Anda di halaman 1dari 7

Nama : Wahidah Nur Diana

Nim : 200710101083

Kelas : Hukum Tata Negara (B)

Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Positif Dengan


Konsep Kepentingan Konstitusi
A. Pendahuluan

HAM sebagai suatu hak yang dipunyai dari seseorang dikarenakan sebagai
tujuan memanusiakan seseorang tersebut. Setiap insan memiliki HAM tidak
dikarenakan diberi dari rakyat maupun didasari oleh hukum positif akan tetapi
didasari oleh martabat yang dimiliki menjadi seseorang manusia.(Jack
Donnely;2003) Seiring berjalannya waktu instansi pengadilan pada negara
Indonesia terus-menerus berubah mulai dari sistem kelembagaan ataupun
sistem dalam menegakkan hukum yang diberlakukan.(Ahmad Mujahidin;
2007). Negara wajib menetapkan aturan HAM berdasarkan aturan internasional
pada bermacam instrumental hukum mengenai HAM itu sendiri. Pada
konkritnya negara berkewajiban mengenai HAM dalam hal perwujudan disertai
perlindungan pada HAM tiap-tiap perorangan melalui kekuasaan yang yang
disalahgunakan kan oleh sejumlah oknum, memberikan jaminan keberadaan
HAM bagi tiap-tiap perorangan sesuai dengan hukum yang ditentukan ataupun
dalam melaksanakan serta pemenuhan terhadap HAM bagi tiap-tiap
perorangan. Sebagai contoh seseorang berhak agar tidak mendapatkan
penyiksaan dimana negara wajib melakukan pembuatan peraturan hukum yang
memberikan larangan praktek menyiksa sebagai bentuk perlindungan bagi tiap-
tiap individu melalui tindakan siksaan. Negara turut wajib memberikan jaminan
jika tiap-tiap perorangan diharuskan secara benar memiliki kebebasan oleh
tindakan siksaan. HAM memberi kekuatan secara moralitas dalam jaminan
maupun perlindungan bagi martabat manusia didasari oleh hukum, tidak
didasari oleh keinginan semata, kondisi maupun cenderung pada suatu bagian
politik(Go Lisanawati;2004).

Dalam menegakkan hukum pada negara Indonesia sesudah era reformasi


bisa disebutkan mengalami kegagalan dikarenakan masih terdapat kemiskinan
dalam pengimplementasian sejumlah nilai moralitas serta memiliki jarak dan
diisolasi oleh masyarakat khususnya tentang permasalahan HAM. HAM
memberi kekuatan secara moralitas dalam jaminan maupun perlindungan bagi
martabat manusia didasari oleh hukum, tidak didasari oleh keinginan semata,
kondisi maupun cenderung pada suatu bagian politik. HAM dideklarasikan
pada Indonesia semenjak dulu akan tetapi baru diikrarkan sebagai pedoman
dasar yakni pada pembukaan UUD 1945 mengenai hak asasi sebagai manusia
maupun sebagai makhluk individual sekaligus makhluk yang bersosialisasi
pada kehidupan yang dijalani dan keseluruhan hal tersebut sebagai suatu hal
yang inheren, dan turut ditegaskan pada Pancasila. Apabila ditinjau melalui
pembentukan HAM yang dideklarasikan oleh Indonesia terlebih dulu dibentuk
melalui HAM PBB yang baru dibentuk di 1948. Apabila ditinjau melalui
pembentukan HAM yang dideklarasikan oleh Indonesia terlebih dulu dibentuk
melalui HAM PBB yang baru dibentuk ditahun 1948.(Bambang Heri
Supriyanto;2014)

B. Pembahasan
1. Kewajiban Konstitusional Negara dalam Menata HAM.

Hukum tertulis sebagai dasar bagi penyelenggara kenegaraan di Indonesia


adalah UUD 1945. UUD 1945 yang pada awalnya hanya memuat 6 pasal yang
mengatur tentang HAM, kemudian mengalami perubahan-perubahan yang
sangat signifikan yang kemudian dituangkan dalam Perubahan Kedua UUD
1945 pada Bulan Agustus Tahun 2000. Sebenarnya, sebelum Perubahan Kedua
dilakukan, telah terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang dapat
dikatakan sebagai pembuka terjadinya perubahan. Ketentuan itu antara lain
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia,
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 Tentang GBHN, serta Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Bila kita cermati secara
mendalam setidaknya didalam UUD 1945 pasal yang berhubungan dengan
HAM dapat ditemukan antara lain sebagai berikut;

a) Hak untuk menentukan diri sendiri dalam pasal 26 UUD 1945,


b) Hak akan kesamaan dan persamaan didepan hukum dalam pasal 27
UUD 1945,
c) HAM diatur dalam pasal 28A-28J
d) Hak beragama dalam pasal 29 UUD 1945,
e) Hak untuk membela negara dalam pasal 30 UUD 1945,
f) Hak untuk mendapatkan Pendidikan dan hak mempertahankan
Bahasa dalam pasal 31 UUD 1945,
g) Hak untuk mempertahankan tradisi budaya dalam pasal 32 UUD
1945,
h) Hak kesejahteraan social dalam pasal 33 UUD 1945,
i) Hak jaminan social dalam pasal 34 UUD 1945,
j) Hak kebebasan dan kemandirian peradilan dalam pasal 24 dan 25
UUD 1945.

Hak tersebut di atas terdapat yang dimasukkan pada pengkategorian HAM


yang diberlakukan untuk setiap individu yang sedang berada pada wilayah RI,
serta terdapat juga yang sebagai hak dari warga negara yang diberlakukan
sekadar untuk mereka yang tergolong sebagai WNI(Jimly Asshiddiqie;2009).
Produk hukum sendiri akan menghasilkan formalistik dimana kepastian hukum
menjadi ikon kebenaran. Keadilan adalah keadilan yang terdefinisi atas apa
yang tertulis dan menutup diri atas keadilan yang selama ini tidak termaktub
dalam suatu teks perundang-undangan. Teori ini mengidentikkan hukum
dengan UU, yaitu tidak ada hukum di luar UU dan satu-satunya hukum adalah
UU(Rusli Muhammad; 2006). Hak dan kebebasan tersebut ada yang tercantum
dalam UUD 1945 dan ada pula yang tercantum hanya dalam UU tetapi memiliki
kualitas yang sama pentingnya secara konstitusional sehingga dapat disebut
memilikí”constitutional importance” yang sama dengan yang disebut eksplisit
dalam UUD 1945. Dalam hubungan ini, sesuai dengan empat rumusan tujuan
bernegara di atas, setiap warga negara berhak atas tuntutan pemenuhan
tanggung jawab negara dalam meningkatkan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta dalam melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan dalam turut aktif dalam pergaulan dunia
berdasarkan prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Keempat tujuan ini tidak hanya bersifat kolektif, tetapi juga bersifat individual
bagi setiap warga negara Republik Indonesia.

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam UUD 1945.

Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga
negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan
kata lain hak warga negara merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki
agar warga negara diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut. Sedangkan
Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan
oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat berbangsa dan bernegara.
Hukum positif merupakan aturan hukum yang sedang berlaku disuatu negara.
Hukum positif disuatu negara tidaklah sama dengan hukum positif dinegara
lain. Perbedaannya terletak pada konstitusi yang menjadi dasar dari sumber
perbuatan hukum positif yang dimaksud dan dapat berwujud perundang –
undangan. Pembukaan UUD 1945 yang menjiwai pengaturan HAM dalam
Batang Tubuh UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain sebagai
hukum positif, pada setiap alinea mencerminkan HAM. Jika dalam pembukaan
UUD alinea pertama dan kedua tercermin pengakuan adanya kebebasan dan
keadilan maka alinea ketiga dan keempat mencerminkan adanya persamaan
dalam bidang politik, Ekonomi, Hukum, sosial dan budaya. Pengaturan HAM
kedalam peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif pada hakikatnya
di maksudkan untuk;

a. Memberikan perlindungan agar HAM itu tidak dilanggar oleh


pemerintah dan orang lain,
b. Membatasi kekuasaan penguasa,
c. Menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan dan perkembangan
manusia serta masyarakat.

Pengaturan HAM yang tercantum dalam UUD 1945 menyatakan bahwa


antara hak dan kewajiban warga negara adalah seimbang Nilai nominal dari
suatu konstitusi kita peroleh apabila ada kenyataan sampai dimana batas-batas
berlakunya itu, yang dalam batas berlakunya itulah yang dimaksud dengan nilai
nominal suatu konstitusi. Dari sejumlah pasal dalam suatu konstitusi terdapat
beberapa pasal yang tidak dapat diberlakukan dengan baik, bahkan mungkin
dibeberapa daerah tertentu terdapat pasal yang sama sekali tidak dapat
diberlakukan. Beberapa pasal yang tidak dapat diberlakukan dengan baik atau
tidak dapat diberlakukan sama sekali itu mungkin dapat diberlakukan setelah
mengalami perbaikan, perubahan, atau tambahan. Dengan demikian, nilai
normatif atau yang nyata berlaku adalah pasal yang berlaku tadi, sedangkan
pasal lain tidak dapat diberlakukan,baik diseluruh disebagian wilayah suatu
Negara. Karl Loewenstein, mengatakan bahwa nilai konstitusi yang bersifat
nominal ialah kalau konstitusi itu kenyataanya tidak dilaksanakan dan hanya
disebut namanya saja. Dengan kata lain, maupun konstitusi tersebut menurut
hukum berlaku, tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya yaitu tidak
memiliki kenyataan sempurna.

3. HAM dalam Undang-Undang.

Walaupun telah ada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia, dimasukannya Hak Asasi Manusia ke dalam konstitusi diharapkan
akan semakin memperkuat komitmen untuk kemajuan dan perlindungan Hak
Asasi Manusia, karena akan menjadikannya sebagai hak yang dilindungi secara
konstitusional. Ketetapan MPR adalah peraturan perundang-undangan yang
secara langsung terletak di bawah undang-undang dasar, UUD 1945.
Pengaturan HAM yang diatur dalam TAP MPR nomor XVII tahun 1998. Ketuk
MPR ini berisikan tentang pengaturan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan HAM dan kepemimpinan Bangsa Indonesia terhadap HAM
dan Piagam HAM Internasional. HAM dalam Konstitusi Indonesia diatur
seimbang antara hak dan kewajiban setiap orang sehingga tercipta suatu
kehidupan yang harmoni. Menindaklanjuti amanat Ketetapan MPR tersebut,
maka pada tanggal 23 September 1999 telah disahkan Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam undang-undang tersebut
selain mengatur mengenai hak asasi manusia, juga mengenai kelembagaan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. HAM dalam ketetapan MPR tercantum
dalam rumusan piagam HAM pembukaan ke 2 yaitu “Bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal,
dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup,
hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh karena itu
tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Selanjutnya manusia juga
mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan
kehidupannya dalam masyarakat”. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab
dalam menegakkan, melindungi dan menghormati hak asasi manusia sesuai
dengan amanat UUD Indonesia Tahun 1945 serta UU Nomor 39 Tahun 1999,
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi implementasi HAM dalam
berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. Kesimpulan
1. Pengaturan tentang hak asasi manusia sebelum amandemen UUD 1945
diatur sebagai hak dan kewajiban warga negara Republik Indonesia yang di
dalamnya terkandung nilai-nilai hak asasi manusia.
2. Antara Hak Asasi Manusia dengan hak kewajibah warga negara tidak dapat
dipisahkan.
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
merupakan Undang-Undang yang didalamnya mengatur tentang Hak Asasi
Manusia dan Kebebasan dasar manusia, pelanggaran Hak Asasi Manusia
dan Komnas HAM.

Daftar Pustaka
Gunawan Satiardja, A., Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi
Pancasila, Kanisius, Yogyakarta, 1993.
Marwan, M. dan Jimmy. P, Kamus Hukum, Reality Publisher, Surabaya, 2009.
Muliadi, 2009, Hak Asasi Manusia Hakekat Konsep dan Implikasinya dalam
Perspektif Hukum dan Masyarakat.
Concil of Europe, 1992, Human Rights in International Law, Basic test
Strasbourg, Europe.
Satjipto Rahardjo, 1982, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung.
Sriyana, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, jurnal Lembaga studi dan
advokasi masyarakat 2007.
Martokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum. Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, 2005
H.A.Mansyur Effendi, Hak Azasi Manusia dalam Hukum Nasional dan
Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta 1994.
Tutik, Titik Triwulan. Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Tata
Usaha Negara Indonesia. Jakarta: kencana prenada media group, 2011.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang HAM.

Anda mungkin juga menyukai