Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hak asasi manusia adalah perangkat hak yang dimiliki oleh setiap orang tanpa ada
suatu perbedaan dari Tuhan yang wajib dilindungi oleh negara.
Hak asasi manusia sangat dihargai di Indonesia, hal itu terlihat dari falsafah bangsa
dan idiologi negara Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara 1945, lebih khusus lagi termuat
dalam Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang: Hak Azasi Manusia dan telah
dibentuknya Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) pada tanggal 7 Juni 1993
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.
Oleh karena itu, pembahasan mengenai topik ini dirasa penting agar kita mengetahui
bagaimana penegakan HAM di Indonesia menurut UU.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Apa isi dan ketentuan umum UU RI No. 39 Tahun 1999?
2. Apa asas dasar HAM menurut UU RI No. 39 Tahun 1999?
3. Apa yang dimaksud dengan kebebasan dasar manusia?
4. Apa yang dimaksud dengan kewajiban dasar manusia?
5. Apa saja kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM menurut UU RI
No. 39 Tahun 1999?
6. Apa yang dimaksud dengan pembatasan dan larangan dalam UU RI No. 39 Tahun
1999?
7. Apakah yang dimaksud Komnas HAM?
8. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap penegakkan HAM?
9. Apa yang dimaksud dengan pengadilan HAM?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan isi dan ketentuan umum UU RI No. 39 Tahun 1999.
2. Menjelaskan asas dasar HAM menurut UU RI No. 39 Tahun 1999.
3. Menjelaskan maksud kebebasan dasar manusia.
4. Menjelaskan maksud kewajiban dasar manusia.
5. Menjelaskan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM menurut UU
RI No. 39 Tahun 1999.
6. Menjelaskan maksud pembatasan dan larangan dalam UU RI No. 39 Tahun 1999.
7. Menjelaskan tentang Komnas HAM.
8. Menjelaskan partisipasi masyarakat terhadap penegakkan HAM.
9. Menjelaskan pengadilan HAM.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami dan memantapkan pengetahuannya tentang HAM
dalam UU RI No. 39 Tahun 1999.
2. Bagi Pendidik
Manfaat bagi pendidik adalah mampu menambah wawasan yang sudah dimiliki
dalam memberikan materi kepada peserta didik.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui tentang HAM dalam UU RI No. 39 Tahun 1999.
4. Bagi Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan tentang materi HAM dalam UU RI
No. 39 Tahun 1999.

I. PEMBAHASAN

A. Isi dan Ketentuan Umum UU RI No. 39 Tahun 1999


Landasan yang dipakai Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam melindungi hak-
hak rakyat adalah UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. UU ini disahkan
pada tanggal 23 September 1999. UU No. 39 tahun 1999 ini terdiri atas 11 bab dan 106
pasal :
1. Pedahuluan ( Pasal 1 )
2. Asas-asas dasar ( Pasal 2-8 )
3. Hak Asasi manusia dan kebebasan dasar manusia ( Pasal 9-66 )
4. Kewajiban dasar manusia ( Pasal 67-70 )
5. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah ( Pasal 71-72 )
6. Pembatasan dan larangan ( Pasal 73—74 )
7. Komisi nasional Hak Asasi Manusia ( Pasal 75-99 )
8. Partisipasi Masyarakat ( Pasal 100-103 )
9. Pengadilan Hak Asasi Manusia ( Pasal 104 )
10. Ketentuan HAM ( Pasal 105 )
11. Ketentuan penutup ( Pasal 106 )
12. Penjelasan
Menurut UU No.39 Tahun 1999 dalam Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 

B. Asas Dasar HAM menurut UU RI No. 39 Tahun 1999


Asas-asas dasar HAM adalah suatu asas dasar yang harus ada dalam Hak Asasi
Manusia agar keadilan dan kesetaraan dirasakan oleh semua orang tanpa terkecuali.

Asas-asas dasar Hak Asasi Manusia meliputi :


1. Asas Universal (Universality)
Universalitas hak berarti bahwa hak bersifat umum, tidak dapat  berubah atau hak
dialami dengan cara yang sama oleh semua orang.
2. Asas Martabat Manusia (Human Dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat dan dimiliki setiap manusia. Asas ini
ditemukan pada pikiran setiap individu tanpa memperhatikan ras, umur, budaya, bahasa,
etnis, keyakinan seseorang yang harus dihargai dan dihormati sehingga hak yang sama
dan sederajat dapat dirasakan semua orang dan tidak digolongkan berdasarkan tingakatan
hirarkis.
3. Asas Kesetaraan (Equality)
Asas kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang melekat
pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 menyatakan bahwa : setiap umat manusia
dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya
4. Asas Non-Diskriminasi (Non-Discrimination)
Asas ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang
lain karena faktor-faktor luar, misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik atau pandangan lainnya.
5. Asas tidak dapat dicabut (Inalienability)
Asas ini menyatakan bahwa hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan
dan dipindahkan.
6. Asas tidak bisa dibagi (Indivisibility)
Pengabaian pada satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak
lainnya. Hak setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang
agar mereka bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas
pendidikan.
7. Asas Saling berkaitan dan bergantung (Interrelated and Interdependent)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya,
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, hak atas pendidikan atau hak atas
informasi adalah saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu pelanggaran HAM
saling berkaitan sehingga hilangnya satu hak dapat mempengaruhi hak lainnya.
8. Asas Tanggung jawab negara (State Responsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati
dan melindungi hak-hak asasi manusia. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-
norma hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM.
Seandainya mereka gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang
dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak sebelum tuntutan itu
diserahkan pada sebuah pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penuntut) lain yang
sesuai dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.
Dalam Bab II Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 terdapat beberapa hal sangat
penting yang menjadi asas-asas dasar Hak ASasi Manusia antara lain:
1. Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak
terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagian, dan kecerdasan serta
keadilan, dan sebagainya.
2. Setiap orang berhak atas pengakakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuan hukum
yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.
3. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak-hak manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun dan oleh siapapun.
Disamping itu ketentuan hukum internasional yang telah diterima Negara Republik
Indonesia yang menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum nasional, sedangkan
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi
tanggung jawab pemerintah.

C. Kebebasan Dasar Manusia


Ada banyak pengertian ‘kebebasan’ dan pengertian yang paling sederhana dan klasik
adalah ‘tidak adanya larangan.’ Meskipun demikian, konsep dasar ‘kebebasan’ juga harus
memperhatikan ‘tidak adanya intervensi’ dari kebebasan yang telah dilakukan tersebut
terhadap kebebasan orang lain. Jadi ada dua kebebasan yang seimbang, yakni bebas untuk
melakukan dan bebas untuk tidak diintervensi oleh tindakan tersebut.
Didalam konteks hubungan antara pemerintah dan warga negara, kebebasan ini lebih
menekankan pada tidak adanya intervensi atau larangan dari negara terhadap kebebasan
warga negaranya. Kebebasan warga negara tidak boleh diintervensi baik oleh kebijakan yang
diambil oleh pemerintah maupun produk perundang-undangan sekalipun. Praktik-praktik
yang mengandung unsur ‘intervensi’ terhadap kebebasan individu harus memperhatikan asas
proporsionalitas untuk menghindari praktik-praktik yang diskriminatif. Oleh karena itu,
kebebasan untuk memiliki semua hak yang telah diatur didalam hak asasi manusia harus
diberikan oleh negara kepada semua individu yang ada di dalam wilayah kedaulatannya.
Kebebasan didalam hak asasi manusia adalah kebebasan untuk meninggalkan atau
mengerjakan sesuatu hal seperti yang telah diatur didalam instrumen-instrumen internasional
tentang hak asasi manusia. Dalam kaitannya dengan kebebasan beragama, setiap individu
mempunyai kebebasan seperti yang diatur didalam instrumen internasional seperti hak untuk
menganut, berpindah, mempertahankan atau tidak memeluk suatu keyakinan apapun seperti
yang telah diatur didalam instrumen internasional tentang hak atas kebebasan beragama. 
Memang kebebasan manusia harus diatur didalam perundang-undangan. Tetapi jika
ternyata sebuah produk perundang-undangan tersebut mengandung intervensi yang
diskriminatif, maka selayaknya perundang-undangan itu tidak bisa diterapkan. Ini
dikarenakan dimensi kebebasan tersebut akan terbatasi oleh peraturan-peraturan yang bisa
menghilangkan kebebasan manusia. 
Secara garis besar sesuai Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, pokok-pokok
mengenai hak asasi manusia antara lain sebagai berikut:
1. Hak Untuk Hidup
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya, dan hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin, serta
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan
Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas
kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Hak Mengembangkan diri
Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak. Berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadi,
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, meningkatkan kwalitas hidupnya,
mengembangkan dan memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
berkomunikasi dan memperoleh informasi, mendirikan organisasi sosial dan menghimpun
dana untuk itu.
4. Hak Memperoleh Keadilan
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan
mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perfata,
maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak
memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh
hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.

5. Hak Atas Kebebasan Pribadi


Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba, perbudakan atau
perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan perbuatan berupa apapun
yang tujuannya demikian dilarang.
Setiap orang berhak atas keutuhan pribadinya, baik rohani maupun jasmanai, tidak
boleh menjadi obyek penelitian tanpa persetujuan darinya. Bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya dan keperayaannya, bebas memilih dan mempunyai
keyakinan politik, bebas berkumpul, berapat, mengeluarkan dan menyebarluaskan
pendapat sesuai hati nuraninya, dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak
menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraanya serta wajib
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku. 
6. Hak Atas Rasa Aman
Setiap orang bebas mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari
negara lain. Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi mereka yang
melakukan kejahatan nonpolitik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan
prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan hak miliknya. Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu, menginjak
atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya dibolehkan dalam hal-hal
yang ditetapkan oleh Undang-undang.
7. Hak Atas Kesejahteraan
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara
yang tidak melanggara hukum. Hak milik mempunyai fungsi sosial dan Tidak boleh
seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan
hukum. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup
layak serta untuk perkembangan pribadinya. Setiap warga negara yang berusia lanjut,
cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan,
dan bantuan khusus atau biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai
dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
8. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan
Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum
berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas dan
rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap
warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan
perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan
pemerintah.
Setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan pendapat,
permohonan, pengaduan, dan atau usulan kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan
pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, baik dengan lisan mupun dengan tulisan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Hak Wanita
Hak wanita adalah hak azasi manusia. Sistem pemilihan umum, kepartaian,
pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem pengangkatan di bidang eksekutif,
yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita sesuai persyaratan yang ditentukan. 
Wanita berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang
dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak
secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak untuk
mempertahankan, mengganti, atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya.
Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam melaksanakan
pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau
kesehatan berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita. Hak khusus yang melekat pada
diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Wanita telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan hukum
sendiri, kecuali direntukan lain oleh hukum agama.
10. Hak Anak
Setiap anak berhak atasa perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara. Hak anak adalah hak azasi manusia dan untuk kepentingannnya hak anak itu
diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan. Setiap anak sejak
kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraannya.
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupannya sesuai martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan
kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. Hukuman mati atau hukuman seumur hidup
tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang masih anak-anak. Penangkapan,
penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai dengan hukum yang
berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya akhir.
Dalam menjalankan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

D. Kewajiban Dasar Manusia


Satya Arinanto menguraikan bahwa hak lebih terkait dengan kebebasan sedangkan
kewajiban lebih terkait dengan tanggungjawab. Walaupun diantara keduanya terdapat
perbedaan tetapi kebebasan dan tanggung jawab saling terkait satu sama lain. Konsep
kewajiban manusia diharapkan dapat berfungsi sebagai penyeimbang antara konsep
kebebasan dan tanggung jawab. Prinsip dasarnya adalah tidak hanya untuk mencapai
kebebasan sebanyak mungkin, tetapi berkembangnya rasa tanggung jawab penuh yang akan
memungkinkan kebebasan itu semakin tumbuh, karena kebebasan tanpa menerima tanggung
jawab dapat memusnahkan kebebasan itu sendiri.
Di Indonesia kewajiban dasar manusia merupakan seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi
manusia. Adapun kewajiban dasar yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2009 adalah meliputi :
1. Setiap orang ada di wilayah republik Indonesia wajib patuh pada peraturan
perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum international mengenai hak asasi
manusia yang telah diterima oleh negara republik Indonesia.
2. Setiap orang wajib ikut serta dalam pembelaan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral, etika dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar untuk menghormati hak
asasi orang lain secara timbal balik, serta menjadi tugas pemerintah untuk
menghormati, melindungi menegakan dan memajukannya.

E. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Pemerintah


Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah Indonesia diatur dalam pasal 71 Undang-
Undang No 39 Tahun 1999 mengatakan :
“Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,
dan memajukan Hak Asasi Manusia”
Ini berati ada keharusan pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan
dan memajukan Hak Asasi Manusia. Menghormati berarti tidak melanggar Hak Asasi
Manusia. Melindungi berati pemerintah harus menjaga agar Hak Asasi Manusia itu tidak
dilarang orang. Menegakkan berarti melakukan penghukuman atas orang-orang yang
melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia, dengan mengadili para pelakunya dan
penjatuhan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku. Sedangkan memajukan berarti
melakukan upaya-upaya, tindakan-tindakan atau usaha-usaha agar penghormatan terhadap
Hak Asasi Manusia semakin baik.
Kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah (pasal 72), meliputi langkah implementasi
yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan negara, dan bidang lain.
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,
dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi
manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia. Kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah, meliputi langkah implementasi yang efektif, budaya, pertahanan keamanan
negara, dan bidang lain baik dalam bidang hukum, politik, ekonomi, maupun sosial-budaya.

F. Pembatasan dan Larangan


Hak Asasi Manusia yang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999,
hanya dapat dibatasi berdasarkan undang-undang. Pembatasan itu tidak berlaku terhadap hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi, yang diatur dalam :
1. Pasal 14 Undang-Undang No 39 Tahun 1999 seperti :
a. Hak untuk hidup
b. Hak kebebasan pribadi
c. Hak untuk tidak disiksa
d. Pikiran dan hati nurani
e. Hak beragama
f. Hak untuk hidup
g. Hak beragama
h. Hak untuk tidak diperbudak
i. Hak untuk diakui sebagai pribadi
j. Persamaan di hadapan hokum
k. Hukum untuk tidak dituntutut atas dasar hukum yang berlaku surut
2. Pasal 9 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
a. Hak untuk hdup
b. Hak mempertahankan hidup
c. Hak meningkatkan taraf kehidupan
d. Hak hidup tenteram,aman, damai,bahagia, sajethra, lahir dan batin
e. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Pembatasan ini hanya dapat dilakukan demi ketertiban umum dan kepentingan
bangsa, yaitu untuk keutuhan bangsa dan bukan merupakan kepentingan penguasa. Untuk itu,
tidak ada satu ketentuan pun dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 (pasal 74) boleh
diartikan bahwa pemerintah, partai, golongan, atau pihak manapun dibenarkan mengurangi,
merusak, atau menghapuskan Hak Asasi Manusia atau kebebasan dasar manusia.
Oleh karena itu, siapapun tidak dibenarkan mengambil keuntungan sepihak dan atau
mendatangkan kerugian pihak lain dalam mengartikan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999, sehingga mengakibatkan berkurang dan hapusnya Hak Asasi
Manusia yang dijamin Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999.
Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 hanya
dapat dibatasi oleh dan berdasarkan Undang-Undang, semata-mata untuk menjamin
pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain,
kesusilaan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa. 
Tidak satu ketentuan dalam Undang-Undang tersebut boleh diartikan bahwa
pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak, atau
menghapus hak azasi manusia atau kebebasan dasar yang diatur dalam Undang-Undang
tersebut.
G. Komnas HAM
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga negara lainnya. Komnas HAM merupakan lembaga yang didirikan guna untuk
melindungi hak-hak asasi dari pelanggaran HAM yang dilakukan. Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang, dalam hal ini termasuk aparat negara, baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, membatasi, menghalangi atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang.

1. Tujuan Komnas HAM (Hak Asasi Manusia) |


Berbicara mengenai tujuan komnas HAM, maka komnas HAM bertujuan untuk :
a. Tujuan Komnas HAM yang pertama adalah untuk mengembangkan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia dengan pancaila, UUD 1945 dan
piagam PBB, serta Deklarasi Universal HAM.
b. Tujuan Komnas HAM yang kedua ialah meningkatkan perlindungan dan penegakan
hak asasi manusia guna berkembangnysa pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Fungsi Komnas HAM dan Wewenang Komnas HAM |


Fungsi Komnas HAM adalah untuk melaksanakan wewenangnya mengkaji,
penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia. Lebih lanjut
mengenai fungsi komnas HAM akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Fungsi Komnas HAM ditinjau dari wewenang komnas HAM dalam
pengkajian penelitian
1) Wewenang komnas HAM mengkaji dan meneliti berbagai instrumen
internasional hak asasi manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai
kemungkinan aksesibilitas atau ratifikasi.
2) Wewenang komnas HAM mengkaji dan meneliti berbagai peraturan perundang-
undangan untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan
dan pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi
manusia.
3) Wewenang komnas HAM menerbitkan hasil pengkajian dan penelitian.
4) Wewenang komnas HAM melakukan studi kepustakaan, studi lapangan dan studi
banding di negara lain mengenai hak asasi manusia.
5) Wewenang komnas HAM melakukan pembahasan berbagai masalah yang
berkaitan dengan perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia.
6) (Wewenang komnas HAM melakukan kerja sama dalam mengkaji dan meneliti
bersama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik tingkat nasional,
regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
b. Fungsi Komnas HAM ditinjau dari wewenang komnas HAM dalam bidang
penyuluhan
1) Wewenang komnas HAM yaitu menyebarluaskan wawasan mengenai hak asasi
manusia kepada masyarakat Indonesia.
2) Wewenang komnas HAM melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat
tentang hak asasi manusia melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal
serta berbagai kalangan lainnya.
3) Wewenang komnas HAM melakukan kerja sama dengan organisasi, lembaga atau
pihak lainnya, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional dalam
bidang hak asasi manusia.
4) Wewenang komnas HAM untuk melakukan pemantauan.
5) Wewenang komnas HAM melakukan pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia
dan penyuluhan laporan hasil pengamatan tersebut.
6) Wewenang komnas HAM melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap
peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang berdasarkan pada sifat atau ruang
lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran HAM, pemanggilan kepada pihak
pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan untuk dimintai dan didengar
keterangannya.
7) Wewenang komnas HAM melakukan pemanggilan saksi untuk diminta dan
didengar kesaksiannya dan kepada saksi pengadu diminta menyerahkan bukti
yang diperlukan.
8) Wewenang komnas HAM melakukan peninjauan di tempat kejadian dan tempat
lainnya yang dianggap perlu.
9) Wewenang komnas HAM melakukan pemanggilan terhadap pihak terkait untuk
memberikan keterangan secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang
diperlukan sesuai dengan aslinya dengan persetujuan ketua pengadilan.
10) Wewenang komnas HAM melakukan pemeriksaan setempat terhadap rumah,
pekarangan, bangunan dan tempat-tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki
pihak tertentu dengan persetujuan ketua pengadilan.
11) Wewenang komnas HAM memberikan pendapat berdasarkan persetujuan ketua
pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan apabila
dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah
publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat komnas
HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.
c. Fungsi komnas HAM ditinjau dari wewenang komnas HAM di bidang mediasi
1) Wewenang komnas HAM yaitu melakukan upaya perdamaian antara kedua belah
pihak.
2) Wewenang komnas HAM melakukan penyelesaian perkara melalui cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli.
3) Wewenang komnas HAM memberikan saran kepada para pihak untuk
menyelesaikan sengketa melalui pengadilan.
4) Wewenang komnas HAM melakukan penyampaian rekomendasari atas suatu
kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya.
5) Wewenang komnas HAM melakukan penyampaian rekomendasi atas suatu kasus
pelanggaran hak asasi manusia kepad DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) untuk
diproses lebih lanjut.

H. Partisipasi Masyarakat dalam Penegakkan HAM


Peran dan partisipasi masyarakat sangat penting dalam penegakan Hak Asasi
Manusia. Peran dan partisipasi masyarakat diatur di dalam UU No. 39 tahun 1999.
Penegakan HAM di negara kita tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan tindakan dari
pemerintah. Peran serta lembaga independen dan masyarakat sangat diperlukan. Usaha yang
dilakukan Komnas HAM tidak akan efektif apabila tidak ada dukungan dari masyarakat.
Sebagai contoh, Komnas HAM telah bertekad untuk memaksimalkan pelayanan kepada
masyarakat dengan membuka kotak pengaduan dari masyarakat. Tekad dan usaha ini tidak
akan berhasil apabila masyarakat enggan atau memilih diam terhadap berbagai praktik
pelanggaran HAM.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat untuk bersama-sama mengupayakan
penegakan HAM sangat dibutuhkan. Pada dasarnya upaya pemajuan, penghormatan dan
penegakan hak asasi manusia sering mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Hal
tersebut disebabkan karena penegakan hak asasi manusia masih bersifat parsial atau berdiri
sendiri. Memang sangat dibutuhkan peran serta segenap komponen bangsa, yaitu masyarakat
dan pemerintah. Diharapkan keduanya saling bekerja sama dan penegakan hak asasi manusia
dapat berjalan dengan baik.

Hambatan dan tantangan utama dalam penegakan hak asasi manusia di Indonesia
adalah masalah ketertiban dan keamanan nasional, rendahnya kesadaran hak asasi manusia,
dan minimnya perangkat hukum dan perundang-undangan. Dalam pelaksanaannya, upaya
penegakan hak asasi manusia sering mengalami kendala dan hambatan. Hambatan tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut

1. Kondisi sosial-budaya yang berbeda sebagai konsekuensi logis dari bentuk negara
kepulauan, yang juga memiliki banyak adat dan budaya. Dengan masih adanya
stratifikasi dan perbedaan status sosial di Indonesia, seperti pendidikan, usia,
keturunan, pekerjaan, dan hal lainya dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan
konflik horizontal.
2. Sebagai negara kepulauan yang besar tentu membutuhkan cara untuk menyampaikan
informasi secara merata kepada masyarakat. Dibutuhkan komunikasi yang baik
melalui cara personal maupun teknologi. Komunikasi dan informasi inilah yang
kemudian menjadi hambatan dalam pemajuan dan penegakan HAM.
3. Untuk mengatasi permasalahan di negeri ini, pemerintah tidak jarang mengambil
kebijakan yang dapat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Kebijakan tersebut
terkadang harus mengabaikan perbedaan kondisi masyarakat sehingga tak jarang
terdapat hak-hak manusia yang dilanggar.
4. Dibuatnya peraturan perundangan bertujuan untuk mengatur hak-hak manusia agar
tidak saling bersinggungan. Namun, sejumlah peraturan perundangan yang diambil
dari konvensi internasional, tidak seluruh klausul dalam konvensi tersebut sesuai
dengan kondisi Indonesia. Hal ini mengakibatkan pelanggaran HAM masih sering
terjadi.
5. Penindakan yang lemah mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan seperti korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang melanggar hak orang lain.
6. Rendahnya pemahaman warga negara tentang arti penting HAM sehingga masih
sering dijumpai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan warga negara.
7. Rendahnya kualitas mental aparat penegak hukum di Indonesia sehingga korupsi dan
kolusi, masih dilakukan oleh oknum aparat penegak hukum.
8. Lemahnya instrumen penegakan hukum dan HAM di Indonesia.

Upaya pemajuan dan penghormatan HAM harus didukung oleh sikap dan perilaku
warga negara. Sebagai warga negara sudah seharusnya bersikap dan berperilaku yang
mencerminkan sosok manusia beradab yang selalu menghormati keberadaan orang lain.
Diperlukan juga peran aktif warga negara untuk secara bersama-sama membantu
menyelesaikan masalah pelanggaran HAM sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merumuskan dalam Pasal 28 J bahwa
kita wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Hal ini mengandung arti bahwa sudah
sepantasnya kita menghormati hak-hak orang lain dan kemudian kita wajib memperjuangkan
hak asasi tersebut sesuai dengan kodratnya.
Kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk
terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi
dan ditata ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang
dapat mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.
Sebagai warga negara, sikap yang patut kita munculkan dalam upaya penegakan hak
asasi manusia antara lain dapat berupa hal berikut
1. Menolak dengan tegas setiap terjadinya pelanggaran HAM dengan alasan bahwa
pelanggaran hak asasi manusia pada dasarnya adalah pelanggaran atas harkat dan
martabat manusia. Pelanggaran HAM juga bertentangan dengan berbagai peraturan
HAM. Pelanggaran HAM akan mengancam hak kemerdekaan bagi seseorang dalam
berbagai segi kehidupan.
2. Mendukung dengan tetap bersikap kritis terhadap upaya penegakan HAM dengan cara
mendukung upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah maupun
lembaga perlindungan HAM lainnya. Upaya dukungan kita terhadap tindakan tegas
terhadap para pelaku pelanggaran HAM perlu terus dilakukan. Bentuk dukungan lain
yang dapat kita lakukan adalah memberikan bantuan kemanusiaan.
3. Masalah penegakan HAM di negara ini tidak hanya bergantung pada peran
pemerintah tetapi juga pada peran serta warga negara. Keberhasilan penegakan hak
asasi manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut :
a. Instrumen HAM (peraturan-peraturan yang berhubungan dengan HAM).
b. Aparatur pemerintah, seperti kejaksaan, kepolisian, kehakiman, dan
sebagainya.
c. Proses Peradilan hak asasi manusia, seperti tata cara penangkapan,
perlindungan saksi, dan sebagainya.
Menurut Prof Dr. Muladi, SH, Hakekat, Konsep, dan Implikasinya dalam Perspektif
Hukum dan Masyarakat menjelaskan bahwa penegakan hak asasi manusia di Indonesia sering
mengalami beberapa tantangan dan hambatan, di antaranya sebagai berikut.
1. Instrumen penegakan HAM, yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2000 hanya mengambil sebagian norma hukum internasional dalam
International Crime Court (ICC).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tidak secara tuntas
memperhitungkan konsekuensi penyesuaian jenis-jenis tindak pidana sesuai dengan
Statuta Roma Tahun 1998.
3. Jika di dunia terdapat 11 kategori kejahatan Kemanusiaan, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 hanya mengambil 10 kategori. Satu kategori yang
hilang adalah tentang kejahatan kemanusiaan yang memiliki karakter merendahkan
martabat kemanusiaan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000
belum mengaturnya.
4. Tidak masuknya masalah kejahatan perang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000.
5. Perlindungan saksi yang tidak maksimal.
6. Hukum Acara Peradilan HAM masih menggunakan Hukum Acara KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana).
Penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan
dan tidak perlu ada tekanan dari pihak manapun untuk melaksanakannya. Pembangunan
bangsa dan negara pada dasarnya juga ditujukan untuk memenuhi hak-hak asasi warga
negara. Hak asasi tidak sebatas pada kebebasan berpendapat ataupun berorganisasi, tetapi
juga menyangkut pemenuhan hak atas keyakinan, hak atas pangan, pekerjaan, pendidikan,
kesehatan, hak memperoleh air dan udara yang bersih, rasa aman, penghidupan yang layak,
dan lain-lain.
Dalam rangka memahami lebih jauh tentang tantangan dalam penegakan HAM di
Indonesia, berikut ini beberapa upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
No Bidang Tantangan Solusi terhadap Tantangan
. yang
Dihadapi
1. Politik Golongan Golput ditentukan kesuksesan dalam hal pendaftaran
Putih atau pemilih. Jika pendaftaran pemilih bagus, maka
Golput semakin kecil golput masalah administratif dicegah.

Partai politik bisa melakukan perubahan yang


signifikan dalam dalam menampilkan citra yang
positif dan kampanye yang kreatif sehingga rakyat
bisa tertarik untuk memeriahkan pemilu. 
2. Ekonomi Belum Menciptakan lapangan kerja di daerah sehingga pulau
meratanya Jawa tidak sebagai satu-satunya pusat industri di
lapangan Indonesia. Pabrik-pabrik besar tidak hanya dibangun
pekerjaan di Jawa, tapi diseluruh pulau besar di Indonesia secara
merata. Dengan begitu, penduduk tidak perlu pergi ke
Jawa untuk mencari pekerjaan karena didaerahnya
sudah terdapat lapangan kerja yang bisa menampung
mereka.
3. Hukum Perbedaan Rakyat kecil merasakan bahwa hukum hanya berlaku
perlakuan di bagi mereka, tidak bagi pejabat. Setiap warga negara
hadapan harus mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan
hukum hukum dengan cara hukum dilaksankan tegas tanpa
pandang bulu.
4. Sosial Rendahnya Dengan mensosialisasikan apa itu HAM kepada
pemahaman masyarakat dan memasukan HAM ke dalam
warga kurikulum pendidikan karena pendidikan juga
negara merupakan salah satu alat dalam pembinaan kesadaran
tentang arti hak asasi manusia baik di sekolah, keluarga, maupun
penting masyarakat.
HAM
5. Budaya Belum Para pejabat maupun kalangan praktisi hukum, serta
terbentuknya masyarakat harus bekerja sama membentuk budaya
budaya hukum yang menghormati HAM sehingga
hukum yang pelaksanaan HAM berjalan dengan baik.
menghormat
i HAM
6. Hankam Keterbatasan Pemerintah seharusnya memastikan daya dukung dan
sarana ketersediaan sarana pertahanan dan keamanan
prasarana sehingga warga n
pertahanan
dan
keamanan

I. Pengadilan HAM
Penegakan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) di Indonesia
mencapai kemajuan ketika pada tanggal 6 November 2000 disahkannya Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dan kemudian diundangkan tanggal 23 November 2000. Undang-undang ini
merupakan undang-undang yang secara tegas menyatakan sebagai undang-undang yang
mendasari adanya pengadilan HAM di Indonesia yang akan berwenang untuk mengadili para
pelaku pelanggaran HAM berat. Undang-undang ini juga mengatur tentang adanya
pengadilan HAM Ad Hoc yang akan berwenang untuk mengadili pelanggaran HAM berat
yang terjadi di masa lalu.
Pengadilan HAM ini merupakan jenis pengadilan yang khusus untuk mengadili
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pengadilan ini dikatakan khusus
karena dari segi penamaan bentuk pengadilannya sudah secara spesifik menggunakan istilah
pengadilan HAM dan kewenangan pengadilan ini juga mengadili perkara-perkara tertentu.
Istilah pengadilan HAM sering dipertentangkan dengan istilah peradilan pidana karena
memang pada hakekatnya kejahatan yang merupakan kewenangan pengadilan HAM juga
merupakan perbuatan pidana. UU No. 26 Tahun 2000 yang menjadi landasan berdirinya
pengadilan HAM ini mengatur tentang beberapa kekhususan atau pengaturan yang berbeda
dengan pengaturan dalam hukum acara pidana. Pengaturan yang berbeda atau khusus ini
mulai sejak tahap penyelidikan dimana yang berwenang adalah Komnas HAM sampai
pengaturan tentang majelis hakim dimana komposisinya berbeda denga pengadilan pidana
biasa. Dalam pengadilan HAM ini komposisi hakim adalah lima orang yang mewajibkan tiga
orang diantaranya adalah hakim Ad Hoc.
UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM telah dijalankan dengan
dibentuknya pengadilan HAM ad hoc untuk kasus pelanggaran HAM yang berat yang terjadi
di Timor-timur. Dalam prakteknya, pengadilan HAM ad hoc ini mengalami banyak kendala
terutama berkaitan dengan lemahnya atau kurang memadainya instrumen hukum.
UU No. 26 Tahun 2000 ternyata belum memberikan aturan yang jelas dan lengkap
tentang tindak pidana yang diatur dan tidak adanya mekanisme hukum acara secara khusus.
Dari kondisi ini, pemahaman atau penerapan tentang UU No. 26 Tahun 2000 lebih banyak
didasarkan atas penafsiran hakim ketika melakukan pemeriksaan di pengadilan.
Jadi, pengadilan yang dibentuk berdasarkan UU No.26 Tahun 2000 yaitu pengadilan
khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat.

Anda mungkin juga menyukai