Anda di halaman 1dari 14

HAK ASASI MANUSIA DAN NEGARA HUKUM

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


IDA MAHARDIKA,S.Pd, M.Pd
KELOMPOK 6
Disusun Oleh :
Ayu Wulan Purnamasari
Hilda Rachmi Yulianti
Devia Agustini
HAM
HAK ASASI MANUSIA
 Hak Asasi Manusia (HAM)
Dalam bahasa inggris human ringts dalam bahasa prancis droits de i’homme
jadi Hak asasi manusia adalah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa
manusia memiliki hak melekat pada dirinya karna ia adalah seorang manusia Hak asai
manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal.
HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling
berhubungan dan saling bergantung.
Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat
dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus
ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat
demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat
yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum mencukupi syarat
ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex specialis.
Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun,
seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.
Jhon Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan
Tuhan kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh
sebab itu tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa
mencabutnya. HAM memiliki sifat yang mendasar dan suci.
Jan Materson
HAM Menurutnya HAM adalah hak – hak yang ada pada setiap

MENURUT manusia yang tanpanya manusia mustahil hidup sebagai


manusia.

PARA Miriam Budiarjo


AHLI HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir
didunia. Hak itu sifatnya universal, karena hak dimiliki tanpa
adanya perbedaan. Baik itu ras, jenis kelamin, suku dan
agama.
Prof. Koentjoro Poerbopranoto
HAM adalah suatu hak yang bersifat mendasar. Hak yang
dimiliki manusia sesuai dengan kodratnya yang pada
dasarnya tidak bisa dipisahkan
HAM menurut undang-
undang nomor 39 Tahun
1999

HAM adalah seperangkat hak yang


melekat pada diri manusia sebagai ciptaan
tuhan yang maha esa. Hak tersebut
merupakan anugrah yang wajib dilindungi
dan dihargai oleh setiap manusia.
 Perkembangan Pemikiran HAM
Dibagi menjadi 4 generasi yaitu :
• Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan
politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
• Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak- hak sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan
pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang
mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi
dan hak politik.
• Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang
yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil
pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan
terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak
lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya
yang dilanggar.
• Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.
Perkembangan Pemikiran HAM di
Dunia

01 Magna Charta

02 The American Declaration

03 The French Declaration

04 The Four Freedom


Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia

 Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD


1945
 Periode 27 Desember 1949 samapi 17 Agustus 1950, berlaku
konstitusi Republik Indonesia Serikat
 Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
 Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945
 Implementasi HAM
Perkembangan kehidupan yang berkelanjutan sampai saat ini dari realitas lokal, nasional
dan internasional, nampaknya bahwa hak asasi manusia berkembang seiring dalam suatu hubungan yang
komplementer. Hak asasi manusia sudah berkembang sebagai suatu tatanan yang semula hanya sebatas
Negara tertentu, namun sekarang telah mendunia. Instrumen hak asasi manusia yang awalnya bersifat
universal telah dijadikan cermin berbagai norma perilaku yang diterima secara khusus oleh sebagaian besar
negara-negara di dunia. Asumsi inilah yang dijadikan dasar diterimanya pernyataan/piagam hak asasi
manusia sedunia (universal declaration of human rights) pada tahun 1948 oleh badan sedunia Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Berdasarkan instrumen hak asasi manusia internasional telah diadopsi oleh Negara Republik
Indonesia ke dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998, UU No. 39 tahun 1999, Perpu No. 1 tahun 1999, dan
UU No. 26 tahun 2000. sekarang tergantung bagaimana Political Will Pemerintah Republik Indonesia
untuk melaksanakan secara murni dan konsekuen peraturan tersebut. Secara umum kita bersama sudah
memahami bahwa negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum, tetapi hukum belum dapat berperan
sebagai Panglima (rule of low).
Sebagai instrumen perundang-undangan hak asasi manusia supaya disosialisasikan kepada
masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui dan berupaya mengembangkan sarana-sarana pendukung
agar apa yang dikandung dalam hak asasi manusia dapat ditaati dan dilaksanakan dalam kehidupan
berbangsa maupun bermasyarakat.
Secara umum, memang pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia belum berjalan seperti
yang diamanatkan oleh deklarasi Dewan perserikatan Bangsa- Bangsa maupun perundang-undangan yang
sudah diberlakukan oleh pemerintah Indonesia, namun mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari
pemerintahan terdahulu. Hal ini mungkin juga diakibatkan oleh beberapa faktor yakni ; faktor ekonomi,
budaya, demokrasi, pendidikan, pengangguran, keadilan, kesejahteraan, penegakan hukum dan sebagainya
 KOMNAS HAM  Tujuan Komnas HAM
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya Di dalam Pasal 75 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia,
setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi disebutkan bahwa tujuan dari Komnas HAM adalah:
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, • Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
dan mediasi hak asasi manusia. Hal ini disebutkan di Pasal 1 asasi manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Manusia • Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
 Alat Kelengkapan Lembaga kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan
Alat kelengkapan Komnas HAM terdiri atas Sidang Paripurna dan
Subkomisi. Disamping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat
Jenderal sebagai unsur pelayanan.
Sidang Paripurna Sub-Komisi
Sidang Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi Pada periode keanggotaan 2017-2022, Sub-Komisi
di Komnas HAM, yang terdiri atas seluruh anggota Komnas HAM terdiri atas :
Komnas HAM. Sidang Paripurna menetapkan Tata 1. Sub-Komisi Pemajuan HAM, yang terdiri atas
Tertib, Program Kerja dan Mekanisme Kerja Komnas fungsi pengkajian dan penelitian dan fungsi
HAM penyuluhan.
2. Sub-Komisi Penegakan HAM, yang terdiri atas
fungsi pemantauan/penyelidikan dan fungsi
mediasi.
 Landasan Hukum

Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak 1999 keberadaan Komnas HAM didasarkan pada Undang-undang,
yakni Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi,
keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas HAM.

Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas HAM juga berwenang
melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU
No. 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Undang-undang No. 26/2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang menyelidiki
pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam melakukan penyelidikan ini Komnas HAM dapat
membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.

Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis, mendapatkan tambahan kewenangan berupa pengawasan. Pengawasan adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh Komnas HAM dengan maksud untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah
baik pusat maupun daerah yang dilakukan secara berkala atau insidentil dengan cara memantau, mencari
fakta, menilai guna mencari dan menemukan ada tidaknya diskriminasi ras dan etnis yang ditindaklanjuti
dengan rekomendasi.

Sejak didirikan pada 1993, Komnas HAM telah mengalami enam kali periodisasi keanggotaan, yaitu 1993-
1998, 1998-2002, 2002-2007, 2007-2012, 2012-2017, dan 2017-2022
Instrumen Nasional Instrumen Internasional
1. UUD 1945 beserta amandemenya
1. Piagam PBB 1945
2. Tap MPR No.XVII/MPR/1998 2. Deklarasi Universal HAM 1948
3. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM 3. Kovenan Internasional tentang hak Sipil dan Politik
4. UU No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM 4. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,

5. UU No. 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Sosial dan Budaya


Diskriminasi Ras dan Etnis 5. Instrumen HAM internasional lainnya
6. UU No. 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik
Sosial

7. Peraturan Perundang-Undangan Nasional lainnya


yang terkait
THANKS

Anda mungkin juga menyukai