Judul
B. Identitas Mahasiswa
Nama : Al Mahathir
Nim : 200374201446
Prodi : Hukum
C. Pendahuluan
1. latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum memiliki makna bahwa segala aspek kehidupan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus didasarkan pada hukum dan segala produk
Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara hukum harus mampu menegakkan hukum yang
berlaku secara adil dan merata bagi seluruh warga negaranya. Selain itu, Indonesia sebagai
negara hukum juga harus mampu memenuhi tuntutan akal budi dan mengesahkan demokrasi.
Dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum yang baik dan benar dalam mengatur
semua hal yang ada di dalam negara, maka peran serta warga negara yang patuh serta
menjalani hukum yang berlaku dengan taat sangatlah penting. Karena hukum merupakan
tatanan atau kaidah yang harus dijunjung tinggi oleh rakyat di dalam suatu negara.
Indonesia sebagai negara hukum berarti bahwa hukum memiliki kekuatan mengikat
yang harus dipatuhi oleh seluruh warga negara dan pemerintah. Hukum menjadi
landasan bagi tindakan dan keputusan yang diambil oleh individu, kelompok,
lembaga, maupun pemerintah. Tidak ada kekuatan atau otoritas yang berada di atas
hukum.
Makna ini menunjukkan bahwa hukum berlaku setara bagi semua individu dan
lembaga, termasuk pemerintah. Tidak ada orang atau lembaga yang dikecualikan dari
kewajiban atau bertindak di luar batas hukum. Prinsip kedaulatan hukum menjamin
perlakuan yang adil, penegakan hukum yang tidak memihak, dan kepastian hukum
4. Kepastian Hukum
Indonesia sebagai negara hukum juga berarti adanya kepastian
hukum. Hukum harus jelas, dapat diakses, dan diterapkan
secara konsisten. Semua warga negara harus dapat
mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta konsekuensi
hukum dari tindakan mereka. Kepastian hukum memberikan
dasar yang stabil bagi individu, bisnis, dan investasi untuk
beroperasi.
Notonegoro
Hak adalah kuasa atau hak istimewa untuk menerima atau
melakukan sesuatu yang semestinya, dan hak tersebut tidak dapat
dilakukan oleh pihak lainnya. Hak ini juga pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh pihak yang berkepentingan.
Muhammadiyah merupakan salah satu gerakan Islam Besar di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M oleh almarhum K H Ahmad Dahlan, di Yogyakarta. Sebagai
Gerakan Islam yang dinamis, Muhammadiyah terus melakukan ekspansi serta menyebar sampai ke seluruh
pelosok Nusantara, Indonesia, sejalan dengan cita-citanya untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Dalam posisinya sebagai Gerakan Tajdid (pembaharuan), maka Muhammadiyah dalam aktivitasnya
tampil dengan cara-cara yang lebih modern, elegan serta mengambil langkah-langkah yang tepat, terorganisir
secara rapi serta profesional dalam tatanan kehidupan masyarakat yang terus berkembang dan berubah sejalan
dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus mampu tampil berwibawa, bahkan mampu
memberikan informasi yang akurat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta kepentingan masyarakat luas.
Sesuai dengan berbagai perubahan serta terobosan yang telah dilakukan Muhammadiyah, baik secara
nasional ataupun kedaerahan (Provinsi), maka dalam kehidupan Muhammadiyah juga dituntut dengan tampilan
yang modern, sebagai usaha memenuhi keinginan masyarakat modern di era globalisasi ini. Maka yang paling
penting dilakukan Muhammadiyah adalah melakukakan pendataan yang akurat tentang potensi yang dimiliki
Muhammadiyah Aceh yang memiliki potensi yang besar dan terus berkembang harus hadir dengan
kebenaran data yang ada, sehingga dapat tampil prima di tengah kehidupan masyarakat yang membutuhkan
serta berusaha untuk ikut serta menjalin kerjasa yang seseuai dengan perkembangan dunia. Hal ini semua
dilakukan dalam rangka menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik, sesuai dengan cita-cita
Muhammadiyah yang ingin menciptakan masyarakat utama. Oleh karena itu, Muhammadiyah Aceh juga harus
mampu tampil dengan data yang baik untuk kebutuhan kehidupan masyarakat modern yang semakin cerdas
Dengan demikian, ditempuh usaha untuk menampilkan Profil Muhammadiyah Aceh yang disusun
berdasarkan pada data empirik, kuantitatif serta kualitatif yang dimiliki, baik data primer maupun skundair dari
aspek fisik ataupun non-fisik, anggota, serta berbagai kekayaan amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah Aceh.
Pada awalnya Muhammadiyah di Aceh diperkenalkan oleh almarhum Djajasoekarta pada tahun 1923,
beliau adalah seorang pegawai pemerintah Belanda yang berasal dari Sunda ditugaskan oleh Pemerintah
Belanda untuk mengunjungi daerah-daerah, salah satunya adalah ke Aceh. Hal ini dimanfaatkan beliau untuk
mengembangkan Muhammadiyah di daerah Aceh. Oleh karena itu, gagasan tentang Muhammadiyah telah
muncul sejak tahun 1923. Oleh karena itu, Djajasoekarta disebutkan sebagai penggagas atau pelopor, bahkan
Berdasarkan catatan sejarah kehadiran Muhammadiyah di Aceh pada tahun 1927, yakni setelah 15
tahun berdiri di Yogyakarta, dan juga setelah sekitar empat tahun diperkenalkan di Aceh. Muhammadiyah Aceh
didirikan di Kutaradja (Banda Aceh sekarang), pada waktu itu berada di Jalan Merduati (Jalan KH Ahmad Dahlan
No. 7, sekarang), yang dimulai dengan pengajian, selanjutnya berkembang dalam bentuk pendidikan sekolah,
yaitu Sekolah Dasar Muhammadiyah (SDM) di Lorong Melati, Merduati, kemudian Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah (SMPM) dan Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah (SMAM/SMUM) di Jalan Merduati.
Terakhir SMU Muhammadiyah pidah ke Kampung Setuy dan SMP Muhammadiyah pindah ke Jalan Prof. A.
Majid Ibrahim sekarang. Selanjutnya kegiatan Muhammadiyah terus berkembang di sekitar Kampung (Desa)
Merduati, ke daerah Jalan Taman Siswa, ke Punge Blang Cut II, dan kampung (Desa) Setuy, Sukaramai, Keudah
dan Kota Baru (Lampriek) Banda Aceh. Kemudian Muhammadiyah terus berkembang ke sekitar kota Banda
Aceh. Sementara itu, di luar kota Banda Aceh Muhammadiyah berdiri di Seulimum, Sibreh, Samahani, Saree,
Lhoknga dan Lhong, yaitu di sekitar Aceh Besar dan Sabang sebagai kota pelabuhan yang sudah cukup dikenal
serta banyak disinggahi kapal-kapal penumpang yang mengisi bahan bakar dan bekalan air untuk keperluan
berlayar. Konsul Muhammadiyah pertama di Kutaradja (Banda Aceh) adalah Teuku Hasan Geulumpang Payong,
merupakan tokoh yang sangat berjasa mengembangkan Muhammadiyah ke daerah-daerah seluruh Aceh
lainnya. Berbagai amal usaha dalam bentuk sekolah dan yang lainnya terus berkembang di seluruh Aceh,
demikian juga era abad ke 20 diikuti dengan perkembangan pendidikan melalui perguruan tinggi Muhammadiyah
Aceh.
Kemudian sesudah berdirinya Muhammadiyah di Kutaradja (Banda Aceh) terus menyebar di daerah-
daerah lainnya. Dalam penyebarannya juga tidak sama, sesuai dengan kondisi serta sejalan dengan penerimaan
serta perkembangan masyarakatnya, ada daerah yang dapat didirikan organisasi Muhammadiyah sesudah
zaman penjajahan Jepang. Demikian pula, perkembangan Muhammadiyah di sepanjang pesisir Timur Aceh ikut
berperan pula seorang ulama muda, yang mendakwahkan menyampaikan ajaran-ajaran Muhammadiyah
bernama A R Sutan Mansur, beliau juga berprofesi sebagai seorang montir. A R Sutan Mansur tinggal beberapa
tahun di Lhokseumawe (Aceh Utara), dan juga beliau turut meresmikan berdirinya Muhammadiyah di Sigli (Pidie)
pada 1 Juli 1927, tetapi sebelumnya beliau juga mendirikan Muhammadiyah di Lhokseumawe (Aceh Utara).
Selanjutnya beliau mengembangkan Muhammadiyah di Takengon (Tanah Gayo/Aceh Tengah) tahun 1928.
Tahap berikutnya Muhammadiyah berdiri di Kuala Simpang, Aceh Timur (Sekarang Aceh Tamiang)
pada 4 Oktober 1928 yang diresmikan oleh M Yunus Anis Wakil Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kemudian
berkembang ke Langsa (Aceh Timur). Untuk Kuala Simpang lebih dahulu lahir Aisyiyah yaitu 28 September 1928,
sementara untuk daerah lainnya Aisyiyah lahir setelah didirikan Muhammadiyah. Kemudian Muhammadiyah di
Aceh Tenggara berdiri pada tahun 1937, meskipun sebelumnya beberapa pemuda telah menyebarkan ajaran
Muhammadiyah di Aceh Tenggara sejak 1930-an, setelah mereka kembali dari menuntut ilmu di Tawalib School,
Demikian pula perkembangan Muhammadiyah di pesisir Barat dan Selatan Aceh, meskipun sejak
Muhammadiyah didirikan di Kutaradja gagasan Muhammadiyah sudah mulai masuk menyebar di daerah-daerah
tersebut, tetapi 15 tahun kemudian baru dapat berdiri Muhammadiyah di Tapak Tuan (Aceh Selatan) pada tahun
1933, sementara itu pada tahun yang sama Muhammadiyah telah hadir di Labuhan Haji (Aceh Selatan) yang
dikembangkan oleh alumni Tawalib School Minangkabau. Kemudian di Meulaboh (Aceh Barat) pada 31 Mei 1942
didirikan oleh Said Aboebakar yang berasal dari Kampung Aceh di Penang, Malaysia. Meskipun ajaran
Muhammadiyah juga sudah dikenal sejak Muhammadiyah didirikan di Kutaradja pada tahun 1927.
Oleh karena itu, perkembangan Muhammadiyah sebelumnya ada yang cepat serta ada pula yang
lamban sampai dengan tahun 1942, bertepatan dengan masuknya Jepang ke Aceh. Selanjutnya Muhammadiyah
demikian aktif terutama dalam memberikan pengajian-pengajian khususnya untuk anggota Muhammadiyah.
Kemudian setelah penjajahan Jepang Muhammadiyah mendapatkan peluang yang baik untuk melaksanakan
Demikian pula, pada awal perkembangan Muhammadiyah di Aceh ada kantong-kantong potensial
ajaran Muhammadiyah hidup secara baik serta mantap yang disebut sebagai “daerah modal”. Di Banda Aceh
yaitu, Merduati, Sukaramai, Keudah dan Bandar Baru atau Lampriet, Lhong Blang-me (Aceh Besar), Meureudu
(Pidie), Bireuen (Aceh Utara atau Aceh Bireuen sekarang), Tritit (Aceh Tengah), Kuala Simpang (Aceh Timur
atau Aceh Tamiang sekarang), Jeuram (Aceh Barat), Blang Pidie (Aceh Selatan atau Aceh Barat Daya sekarang)
dan Kota Kutacane (Aceh Tenggara). Kemudian setelah itu Muhammadiyah terus berkembang secara
Seluruh Aktivitas organisasi yang dilakukan oleh Ortom Muhammadiyah sesuai dengan Program Kerja
serta sejalan dengan hasil Muktamar (Musyawarah) yang berlaku pada tingkat nasional, namun demikian seluruh
aktivitasnya juga selaras dengan garis ketentuan ataupun khittah organisasi induknya, yaitu Muhammadiyah.
Oleh karena itu, sebagaimana Muhammadiyah sebagai induk mempunyai struktur organisasi pada
tingkat propinsi disebut Pimpinan Wilayah, selanjutnya Pimpinan Daerah di tingkat Kabupaten/Kota, kemudian
Pimpinan Cabang di tingkat Kecamatan dan Pimpinan Ranting di Desa/Kampung. Struktur kepemimpinan pada
tingkat Ortom juga demikian, kecuali struktur organisasi untuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yaitu,
tungkat propinsi Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Dewan Pimpinan Cabang di tingkat Kabupaten/Kota dan
Dalam perjalanan organisasi otonom Muhammadiyah di Aceh juga penuh dengan dinamika, hal ini
sejalan dengan perkembangan zaman serta mengikuti peredaran kepemimpinan yang berlangsung di
Muhammadiyah itu sendiri. Pada organisasi otonom Muhammadiyah (Ortom)Aceh pula, para Pimpinan
Muhammadiyah menaruh harapan besar bagi kelangsungan pergerakan Muhammadiyah pada masa yang akan
datang. Hal yang tidak dapat dipungkiri, tantangan masa depan pergerakan Muhammadiyah Aceh yang terus
berkembang dengan berbagai aktivitas, amal usaha serta pelbagai tantangan masa depan dipercayakan kepada
seluruh Ortom Muhammadiyah. Sehingga kehidupan Muhammadiyah yang penuh dengan tantangan serta
dinamika kehidupan yang realitis harus siap dihadapi serta disikapi oleh pengurus Muhammadiyah Aceh pada
masa depan.
Harapan yang realistis adalah masa depan Muhammadiyah Aceh yang berhadapan dengan globalisasi
dunia telah dipersiapkan menjadi tanggung jawab generasi mendatang, yakni dengan mempersiapkan kader
pimpinan yang bermoral Akhlaqul karimah, berkualitas serta bertanggung jawab, baik secara jasmani maupun
rohani untuk mengemban amanah Ummat serta amanah Allah yang demikian dirasakan semakin berat, sehingga
kepemimpinan yang Akhlaqul karimah merupakan cita-cita Pimpinan Muhammadiyah Aceh untuk kepemimpinan
masa depan, disamping terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia Muhammadiyah yang profesional.
Dengan demikian kader Pimpinan Muhammadiyah masa depan harus siap secara mental, fisik,
intelektualitas serta kematangan organisatoris menerima tongkat estafet kepemimpinan Muhammadiyah Aceh,
selaras dengan perkembangan zaman, perkembangan kebangsaan, perkembangan organisatoris. Paling prinsipil
adalah kesiapan secara moral sebagai Pemimpin organisasi Islam Amar Makruf Nahi Mungkar, yang bergerak
Sejalan dengan perkembangan serta konsolidasi organisasi Muhammadiyah Aceh, dalam pelaksanaan
organisatoris di seluruh Daerah Provinsi Aceh sebagai perpanjangan tangan Pimpinan Muhammadiyah tingkat
Pusat di Yogykarta dan Jakarta, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh yang berkedudukan di Jalan K H A
Dahlan No. 7, telepon/fax (0651) 24840, Banda Aceh. Pimpinan Wilayah Muahmmadiyah Aceh sebagai
koordinator organisasi tingkat provinsi, selanjutnya Pimpinan Daerah Muhammadiyah yang mengkoordinir
berbagai aktivitas yang berada di Daerah, Cabang serta Ranting. Oleh karena itu, kedudukan Pimpinan
Muhammadiyah sejalan dengan bentuk struktur kepemimpinan Pemerintahan yang berlaku, hal ini sebagai salah
satu usaha mengikuti perkembangan yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, sehingga mempermudah
Pada Pimpinan Pusat, kepemimpinan dipilih berdasarkan hasil Muktamar, pada tingkat Provinsi Pimpinan
dipilih berdasarkan hasil Musyawarah Wilayah (Musywil), pada tingkat Pimpinan Daerah yaitu Musywarah
Daerah (Musyda), untuk tingkat Pimpinan Cabang dipilih berdasarkan hasil Musyawarah Cabang (Musycab), dan
pada tingkat Pimpinan Ranting berdasarkan Musyawarah Ranting. Hal ini semua dilakukan lima tahun sekali
sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah. Oleh karena itu,
untuk melihat kondisi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh tidak terlepas dari pada keberadaan serta
berbagai aktivitas Muhammadiyah dari berbagai tingkatan, dimulai dari Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah,
Pimpinan Cabang serta Pimpinan Ranting. Disamping itu, keberadaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh
sangat didukung oleh berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Pimpinan Majlis serta Bidang yang ada dalam
struktur kepemimpinan Muhammadiyah tingkat Wilayah yang dikoordinasi langsung oleh Pimpinan Wilayah, dan
juga seluruh amal usaha dibawah koordinasi serta tanggung jawab Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh yang
terus berkembang signifikan dengan perkembangan zaman, dan sangat penting didukung oleh fasilitas perangkat
keras serta perangkat lunak yang refreshentatif untuk aktivitas organisasi sosial keagamaan, hal ini juga sangat
menyita perhatian tersendiri dan serius untuk terus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern.
Dalam hal ini Muhammadiyah Aceh terus melakukan aktivitasnya dalam kehidupan masyarakat, ini
dilakukan berkonsentrasi pada gerakan dakwah, pendidikan serta yang berhubungan langsung dengan
kepentingan sosial kemasyarakatan. Disamping itu, secara fisik serta kualitas kepemimpinan juga terus
ditingkatkan, sejalan dengan cita-cita agar Muhammadiyah Aceh juga mampu menjawab berbagai persoalan
Oleh karena itu juga, dalam aktivitas sehari-hari yang demikian banyak serta luas
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dibantu oleh para sekretaris eksekutif yang mengurus dan mengelola
organisasi, dalam hal ini Pimpinan Daerah Muhammadiyah pada seluruh daerah tingkat II berkedudukan pada
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Banda Aceh, Sekretariat Jalan Punge Blang Cut II Lr. Penyantun No. 5
Kompleks Panti Asuhan Muhammadiyah Banda Aceh, telepon (0651) 43040, Banda Aceh. Pimpinan Daerah kota
Banda Aceh terdiri dari 4 Pimpinan Cabang yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Syiah Kuala, Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Kuta Alam, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Baiturrahman dan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Meuraxa.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Besar, Sekretariat Jalan Banda Aceh-Medan Km 25 (Toko Ragam Tani)
Indrapuri dan Km 9 (Simpang Bundaran) Lambaro No. 7, Aceh Besar. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh
besar terdiri dari 6 Pimpinan Cabang yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Peukan Bada, Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Suka Makmur, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Indrapuri, Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Darul Imarah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Montasik dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lhoong.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Timur, Sekretariat Jalan W R Supratman No. 7, telepon (0641)
20027, Langsa. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Timur terdiri dari 3 Pimpinan Cabang Muhammadiyah
yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Langsa Timur, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Langsa Barat dan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Tenggara, Sekretariat Jalan Ahmad Yani No. 13, telepon (0629)
21093, Kutacane. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Tenggara terdiri dari 3 Pimpinan Cabang yaitu:
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kutacane, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lawe Sigala-gala dan Pimpinan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Selatan, Sekretariat Jalan Merdeka No. 7 telepon (0656) 21114 (Miswar
Basri) Tapak Tuan, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Selatan terdiri dari 11 Pimpinan Cabang yaitu:
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Panton Pauh, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kampung Pisang Labuhan
Haji, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Labuhan Haji Barat, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Labuhan Haji
Timur, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Buloh, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ie Dingeen, Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Sawang Alur Paku, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samadua, Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Klut Utara, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Klut Selatan dan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Bakongan.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Barat Daya, Sekretariat Masjid At-Taqwa, telepon (0629) 91305, Blang
Pidie. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Blang Pidie terdiri dari 9 Pimpinan Cabang Muhammadiyah yaitu:
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kuala Batee Barat, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kuala Batee Timur,
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bahagia Kuala Batee, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Blang Pidie,
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Alur Sungai Pinang, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Susoh, Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Manggeng, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Suak Beurambang dan Pimpinan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Singkil, Sekretariat Jalan Syekh Abdurrauf No. 1, Singkil. Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Aceh Singkil terdiri dari 4 Pimpinan Cabang yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Singkil, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pulau Banyak, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Simpang Kiri dan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Tengah, Sekretariat Jalan Baleatu/SMU Muhammadiyah 5 Mampang
Kebayakan, telepon (0643) 21445, Takengon. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Tengah terdiri dari 5
Pimpinan cabang yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Takengon, Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Pegasing, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Silih Nara, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebayakan dan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bener Meriah, Sekretariat d.a H Binakir Kecamatan Bandar-Pondok Baru,
telepon (0643) 22483, Bener Meriah. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bener Meriah terdiri dari 3 Pimpinan
Cabang Muhammadiyah yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bandar, Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Bukit dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Teritit. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bener Meriah merupakan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Utara, Sekretariat Jalan T Umar No. 1, telepon (0645) 44773-43402, fax
(0645) 42580, Lhokseumawe. Pimpinan Daerah Aceh Utara terdiri dari 14 Pimpinan Cabang Muhammadiyah
yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Lhokseumawe (Banda Sakti), Pimpinan Cabang Lhoksukon dan
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Panton Labu, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Muara Batu, Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Kutamakmur Keude Krueng, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Baktiya, Pimpinan
Muhammadiyah Matang Glumpang Dua dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Blang Jruen.
Pimpinan Muhammadiyah Bireuen, Sekretariat Jalan Banda Aceh-Medan No. 17, telepon (0644) 21568, dan
Toko Kain Bina Baru Jalan Andalas Bireuen. Pimpinan Daerah Aceh Bireuen terdiri dari 4 Pimpinan Cabang
Muhammadiyah yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Bireuen dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Jeumpa, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jeunib dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samalanga (laporan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Barat, Sekretariat Jalan Teungku Dirundeng No. 67, telepon (0655)
21693-91324-91305,.Meulaboh. Pimpinan Daerah Aceh Barat terdiri dari 15 Pimpinan Cabang yaitu: Pimpinan
Muhammadiyah Alue Bilie, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Feureumeun, Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Suak Timah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Alue Raya, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Teunom,
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Keude Linteung, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Woyla, Pimpinan cabang
Muhammadiyah kampong Baru, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Panga, Pimpinan cabang Muhammadiyah
Krueng Sabee Calang, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Alue Peunyareng, Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Simeulue, Sekretariat Jalan Teungku Diujung No. 13, telepon (0650) 21099-
21093, Sinabang. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Simeulu terdiri dari 5 Pimpinan Cabang Muhammadiyah
yaitu: Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sinabang, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kampung Aie, Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Sibigo, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Nasreuhe dan Pimpinan Cabang
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pidie, Sekretariat Jalan Iskandar Muda No. 19 Blok Sawah, Sigli. Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Pidie terdiri dari 8 Pimpinan Cabang yaitu:, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Sigli,
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Meureudu, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tangse, Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Beureneun, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Bakti dan Pimpinan Cabang
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sabang, Sekretariat Jalan KHA Dahlan No. 1, telepon (0652) 22091,
Sabang. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sabang terdiri dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sukakarya.
Oleh karena itu ada beberapa Pimpinan Daerah Muhammadiyah baru sesuai dengan pemekaran
daerah pemerintahan Aceh yang berlaku yaitu, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Tamiang, sekretariat
Jalan Ade Irma Suryani No. 9 Kuala Simpang, Aceh Tamiang, merupakan pemekaran dari Aceh
Timur. Selanjutnya, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gayo Luwes, sekretariat Jalan Besar Blangkejeren Masjid
Taqwa Lt. II Blangkejeren Gayo Luwes, merupakan pemekaran Aceh Tenggara.Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Langsa, pemekaran dari Aceh Timur, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pidie
Jaya, pemekaran dari Kabupaten Pidie, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Lhokseumawe, pemekaran dari
Aceh Utara, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Nagan Raya, pemekaran dari Aceh Barat, Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Aceh Jaya, pemekaran dari Aceh Barat, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Dalam berbagai aktivitas yang mendukung keberlangsungan eksistensi Muhammadiyah di Aceh, semua
ini sangat berhubungan erat dengan berbagai program yang dilakukan, diharapkan bermanfaat bagi
kemaslahatan ummat serta kemasyarakatan. Hal ini didukung oleh berbagai amal usaha Muhammadiyah serta
pelbagai aktivitas yang mendukung program kegiatan Muhammadiyah secara nyata. Hal yang paling dominan
adalah amal usaha dalam bidang pendidikan, panti asuhan serta pelayana kesehatan, namun demikian aktivitas
keagamaan melalui pengajian tersebar ke seluruh daerah ataupun cabang melalui Mushalla milik
Muhammadiyah ataupun masjid serta Mushalla milik masyarakat umumnya. Hal ini dapat dilihat secara statistik
baik jumlah maupun bentuk serta jenis amal usaha Muhammadiyah Aceh.
Penyelenggaraan pendidikan ini dilakukan mulai tingkat yang paling rendah serta mendasar, keagamaan
serta pendidikan tinggi. Perhatian dibidang pendidikan diusahakan sebagai pondasi pergerakan Muhammadiyah
serta partisipasi aktif Muhammadiyah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya diikuti
dengan penyediaan sarana ibadah, panti asuhan, pelayanan kesehatan serta harta milik berupa tanah
Muhammadiyah sebagai sarana penunjang yang juga sangat penting terhadap keberadaan serta kekayaan
yang meliputi:
a. Apakah proses kasasi sengketa tata usaha negara no 98 / k/ tun / 2020 bisa di ajukan persidangan
kembali .
b. Apakah Muhammadiyah melakukan pelanggaran hak asasi manusia atau melakukan pelanggaran
satu pihak pejapat tata usaha negara .
3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan hipotesis atau asumsi penelitian di atas,
maka fokus penelitian ini adalah terdiri dari beberapa identifikasi masalah, yaitu
sebagai berikut:
Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah bagian dari kajian
hukum tata negara yang ruang lingkupnya membahas tentang Analisis yuridis putusan
b. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
Tujuan Penelitian
adalah:
a . untuk mengetahui bahwasanya Putusan kasasi tersebut menguntungkan tidak nya kepada
pemohon .
b. untuk mengetahui kendala apa saja yang di hadapi oleh pemohon dalam putusan kasasih mahkamah
agung no 98 /k /tun/2020.
5 . Keunaan Penelitian
a . Secara Teoritis
1. Mengembangkan Pengetahuan di bidang hukum tata negara dan hukum admistrasi negara .
a. Secara teoritis
acara pidana.
b. Secara praktis
a. Penegakan hukum
b. Media Sosial
Media sosial adalah sebuah alat sarana komunikasi masa kini yang berbasis
3. Keaslian Penelitian
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yaitu “Penegakan
Tahun 2016 Tentang Informasi Transaksi Elektronik Dan Hukum Islam” mahasiswi
Universitas Islam Negeri Radah Fatah Palembang, Fakultas Syariah dan Hukum,
Program Studi Perbandingan Madzab, skiripsi ini dibuat pada tahun 2017, di
Palembang. Adapun yang menjadi pokok permasalahan atau rumusan masalah yang
dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah 1) Bagaimana peraturan sanksi perbuatan
analisi komperatif. Adapun hasil dari penelitian skripsi ini memberikan pandangan
tentang ketetapan hukuman dan sanksi yang diterima dari tindakan penghinaan di
hukum Islam. Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah UU RI No. 19 Tahun 2016
pada Pasal 27 ayat 1,3, dan 4 dan Pasal 29 mengatur ketetapan hukum tindak
Makasar Jurusan Ilmu Hukum yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Fenomena
Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008”. Skripsi ini dibuat pada tahun 2016,
di Makassar. Adapun yang menjadi pokok permasalahan atau rumusan masalah yang
dibahas pada penelitian skripsi ini adalah 1). Bagaimanakah unsur-unsur dari
3
Yolanda Oktaviani, Perundungan Dunia Maya (cyber Bullying) Menurut Undang-Undang Ri
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Transaksi Elektronik dan Hukum Islam, Skripsi Universitas
Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, 2017.
cyberbullying?. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
primer terkait fenomena cyberbullying dalam menemukan isu hukum. Adapun hasil
kesimpulan dari penelitan ini adalah, Cyberbullying sebuah kejahatan jenis baru jika
dilihati dari media yang digunakan yaitu media elektronik. Fenomena cybebullying
kepastian hukum dalam penerapan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No. 11 Tahun
2008 tentang ITE serta membedakanya dari pasal 310 KUHP yang bersifat limtatif.4
B. Kerangka Teoritis
aturan dari norma-norma kehidupan masyarakat bernegara yang ada dan memliki
kaitanya dengan hukum yang bertujuan untuk menghukum perilaku yang melanggar
aturan hukum yang sudah ditetapkan. Pengertian penegakan hukum juga memiliki
artian lain yaitu suatu upaya untuk mewujudkan terciptanya keadilan, kepastian, dan
menyatakan pendapat bahwa penegakan hukum adalah suatu tindakan yang belom
pasti dalam menerapkan hukuman terhadap kejadian yang berkaitan dengan hukum
4
Antonius Sanda, Tinjauan Yuridis Terhadap Fenomena Cyberbullying Sebagai Kejahatan Di
Dunia Cyber Dikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008, Skripsi
Universitas Hasanuddin, Makassar, 2016.
sehingga diibaratkan garis lurus ditarik bersamaan diantara dua titik. 5 Pendapat lain
hukum yang dimana penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah upaya
sosial masyarakat dengan cara mencocokan nilai-nilai pada suatu kegiatan yang
menegakkan hukum positif yang bertujuan untuk memberikan keadialan dalam suatu
materil dengan melakukan upaya prosedural yang sudah ditetapkan dalam hukum
formal.6
dalam arti luas yang melibatkan hubungan hukum dengan subjek hukum dijalankan
atau tidak dijalankan harus dijalankan dengan aturan normatif tersebut. Dalam arti
sempit penegakan hukum ialah upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
untuk menjalankan aturan hukum yang menjamin dan memastikan tegaknya hukum.
Penegakan hukum menurut objeknya ialah penegakan hukum yang memiliki arti luas
yang melibatkan keadilan yang berisi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang
ada dalam masyarakat. Dalam arti sempit penegakan hukum adalah peraturan formal
5
Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Sinar
Grafika, Yogyakarta, 2002, hlm. 190.
6
Delyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, Sinar Grafika, Yogyakarta, 1988, hlm. 33.
Pada dasarnya penengakan hukum merupakan salah satu bentuk upaya yang
suatu kepastian hukum serta terlaksananya suatu keadilan dengan menerapkan sanksi
hukuman terhadap aturan hukum yang dilanggar. Dalam menegakkan hukum ada tiga
hal yang harus diperhatikan, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.
a. Keadilan
Keadilan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto terdiri dari dua yaitu
yang pertama asas kesamaan dan yang kedua kebutuhan yang mana semua
orang sama untuk mendapatkan bagian yang sesuai dengan kebutuhanya agar
hukum tidak identik. Dari segi sosiologis memilki pandangan bahwa hukum
adalah suatu kenyataan sosial yang menjadi alan pengendali sosial As a Tool
sosial.
b. Kemanfaatan
karena hukum dibuat untuk masyarakat maka harus diperhatikan kegunaan dan
7
Darmodiharjo dan Darji, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta,
2002, hlm. 23.
pelaksanaan penegakan hukum, masyarakat harus diberikan manfaat terkait
c. Kepastian Hukum
berjalannya dan tujuan dari penegakan hukum tersebut. Berikut, faktor-faktor yang
a. Faktor Hukum
8
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta,
2010, hlm. 5.
Secara umum peraturan hukum yang baik adalah peraturan hukum yang
peraturan hukum. Jika peraturan hukum dijalankan dengan baik, akan tetapi
aparat penegak hukum kurang baik, berarti ada masalah. Maka dari itu, sifat
mentalitas yang baik dan kepribadian yang baik menjadi kunci sukses serta
kontroversi sehingga dalam kasus tindak pidana yang berbasis komputer ini
wewenang diberikan oleh jaksa karena polisi secara teknik yuridis dianggap
d. Faktor Masyarakat
terhadap hukum, persoalan yang timbul adalah kepatuhan hukum yang tinggi,
menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan serta yang dilarang.
pemerasan. Tindak pemerasan yang pertama adalah Bentuk tindak pidana pemerasan
“pengancaman” ini dikenal dengan nama blackmail, sedang dalam bahasa Perancis
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368 dan 369 KUHP sama-sama merupakan
pemerasan. Perbedaannya hanya terletak pada cara-cara yang digunakan dalam kedua
tindak pidana itu. Tindak pidana dalam Pasal 368 KUHP yang lazim disebut
pidana dalam Pasal 369 KUHP yang lazim disebut sebagai “pengancaman”
menggunakan cara “pencemaran baik lisan maupun tertulis”. Ketentuan Pasal 369
(1) Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
supaya memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang
lain, atau supaya memberikan hutang atau menghapus piutang, diancam
(2) Kejahatan ini tidak dituntut kecuali atas pengaduan orang yang terkena
kejahatan.
a) Memaksa.
b) Orang lain.
e) Menghapus piutang.
a) Dengan maksud.
Berdasarkan ketentuan Pasal 369 ayat (2) KUHP tindak pidana pengancaman
ini merupakan delik aduan, yaitu delik yang hanya dapat dituntut atas pengaduan.
Dengan demikian, tanpa adanya pengaduan, tindak pidana pengancaman ini tidak
dapat dituntut.
Pasal 29
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik
dipidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris. Penelitian Hukum Empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang
menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku
verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui
pengamatan langsung. Penelitian empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari
2. Pendekatan Penelitian
kualitatif dengan merujuk pada pandangan Lofland. Menurut Lofland, sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
langsung.
9
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris & Normatif, Pustaka
Pelajar, Jakarta, 2010, hlm. 280.
10
Lofland dalam Lexy J. Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2013, hlm. 157.
3. Lokasi Penelitian
penelitian atau asumsi penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan kegunaan
4. Populasi Penelitian
Populasi penelitian secara umum terdiri dari populasi atau universal, sub-
(frame). Karenaya populasi penelitian dalam penelitian ini diantaranya adalah seluruh
Anggota Polres Bireuen (Populasi), Kapolres Bireuen, Kasat Reskrim, Kanit Pidsus
dan Penyidik (elemen populasi), Anggota Satreskrim Polres Bireuen dan tersangka
pidana (populasi sasaran), dan daftar dari orang-orang atau unit-unit yang merupakan
Teknik pengambila sampel dalam penelitian ini merupakan suatu proses dalam
memilih suatu bagian yang representative dari seluruh populasi. Penelitian ini tidak
meneliti populasi secara keseluruhan, mengingat sangat banyaknya populasi yang ada
dan tersebar di Polres Bireuen. Karenanya perlu dipilih sampel untuk dijadikan
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (Anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling,
b. Kasat Reskrim
c. Kanit Pidsus
d. Penyidik
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
cara:
Analisis data dalam penelitian hukum memiliki sifat deskriptif. Sifat analisis
memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana
Pendekatan kualitatif adalah suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan
data deskriptif analisis, yaitu data yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu
yang utuh.11
D. Jadwal Penelitian
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian
Okt Nov Des Jan Febr Mar
No Kegiatan
2022 2022 2022 2023 2023 2023
1. Persiapan Penyusunan
Proposal
2. Seminar Proposal
3. Persiapan Penelitian
4. Pengolahan Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan Skripsi
7. Sidang Skripsi
8. Perbaikan
9. Penjilidan
10. Pengesahan
11
Mukhti Fajar dan Yulianti Achmad, Op. Cit, hlm. 180.
E. Kerangka Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan
D. Kegunaan Penelitian
E. Keaslian Penelitian
F. Kerangka Pemikiran Teoritis
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
3. Jenis Pendekatan
4. Sumber Data
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Analisis Data
H. Sistematika Pembahasan
MEDIA SOSIAL
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
H. Daftar Pustaka
1. Buku
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &
Normatif,
Pustaka Pelajar, Jakarta, 2010.
2. Jurnal