Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III


Sekretariat : Kampus Limau Manih, Padang25163 Telp. (0751) 71088 Fax. (0751) 71089 E-mail :
feua2000@yahoo.com

Mata Kuliah/ Kode : Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah/ EDK320


Jurusan : Keuangan Negara
Semester/Kelas : V (Lima) / KN. 1 dan KN. 2
Tahun Akademik : 2021 / 2022
Hari/ Jam : Senin/ 13.30-16.00 WIB dan Rabu/ 07.30-10.00 WIB
Sistem Perkuliahan : Kegiatan perkuliahan Jarak jauh (ilearn google classroom-
whatsApp and email)
Lokal : H 1.10 / (di Rumah masing-masing)
Dosen Pengasuh : Syafruddin Ras, SE, MM/ Zulkarnaini Ras, Drs., M.Si

Materi-3
REFORMASI DAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)
I. LATAR BELAKANG
Krisis multi dimensi yang dialami Bangsa Indonesia pada akhir masa
Orde Baru merupakan titik tolak dari terjadinya reformasi pada pertengahan
tahun 1998. Secara umum reformasi diartikan sebagai “proses perubahan dari
kondisi lama menuju kondisi baru yang dikehendaki”. Proses ini bermula
sebagai akibat dari adanya kesenjangan yang luas antara aspirasi dan
keinginan masyarakat dengan kenyataan yang ada. Perubahan paradigma
yang menjadi tuntutan reformasi secara umum menghendaki tegaknya
berbagai nilai tertentu dalam pemerintahan dan masyarakat yang bertumpu
pada nilai-nilai Ketuhanan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan keadilan.
Tujuan dari reformasi adalah terwujudnya pemerintahan yang
demokratis, bersih dan bebas dari KKN, tegaknya hukum dan keadilan serta
Hak Asasi Manusia, efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Sistem pemerintahan dalam konteks reformasi ini disebut dengan
kepemerintahan yang baik (good governance).
Tuntutan reformasi secara umum dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu :
1. Terwujudnya Sistem Politik Yang Demokratis
Adalah demokrasi yang dilandasi oleh kepercayaan dari rakyak karena
tanpa kepercayaan rakyat pada dasarnya tidak ada demokrasi. Sepanjang
sejarah kehidupan bernegara, Bangsa Indonesia hampir tidak pernah
memiliki demokrasi politik. Sepanjang zaman kerajaan selama ratusan
tahun boleh dikatakan tidak ada demokrasi.
Dalam masa penjajahan Belanda dan Jepang, juga tidak ada demokrasi.
Dalam masa Orde Lama (Demokrasi Terpimpin) dan masa Orde Baru
1
(Otoriter) telah memporak-porandakan (Otoriter), telah memporak-
porandakan kepercayaan rakyak terhadap system demokrasi.
2. Terwujudnya sistem ekonomi yang berkeadilan
Tuntutan keadilan ekonomi merupakan cerminan ketidakpuasan rakyat
terhadap strategi pembangunan yang berlangsung selama orde baru.
Keadilan dalam ekonomi merupakan prinsip dasar dari kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keadilan Ekonomi adalah sistem ekonomi dan
pembangunan yang membawa manfaat bagi golongan masyarakat miskin.

3. Hapusnya KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme)


Menurut Menko Wasbangpan, KKN dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
antara lain adalah : Pemberian fasilitas istimewa untuk ekspor-impor,
tukar guling kekayaan Negara, penyuapan, kemitraan antara instansi
pemerintah dengan pihak luar dan dalam negeri, fasilitas kredit, tender
proyek, dan lain sebagainya.
4. Tegaknya Hukum dan Hak Asasi Manusia
Upaya penegakkan hukum dan HAM sangat terkait dengan struktur
kekuasaan dalam suatu Negara. Kekuasaan yudikatif dan legislatif yang
selama masa orde baru berada dibawah kekuasaan eksekutif merupakan
penghalang yang sulit ditembus. Disamping itu terjadi pula budaya hukum
yang tidak demokratis menyebabkan munculnya kesewenang-wenangan
baru dalam yudikatif yang mengarah kepada terjadinya salah tingkah
pada kalangan yudikatif dan legislatif yang diumpamakan “Bagai Bujang
Baru Berkeris”.
Tuntutan terhadap pelanggaran HAM merupakan “teriakan keras dalam
angin ribut” karena apa yang diteriakkan dan apa yang berlangsung masih
berjalan sendiri-sendiri. Berbagai LSM yang berkaitan dengan HAM
bermunculan, namun pelanggaran HAM berlangsung terus. Penegakan
Hukum dan HAM terletak pada struktur kekuasaan dalam pemerintahan
Negara, sedangkan LSM-LSM adalah organisasi di luar pemerintahan
yang tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Komnas HAM yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden tidak mempunyai instrument untuk
menghentikan tindakan pelanggaran HAM, terutama jika dilakukan oleh
aparat pemerintah.

5. Terwujudnya Masyarakat Madani

Masyarakat Madani adalah masyarakat yang demokratis yang pluralis


(bhinneka), tetapi mempunyai rasa kebersamaan yang utuh (tunggal). Sebagai
masyarakat demokratis yang maju, masyarakat (society) mempunyai
kedudukan atau posisi yang setara dengan Negara (state), seperti menurut
gambar dibawah ini :

2
Masyarakat Saling Ketergantungan Negara
(Society) (State)
Saling Mendukung

Tauhid

Demokrasi

Teknologi

Kesetaraan kedudukan antara Negara yang diperankan oleh


pemerintah dengan masyarakat ditunjukkan oleh peran rakyat, terlihat
dengan adanya saling ketergantungan dan saling mendukung. Artinya rakyat
bergantung dan berkepentingan pada pemerintah. Sebaliknya Pemerintah
juga bergantung dan berkepentingan pada rakyat. Rakyat dapat mengontrol
pemerintah, dan pemerintah juga dapat mengontrol rakyat dengan
menerapkan peraturan dan perundang-undangan yang disepakati.
Hubungan kesetaraan ini akan terwujud bila terdapat kemandirian
pada rakyat. Rakyat tidak akan mampu mengontrol pemerintah jika
kehidupannya bergantung pada dan ditentukan oleh pemerintah, baik dalam
pengertian ekonomi maupun dalam kehidupan politik. Rakyat yang
bergantung pada pemerintah ini selanjutnya akan menjadi beban bagi
pemerintah. Untuk melepaskan posisi ketergantungan rakyat pada pemerintah
ini ada dua strategi yang harus dilaksanakan, yaitu :

a. Pemberdayaan Rakyat Dalam Arti Politik


Pemberdayaan Rakyat dalam arti politik yaitu rakyat diberi wewenang
untuk berperan dalam menentukan kebijakan pemerintah, sehingga
disamping adanya kewenangan, rakyat juga merasa mempunyai tanggung
jawab sebagai pemilik Negara.

b. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat


Pemberdayaan ini tidak hanya sekedar peningkatan pendapatan tetapi
juga peningkatan kemampuan mereka untuk mandiri. Kemampuan untuk
mandiri ini memberi kemungkinan untuk mengembangkan dirinya dalam

3
hubungan yang sepadan sebagai jejaring (networking) yang saling
menguntungkan dengan pihak tertentu.

Sedangkan strategi umum untuk meningkatkan kemandirian ini adalah


dengan meningkatkan keimanan dan ketauhidan. Upaya ini diharapkan
membentuk kepercayaan diri dan kejujuran yang bersumber dari dalam yang
selanjutnya akan menjadi landasan untuk mewujudkan sifat amanah dari
pihak lain terutama menjadi landasan kegiatan bisnis dan ekonomi modern.
Tuntutan untuk mewujudkan masyarakat madani akan berhasil bila
dapat dikembangkan unsur dalam masyarakat yakni demokrasi dan
kemampuan teknologi.

II. GOOD GOVERNANCE

Terselenggaranya “good governance” merupakan prasyarat bagi setiap


pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai
tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, dan legitimate,
sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggung
jawab, serta bebas dari KKN.

Kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan isu yang


paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Hal ini
disamping merupakan tuntutan masyarakat juga karena pengaruh globalisasi.
Pola penyelenggaraan pemerintahan yang lama tidak sesuai lagi dengan
tatanan masyarakat yang telah berubah. Administrasi pemerintahan yang
baik tercermin dari kemampuan merealisasikan kebijakan-kebijakan yang
dibuat pemerintah di lapangan.

Arti “good” dalam good governance mengandung dua pengertian :


1. Good sebagai nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/ kehendak
rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam
pencapaian tujuan nasional, kemandirian, pembangunan, dan keadilan
sosial.

2. Good dalam arti adanya aspek-aspek fungsional dalam pemerintahan yang


efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan
tertentu.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan di atas, maka good governance


berorientasi pada :
a. Orientasi Ideal Negara
4
Yaitu pemerintahan yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.
Orientasi ini mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara
dengan elemen utama adalah Negara yang legitimasi yaitu Negara yang
dipilih dan dipercaya oleh rakyat, akuntabilitas (accountability),
menjunjung HAM, dan Otonomi.

b. Pemerintahan Yang Berfungsi Secara Ideal


Yaitu pemerintahan yang efektif dan efisien dalam melakukan upaya
mencapai tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh mana struktur
dan mekanisme politik dan administrasi berfungsi secara efektif dan
efisien.

Bank Dunia memberikan definisi kepada good governance, yaitu :“the


way state power Is used in managing economic and social resources for
development of society”. Dari definisi ini Work Bank mensinonimkan good
governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana dan investasi yang langka, dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif.

Sementara itu UNDP (United Nation Development Program)


mendefinisikan good governance ini sebagai “the exercise of political, economic
and administrative authority to manage a nation’s affair at all level”. Dari
definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa good governance mempunyai
tiga kaki sebagai landasan (three legs) yaitu ; “economic, political, and
administrative”.

Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision


marking processes) yang memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri dan
interaksi diantara penyelenggara ekonomi. Economic governance mempunyai
implikasi terhadap “equity, proverty dan quality of life”. Political Governance
adalah proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan, sedangkan
administrative governance adalah sistem implementasi dari proses kebijakan.

Berdasarkan kepada pengertian-pengertian di atas maka dalam suatu


governance terdapat 3 (tiga) unsur institusi yang saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain, yaitu :

2.
Private 5
State
Sectors
3.
Seciety

1. State (Negara atau Pemerintahan)


Institusi Pemerintahan ini berfungsi menciptakan lingkungan politik dan
hukum yang kondusif. Negara sebagai unsur dari governance di dalamnya
termasuk lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik.
2. Private Sectors (Swasta dan Dunia Usaha)
Sektor Swasta meliputi perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di
berbagai bidang dan sektor informal lain di pasar. Sektor swasta ini akan
menciptakan pekerjaan dan pendapatan. Ada anggapan bahwa sektor
swasta adalah bahagian dari masyarakat. Namun sektor swasta dapat
dibedakan dengan masyarakat dimana sektor swasta mempunyai
pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan sosial, politik dan ekonomi yang
dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar dan
perusahaan-perusahaan itu sendiri.

3. Society (Masyarakat)
Society meliputi lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan lain-
lain. Society ini berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, dan
politik, termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk
berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik.

Dari ketiga unsur (domain) dalam governance di atas maka “state”


menjadi unsur yang paling penting karena fungsinya sebagai pengatur yang
memfasilitasi sektor dunia usaha swasta dan masyarakat. Peranan pemerintah
melalui kebijakan-kebijakan publiknya sangat penting dalam memfasilitasi
terjadinya mekanisme pasar sehingga penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di dalam pasar dapat dihindari.

6
Dari aspek fungsional, good governance akan menentukan apakah
pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai
tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Dari aspek pemerintahan (governance), good governance dapat dilihat
melalui 4 (Empat) aspek sebagai berikut :
a. Aspek Hukum dan kebijakan
Terwujudnya Hukum dan Kebijakan pemerintahan yang ditujukan untuk
perlindungan kebebasan sosial, politik, dan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat.
b. Aspek Administrative Competense and Transparancy
Adanya kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi
secara efisien. Kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi,
penciptaan disiplin dan mode, administratif, dan keterbukaan informasi.
c. Aspek Desentralisasi
Terwujudnya sistem desentralisasi dalam bentuk desentralisasi regional
dan dekonsentrasi di dalam departemen pemerintahan.
d. Aspek Penciptaan Pasar Yang Kompetitif
Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran pengusaha kecil dan
segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan pemerintah
dalam mengelola kebijakan makro ekonomi.
III. KHARAKTERISTIK GOOD GOVERNANCE

Wujud Good Governance adalah penyelenggaraan pemerintahan


Negara yang solid dan bertanggung jawab serta efisien dan efektif dengan
menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara unsur-unsur
“Negara, Sektor Swasta, dan Masyarakat”. Good Governance meliputi sistem
administrasi Negara, sehingga usaha untuk mewujudkan good governance ini
juga merupakan upaya melakukan penyempurnaan sistem administrasi
Negara yang berlaku pada suatu Negara secara menyeluruh.
Secara umum kharakteristik good governance adalah sebagai berikut :

1. Participation
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang
mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
Partisipasi dapat berbentuk dukungan, tantangan, kegiatan perorangan
dan kelompok terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Melalui
7
partisipasi ini rakyat secara aktif melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan.

2. Rule of Law (Kepastian Hukum)


Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama untuk hak asasi manusia (HAM).
3. Tranparancy (Keterbukaan)
Tranparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses-
proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka
yang membutuhkan informasi ini harus dapat dipahami dan dimonitor
oleh masyarakat.
4. Responsiveness
Lembaga-lembaga dan proses-proses pengambilan keputusan harus
mencoba untuk melayani setiap stakeholders.
5. Consesnsus Orientation
Good Governance menjadi perantara oleh kepentingan yang berbeda
untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik
dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity
Semua warga Negara baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan
mereka.

7. Effectiveness and Efficiency


Proses-proses dan lembaga-lembaga pemerintahan menghasilkan
kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan apa yang telah
digariskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia sebaik
mungkin.
8. Accountability (Pertanggung Jawaban)
Akuntabilitas adalah kebertanggungjawaban pemerintah atas segala
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan itu kepada rakyat sebagai pemilik
Negara.
Namun dalam sistem demokrasi perwakilan rakyat mempercayakan setiap
urusan pertanggung jawaban ini kepada DPR. Para pembuat keputusan
dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil society)
bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders.
8
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
dibuat. Apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.

9. Strategic Vission
Para pemimpin dan pelayanan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan
sejalan dengan apa yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.

IV. PERKEMBANGAN PARADIGMA GOOD GOVERNANCE


Bersamaan dengan reformasi dari sistem politik ke arah yang lebih
demokratis, berkembang pula pemikiran tentang good governance,
kepemerintahan (pengurusan pemerintah) yang baik. Tetapi
pengertiannya masih simpang siur, pada umumnya mengartikan good
governance dengan pemerintahan yang bersih, atau clean government.
Seringkali juga mengarah pada pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Disini diajukan suatu pemikiran awal, tentang good governance sebagai
paradigma baru manajemen pembangunan.

Good Governance adalah suatu bentuk manajemen pembangunan, yang


disebut administrasi pembangunan. Administrasi Pemabangunan atau
Manajemen Pembangunan menempatkan peran sentral. Pemerintah
menjadi agent of Change dari suatu masyarakat (berkembang) dalam
negara berkembang. Agent of change (agen perubahan), dan karena
perubahan yang di kehendaki, planned change, maka juga disebut agent of
development. Pendorong proses pembangunan, perubahan masyarakat
bangsa.
Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
program-program, proyek-proyek, bahkan industri-industri, dan peran
perencanaan dan budget yang penting. Perencanaan dan budget juga
menstimulasi investasi sektor swasta. Kebijakan dan persetujuan
penanaman modaldi tangan pemerintah.

Dalam good governance tidak lagi pemerintah, tetapi juga citizen,


masyarakat dan terutama sektor usaha yang berperan dalam governace.
Ini juga karena perubahan paradigma pembangunan dengan peninjauan
ulang peran pemerintah dalam pembangunan, yang semula bertindak
sebagai regulator dan pelaku pasar, menjadi bagaimana menciptakan
iklim yang kondusif dan melakukan investasi prasarana yang mendukung
dunia usaha. Justru usaha pembangunan dilakukan melalui koordinasi
atau sinergi (kelelarasan kerja) antara pemerintah-masyarakat-swasta.
9
Mungkin dapat dilihat sebagai bentuk pemerintah memberdayakan
masyarakat terutama sektor usaha agar menjadi agent of change dari
masyarakat bangsa, dan dengan begitu menjadi partner pemerintah.
Bahkan masyarakat/dunia usaha akan lebih berperan nyata dalam
perubahan masyarakat. Di dunia sekarang sudah lebih private sector led
growth. Justru diperlukan sinergi antar pemerintah dengan masyarakat,
terutama dengan dunia usaha/swasta.
Perkembangan Peradigma from Government to Governance.
Perkembangan kearah good governace ini juga bisa dilihat dari
perkembangan ilmu administrasi (public administration). Bagaimana
mengurus suatu pemerintahan yang baik. Bagaimana mengurus organisasi
dan tata kerja pemerintahan yang baik, kepegawaian negeri yang efesien dan
efektif.

Good Governance bukan Clean Government bukan juga Pemerintah yang


bersih dan berwibawa.

Clean Government merupakan bagian dari Good Governance. Karena


partisipasi/koordinasi Pemerintah/Organisasi Masyarakat-Swasta itu
jangan KKN.
Good Governance, adalah dimana birokrasi berperan enabling, empowering
bukan justru membebani dengan bureucratic cost.

Ada 10 Prinsip Good Governance


1) AKUNTABILITAS :
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2) PENGAWASAN :
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan
swasta dan masyarakat luas.
3) DAYA TANGGAP :
Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4) PROFESIONALISME :
Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan pemerintahan
agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya
terjangkau.
5) EFISIENSI & EFEKTIVITAS :

10
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung
jawab.
6) TRANSPARANSI :
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi.
7) KESETARAAN :
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8) WAWASAN KE DEPAN :
Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas & mengikuti-
sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan
daerahnya.
9) PARTISIPASI :
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang
menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung mapun tidak
langsung.
10) PENEGAKAN HUKUM :
Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa
pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.

V. REFERENSI :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan
Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2015, tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan , Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
9. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
RI Nomor 53 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi
11
Pemerintah;
11. Lembaga Administrasi Negara dan BPKP., Akuntabilitas dan Good Governance,
Jakarta, 2000.
12. Keputusan Kepala LAN RI No. 589/IX/6/Y/1999, tentang Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
13. Prof. Dr. CST, Kansil, SH dan Christine, ST. Kansil, SH, MH., Sistem Pemerintahan di
Indonesia, Bumi Aksara Indonesia, Jakarta, 2002.

12

Anda mungkin juga menyukai