Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli :
a. Haar Tilar
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang sudah ada atau melekat pada tiap-
tiap manusia dan tanpa mempunyai hak-hak itu, tiap-tiap manusia itu tidak dapat
hidup selayaknya manusia. Hak ini didapatkan sejak lahir ke dunia.
b. Prof. Koentjoro Profoentjoro Poerbopranoto
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak yang sifatnya mendasar atau juga
asasi.Hak-hak yang dipunyai pada tiap-tiap manusia tersebut dengan berdasarkan
kodratnya, pada hakikatnya tidak akan dapat dipisahkan sehingga akan bersifat
suci.
c. John Locke
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak yang secara langsung diberikan Tuhan
Yang Maha Esa pada tiap manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu, tidak
ada kekuatan di dunia ini yang dapat mencabutnya. HAM sifatnya fundamental
atau mendasar bagi tiap kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat suci.
d. Peter R. Baehr
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak dasar yang bersifat mutlak dan juga harus
dipunyai pada tiap insan untuk perkembangan dirinya tersebut.
e. UU No 39 Tahun 1999
Hak Asasi Manusia (HAM) ialah seperangkat hak yang sudah ada pada diri
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang mana hak ini ialah
anugerah yang wajib untuk dihargai dan juga untuk dilindungi oleh pada tiap
orang untuk dapat melindungi harkat dan juga martabat manusia.
2. Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia
a. Hak asasi manusia bersifat hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak untuk
semua umat manusia yang sudah ada sejak lahir.
b. Hak asasi manusia bersifat universal, berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, jenis kelamin, atau perbedaan lainnya.
c. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada pihak lain.
d. Hak asasi manusia tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan
semua hak, apakah hak sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.
3. Macam-macam HAM dan contohnya
a. Hak Asasi Pribadi
 Hak untuk hidup
 Hak menyampaikan pendapat. Kita bebas untuk mengemukakan pendapat
dalam forum. Namun, perlu diingat cara menyampaikan pendapat harus
santun dan hargai juga pendapat orang lain.
 Kebebasan memeluk agama. Kita dibebaskan untuk memilih, memeluk, dan
menjalankan agama yang kita percaya. Tidak boleh ada paksaan untuk
menganut agama tertentu.
b. Hak Asasi Politik
 Hak untuk menjadi warga negara
 Hak untuk memilih dan dipilih.
c. Hak Asasi Ekonomi
 Hak memiliki, mencari, dan mengumpulkan kekayaan
 Kebebasan memilih pekerjaan
 Hak untuk menjual, membeli, dan menyewa.
d. Hak Asasi Hukum
 Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum sebuah
pemerintahan.
 Hak Asasi Sosial dan Budaya
 Hak untuk mengembangkan dan berpartisipasi dalam kebudayaan
 Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap karya cipta
 Hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan
4. Tujuan Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia memiliki beberapa tujuan, beberapa di antaranya sebagai berikut:
 Melindungi individu dari kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pihak
manapun.
 Menumbuhkan semangat saling menghargai antarmanusia.
 Memberi batasan yang jelas agar hak-hak orang lain tidak dilanggar.
5. Fungsi Hak Asasi Manusia
Fungsi hak asasi manusia yaitu agar setiap individu dapat merasa aman dan terjamin hak-
haknya sebagai manusia yang bebas dan merdeka. Oleh karena itu, untuk menegakkan
nilai-nilai hak asasi manusia, dibentuklah berbagai lembaga atau organisasi yang menjaga
dan menegakkan stabilitas HAM.
Di Indonesia, terdapat salah satu lembaga yang menangani penegakan HAM, yaitu
Komisi Hak Asasi Manusia atau KOMNAS HAM. Adapun fungsi KOMNAS HAM yaitu
sebagai berikut:
• Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan HAM.
• Pengawasan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM
• Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab HAM
• Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah
• Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional
• Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat hingga daerah
6. Peran Penting Hak Asasi Manusia Bagi Masyarakat
Pemaparan dari Kepala Bidang Hak Asasi Manusia Reba Paputungan, S.IP, M.Si.,
mengenai Instrumen HAM Nasional dan Unsur-unsur yang tertuang dalam HAM, serta
bentuk-bentuk dari pelanggaran HAM itu sendiri. Masyarakat berhak memiliki hak atas
rasa aman, oleh karena itu tugas negaralah untuk melindungi itu.
Dalam konsep HAM bernegara, pemerintah dilarang melanggar Hak asasi rakyat namun
dalam hal ini HAM juga dibatasi oleh peraturan perundang-undangan sehingga rakyat
pun tidak semena-mena saat menuntut perlindungan HAM.
Saat ini Presiden terus mengawasi dan telah membagi fungsi pengawasan HAM kepada
setiap Kementerian yang terkait dan kemudian telah mengeluarkan PerPres No.33 Tahun
2018 perubahan atas PePres No.75 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional HAM
dimana telah ditindak lanjuti oleh setiap Kementerian untuk memberikan Pemenuhan
HAM bagi Masyarakat.

B. Pengadilan Hak Asasi Manusia


Di Indonesia Negara adalah subjek yang paling penting dan memiliki keunggulan
atas subjek. Hukum internasional lainnya (terutama). Ini bukan satu-satunya alasan.
Negara dapat memenuhi unsur-unsur kriteria sebagai “badan hukum internasional”; Juga
karena hak dan kewajiban yang diterima negara jauh lebih besar, Ini lebih dari subjek
hukum internasional setelah negara. Dalam peradilan HAM yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Sesuai dengan pengaturan
Pasal 2 Undang-undang Pengadilan HAM, maka, pada saat itu,
Pengadilan HAM adalah pengadilan yang unik yang terletak di Dalam iklim
Pengadilan Keseluruhan, di Pengadilan HAM ada hakim dadakan yang didelegasikan apa
lagi yang dimaafkan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas gagasan Central Equity of
the High Court untuk masa jabatan lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa
jabatan berikutnya. (Pasal 28 UU No. 26/2000). Pengadilan HAM memiliki kewajiban
dan kedudukan untuk memeriksa dan memilih perkara pelanggaran kebebasan bersama
yang asli yang diajukan baik di Indonesia atau sebaliknya di luar batas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia oleh penduduk Indonesia (Pasal 4 dan 5 UU No. 26/2000).
Pengadilan Kebebasan Umum tidak disetujui untuk melihat dan memilih contoh
pelanggaran HAM ekstrem yang dipraktikkan oleh individu yang lebih muda dari 18
tahun perbuatan itu dilakukan (Pasal 6 UU No. 26/2000).

C. Implementasi Hukum Terkait Hak Asasi Manusia


Aturan terkait HAM ada sejak diterbitkan, pancasila sebagai landasan dasar juga
sebagai pedoman bagi masyarakat indonesia, meskipun secara tersirat. Hubungan
manusia dengan tuhannya, serta hubungan sesama manusia telah diatur didalam
pancasila. UU No. 39 tahun 1999 yang membahas terkait HAM, aturan HAM, yang
selalu berpedoman kepada deklarasi yang diadakan Perserikatan bangsa-bangsa. Dalam
deklarasi tersebut membahas peniadaaan bentuk diskriminasi terhadap kaum wanita, Hak
Asasi Anak serta berbagai aturan internasional lain yang juga membahas tentang HAM.
Serta disisi lain Undang-undang ini harus juga dapat disesuaikan dengn Syarat sahnya
daerah setempat dan kemajuan hukum publik yang bergantung pada Pancasila dan UUD
1945. Dalam hukum internasional seperti yang kita ketahui, prinsip-prinsip dasar
penegakan hukum internasional, termasuk memastikan kepatuhan Hukum Pengadilan
Pidana Internasional harus memberikan prioritas pada yurisdiksi domestik; Yurisdiksi
Mahkamah Pidana Internasional hanya berlaku sebagai tambahan (tambahan); Dalam hal
“ketidakmampuan”. (incapacity dan “ketidakmauan” (unwillingness) dalam yuridiksi
pengadilan nasional “ketidakmampuan” (incapacity) dan “ketidakmauan” (unwillingness)
dalam yurisdiksi pengadilan nasional.
Dalam UUD 1945 (pasca-amandemen), masalah kebebasan bersama secara eksplisit
terdistribusi dalam pasal XA pasal 28A sampai dengan 28J yang merupakan produk
koreksi kedua tahun 2000. Untuk situasi ini, otoritas publik melakukan perintah yang
telah diberikan. oleh TAP MPR, maka disahkanlah UU No. 39 Tahun 1999 terkait HAM,
pada tanggal 23 September 1999. UU ini mengarahkan beberapa masalah penting yang
diidentifikasikan dengan Peradilan HAM itu sendiri. Pelanggaran HAM dapat
didefinisikan sebagai suatu Tindakan disengaja atau tidak disengaja dari individu atau
sekelompok orang, termasuk badan-badan negara, dan kecorobohan yang secara hukum
membatasi, mencagah, membatasi atau meniadakan HAM. atau beberapa masyarakat
yang tidak mendapatkan bantuan hukum yang setara dan juga benar berdasarkan
mekanisme hukum yang telah ada.
Suatu negara dengan ideologi yang dianutnya pada dasarnya akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat di negara tersebut, termasuk dalam hal penerapan hak-hak asasi
masyarakatnya. Menurut ideologi Pancasila, hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada
dasarnya diimplementasikan secara bebas, akan tetapi kebebasan tersebut dibatasi dengan
hak asasi orang lain. Sehingga walaupun terdapat kebebasan, namun kebebasan tersebut
harus bertanggung jawab dengan memperhatikan dan tidak mengganggu hak asasi orang
lain. Namun dalam realitasnya hal tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh
rakyat Indonesia.

Dimulai dengan bergulirnya era reformasi, munculah berbagai produk hukum


yang diharapkan untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya
hak sipil dan politik. Antara lain, UUD 1945 pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan
MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU tentang HAM
(UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Otonomi Daerah. Dari sisi politik,
rakyat Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang luas. Empat kebebasan dasar,
yaitu hak atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul,
hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan.

Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia sudah dapat
mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa rasa takut atau was-was seperti pada
zaman Orde Baru. Rakyat Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan gagasan dan
informasi yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak atas kebebasan berkumpul.
Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti, seminar, rapat-rapat akbar tidak lagi mengharuskan
meminta izin penguasa seperti di masa Orde Baru.

Rakyat Indonesia telah menikmati juga kebebasan berorganisasi. Rakyat tidak


hanya bebas mendirikan partai-partai politik sebagai wahana untuk memperjuangkan
aspirasi politiknya. Rakyat bebas pula untuk mendirikian organisasi-organisasi
kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat adat, dan
lain sebagainya. Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi rakyat dari bawah ini akan
memperkuat masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan
pemerintahan yang demokratis.

Namun jika kita amati, upaya pengusutan pelanggaran HAM berat di Indonesia
selama ini masih mengalami hambatan-hambatan. Masyarakat tentunya bisa menilai
sendiri bagaimana upaya pengusutan Peristiwa Trisakti-Semanggi, Peristiwa Kerusuhan
yang terjadi pada bulan Mei 1998, Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa.
Ketidakmampuan penuntasan masalah HAM, telah menimbulkan pertanyaan dalam
benak masyarakat terkait dengan keseriusan pemerintah dalam mengusut masalah
tersebut.

Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia ternyata juga tak
diimbangi dengan perlindungan hukum yang semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak
atas kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau
hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hak atas
pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak atas perlakuan yang sama
di depan hukum. Dari berbagai daerah, seperti, Poso, Papua, Jakarta, dan tempat-tempat
lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan horisontal yang melibatkan unsur-
unsur polisi dan militer.

Hal yang memprihatinkan, seringkali dalam peristiwa kekerasan horisontal, aparat


keamanan seolah-olah tidak berdaya melindungi kelompok-kelompok yang menjadi
sasaran kekerasan tersebut. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, seperti, kasus
pembunuhan, penculikan, penahanan sewenang-wenang terhadap ratusan ribu orang yang
disangka mempunyai kaitan dengan PKI, dan beberapa kasus lainnya, sampai hari ini
belum memperoleh penanganan yang adil.

D. Hak Asasi Manusia di Era Saat Ini


Pandemi Covid-19 yang melanda di negara Indonesia hampir 2 tahun lamanya,banyak
dampak dan problematika yang timbul akibat pandemi ini. Salah satunya yaitu
berdampak pada Hak Asasi Manusia (HAM). Pada umumnya HAM adalah hak dan
kewajiban yang melekat secara fundamental dalam individu setiap manusia. Prinsip dari
HAM yaitu, universal, non diskriminasi, interrelated atau tidak dapat dipisahkan, dan
kewajiban dari negara. HAM merupakan konsep dari sebuah negara hukum, tak
terkecuali Indonesia sebagai negara hukum.
Problematika dan dampak HAM di era pandemi saat ini:
a. Kesehatan dan Kematian Manusia
Disituasi pandemi saat ini dengan banyaknya korban jiwa negara dapat diartikan
telah gagal menjalankan amanat konstitusi UUD NRI Tahun 1945. Seakan-akan
negara tidak bertanggung jawab atas pemenuhan hak warga negaranya dalam hal
hak untuk hidup, hak atas kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, hak
untuk lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Pengangguran dan Ketanagakerjaan
Salah satu akibat dari pandemi yaitu banyaknya kasus pengangguran dan
problema ketenagakerjaan. Banyak kasus dimana pegawai atau karyawan yang
bekerja disuatu perusahaan mengalami PHK untuk mengurangi tenaga kerja yang
ada didalam perusahaan tersebut. Dan itu membuat angka pengangguran di
Indonesia sangat melonjak tinggi.
c. Diskriminatif
Pelanggaran dalam bentuk diskriminatif antar masyarakat saat ini, setiap warga
yang terindikasi positif Covid-19 akan mengalami kasus diskriminatif dari
masyarakat sekitarnya. Alih-alih saling mendukung tanpa melupakan protokol
kesehatan, masyarakat cenderung memberi sanksi sosial tersendiri bagi orang
yang positif Covid-19. Sikap diskriminatif yang tidak disadari secara langsung.
d. Mobilitas
Pandemi Covid-19 telah membatasi gerak mobilisasi setiap orang, pembatasan
gerak ini juga merupakan cara pemerintah untuk meredam penyebaran virus
corona atau Covid-19 dengan cara kebijakannya PSBB atau PPKM.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada prinsipnya jaminan hak asasi manusia sudah diabadikan dalam UUD 1945,
namun semua bangsa dan pemerintahan sendiri harus benar-benar memahami hak dan
kewajiban manusia serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia atas karunia Tuhan Yang
Maha Esa dan dilindungi oleh negara. Di Indonesia, penerapan perlindungan dalam
kasus pelanggaran HAM berat berangsur-angsur berubah. Tanda nyata keseriusan
pemerintah memberikan kepastian hukum bagi korban pelanggaran HAM berat
adalah pembentukan Komnas HAM. Tanpa keterlibatan masyarakat, hak asasi
manusia jauh lebih sulit ditegakkan. Masalah hak asasi manusia bukan tanggung
jawab pemerintah dan pemangku kepentingan saja. Masyarakat juga harus mengecam
upaya perlindungan HAM. Bahwa implementasi penegakan hak asasi di Indonesia
sudah cukup memadai dengan terbitny Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2000 tentangPengadilan Hak Asasi Manusia yang merupakan
paying hukum untuk menyelesaikan persoalan pelanggaran berat hak asasi manusia.
Walaupun harus diakui, masih belum tuntas secara keseluruhan dan belum
memuaskan banyak pihak, terutama keluarga korban tragedi pelanggaran berat hak
asasi manusia.

3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan pelaksanaan HAM di Indonesia ini, diharapkan
masyarakat selalu memantau pelaksanaan pelanggaran HAM di Indonesia, agar sila
kedua Pancasila yaitu,”Kemanusiaan yang adil dan beradab”dilaksanakan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan harapan masyarakat secara tegas melawan segala
macam pelanggaran HAM, menghormati hak orang lain, menghormati keputusan dan
pendapat orang lain serta menahan diri dari tindakan yang melanggar martabat
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Antonio Cassesse. 1994 Human Right in Changing World (Hak Asasi Manusia di Dunia
yang Berubah). Terjemahan : A. Rahman Zainuddin, Jakarta: Yayasan Obo
Indonesiad dan USAID

Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi Manusiahttp://kumpulan-


makalhttps://makalah-update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia

Darwin Prinst, 2001, sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia,
Bandung: Citra Aditya Bakti.

Surbakti, K. (2018). FOSTERING OF FEMALE PRISONERS IN TANJUNG GUSTA


PENITENTIARY OF MEDAN. PROCEEDING: THE DREAM OF MILLENIAL
GENERATION TO GROW, 216-225

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak


Asasi Manusia.

Anda mungkin juga menyukai