Materi-3
REFORMASI DAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)
I. LATAR BELAKANG
Krisis multi dimensi yang dialami Bangsa Indonesia pada akhir masa
Orde Baru merupakan titik tolak dari terjadinya reformasi pada pertengahan
tahun 1998. Secara umum reformasi diartikan sebagai “proses perubahan dari
kondisi lama menuju kondisi baru yang dikehendaki”. Proses ini bermula
sebagai akibat dari adanya kesenjangan yang luas antara aspirasi dan
keinginan masyarakat dengan kenyataan yang ada. Perubahan paradigma
yang menjadi tuntutan reformasi secara umum menghendaki tegaknya
berbagai nilai tertentu dalam pemerintahan dan masyarakat yang bertumpu
pada nilai-nilai Ketuhanan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan keadilan.
Tujuan dari reformasi adalah terwujudnya pemerintahan yang
demokratis, bersih dan bebas dari KKN, tegaknya hukum dan keadilan serta
Hak Asasi Manusia, efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Sistem pemerintahan dalam konteks reformasi ini disebut dengan
kepemerintahan yang baik (good governance).
Tuntutan reformasi secara umum dibagi ke dalam 5 bagian, yaitu :
1. Terwujudnya Sistem Politik Yang Demokratis
Adalah demokrasi yang dilandasi oleh kepercayaan dari rakyak karena
tanpa kepercayaan rakyat pada dasarnya tidak ada demokrasi. Sepanjang
sejarah kehidupan bernegara, Bangsa Indonesia hampir tidak pernah
memiliki demokrasi politik. Sepanjang zaman kerajaan selama ratusan
tahun boleh dikatakan tidak ada demokrasi.
Dalam masa penjajahan Belanda dan Jepang, juga tidak ada demokrasi.
Dalam masa Orde Lama (Demokrasi Terpimpin) dan masa Orde Baru
1
(Otoriter) telah memporak-porandakan (Otoriter), telah memporak-
porandakan kepercayaan rakyak terhadap system demokrasi.
2. Terwujudnya sistem ekonomi yang berkeadilan
Tuntutan keadilan ekonomi merupakan cerminan ketidakpuasan rakyat
terhadap strategi pembangunan yang berlangsung selama orde baru.
Keadilan dalam ekonomi merupakan prinsip dasar dari kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keadilan Ekonomi adalah sistem ekonomi dan
pembangunan yang membawa manfaat bagi golongan masyarakat miskin.
2
Masyarakat Saling Ketergantungan Negara
(Society) (State)
Saling Mendukung
Tauhid
Demokrasi
Teknologi
3
hubungan yang sepadan sebagai jejaring (networking) yang saling
menguntungkan dengan pihak tertentu.
2.
Private 5
State
Sectors
3.
Seciety
3. Society (Masyarakat)
Society meliputi lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan lain-
lain. Society ini berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, dan
politik, termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk
berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik.
6
Dari aspek fungsional, good governance akan menentukan apakah
pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai
tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Dari aspek pemerintahan (governance), good governance dapat dilihat
melalui 4 (Empat) aspek sebagai berikut :
a. Aspek Hukum dan kebijakan
Terwujudnya Hukum dan Kebijakan pemerintahan yang ditujukan untuk
perlindungan kebebasan sosial, politik, dan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat.
b. Aspek Administrative Competense and Transparancy
Adanya kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi
secara efisien. Kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi,
penciptaan disiplin dan mode, administratif, dan keterbukaan informasi.
c. Aspek Desentralisasi
Terwujudnya sistem desentralisasi dalam bentuk desentralisasi regional
dan dekonsentrasi di dalam departemen pemerintahan.
d. Aspek Penciptaan Pasar Yang Kompetitif
Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran pengusaha kecil dan
segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan pemerintah
dalam mengelola kebijakan makro ekonomi.
III. KHARAKTERISTIK GOOD GOVERNANCE
1. Participation
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang
mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
Partisipasi dapat berbentuk dukungan, tantangan, kegiatan perorangan
dan kelompok terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Melalui
7
partisipasi ini rakyat secara aktif melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan.
9. Strategic Vission
Para pemimpin dan pelayanan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan
sejalan dengan apa yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.
10
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung
jawab.
6) TRANSPARANSI :
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi.
7) KESETARAAN :
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8) WAWASAN KE DEPAN :
Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas & mengikuti-
sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan
daerahnya.
9) PARTISIPASI :
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang
menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung mapun tidak
langsung.
10) PENEGAKAN HUKUM :
Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa
pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.
V. REFERENSI :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan
Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2015, tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan , Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
9. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
RI Nomor 53 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi
11
Pemerintah;
11. Lembaga Administrasi Negara dan BPKP., Akuntabilitas dan Good Governance,
Jakarta, 2000.
12. Keputusan Kepala LAN RI No. 589/IX/6/Y/1999, tentang Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
13. Prof. Dr. CST, Kansil, SH dan Christine, ST. Kansil, SH, MH., Sistem Pemerintahan di
Indonesia, Bumi Aksara Indonesia, Jakarta, 2002.
12