PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 2016, Ilmu Negara Cetakan ke delapan, Gaya Media
Pratama, Jakarta , hlm. 91.
2
A. Widiada Gunakawa, 2017, Hukum Hak Asasi Manusia, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm. 56.
dan martabat manusia. 3Hak Asasi itu sendiri dibagi menjadi tiga jenis
yaitu hak sipil dan politik, hak ekonomi dan hak sosial dan budaya.
3
Einar M. Sitompul, 2005, Agama-agama dan Perjuangan Hak-hak Sipil, Bidang Marturia PGI,
Jakarta, hlm. 125.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Aulia Rosa Nasution, 2018, Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM Berat melalui Pengadilan
Nasional dan Internasional serta Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi MERCATORIA, 11 (1) (2018):
90-126, Universitan Medan Area, hlm. 100.
5
R. Wiyono, 2006, Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia, Jakarta: Kencana, hlm 1.
konsep dari paham individualisme tidak perlu dicantumkan didalam UUD
1945 yang dibuat sebagai konstitusi. Hatta-Moh. 6Yamin menentang
pendapat Soekarno dan Soepomo dimana Hatta-Moh. Yamin berpendapat
bahwa untuk mencegah Negara yang dibentuk menjadi negara kekuasaan
maka diperlukan pengakuan HAM pada UUD 1945. UUD 1945 yang
disahkan tanggal 18 Agustus 1945 sebetulnya sudah memuat tentang
HAM, hal tersebut terbukti dari Pasal 27- Pasal 34 UUD 1945.
Pelaksanaan dari HAM itu sendiri belum diatur dalam UUD 1945 jadi
meskipun perlindungan hukum terhadap HAM sudah ada namun protokol
pelaksanaanya belum diciptakan sehingga aturan untuk menindak setiap
pelanggaran terhadap aturan itu sendiri menjadi tidak jelas.
Tahun 1948 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakandeklarasi
tentang Hak Asasi Manusia (HAM), 7yang didalamnya memuat hak hidup, bebas
dari perbudakan, bebas dari penyiksaan & kekejaman, persamaan dan bantuan
hukum, pengadilan yang adil, perlindungan urusan pribadi & keluarga, memasuki
dan meninggalkan suatu negara, mendapatkan suaka, hak kewarganegaraan;
membentuk keluarga, memiliki harta benda, kebebasan beragama, berpendapat,
berserikat dan berkumpul, turut serta dalam pemerintahan, jaminan sosial,
pekerjaan, upah layak dan kesejahteraan; pedidikan ”gratis” dan kebudayaan.
Indonesia pada saat itu menjadi negara pihak dalam deklarasi tersebut akan tetapi
hal tersebut bukan berarti bahwa indonesia secara mutlak meratfikasi atau
mengadopsi ketentuan hukum dalam deklarasi tersebut untuk diterapkan di
wilayah yurisdiksinya sampai saat deklarasi ini dicetuskan pemerintah Indonesia
masih juga belum menciptakan aturan pelaksanaan dari HAM sebagaimana
tercantum dalam Pasal 27-Pasal 34 UUD 1945.
Belum adanya aturan pelaksanaan tentang HAM ini menimbulkan
banyaknya pelanggaran HAM di Indonesia. Kasus pelanggaran HAM sendiri di
Indonesia sering terjadi pada tahun 1965-1998 atau disebut dengan masa orde
6
Ibid.
7
Dosen Prodi PPKn FKIP UNS Surakarta, 2013, Regulasi Perlindungan HAM Tingkat Internasional
Jurnal PPKn, Vol.1. No.1, Januari 2013, Fakultas Keguruan UNS, hlm. 3.
baru, contohnya kasus penembak misterius (petrus), Kasus Hilangnya mahasiswa
demonstran pada masa revolusi, kasus Mei 1998 dsb. Setelah tahun 1998 itu atau
pada masa revolusi Indonesia baru melakukan ratifikasi deklaris HAM menjadi
aturan hukum guna implementasi pelaksanan HAM itu sendiri. Ratifikasi tersebut
sejumlah Peraturan PerUndang-Undangan sebagai bentuk dari kesungguhan
negara Indonesia dalam menghormati, melindungi, dan memajukan HAM bagi
warganegaranya sebagaimana tercantum dalam Pasal 27-Pasal 34 UUD 1945,
antara lain: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Kebebasan
Menyatakan Pendapat, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM,
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. 8Secara
normatif hal yang cukup menggembirakan dalam perlindungan HAM dalam
hukum di Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang HAM dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Menurut penjelasan Umum dalam UndangUndang Nomor 39
Tahun 1999. posisi hukum UU tersebut adalah merupakan payung dari seluruh
peraturan perundang-undangan tentang HAM.
8
Ratna Kumalasari dan Sapto Budoyo, 2019, Perkembangan Pengaturan HAM Dalam Hukum
Indonesia Jurnal Meta-Yuridis Vol. 2 No.1 Tahun 2019, Fakultas Hukum PGRI Semarang dan
Magister Hukum Universitas Diponegoro Semarang, hlm. 96.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Buku