Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep negara hukum menempatkan ide perlindungan hak asasi manusia sebagai salah satu
elemen penting. Dengan mempertimbangkan urgensinya perlindungan hak asasi manusia
tersebut, maka konstitusi harus memuat pengaturan hak asasi manusia agar ada jaminan negara
terhadap hak-hak warga negara. Salah satu perubahan penting dalam Amandemen UUD 1945
adalah pengaturan hak warga negara lebih komprehensif dibanding UUD 1945 (pra-amandemen)
yang mengatur secara umum dan singkat.1

Catatan pelanggaran hak asasi manusia yang buruk di era Pemerintahan Orde Baru di bawah
Presiden Suharto memberi pelajaran bahwa setidaknya pengaturan hak-hak warga negara harus
lebih rinci di dalam konstitusi. Amandemen UUD 1945 juga membuat pranata peradilan melalui
Mahkamah Konstitusi untuk menggugat produk perundang-undangan yang melanggar hak-hak
warga negara sebagaimana diatur dalam konstitusi. Hak asasi manusia merupakan nilai-nilai
universal yang telah diakui secara universal. berbagai instrumen internasional mewajibkan
negara-negara peserta untuk memberikan jaminan perlindungan dan pemenuhan hak warga
negara. Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki sejarah panjang dalam perjuangan
perlindungan hak asasi manusia.2

Sebagai negara hukum yang demokratis, Indonesia telah meratifikasi berbagai instrumen
hukum internasional. Perubahan mendasar dalam politik penegakan hak asasi manusia setelah
reformasi 1998 tetapi tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perjuangan sebelumnya. Dalam
negara hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak
dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan
yang sangat otoriter.3

Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani Hasyim, S.H., M.H.
Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum, Halaman 66. 1 2 3

1
Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk
penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya
penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam undang-
undang. Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif ataupun legislative terhadap
kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari hakim yang bersangkutan pun, tidak
mempunyai kewenangan untuk mempengaruhi atau mendiktekan kehendaknya kepada hakim
bawahan.4

Salah satu perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia ada dalam undang-undang
Nomor No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 menyebutkan: “Hak Asasi
Manusia ialah “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.5

Hak asasi manusia tersebut, misalnya hak mendasar dan hakiki untuk hidup serta
mempertahankan hidup dan kehidupannya, membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan, hak
anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, kebebasan memeluk agama, meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal, kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat, perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda, dan rasa aman, serta bebas dari
penyiksaan. UUD NRI 1945 secara eksplisit menjamin hak asasi manusia sebagai hak
konstitusional setiap warga negara, dan merupakan hak yang mendasar atau asasi yang tidak
boleh dikurangi dalam keadaan apapun. Semua hak asasi manusia tersebu dijamin oleh UUD
dalam pasal 28A sampai pasal 28J.6

Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani Hasyim, S.H., M.H.
Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum, Hal 66.4
Firdaus Arifin, S.H., M.H., Hak Asasi Manusia, Teori, Perkembangan Dan Pengaturan, Hal 12.5
Herman, S.H., M.Hum., Prof. Dr. H. Manan Sailan, M.Hum., Pengantar Hukum Indonesia, Hal 36.6

2
Dalam konteks jaminan HAM, konstitusi memberikan arti penting tersendiri lagi terciptanya
sebuah paradigma negara hukum sebagai buah dari proses dialetika demokrasi yang telah
berjalan secara amat panjang dalam lintasan sejarah peradaban manusia. Jaminan atas HAM
meneguhkan pendirian bahwa negara bertanggung jawab atas tegaknya supermasi hukum. Oleh
karena itu, jaminan konstitusi atas HAM yang penting artinya bagi arah pelaksanaan
ketatanegaraan sebuah negara, sebagaimana ditegaskan oleh Sri Soemantri sebagai
berikut: “Adanya jaminan terhadap hak-hak dasar setiap warga negara mengandung arti bahwa
setiap penguasa dalam negara tidak dapat dan tidak boleh bertindak sewenang-wenang kepada
warga negaranya. Bahkan adanya hak-hak dasar itu juga mempunyai arti adanya keseimbangan
dalam negara, yaitu keseimbangan antara kekuasaan dalam negara dan hak-hak dasar warga
negara”.7

Konstitusi merupakan napas kehidupan ketatanegaraan sebuah bangsa, tidak terkecuali bagi
Indonesia. Konstitusi sebagai perwujudan konsensus dan penjelmaan dari kemauan rakyat
memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup berikut HAM secara nyata. Oleh karena itu,
jaminan konstitusi atas HAM adalah bukti dari hakikat, kedudukan dan fungsi konstitusi itu
sendiri bagi seluruh rakyat Indonesia.8 Hubungan antara HAM dan hukum, tentunya setiap orang
menghormati HAM merupakan Negara hukum dalam arti materiil atau subtansial. Apabila
Negara dijalankan itu tidak memperhatikan nilai subtansi yang ada berarti Negara dijalankan
secara regresif, sehingga kecenderungannya akan mempertahankan status quo. Dengan demikian
dalam Negara hukum seharusnya HAM diatur berdasarkan hukum, sehingga penghormatan dan
penegakan HAM itu dapat ditegakkan secara pasti. Lalu mengapa Konsep universal HAM
diinterprestasikan sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945? Alasannya karena
akan berkaitan dengan falsafah, doktrin, dan wawasan bangsa Indonesia baik secara individu
maupun secara kolektif. Konsepsi tentang universal HAM bagi bangsa kita tidak hanya pada
hak-hak mendasar manusia tetapi harus lebih relevan, termasuk menyangkut kewajiban dasar
manusia sebagai warga Negara untuk memenuhi peraturan perundang-undangan, termasuk
adanya kewajiban menghormati hak asasi orang lain.9

Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani Hasyim, S.H., M.H.
Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum, Hal 66 dan 250. 7 8 9

3
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas diperoleh rumusan masalahnya yaitu antara lain :
1. Bagaimana keseriusan negara hukum dalam menyikapi Hak Asasi Manusia?
2. Apakah hukum di Indonesia mengatur tentang Hak Asasi Manusia?
3. Apakah Hak Asasi Manusia dijamin oleh hukum atau tidak?

1.3 Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya :


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui keseriusan negara hukum dalam menyikapi HAM
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui HAM diatur dalam negara Indonesia atau tidak
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui apakah HAM dijamin oleh hukum atau tidak

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ham Di Indonesia

Konsep negara hukum menempatkan ide perlindungan hak asasi manusia sebagai salah satu
elemen penting. Dengan mempertimbangkan urgensinya perlindungan hak asasi manusia
tersebut, maka konstitusi harus memuat pengaturan hak asasi manusia agar ada jaminan negara
terhadap hak-hak warga negara. Salah satu perubahan penting dalam Amandemen UUD 1945
adalah pengaturan hak warga negara lebih komprehensif dibanding UUD 1945 (pra-amandemen)
yang mengatur secara umum dan singkat.10 Catatan pelanggaran hak asasi manusia yang buruk di
era Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Suharto memberi pelajaran bahwa setidaknya
pengaturan hak-hak warga negara harus lebih rinci di dalam konstitusi. Amandemen UUD 1945
juga membuat pranata peradilan melalui Mahkamah Konstitusi untuk menggugat produk
perundang-undangan yang melanggar hak-hak warga negara sebagaimana diatur dalam
konstitusi.11 Sebagai negara hukum yang demokratis, Indonesia telah meratifikasi berbagai
instrumen hukum internasional.

Perubahan mendasar dalam politik penegakan hak asasi manusia setelah reformasi 1998
tetapi tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perjuangan sebelumnya. Dalam negara hukum
hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak dilindungi,
negara tersebut bukan negara hukum akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang
sangat otoriter.12 Maka dari itu sejauh ini hukum melihat dan menyikapi persoalan hak asasi
manusia yang patut untuk dijamin dan dilindungi. Sebagai mana hak asasi manusia perlu
dilindungi dengan cara membuat suatu aturan yang mengatur terkait hak asasi tersebut, dengan
begitu hak seorang warga negara pun dapat terjamin dan terlindungi, ketika manusia berada
dalam suatu negara. Salah satu Undang_Undang yang mengatur persoalan itu adalah Undang-
Undang N0 39 tahun 1999 yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia.13

Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani Hasyim, S.H., M.H.
Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum, Halaman 66. 10 11 12 13

5
2.2 Regulasi Ham

Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk
penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya
penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam undang-
undang. Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif ataupun legislative terhadap
kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari hakim yang bersangkutanpun, tidak
mempunyai kewenangan untuk mempengaruhi atau mendiktekan kehendaknya kepada hakim
bawahan.14 Salah satu perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia ada dalam undang-
undang Nomor No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 menyebutkan: “Hak
Asasi Manusia ialah “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.15

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia juga mengatur tentang Hak Asasi
Manusia dalam pasal 28A sampai dengan pasal 28J sebagai bentuk perlindungan dan pemenuhan
terhadap warga negara. Begitu pula sebagai negara hukum yang berdaulat Negara Indonesia
adalah salah satu negara yang pernah dijajah, sehingga dari kisah kelam tersebut Indonesia dapat
menarik pembelajaran penting terkait hak seseorang untuk bebas dalam segala aspek, selama
tidak bertentangan hak itu tidak boleh dibatasi apalagi dilarang. Artinya, suatu hak adalah suatu
kebebasan manusia untuk hidup merdeka. Maka sebagai jaminan untuk tidak terjadi penindasan
dan lain sebagainya, maka dari itu negara harus menjamin dan melindungi hak-hak warga negara
tersebut dengan cara mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Agar masyarakat dapat merasakan
ketenangan dan kenyamanan ketika berada dalam suatu negara, Hak Asasi Manusia harus
terjamin dan junjung tinggi.

Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani Hasyim, S.H., M.H., Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum, Hal 66.14
Firdaus Arifin, S.H., M.H., Hak Asasi Manusia, Teori, Perkembangan Dan Pengaturan, Hal 12.15

6
2.3 Hukum Terhadap Ham

Dalam konteks jaminan HAM, konstitusi memberikan arti penting tersendiri lagi terciptanya
sebuah paradigma negara hukum sebagai buah dari proses dialetika demokrasi yang telah
berjalan secara amat panjang dalam lintasan sejarah peradaban manusia. Jaminan atas HAM
meneguhkan pendirian bahwa negara bertanggung jawab atas tegaknya supermasi hukum. Oleh
karena itu, jaminan konstitusi atas HAM yang penting artinya bagi arah pelaksanaan
ketatanegaraan sebuah negara, sebagaimana ditegaskan oleh Sri Soemantri sebagai berikut: “
Adanya jaminan terhadap hak-hak dasar setiap warga negara mengandung arti bahwa setiap
penguasa dalam negara tidak dapat dan tidak boleh bertindak sewenang-wenang kepada warga
negaranya.16 Bahkan adanya hak-hak dasar itu juga mempunyai arti adanya keseimbangan dalam
negara, yaitu keseimbangan antara kekuasaan dalam negara dan hak-hak dasar warga negara”.
Konstitusi merupakan napas kehidupan ketatanegaraan sebuah bangsa, tidak terkecuali bagi
Indonesia. Konstitusi sebagai perwujudan konsensus dan penjelmaan dari kemauan rakyat
memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup berikut HAM secara nyata. 17 Oleh karena itu,
jaminan konstitusi atas HAM adalah bukti dari hakikat, kedudukan dan fungsi konstitusi itu
sendiri bagi seluruh rakyat Indonesia. Hubungan antara HAM dan hukum, tentunya setiap orang
menghormati HAM merupakan Negara hukum dalam arti materiil atau subtansial. Apabila
Negara dijalankan itu tidak memperhatikan nilai subtansi yang ada berarti Negara dijalankan
secara represif, sehingga kecenderungannya akan mempertahankan status quo.18 Dengan
demikian dalam Negara hukum seharusnya HAM diatur berdasarkan hukum, sehingga
penghormatan dan penegakan HAM itu dapat ditegakkan secara pasti. Hak asasi manusia
tersebut, misalnya hak mendasar dan hakiki untuk hidup serta mempertahankan hidup dan
kehidupannya, membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan, hak anak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, kebebasan
memeluk agama, meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal,
kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat, perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, harta benda, dan rasa aman, serta bebas dari penyiksaan. UUD NRI 1945
secara eksplisit menjamin hak asasi manusia sebagai hak konstitusional setiap warga negara, dan
merupakan hak yang mendasar atau asasi yang tidak boleh dikurangi dalam keadaan apapun.19
Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani Hasyim, S.H., M.H., Hukum dan HAM , Hal 66-250. 16 17 18 19

7
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan saya terhadap makalah kali ini adalah hukum sebagai sarana dimana hak asasi manusia
terjamin dan terlindungi. Agar supaya hak asasi tersebut terpenuhi disuatu negara, maka sebagai negara
hukum haruslah membuat suatu regulasi yang mengatur tentang hak asasi manusia sebagai perlindungan
warga negaranya.

Setelah saya membaca perkembangan hukum di Indonesia tentang hak asasi manusia, ternyata Indonesia
juga termasuk salah satu negara hukum yang juga menjamin hak asasi warga negaranya. Semua itu,
termuat dalam konstitusi sebagai Undang-Undang tertinggi dan juga diatur dalam undang-undang sebagai
perlindungan terhadap hak warga negara.

3.1 Saran

Saran saya untuk makalah kali ini adalah kedepannya saya harap adanya ketegasan pemerintah
dalam menyikapi persoalan pelanggaran hak asasi manusia, terutama pelanggaran HAM berat. Agar
terciptanya suatu kehidupan masyarakat yang adil dan beradap. Selaku negara Indonesia adalah negara
hukum, maka dari itu hak asasi haruslah dijunjung tinggi dan dijamin serius sebagai salah satu cita negara
hukum yang berkedaulatan baik.

Sebagai negara demokratis, terutama negara hukum. Saya sarankan mengenai aspirasi publik, terkait
kebebasan berpendapat dan kritik dalam menyikapi pelanggaran HAM atas kediktatoran yang
mengakibatkan keotoriteran seseorang maupun penguasa haruslah ditindak lanjuti dengan serius dan
bijaksana. Supaya masyarakat bisa hidup tentram tanpa ancaman atas hak-haknya, sebagaimana telah
diatur dan dijamin oleh konstitusi. Selama tidak bertentangan, maka pemerintah maupun seluruh
fungsioner tidak boleh bersikap represif apalagi menindas warga negaranya dengan menggunakan jabatan
dan kehendaknya untuk melakukan sebuah perbuatan yang mengancam maupun merampas hak-hak
warga negaranya.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Penulis Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. Hj. Yonani
Hasyim, S.H., M.H., Penerbit Mitra Wacana Media, Edisi Pertama, Jakarta ditahun 2020.

2. Hak Asasi Manusia, Teori Perkembangan Dan Pengaturan, Firdaus Arifin, S.H., M.H.,
Penerbit Thafa Media, Cetakan Pertama, Yogyakarta ditahun 2019.

3. Pengantar Hukum Indonesia, Herman, S.H., M.Hum., Prof. Dr. H. Manan Sailan,
M.Hum., Penerbit Universitas Negri Makassar, Cetakan Pertama, Makassar ditahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai