Anda di halaman 1dari 11

NAMA : AMRINA MUTHI’AH

NIM : 856623861
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PKN DI SD
PGSD BI SEMESTER 1

RANGKUMAN MODUL 5
Konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar 1945

Kegiatan Belajar 1
Pengertian HAM
A. PENGERTIAN
Ada banyak pemikiran yang mengemukakan mengenai pengertian dari HAM, yaitu
Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration of Human Right), Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM khususnya dalam Pasal ayat
(1), dan UU No. 39 Tahun 1999. Berdasarkan beberapa pemikiran tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hak asasi adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang
telah diperoleh dan dibawa bersamaan dengan kelahirannya di masyarakat. Adapun hak
dasar yang bersifat universal meliputi hak hidup, hak kemerdekaan dan untuk
mendapatkan kebahagiaan.
Ciri khas dari HAM adalah sebagai berikut.
1. Kodrat
2. Hakiki
3. Universal
4. Tidak dapat dicabut
5. Tidak dapat dibagi

B. NILAI-NILAI DASAR HAM


Nilai utama yang terkandung dalam HAM adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan/Kemerdekaan, misalnya merdeka Memilih Negara, Tempat Tinggal,
Bergerak, Berkeluarga, Memilih Pekerjaan, Berserikat, Mengemukakan Pendapat,
Memperoleh dan Mendayagunakan Informasi.
2. Kemanusiaan/Perdamaian, dimana manusia mendambakan ketenteraman bebas dari
rasa takut, terjamin keamanannya dan senantiasa dalam suasana yang damai.
3. Keadilan/Kesederajatan/Persamaan, dapat diperlakukan secara wajar dan adil,
mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh hak, tidak dibeda-bedakan
antara manusia yang satu dengan lainnya.
Kegiatan Belajar 2
HAM dalam Undang-Undang Dasar 1945
Semua ketentuan perundang-undangan dibentuk untuk memberikan jaminan dalam
upaya penegakkan HAM dalam negara hukum Indonesia. Agar upaya penegakan HAM di
Indonesia dapat berjalan secara efisien dan efektif maka diperlukan adanya semangat para
penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan dan seluruh lapisan masyarakat. Jaminan
pelaksanaan HAM telah tercantum secara jelas dalam Konstitusi Negara yaitu Undang-
Undang Dasar Tahun 1945.
Adapun rumusan lengkapnya bunyi pasal-pasal dan ayat yang mengandung muatan
HAM adalah sebagai berikut Pasal 27 UUD 1945.
1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

HAM yang dijamin dalam UUD 1945 tidak terbatas hanya pada apa yang terdapat dalam
pasal-pasalnya, akan tetapi juga terdapat dalam Pembukaan dan penjelasannya. Pada alinea
pertama secara tegas menyatakan, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa yang
mengandung makna bahwa apa pun alasan dan bentuknya penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena pada hakikatnya penjajahan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan
dan keadilan.
Lalu pada alinea ke empat, terutama rumusan tentang dasar negara Pancasila, dimana sila
pertama menyatakan Ketuhanan Yang Maha Esa, ini merupakan bukti sekaligus jaminan bagi
setiap warga negara untuk melaksanakan kehidupan beragama secara damai dan tertib.
Selanjutnya rumusan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang mana hubungan
antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara diatur agar
dilaksanakan dengan berlandaskan kepada moralitas yang adil dan beradab. Sila Persatuan
Indonesia, memiliki pesan bahwa sikap toleransi dalam memandang perbedaan di lingkungan
sekitar. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, merupakan inti ajaran demokratis berdasarkan Pancasila baik
dalam arti formal maupun material. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang
mengandung prinsip adanya kebersamaan dalam upaya mencapai cita-cita masyarakat adil
dan makmur.
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999, jaminan HAM dalam UUD 1945 secara garis besar
meliputi :
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan
9. Hak wanita
10. Hak anak

Kegiatan Belajar 3
Kasus-kasus yang berkaitan dengan HAM

Lukman Soetrisno (Paul S.Baut, 1989: 277), menyatakan bahwa suatu pembangunan
telah melaksanakan HAM apabila telah menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Dalam bidang politik berupa kemauan pemerintah dan masyarakat untuk mengakui
pluralisme pendapat dan kepentingan dalam masyarakat
2. Dalam bidang sosial berupa adanya perlakuan yang sama oleh hukum
3. Dalam bidang ekonomi, yaitu tidak adanya monopoli dalam sistem ekonomi yang berlaku

Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, pemerintah terutama yang berkaitan dengan


upaya penegakan HAM melalui Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 dibentuklah
Komisi Nasional HAM. Adapun tujuan dari Komnas HAM sebagaimana dimuat dalam pasal
75 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1993 adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila,
UUD 1945, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Deklarasi Universal HAM.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakkan HAM guna berkembangnya pribadi manusia
Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Selanjutnya dalam pasal 76 dinyatakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas
HAM melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, meditasi tentang HAM.
Selain dibentuk Komnas HAM, dibentuk pula Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan berdasarkan Kepres NO. 181 Tahun 1998. Komisi Nasional ini bersifat
Independen dan bertujuan :
1. Menyebarluaskan pemahaman HAM tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan
2. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap
perempuan.
3. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan hak asasi perempuan.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 26 Tahun 2000 tentang


Pengadilan HAM yaitu Pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat, meliputi
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dengan kata lain, pengadilan HAM
adalah pengadilan khusus terhadap kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
RANGKUMAN MODUL 6
Konsep Penegakkan Hukum di Indonesia

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Hukum
A. PENGERTIAN HUKUM MENURUT PARA AHLI
Menurut Prof. Mr. Dr. L. J. van Apeldoorn, “Hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yang bergolak terus-menerus dalam keadaan bentur dan membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya”
Kisch. Mr. Dr mengatakan bahwa hukum itu tidak dapat ditangkap/dilihat oleh
pancaindera.
Prof. Sudiran dan Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H, “hukum adalah
pikiran/anggapan orang tentang adil dan tidak adil mengenai hubungan antarmanusia”.
Grotius, “Hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin
keadilan”.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H LLM, mengatakan bahwa hukum adalah
keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia
dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga
dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam
masyarakat.
J.C.T Simorangkir, S.H dan Woeryono Sastropranoto, S.H, mengemukakan bahwa
hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah
laku manusia dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat dikemukakan bahwa “Hukum adalah
himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah,
larangan atau izin untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk
mengatur tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat”.
Dari beberapa batasan tentang hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum
memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut.
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
B. KONSEP NEGARA HUKUM MENURUT PARA AHLI
Negara hukum adalah negara yang berlandaskan hukum dan keadilan bagi
warganya, yang artinya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan
negara dan penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh
hukum.
Menurut Immanuel Kant jika ditinjau dari sejarah perkembangannya, Negara
hukum dikenal sebagai negara liberal yang diistilahkan dengan “nachtwakerstaat”. Hal
ini karena konsep Kant bernafaskan paham liberal yang menentang kekuasaan absolut
para raja pada waktu itu. Negara dalam arti sempit karena pemerintah hanya bertugas
membuat dan mempertahankan hukum dengan maksud menjamin serta melindungi
kepentingan suatu golongan. Dan sebagai “nachtwakerstaat”, karena negara hanya
berfungsi seperti ‘penjaga malam’ yang menjamin/menjaga keamanan dalam sempit.
Sedangkan negara hukum dalam arti sempit maksudnya adalah pemerintah hanya
bertugas membuat dan mempertahankan hukum yang bersifat dan menjaga keamanan
dan keselamatan warga negaranya.
Untuk mengatasi hal tersebut timbullah paham baru sesuai perkembangan zaman
yang mengatakan bahwa untuk mencapai dan menciptakan kemakmuran negara harus
memiliki campur tangan lebih luas terutama dalam bidang ekonomi. Konsepsi negara
hukum yang demikian dikenal dengan istilah “Negara kesejahteraan” atau Welfaarstaat
yang dikemukakan oleh F.J. Stahl.

C. CIRI-CIRI DAN MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM


Ciri-ciri hukum yaitu sebagai berikut.
a. Adanya perintah dan/atau larangan
b. Perintah dan/atau larangan itu harus ditaati oleh setiap orang

Hukum dapat dibagi menjadi beberapa golongan bentuk menurut beberapa asas
pembagian, sebagai berikut.
1. Menurut sumbernya, ada Hukum Undang-undang, Hukum Kebiasaan (adat), Hukum
Traktat, Hukum Yurisprudensi.
2. Menurut bentuknya, ada Hukum tertulis dan Hukum tak tertulis
3. Menurut tempat berlakunya, ada Hukum nasional, Hukum Internasional, Hukum
asing, dan Hukum Gereja
4. Menurut waktu berlakunya, ada Ius Consitutum (hukum positif), Ius Constituendum,
Hukum asasi (hukum alam)
5. Menurut cara mempertahankan dan fungsinya, ada Hukum Materiil dan Hukum
Formil
6. Menurut sifat atau daya kerja atau sanskinya, ada Hukum yang memaksa dan Hukum
mengatur
7. Menurut isinya, ada Hukum publik dan Hukum privat (hukum sipil)

D. HUKUM NORMATIF – HUKUM IDEAL – HUKUM WAJAR


Hukum Normatif merupakan hukum yang nampak dalam peraturan perundangan
serta juga hukum yang tidak tertulis dalam peraturan perundangan. Hukum Ideal pada
hakikatnya berakar pada perasaan murni manusia dari segala bangsa. Hukum wajar
merupakan hukum seperti yang terjadi dan nampak sehari-sehari.
Prof. Dr. Sudargo Gautama, S.H mengemukakan 3 ciri atau unsur dari negara
hukum, yakni sebagai berikut.
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan
2. Asas legalitas
3. Pemisahan kekuasaan

Kegiatan Belajar 2
Penegakkan Hukum di Indonesia
Dalam pergaulan hidup manusia terdapat bermacam—macam kaidah atau norma yang
mengatur kehidupannya yang meliputi Norma agama yang bertujuan untuk mencapai suatu
kehidupan yang beriman. Norma kesusilaan bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau
mempunyai hati murni bersih. Norma kesopanan bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung
dengan menyenangkan. Norma adat merupakan sekumpulan peraturan hidup yang tumbuh
dan berkembang pada suatu masyarakat dan ditaati serta dilaksanakan oleh masyarakat yang
bersangkutan karena dirasakan sebagai suatu kewajiban. Norma hukum bertujuan untuk
mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup.
Menurut Ahmad Sanusi (1977), hukum dapat digolongkan menurut :
1. Sumber-sumber dan bentuk sumber keberlakuannya
2. Kepentingan yang diatur atau dilindunginya
3. Hubungan aturan-aturan hukum itu satu sama lain
4. Pertaliannya dengan hubungan-hubungan hukum
5. Hal kerjanya berikut pelaksanaan sanksinya

Hukum selalu mengandung 2 segi, yaitu keharusan atau larangan dan sanksi.
Berdasarkan tinjauan atas dasar tentang keharusan/larangan ataukah tentang sanksinya maka
dapat dibedakan (1) Hukum Kaidah (normenrecht), ialah ketentuan hukum, baik publik
maupun privat. di mana dinyatakan ada perintah atau larangan. (2) Hukum sanksi
(sanctienrecht), ialah ketentuan hukum yang menetapkan hukuman yang akan dikenakan
kepada seseorang yang melanggar kaidah undang-undang atau kaidah hukum lainnya.\
Adapun konsep-konsep penting berkenaan dengan peraturan hukum yang meliputi
norma, sanksi, delik (tindak pidana), kewajiban hukum, tanggung jawab hukum, dan hak
hukum. Peraturan hukum merupakan kumpulan kaidah-kaidah atau norma perilaku yang
dibuat oleh pejabat yang berwenang. Norma perilaku yang diatur dalam peraturan hukum
memuat keharusan dan/atau larangan. Norma hukum memuat keharusan untuk berbuat
menurut suatu cara tertentu. Dalam setiap peraturan hukum terdapat norma dan sanksi. Sanksi
merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dianggap merugikan masyarakat. Sanksi
merupakan tindakan memaksa untuk menjamin perbuatan manusia yang dikehendaki oleh
peraturan hukum.
Konsep hukum berikutnya yaitu delik merupakan suatu perbuatan yang bersifat melawan
hukum. Dalam lingkup hukum pidana atau hukum perdata, delik didefinisikan sebagai
perbuatan seseorang terhadap siapa sanksi sebagai konsekuensi dan perbuatannya itu
diancamkan. Konsep delik berkaitan dengan konsep kewajiban hukum. Konsep kewajiban
hukum menunjuk hanya kepada individu terhadap siapa sanksi ditujukan.
Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya maka dibentuk lembaga penegakan
hukum yaitu kepolisian, yang berfungsi utama sebagai lembaga penyidik; Kejaksaan, yang
fungsi utamanya sebagai lembaga pemutus/pengadilan, dan; lembaga penasihat atau bantuan
hukum.

A. KEPOLISIAN
Kepolisian ialah alat penegak hukum yang bertugas memelihara keamanan didalam
negeri. Penyidik sebagai mempunyai wewenang sebagai berikut.
1. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
5. Melakukan pemeriksaan dan surat
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara
9. Mengadakan penghentikan penyidikan
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

B. KEJAKSAAN
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum
serta melaksanakan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Jaksa memiliki wewenang yaitu sebagai berikut.
1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan
2. Membuat surat dakwaan
3. Melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri sesuai dengan peraturan yang berlaku
4. Menuntut pelaku perbuatan melanggar hukum (tersangka) dengan hukuman tertentu
5. Melaksanakan penetapan hakim

C. KEHAKIMAN
Kehakiman merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk mengadili. Pasal
1 UU Nomor 8/1981 mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutuskan perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak
memihak di sidang pengadilan halam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang tersebut.
Berdasarkan Pasal 10 Ayat (1) UU No. 14/1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan
Kehakiman ditegaskan kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan dalam
4 lingkungan, yaitu sebagai berikut.
1. Peradilan Agama, berwenang memeriksa perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang beragama Islam di bidang (a) perkawinan; (b) kewarisan; (c) wakaf dan
shodaqah
2. Peradilan Militer, bertugas memeriksa dan memutuskan perkara pidana terhadap
kejahatan yang dilakukan oleh Anggota Perang RI, suatu golongan yang
dipersamakan dengan Anggota Perang RI
3. Peradilan Tata Usaha Negara, bertugas untuk mengadili perkara atas perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh pegawai tata usaha negara.
4. Peradilan Umum, bertugas mengadili perkara sipil mengenai penyimpangan dari
aturan hukum Perdata material dan hukum Pidana Material

Untuk menyelesaikan perkara-perkara yang termasuk wewenang peradilan umum,


digunakan beberapa tingkat atau badan pengadilan, yaitu sebagai berikut.
a. Pengadilan Negeri, merupakan pengadilan tingkat pertama yang memiliki wewenang
meliputi satu daerah kabupaten/kota. Di pengadilan negeri terdapat beberapa unsur
yaitu Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, sekretaris, dan juru sita. Pengadilan negeri
ini berfungsi untuk memeriksa dan memutuskan serta menyelesaikan perkara dalam
tingkat pertama dasri segala perkara perdata dan perkara pidana sipil untuk semua
golongan penduduk.
b. Pengadilan Tinggi, adalah pengadilan banding yang mengadili lagi pada tingkat
kedua (tingkat banding) suatu perkara perdata atau perkara pidana, yang telah
diadili/diputuskan oleh pengadilan negeri. Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan
Sekretaris. Pengadilan tinggi memilki susunan sebagai berikut: Tugas dan wewenang
pengadilan tinggi yaitu: (a) memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata di tingkat banding; (b) mengadili di tingkat pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antar pengadilan negeri di daerah hukumnya.
c. Pengadilan Tingkat Kasasi, dikenal pula dengan sebutan pengadilan MA. MA
merupakan badan pengadilan yang tertinggi. Daerah hukumnya meliputi seluruh
Indonesia. Kewajiban pengadilan MA terutama adalah melakukan pengawasan
tertinggi atas tindakan segala pengadilan lainnya di seluruh Indonesia, dan menjaga
agar hukum dapat dilaksanakan dan ditegakkan dengan sepatutnya. MA bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutuskan :
1. permohonan kasasi;
2. sengketa tentang kewenangan mengadili;
3. permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
d. Penasihat Hukum, merupakan istilah yang ditujukan kepada pihak atau orang yang
memberikan bantuan hukum. Dalam melaksanakan bantuan hukum, ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh semua pihak, yaitu :
1. penegak hukum yang memeriksa tersangkal terdakwa wajib memberi kesempatan
kepada terdakwa untuk memperoleh bantuan hukum;
2. bantuan hukum tersebut merupakan usaha untuk membela negeri;
3. tersangkal terdakwa berhak dan bebas untuk memilih sendiri penasihat hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai