Anda di halaman 1dari 7

1.

Objek Formal
a. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) sangat penting dalam semua aspek kehidupan manusia,
selama manusia ada, itu adalah masalah universal. Hak Asasi Manusia adalah hak
yang telah diperoleh dan dibawa bersama oleh manusia sejak dilahirkan, karena
bersifat manusiawi dan universal, dan karenanya ada dalam kehidupan masyarakat
tanpa memandang ras, agama, golongan, dan jenis kelamin (Budiardjo, 1982:
120). Hak Asasi Manusia (HAM) juga diatur dalam UndangUndang Republik
Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1, yang menyebutkan
bahwa;
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hak asasi manusia adalah hak dasar dan
universal yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, manusia telah ada dalam
kehidupan bermasyarakat sejak lahir, dan setiap orang harus menghormati, melindungi
dan memelihara.
b. Penggolongan Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia dibagi menjadi beberapa bidang, antara lain:
1. Hak individu, yaitu hak yang dimiliki setiap orang.
2. Hak kolektif, yaitu hak yang hanya dapat dinikmati oleh orang lain, seperti hak atas
kompensasi atas kebebasan yang dilanggar.
3. Hak Sipil dan Politik (termasuk dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik yang terdiri dari 27 pasal), antara lain termasuk hak yang sudah ada dalam
hukum Indonesia, seperti: a) Hak untuk menentukan nasib sendiri adalah pelanggaran
kebebasan Hak atas kompensasi; b) hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan
pribadi, kebebasan berpikir, hati nurani dan beragama; c) laki-laki dan perempuan
memiliki hak yang sama atas hak sipil dan politik, dan suami dan istri memiliki hak
yang sama dan tanggung jawab saat ditangkap Hak untuk diberi tahu tentang alasan
pada saat itu, hak atas kebebasan berekspresi.
1. Hak ekonomi, sosial, dan budaya (tertuang dalam Kovenan Internasional Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya, terdiri dari 13 pasal), antara lain memuat hak atas
kebebasan dari rasa takut dan kemiskinan, larangan diskriminasi rasial, dan
diskriminasi warna kulit. , gender, agama, kesetaraan ekonomi, sosial dan budaya
kenikmatan laki-laki dan perempuan; hak untuk bekerja; hak atas upah yang adil bagi
pekerja laki-laki dan perempuan; hak untuk membentuk serikat petani (hak untuk
bekerja, hak untuk mogok, hak atas pendidikan, hak atas kebebasan, dan hak atas
kelaparan (Kusnadi, dll.), 2014).

Sedangkan pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia meliputi:

1. Hak Asasi Pribadi/Personal Right


a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
c. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak Asasi Politik/Political Right
a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
c. Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya
d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Right
a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS
c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dan lain-
lain
d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
e. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights
a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
c. Piagam HAM
Piagam HAM menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa yang berkedudukan sebagai pemelihara dan pengelola alam secara serasi dan
seimbang dalam ketaatan kepada Tuhan. Dengan didorong oleh jiwa dan semangat
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, bangsa Indonesia mempunyai
pandangan mengenai kewajiban manusia dan hak asasi, yang bersumber dari ajaran
agama, nilai moral, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun
1948 telah mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights). Oleh karena itu bangsa Indonesia sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai tanggung jawab untuk menghormati
ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut. Atas berkat rahmat Tuhan Yang
Maha Esa, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi hak asasi
menyatakan Piagam Hak Asasi Manusia. Hak-hak asasi manusia yang diakui oleh
bangsa Indonesia, ditetapkan dengan TAP MPR Nomor XVII Tahun 1998 tentang
HAM, antara lain adalah hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak atas
kebebasan, hak keamanan, dan hak kesejahteraan. Namun dalam pelaksanaannya,
HAM bersifat tidak mutlak karena dibatasi oleh hak- hak orang lain. Oleh karena itu,
diatur pula tentang kewajiban yang terdapat pada pasal 34, pasal 35, dan pasal 36.
Selain itu, jaminan atas perlindungan dan pemajuan HAM diatur dalam pasal 37
sampai dengan pasal 44.
Diantara hak- hak tersebut, yang langsung bersinggungan mengenai penggusuran
tanah untuk dibangun sebuah pembangkit listrik adalah hak untuk bertempat tinggal
yang masuk dalam hak atas kesejahteraan pasal 29, yang berbunyi: “Setiap orang
berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak”.
d. Pancasila dan Jaminan HAM
Konsep hak asasi yang berlaku di Indonesia adalah penjabaran dan kemanusiaan yang
adil dan beradab yang disemangati oleh sila-sila lainnya dan Pancasila. Oleh karena
itu, dalam menerapkan hak asasi manusia dalam berbagai kehidupan berbangsa dan
bernegara harus bersumber pada dasar negara Pancasila yang menyatakan manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berbudi dan berkehendak bebas, harus merdeka
dan mandiri dalam menentukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hak- hak asasi manusia ditinjau dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengandung pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjamin setiap orang
untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing- masing. Sila ini
menjamin kemerdekaan beragama bagi semua orang dimana setiap agama dianggap
sama hak dan kedudukannya terhadap negara. Dengan begitu, sila ini mengandung
pengakuan terhadap segenap hak asasi manusia di mana ajaran Tuhan meliputi
seluruh aspek kehidupan, seperti keadilan, persamaan, kehidupan yang tenteram, serta
kasih sayang.
Hak- hak asasi manusia ditinjau dari sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mengandung pengakuan bahwa manusia sebagai individu sekaligus sebagai
makhluk sosial. Sebagai individu, manusia memiliki hak asasi manusia yang dapat
dinikmati dan dijaga terhadap ancaman yang datang baik dari individu lain maupun
penguasa. Sebagai makhluk sosial, penggunaan hak asasi manusia dibatasi hak- hak
orang lain dengan artian hak asasi manusia tersebut tidak boleh melanggar hak asasi
orang lain. Bahkan dalam pelaksanaannya, harus ada keseimbangan antara hak
individu dengan hak orang lain.
Hak asasi manusia menurut sila Persatuan Indonesia timbul dari keinginan untuk
bersatu agar setiap orang Indonesia dapat menikmati hak asasinya tanpa adanya
belenggu dari bangsa lain. Dengan arti lain bahwa nasionalisme dan patriotisme
merupakan titik tolak dalam memperjuangkan HAM agar mendapat jaminan dan
perlindungan atas hak asasi manusia. Perasaan itu harus bersifat persahabatan yang
universal.
Dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, memuat kedaulatan yang berisi pengakuan akan hak
dan martabat manusia yang harus dihormati dan dijunjung tinggi yang berwujud
dalam bentuk hak asasi manusia, seperti hak berkumpul, hak mengeluarkan pendapat,
hak ikut serta dalam pemerintahan, hak kebebasan pers, dan lain- lain. Sedangkan
menurut sila Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjamin hak asasi
manusia atas hak milik, hak atas pekerjaan yang adil, serta hak milik (Kusnadi, dkk.,
2014).
2. Objek Material
1. Pengertian Tanah
Tanah menurut KBBI online, diartikan sebagai “permukaan bumi yang terbatas yang
ditempati suatu bangsa yang diperintah suatu negara atau menjadi daerah negara;
negeri; negara.” Sedangkan menurut Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria
Nomor 5 Tahun 1960, batasan resmi mengenai tanah adalah sebagai berikut :
“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tanah pada pasal tersebut ialah
permukaan bumi yang dapat dimiliki oleh setiap individu maupun badan hukum tanpa
ada pengecualian. Akan tetapi tanah tersebut tidak diberikan secara percuma,
melainkan harus ada bukti kepemilikan tanah yang menyatakan bahwa tanah tersebut
adalah milik seseorang ataupun badan hukum (Latifah, 2019: 13-14).
2. Hak Atas Tanah dalam Hukum Tanah Nasional
Hak-hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional terdiri atas :
1. Hak Primer (tetap) yaitu semua hak yang langsung diperoleh dari Negara yang
meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak
Pengelolaan.
2. Hak Sekunder (sementara) yaitu semua hak yang berasal dari pemegang hak atas
tanah lain berdasarkan atas adanya perikatan (perjanjian) yang meliputi Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai, Hak 16 Gadai, Hak Guna Usaha Bagi-Hasil, Hak
Menumpang, Hak Sewa dan lain-lainnya (Antasari, 2008: 15-16).

3. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum


Proses pengadaan tanah dimulai dengan tahap perencanaan yang berakhir pada
penguasaan fisik tanah oleh lembaga yang membutuhkan tanah. Kegiatan pada tahap
ini merupakan hal yang sangat penting karena kegagalan melewati tahap ini
berpotensi menghambat jangka waktu penyelesaian proses pengadaan tanah. Untuk
memulai suatu perencanaan terkait dengan tanahnya, setidaknya harus diketahui
beberapa hal yakni dimana akan dilaksanakan, untuk keperluan apa, kapan kegiatan
pengadaan tanah akan dilaksanakan, berapa luas tanah yang dibutuhkan, dan
penggunaan tanah saat ini. Dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah tidak boleh
serta merta untuk langsung saja dilaksanakan, karena memang ada beberapa tahapan
perencanaan pengadaan tanah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi
harus melewati satu persatu dari suatu perencanaan tersebut demi memperlancar
waktu penyelesaian proses pengadaan tanah (Latifah, 2019: 16).

3. Hasil yang Dicapai


Dinamika pembangunan pembangkit listrik guna pemerataan distribusi listrik di
Indonesia belakangan ini semakin meningkat sedang ketersediaan akan tanah yang
berpotensi bagus untuk dibangun pembangkit listrik semakin menipis. Dalam
pelaksanaan pembangunan tersebut harus melibatkan pemerintah untuk pengadaan tanah
secara besar- besaran demi lancarnya pembangunan. Salah satu cara untuk mendapatkan
tanah tersebut yaitu dengan melakukan penggusuran. Namun dalam kenyataannya,
seringkali terdapat kendala dalam penggusuran yaitu hak kepemilikan atau dalam
pengosongan bangunan di atas tanah yang akan digunakan tersebut. Kendala yang sering
dihadapi adalah warga masyarakat yang tidak mau dipindahkan dari tempat tinggal
asalnya karena memang menurut mereka sumber penghasilan mereka berada di tempat
tersebut dan besarnya ganti rugi yang diberikan tidak sesuai membuat mereka tetap teguh
untuk tidak mau dipindah.

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Mariam. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Kusnadi, dkk. 2014. Hak Asasi Manusia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

KBBI Online. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tanah. Diakses Pada 28 Maret 2021.

Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Anda mungkin juga menyukai