD, maupun DPRD berhak menindaklanjuti dengan menggunakan hak-
hak dewan atau disampaikan pada aparat penegak hukum.
6. Mahkamah Agung (MA) Sebagai lembaga negara yang memiliki kekuasaan kehakiman,
Mahkamah Agung bertugas menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan sesuai dalam pasal 24 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945. Kewenangan yang dimiliki
antara lain mengadili perkara pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah UU, dan juga memberikan pertimbangan kepada presiden jika hendak memberikan grasi
dan rehabilitasi.
7. Mahkamah Konstitusi (MK) Selain Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK)
juga memiliki kekuasaan kehakiman. Pembentukan MK bertujuan untuk menjaga kemurnian
konstitusi atau the guardian of the constitution. Mahkamah Konstitusi berfungsi untuk menguji
dan meluruskan setiap tindakan lembaga-lembaga negara yang bertentangan dengan konstitusi
melalui proses peradilan. Dalam proses ini, Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir ketika putusannya telah final. 8. Komisi Yudisial (KY) Komisi
Yudisial merupakan suatu badan kehakiman yang berada pada kekuasaan kehakiman tetapi tidak
menyelenggarakan peradilan. Lembaga negara dibentuk dengan tujuan untuk menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku hakim agar kekuasaan kehakiman
tetap terkontrol.

10. Definisi Warga Negara Indonesia:


Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh undang-undang (UU) sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.

11. Asas Asas Kewarganegaraan di Indonesia:


a.) Ius Sanguinis Asas ius sanguinis atau “asas keturunan”, menetapkan kewarganegaraan
seseorang menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung
pada orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan kewarganegaraan orang
tuanya). Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius sanguinis,
sedangkan orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
Contoh negara dengan sistem asas kewarganegaraan ius sanguinis antara lain Belanda, Belgia,
Bulgaria, Korea Selatan, Kroasia, Inggris, Irlandia, Islandia, India, Italia, Jepang, Jerman,
Polandia, Portugal, Republik Ceko, Rusia, Spanyol, dan Serbia.
b.) Ius Soli Asas ius soli atau “asas tempat kelahiran”, menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak tersebut
lahir di negara yang menganut asas ius soli. Misalnya, seorang anak harus menjadi warga negara
B karena lahir di negara B, meskipun orang tuanya warga negara A. Contoh negara dengan
sistem asas kewarganegaraan ius soli Argentina, Amerika Serikat, Brazil, Bangladesh, Kanada,
Kamboja, Kolombia, Kosta Rika, Panama, Peru, Pakistan, Paraguay, Grenada, Guatemala, dan
Guyana.
12. Permasalahan terkait kewarganegaraan:
- Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan (kewarganegaraan ganda)
yang bisa terjadi karena anak lahir di negara A yang menganut asas kewarganegaraan ius
soli (tempat kelahiran), namun orang tuanya warga negara B yang menganut asas ius
sanguinis. Anak tersebut akan mendapat 2 kewarganegaraan dari negara A berdasarkan
tempat lahir dan dari negara B karena faktor keturunan.
- Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bisa terjadi jika anak lahir
di negara B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan orang tua berasal dari negara A. Si
anak tidak mendapat kewarganegaraan negara B karena lahir dari orang tua yang bukan
warga negara B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan orang tuanya (negara A)
karena tidak lahir di negara A (ius soli – berdasarkan tempat lahir).
- Multipatride adalah seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan. Hal ini bisa
terjadi jika bipatride menerima juga pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah
dewasa, namun tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama.

Anda mungkin juga menyukai