Indonesia adalah negara hukum sesuai dengan apa yang tertuang pada pasal 1 ayat 3.
Indonesia sebagai negara hukum memiliki artian bahwa semua penyelenggaraan pemerintah,
kenegaraan, dan kemasyarakatannya harus berdasarkan hukum dan tidak berdasarkan atas
kekuasaan semata. Menurut Kelsen (1995) Hukum adalah suatu aturan yang sifatnya
memaksa. Aturan sosial ini berusaha untuk membuat perilaku para individu selaras dengan
apa yang diharapkan lewat perundangan Tindakan Tindakan paksaan.
Negara dapat mengatur dan mengendalikan bahkan memaksa masyarakatnya secara sah
apabila memang diperlukan demi tegaknya hukum. Karena wewenang tersebut negara dapat
disebut sebagai organisasi kelompok masyarakat tertinggi,
Hukum tidak dibuat semena-mena, hukum yang dibuat memiliki tujuan dan arti. Salah satu
fungsi hukum adalah sebagai perlindungan kepentingan manusia. Dengan tujuan pokok yaitu
menciptakan masyarakat yang teratur. Untuk itu, diharapkan kepentingan manusia akan
terlindungi. Faktor yang mempengaruhi suatu hukum dapat berdiri tegak dan memayungi
keseluruhan komponen bangsa adalah moralitas sang penegak hukum itu sendiri.
Sampai saat ini hukum masih sanagat dibutuhkan bahkan kedudukannya semakin penting.
Cicero (106 - 43 SM) pernah menyatakan “Ubi societas ibi ius", artinya di mana ada
masyarakat, di sana ada hukum.
Tujuan negara memiliki ikatan yang erat dengan upaya penegakan hukum di suatu negara.
Sesuai dengan yang tertulis di buku "Ilmu Negara Umum” Menurut Kranenburg dan Tk.B.
Sabaroedin (1975) manusia perlu kesejahteraan, bukan hanya hidup dengan nyaman, teratur,
dan tertib. Tujuan negara yang luas adalah bahwa setiap manusia yang hidup didalamnya
terjamin akan kesejahteraannya bersamaan dengan keamanannya. Dengan kata lain, negara
mempunyai wewenang untuk mengatur dan mensejahterakan masyarakat. Teori Kranenburg
ini dikenal dengan teori negara kesejahteraan .
Indonesia menyambut teori ini dengan baik. Sebagaimana yang tertuang pada Alinea ke-4
Pembukaan UUD NRI 1945 ini dapat diidentifikasi bahwa tujuan Negara Republik Indonesia
pun memiliki indikator yang sama sebagaimana yang dinyatakan Kranenburg, yakni:
Perlindungan terhadapa warga negara serta menjaga ketertiban masyarakat telah diatur oleh
Indonesia lewat UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 24 yang berbunyi :
Indonesia memiliki Lembaga pengadilan yaitu Mahkamah Agung (MA), Komisi Yudisial
(KY), dan Mahkamah Konstitusi (MK). Selain lembaga negara tersebut, dalam UUD NRI
1945 teradapat pula badan-badan lain yang diatur dalam undang-undang. Hal yang berkaitan
dengan MA, KY, dan MK ini lebih lanjut diatur dalam UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Mengacu pada pasal 24 UUD NRI 1945, Lembaga negara MA, KY, MK memiliki
kewenangan dalam kekuasaan dan pelaku kehakiman. Tiga Lembaga tersebut memiliki tugas
pokok untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan mewujudkan
keadilan di negara Indonesia.
Negara Republik Indonesia telah memiliki sejumlah regulasi yang mengatur tentang
Lembaga pengadilan dan badan penradilan. Peraturan perundangan dalam bidang hukum
pidana, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Perundangan- undangan tersebut dibentuk dalam rangka
mewujudkan keadilan di Negara Republik Indonesia.
Banyak tuntutan masyarakat yang diajukan dan beberapa sudah menujukkan hasil positif
walau beberapa juga masih tersisa. Mengenai penegaka hukum ini, setiap hari media massa
elektronik dan cetak masih menunjukkan masalah pelanggaran hukum baik terkait dengan
masalah penegakan hukum yang belum memenuhi rasa keadilan masyarakat maupun masalah
pelanggaran HAM dan KKN.
Contoh permasalahan terkait masalah penegakan hukum yang terjadi di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1) Perilaku warga negara terlebih oknum aparatur negara banyak yang tidak terpuji
seperti parktik KKN yang masih marak terjadi, praktik suap, perilaku premanisme dll.
2) Masih ada potensi konflik dan kekerasan sosial (seperti SARA, tawuran, pelanggaran
HAM, etnosentris, dan lan-lain);
3) Maraknya kasus-kasus ketidakadilan sosial dan hukum yang belum diselesaikan dan
ditangani secara tuntas;
4) Penegakan hukum yang lemah karena hukum bagaikan pisau yang tajam ke bawah
tetapi tumpul ke atas, dan
5) Pelanggaran oleh Wajib Pajak atas penegakan hukum dalam bidang perpajakan.
Permasalahan-permasalahan di atas sering kali disebabkan oleh kondisi psikologis dari pihak
atau oknum yang merasa bahwa dirinya memiliki kuasa lebih untuk melakukan sesuatu. Hal
ini menyebabkan terganggunya kesejahteraan dan ketertiban masyarakat. Maka untuk
mengantisipasi kondisi psikologis tersebut terbentuklah sebuah prinsip yang menyamaratakan
kedudukan hukum atas masyarakat dalam suatu negara, prinsip tersebut bernama Supremasi
Hukum.
BOLEH….
Tujuan negara dengan upaya penegakan hukum dan keadilan memiliki ikatan yang erat.
Salah satu tujuan negara RI adalah "melindungi warga negara atau menjaga ketertiban"selain
mensejahterkan rakyatnya. Selain itu, secara jelas dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945
alinea ke-4, bahwa "negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta
melaksanakan ketertiban dunia"
Terdapat 2 pembagian besar hukum. Pertama, hukum privat yaitu hukum yang mengatur
kepentingan pribadi sesame manusia, seperti masalah pembagian waris. Kedua, hukum public
yaitu hukum yang menangkut kepentingan umum antara negara dengan organ negara atau
hubungan negara dengan perseorangan, seperti pembunuhan atau pencurian.
Baik hukum yang bersifat privat atau public haruslah ditegakkan dan dilaksanakan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ketika semua aparatur menjalankan
tugas sesuai dengan hukum atau berlandaskan hukum yang berlaku, mka negara tersebut
dapat disebut negara hukum.
Terdapat 3 unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum menurut Gustav
Radbruch, ahli filsafat Jerman (dalam Sudikno Mertokusumo, 1986:130) yaitu :
1) Keadilan
Bahwa setiap aparat penegak hukum haruslah bersikap adil. Adil adalah kata serapan
yang diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti berada di tengah-tengah, jujur, dan
tulus. Dengan ini sikap adil dalam penegakkan hukum memiliki arti bahwa,
pelaksanaan hukum tersebut tidak memihak kepada siapapun kecuali pada kebenaran ,
tidak dilakukan sewenang-wenang, dan dilaksanakan dengan kejujuran. Pelaksanaan
hukum yang tidak adil hanya akan membawa keresahan dan rasa tidak percaya di
antara masyarakat. Apabila wibawa hukum jatuh hal ini apat menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum yang akhirnya membuat mereka
melanggar hukum dan mengancam keamanan serta ketertiban nasional.
2) Kemanfaatan
Selain unsur keadilan, aparatur penegak hukum harus bisa menimbang apakah
keputusan dan proses penegakan hukum memiliki manfaat bagi masyarakat. Dalam
artian bahwa hukum yang dibuat harus memiliki tujuan untuk mengarahkan
masyarakat kepada penyelesaian atas setiap masalah yang dihadapi masyarakat.
Hukum harus memberi manfaat bagi manusia. Dan aparatur negara memiliki tugas
untuk memastikan bahwa masyarakat mendapatkan manfaatnya.
3) Kepastian hukum
Adanya kepastian hukum memungkinkan seseorang mendapatkan apa yang
diharapkannya. Misalnya, seseorang yang telah melanggar hukum akan dituntut untuk
bertanggung jawab atas hukum yang telah dilanggarnya melalui proses-proses tertentu
dalam pengadilan.
Untuk menegakkan hukum, aparatur penegak hukum harus menunaikn tugas sesuai dengan
tuntutan masing-masing hukum yang berupa material ataupun formal. Hukum material adalah
hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan
hubungan-hubungan yang berupa perintah-perintah dan larangan-larangan, contohnya:
hukum pidana dalam KUHP. Sedangkan, hukum formal atau disebut juga hukum acara yaitu
peraturan hukum yang mengatur hal-hal mengenai penyelenggaraan dan pelaksanaan
peraturan hukum material termasuk mempertahankannya, contohnya: hukum acara pidana
dalam KUHAP.
Upaya aparatur penegak hukum untuk menjalankan tugasnya dengan adil dan tidak memihak
sangat diperlukan agar masyarakat menghromati dan mematuhi hukum tersebut. Hal ini
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum itu sendiri dan kesadaran
masyarakat atas pentingnya hukum yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Kesadaran
masyarakat atas hukum dapat didapatkan dengan mengupayakan penyuluhan terkait hukum
oleh aparatur penegak hukum yang bersifat intensif dan persuasif, sehingga masyarakat
memiliki pemahaman atas hukum yang akan dipatuhinya.
Dalam upaya menciptakan system hukum nasioanl yang bersumber dari Pancasila dan UUD
NRI 1945, diperlukan pembinaan kepada aparatur hukum selaku pelaksana dan penegak
hukum. Ada beberapa Lembaga yang mengatur tentang penegakan dan pengadilan hukum
yaitu :
Banyaknya kasus perilaku warga negara baik perseorangan maupun kelompok yang
melanggar hukum menunjukkan betapa pentingnya penegakan hukum yang tegas.
Pasalnya, berbagai kasus pelanggaran yang terjadi menunjukkan bahwa hukum di
Indonesia masih dipandang rendah..
Beberapa masyarakat merasa kecewa dengan hukum yang semakin tumpul ke atas, tapi
tajam ke bawah. Hal ini menjadi tantangna bagi negara Indonesia untuk menghadapi
persoalan penegakan hukum di segala starata kehidupan masyarakat.
E. Mendeskripsikan
Esensi dan Urgensi
Penegakan Hukum yang
Berkeadilan Indonesia
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Indonesia
Peraturan hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat
kepada kesejahteraan dan ketertiban dalam bermasyarakat, tetapi dengan dibuatnya
peraturan hukum tidaklah cukup untuk membuat masyarakat mengikuti peraturan hukum
tersebut. Oleh karena itu peraturan tersebut membutuhkan sesuatu yang dapat membuat
masyarakat mematuhinya, yaitu diadakannya penegakan hukum.
Contoh kasus
Bandar Lampung - Bripda RS baru 7 bulan dilantik sebagai anggota Polri, Bintara lulusan
2022 ini sudah terancam dipecat dan harus meringkuk di balik jeruji besi. Dia harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya setelah mencuri sepeda motor milik rekan
kerjanya.
motif pelaku adalah ia ingin mempunyai motor rekannya sesama Bintara yang bertugas di
Samapta Polres Lampung Tengah. Motor tersebut adalah milik pribadi rekannya. Peristiwa
pencurian tersebut terjadi saat 7 Februari 2023 ketika reknnya sedang dinas. Pelaku
melakukan pencurian dengan mengambil kunci motor rahasia dari kamarnya. Diketahui
pelaku pernah meminjam motor tersebut, karena itulah pelaku tahu letak kunci rahasia
tersebut.
Atas perbuatannya, Bripda RS dijerat dengan Pasal 363 KUHP pidana ancaman penjara 7
tahun.
Menanggapi kasus di atas, hal ini sungguh mengecewakan dimana polisi sebagai aparatur
penegak hukum tidak dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Pelanggaran hukum yang terus
terjadi di Kalangan aparatur penegak hukum mengakibatkan hilangnya rasa percaya dari
masyarakat ke pada aparatur.
Solusi :