Anda di halaman 1dari 8

HAM DALAM UUD 1945

Dosen Pengampuh : Samang, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

1903034 MILANI KRISYANTI


1903013 DINA MALIAH
1803075 DITHA MUSDALIFAH
1803974 SULFRATIWI DAMIS
1903009 FATHUR RAHMAT

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN BISNIS ANDI SAPADA


PROGRAM STUDI HUKUM
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HAM adalah konsep hukum dan normatif, yang menunjukkan bahwa manusia memiliki
hak yang melekat karena ia adalah manusia. HAM berlaku bagi siapa saja dan dimana saja,
bersifat universal, dan pada prinsipnya tidak dapat dicabut.
HAM adalah hak asasi manusia yang dimiliki setiap orang sejak lahir. Oleh karena itu,
untuk melindungi hak asasi manusia pemerintah memberlakukan perngaturan yang tegas
dalam UUD Negara Republik Indinesia tahun 1945. Oleh karena itu, warga negara Indonesia
berhak memperoleh hak asasi sesuai UUD 194 Ketika mereka bertempat tinggal di negara.
Tonggak sejarah pengaturan HAM Internasional terjadi setelah majelis umum. PBB
menyetujui pernyataan umum tentang hak-hak asasi manusia pada 10 desember 1948.
Penyatuan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri seseorang meliputi kebebasan, keadilan dan
permaian dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan HAM dan UUD 1945?


2. Bagaimana HAM dalam UUD 1945 sebelum amandemen?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan HAM dan UUD 1945
Di Indonesia, seperti halnya negara lain, konstitusi dasar memuat sejumlah HAM
antara lain UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS 1950. Sedangkan dalam UUD 1945 (sebelum
amandemen) tidak tertuang dalam piagam tersendiri tetapi tersebar dibeberapa pasal,
terutama pasal 27 - 34 . hal ini karena UUD 1945 dirumuskan beberapa tahun sebelum PBB
mendeklarasikan HAM pada sebelum 10 desember 1948.
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia meliputi
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Kedua kompenen tersebut dikaji dengan
pendekatan filosofis (antologis), historis sosiologis, sistematis, dan yuridis fungsional.
Menunjukkan adanya komitmen kemanusiaan yang tinggi dari bangsa Indonesia meskipun
belum tersistematis secara lengkap dalam daftar hak-hak asasi manusa seperti halnya
piagam HAM.
Ketentuan UUD 1945 tentang HAM dapat dilihat dalam ketentuan pembukaan dan
pasal-pasal dalam teks revisi. Meskipun UUD 1945 memuat pasal-pasal HAM yang meliputi
bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, pengaturan tersebut dianggap tidak rinci.
Oleh karena itu, muncul pertanyaan dalam bentuk hukum, apakah rincian HAM harus
ditetapkan.
UU No. 39 tentang HAM tahun 1999 mendefiniskan HAM sebagai seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang merupakan anugerah dari-Nya dan harus dihormati, dipelihara, dan dilindungi
oleh Negara, Hukum, dan Pemerintahan. Dan setiap orang untuk kehormatan dan perlindungan
martabat manusia.

Meskipun tidak diatur secara khusus ketentuan tentang HAM pada UUD 1945 sebelum
amandemen ke dua, bukan berarti dalam UUD 1945 tidak mengakomodir ketentuan tentang
HAM. Jika dilihat dari lahirnya UUD 1945 lebih dulu lahir daripada Deklarasi HAM tahun
1948. Ketentuan yang berkaitan dengan HAM dapat dilihat sebagai berikut :
(1). Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Dengan demikian perlindungan diberikan kepada seluruh bangsa dan tumpah
darah Indonesia, tidak hanya terbatas atau berdasarkan kepentingan kelompok atau warga
Negara tertentu.
(2). Memajukan kesejahteraan umum, hal ini mengandung pengertian pembangunan
kesejahteraan secara merata dan setiap warga Negara punya kesempatan untuk sejahtera.
(3). Mencerdaskan kehidupan bangsa, guna untuk meningkatkan sumberdaya manusia
Indonesia seluruhnya secara merata guna mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.
(4). Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social, membangun bangsa yang mandiri serta kewajiban untuk menyumbangkan
pada bangsa – bangsa lain di dunia, tanpa perbedaan.
(5). Dalam penjelasan pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa Indonesia adalah
Negara berdasarkan hukum (rechtsstaat bukan berdasarkan atas kekuasaan
belaka/machtsstaat). Kaitannya dengan HAM adalah salah satu cirri Negara hokum adalah
mengakui adanya HAM. Selanjutnya dalam penjelasan umum diterangkan bahwa UUD
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam “pembukaan” dan pasal –
pasalnya, dimana mengandung arti bahwa Negara mengatasi segala paham golongan, dan
paham perorangan, mewujudkan keadilan social berdasarkan kerakyatan perwakilan dan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
mencerminkan cita – cita hokum bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi HAM serta lebih
mengutamakan kepentingan bersama manusia.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka hubungan HAM dengan UUD 1945 dapat
diterjemahkan dalam moral bangsa sebagai berikut :
(a). Kebijaksanaan harus diarahkan pada kebijaksanaan politik dan hokum, dengan
perlakuan serta hak dan kewajiban yang sama bagi siapapun, perorangan atau kelompok
yang berada di dalam batas wilayah NKRI.
(b). Kebijaksanaan Ekonomi dan Kesejahteraan, dengan kesempatan serta beban
tanggungjawab yang sama, bagi siapapun yang ingin berusaha atas dasar persaiangan yang
sehat.
(c). Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan, dengan kebebasan serta batasan –
batasan yang perlu menjaga ketahanan dan pertahanan mental terhadap anasir dan
eksploitasi dari dalam dan luar negeri.
(d). Kebijaksanaan luar negeri, meningkatkan kehormatan bangsa yang merdeka yang
bias mengatur diri sendiri, serta mampu menyumbang pada hubungan baik antara bangsa –
bangsa di dunia.
Selanjutnya dalam UUD 1945 terdapat pasal – pasal yang berkaitan dengan masalah –
masalah HAM, pasal – pasal tersebut adalah :
a). Pasal 27, tentang kesamaan kedudukan hokum dan pemerintahan, tanpa ada
kecuali serta setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
b). Pasal 28, tentang kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan
c). Pasal 29, tentang kemerdekaan untuk memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya
d). Pasal 30, tentang hak untuk membela bangsa
e). Pasal 31, tentang hak mendapat pengajaran
f). Pasal 33, tentang hak perekonomian atas asas kekeluargaan
g). Pasal 34, tentang fakir miskin dan anak – anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Dalam perkembangannya sesuai dengan amandemen kedua UUD 1945 berdasarkan
siding tahunan tahun 2000, masalah hak asasi manusia secara lugas telah dicantumkan
dalam BAB XA, Pasal 28A sampai dengan 28J.
Dari uraian tersebut diatas maka UUD 1945 mulai dari pembukaan, penjelasan umum,
dan batang tubuh cukup memuat tentang pengakuan hak asasi manusia, atau dengan kata
lain secara yuridis konstitusional, Indonesia mengakui HAM jauh sebelum lahirnya Universal
Declaration of Human Right.

B. HAM dalam UUD 1945 Sebelum Amandemen


Dalam UUD 1945 substansi mengenai HAM diatur sangat terbatas, hal ini
disebabkan karena pada saat itu ada kebutuhan yang harus dicapai terlebih dahulu yaitu
kmerdeaan RI. Selain itu, karena tidak adanya penaganan menyeluruh mengenai HAM
karena pada saat itu UUD 1945 telah disahkan sebelum deklarasi HAM terbentuk.
Dalam UUD 1945, awalanya hanya berisi 6 pasal yang mengatur HAM. Kemudian
mengalami perubahan yang sangat penting dan dimasukkan ke perubahan yang kedua UUD
1945 Agustus 2000. Faktanya, Sebelum pelaksanaan Amandemen Kedua, sudah ada
beberapa peraturan perundang-undangan Ini bisa dikatakan sebagai awal dari perubahan.
Peraturan tersebut antara lain: Ketetapan MPR XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,
Ketetapan MPR No IV/MPR/1999 tentang GBHN dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Tentang Hak Asasi Manusia.

1. Hak dalam mempertahankan hidup serta kehidupannya.


2. Hak dalam membentuk keluarga serta melanjutkan keturunan lewat perkawinan sah.
3. Hak meneruskan kelangsungan hidup, tumbuh, hingga berkembang, juga berhak atas
perlindungan dari diskriminasi dan kekerasan.
4. Hak mengembangkan diri lewat pemenuhn kebutuhan dasar. Berhak mendapat
pendidikan, seni, budaya, untuk meningatkan kualitas hidup serta kesejakteraan manusia.
5. Hak memajukan diri dalam haknya secara kolektif serta membangun masyarakat,
bangsa, dan nagara.
6. Hak pengakuan, perlindungan, jaminan, maupun kepastian hukum secara adil.
7. Hak bekerja dan memperoleh imbalan yang adil dan layak.
8. Hak mendapatkan kesempatan sama dalam lingkup pemerintahan.
9. Hak status kewarganegaraan.
10. Hak memeluk agama, beribadah, hingga memilih tetap dalam lingkup warga negara
atau keluar.
11. Hak bebas menyakini kepercayaan.
12. Hak kebebasan menjalankan serikat, mengeluarkan pendapat.
13. Hak berkomunikasi serta mendapat informasi.
14. Hak mendapatkan perlindungan diri, keluarga, harta, hingga kekuasaan.
15. Hak bebas dari penyiksaan juga perlakukan yang merendahkan martabat.
16. Hak pemenuhan hidup sejahtera lahir dan batin.
17. Hak memperoleh kemudahan juga pelakukan khusus untuk mendapatkan kesempatan.
18. Hak jaminan sosial.
19. Hak dalam hak milik pribadi atau hak milik tidak bisa diambil paksa.
20. Hak dalam hidup dan tidak disiksa.
21. Hak bebas dari perlakukan yang diskriminatif.
22. Hak berbudaya yang dijadikan identitad masyarakat tradisional

Contoh atau bukti pelanggaran HAM

Tragedi Tanjung Priok

Tragedi ini terjadi pada September 1984. Saat itu hampir tengah malam, tiga orang juru
dakwah, Amir Biki, Syarifin Maloko dan M. Nasir berpidato berapi-api di jalan Sindang Raya,
Priok. Mereka menuntut pembebasan empat pemuda jamaah Mushala As-Sa’adah yang
ditangkap petugas Kodim, Jakarta Utara.

Empat pemuda itu digaruk tentara karena membakar sepeda motor Sertu Hermanu.
Anggota Babinsa Koja Selatan itu hampir saja dihajar massa jika tak dicegah oleh seorang
tokoh masyarakat di sana. Ketika itu, 7 September 1984, Hermanu melihat poster ”Agar para
wanita memakai pakaian jilbab.’ Dia meminta agar poster itu dicopot.

Tapi para remaja masjid itu menolak. Esoknya Hermanu datang lagi, menghapus poster
itu dengan koran yang dicelup air got. Melihat itu, massa berkerumun, tapi Hermanu sudah
pergi. Maka beredarlah desas-desus ‘ada sersan masuk mushola tanpa buka sepatu dan
mengotorinya.’ Massa rupanya termakan isu itu. Terjadilah pembakaran sepeda motor itu.

Maka, pengurus Musholla pun meminta bantuan Amir Biki, seorang tokoh di sana agar
membebaskan empat pemuda yang ditahan Kodim itu. Tapi ia gagal, dan berang. Ia lantas
mengumpulkan massa di jalan Sindang Raya dan bersama-sama pembicara lain, menyerang
pemerintah. Biki dengan mengacungkan badik, antara lain mengancam RUU Keormasan.

Pembicara lain, seperti Syarifin Maloko, M. Natsir dan Yayan, mengecam Pancasila dan
dominasi Cina atas perekonomian Indonesia. Di akhir pidatonya yang meledak-ledak, Biki pun
mengancam, ”akan menggerakkan massa bila empat pemuda yang ditahan tidak dibebaskan.”
Ia memberi batas waktu pukul 23.00. Tapi sampai batas waktu itu, empat pemuda tidak juga
dibebaskan.

Maka, Biki pun menggerakkan massa. Mereka dibagi dua; kelompok pertama
menyerang Kodim. Kelompok kedua menyerang toko-toko Cina. Bergeraklah dua sampai tiga
ribu massa ke Kodim di jalan Yos Sudarso, berjarak 1,5 Km dari tempat pengerahan massa.

Biki berjalan di depan. Tapi di tengah jalan, depan Polres Jakarta Utara, mereka
dihadang petugas. Mereka tak mau bubar. Bahkan tak mempedulikan tembakan peringatan.
Mereka maju terus, menurut versi tentara, sambil mengacung-acungkan golok dan celurit.

Masih menurut sumber resmi TNI, Biki kemudian berteriak, Maju…serbu…’ dan massa
pun menghambur. Tembakan muntah menghabiskan banyak sekali nyawa. Biki sendiri tewas
saat itu juga.

Keterangan resmi pemerintah korban yang mati hanya 28 orang. Tapi dari pihak korban
menyebutkan sekitar tujuh ratus jamaah tewas dalam tragedi itu. Setelah itu, beberapa tokoh
yang dinilai terlibat dalam peristiwa itu ditangkapi; Qodir Djaelani, Tony Ardy, Mawardi Noor,
Oesmany Al
Hamidy. Ceramah-ceramah mereka setahun sebelumnya terkenal keras; menyerang
kristenisasi, penggusuran, Asaa Tunggal Pancasila, Pembatasan Izin Dakwah, KB, dan
dominasi ekonomi oleh Cina.

Empat belas jam setelah peristiwa itu, Pangkopkamtib LB Moerdani didampingi


Harmoko sebagai Menpen dan Try Sutrisno sebagai Pangdam Jaya memberikan penjelasan
pers. Saat itu Benny menyatakan telah terjadi penyerbuan oleh massa Islam di pimpin oleh Biki,
Maloko dan M. Natsir. Sembilan korban tewas dan 53 luka-luka, kata Benny.
BAB III
KESIMPULAN
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia meliputi
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Kedua kompenen tersebut dikaji dengan
pendekatan filosofis (antologis), historis sosiologis, sistematis, dan yuridis fungsional.
Menunjukkan adanya komitmen kemanusiaan yang tinggi dari bangsa Indonesia meskipun
belum tersistematis secara lengkap dalam daftar hak-hak asasi manusa seperti halnya
piagam HAM.
Ketentuan UUD 1945 tentang HAM dapat dilihat dalam ketentuan pembukaan dan
pasal-pasal dalam teks revisi. Meskipun UUD 1945 memuat pasal-pasal HAM yang meliputi
bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, pengaturan tersebut dianggap tidak rinci.
Oleh karena itu, muncul pertanyaan dalam bentuk hukum, apakah rincian HAM harus
ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai