Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PANCASILA DAN HAK-HAK

ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Sudah menjadi jawaban umum bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
dipersepsikan sangat menghargai hak asasi manusia (HAM). Tulisan ini tidak ingin
menjungkirbalikkan persepsi demikian. Namun, seperti apa keterkaitan antara Pancasila
sebagai dasar-dasar (pengaturan) HAM di Indonesia, tampaknya perlu ditelusuri.

Pancasila secara umum dipahami mengandung arti lima dasar. Kelima dasar ini adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pengakuan atas eksistensi Pancasila ini
bersifat imperatif atau memaksa. Artinya, siapa saja yang berada di wilayah NKRI, harus
menghormati Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga
merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.

Di sisi lain ada HAM, yaitu hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Menurut
Oemar Seno Aji (1966), HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan
ciptaan Allah SWT, sepeti hak hidup, keselamatan, kebebasan dan kesamaaan sifatnya tidak
boleh dilangar oleh siapapun dan seolah-olah merupakan holy area. Sementara itu, menurut
Kuncoro (1976), HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya dan tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya. G.J.Wollhof menambahkan, “HAM adalah sejumlah hak yang
berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat dicabut oleh siapapun.”

HAM dalam Pancasila sesunguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945
yang kemudian diperinci di dalam batang tubuhnya yang merupakan hukum dasar, hukum
yang konstitusional dan fundamental bagi negara Republik Indonesia. Perumusan
alinea pertama Pembukaan UUD membuktikan adanya pengakuan HAM ini secara universal.
Ditegaskan di awal Pembukaan UUD itu tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala
bangsa di dunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dasar-dasar HAM tertuang dalam UUD 1945 Republik Indonesia selanjutnya dapat
ditemukan dalam sejumlah pasal Batang Tubuh UUD:

 Pasal 27 ayat (1): “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
 Pasal 28: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
 Pasal 29 ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”
 Pasal 30 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara”
 Pasal 31 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Hubungan antara Pancasila dan HAM di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa
setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini
selaras dengan Deklarasi Universal tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan
terhadap HAM

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat
jaminan dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan adanya persamaan
derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana
tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.

3. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa
adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi
masyarakat. Inti dari sila ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil
tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini
sesuai pula dengan Deklarasi HAM.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada
masyarakat. Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini
ditujukan bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu.

Pemahaman HAM Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat
berlangsung sudah cukup lama. Bagir Manan pada bukunya “Perkembangan Pemikiran dan
Pengaturan HAM di Indonesia” ( 2001 ) membagi perkembangan HAM di Indonesia dalam
dua periode yaitu: (1) periode sebelum Kemerdekaan dan (2) periode setelah Kemerdekaan.

1. Periode Sebelum Kemerdekaan. Pada periode ini ada beberapa upaya menuju diraihnya HAM
seperti:
1. Periode ini diisi dengan Boedi Oetomo, yang telah memperlihatkan adanya kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat kepada pemerintah colonial. Perhimpunan
Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri.

2. Sarekat Islam, yang menekankan pada upaya untuk memperoleh penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial. Dan ada beberapa organisasi
lain yang bergerak dengan prinsip HAM seperti Partai Nasional Indonesia,
mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan. Pemikiran tentang HAM
pada periode ini juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan
Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak
lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan
masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat,
hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.
2. Periode Setelah Kemerdekaan. Pemikiran HAM pada periode ini adalah dalam upaya
pembelaan hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang
didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.
Periode ini ditandai dengan adanya semangat kuat untuk menegakkan HAM, walaupun pada
sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an penegakan HAM mengalami
kemunduran, Pemerintah pada periode Orde Baru bersifat defensif dan represif yang
dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Desakan bagi negara
untuk makin menghormati HAM direspons dengan kelahiran Komisi Nasional HAM, yang pada
tahap-tahap awal pembentukannya menuai keraguan, namun ternyata cukup mendatangkan
optimisme. Pada periode 1998 dan setelahnya, dengan pergantian rezim pemerintahan pada
tahun 1998 terlihat dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia, misalnya dengan dilakukannya amandemen UUD 45 dan beberapa peraturan
perundang–undangan yang ada

Apabila HAM ini diklasifikasi, maka terdapat beberapa kelompok hak sebagai berikut:

1. Hak-hak pribadi (personal rights) meliputi kebebasan menyatakn pendapat,kebebasan memeluk


agama.
2. Hak-hak ekonomi (property rights) hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau menjual serta
memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights
of legal equality).
4. Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.
5. Hak-hak asasi sosial dan budaya (social and cultural rights) misalnya hak untuk memilih
pendidikan.
6. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan, peraturan
dalam hal penangkapan (procedural rights).

Jadi singkat kata, dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
dasar negara Republik Indonesia sudah memberikan jaminan bahwa nilai-nilai yang ada
dalam Pancasila itu sejalan dengan HAM. Oleh sebab itu, penghormatan kita terhadap HAM
harus bersifat juga berskala universal. Kita menerapkan HAM dengan tidak
mengenyampingkan nilai-nilai keluhuran sebagai manusia Indonesia. (***)
HAM
Hak Asasi Manusia(HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma, yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi secara teratur sebagai
hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal
yang mutlak sebagai hak-hak dasar "yang seseorang secara inheren berhak karena dia adalah
manusia" , dan yang "melekat pada semua manusia" terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa,
agama, asal-usul etnis atau status lainnya.Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali
dalam arti yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang.HAM
membutuhkan empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada orang untuk
menghormati hak asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai
hasil dari proses hukum berdasarkan keadaan tertentu;misalnya, hak asasi manusia mungkin
termasuk kebebasan dari penjara melanggar hukum , penyiksaan, dan eksekusi.

Doktrin dari hak asasi manusia telah sangat berpengaruh dalam hukum internasional,
lembaga-lembaga global dan regional.Tindakan oleh negara-negara dan organisasi-organisasi
non-pemerintah membentuk dasar dari kebijakan publik di seluruh dunia. Ide HAM
menunjukkan bahwa "jika wacana publik dari masyarakat global mengenai perdamaian dapat
dikatakan memiliki bahasa moral yang umum, itu merujuk ke hak asasi manusia." Klaim
yang kuat yang dibuat oleh doktrin hak asasi manusia terus memprovokasi skeptisisme yang
cukup besar dan perdebatan tentang isi, sifat dan pembenaran hak asasi manusia sampai hari
ini. Arti yang tepat dari hak asasi memicu kontroversial dan merupakan subyek perdebatan
filosofis yang berkelanjutan;sementara ada konsensus bahwa hak asasi manusia meliputi
berbagai hak seperti hak untuk mendapatkan pengadilan yang adil, perlindungan terhadap
perbudakan, larangan genosida, kebebasan berbicara, atau hak atas pendidikan, ada
ketidaksetujuan tentang mana yang hak tertentu harus dimasukkan dalam kerangka umum
hak asasi manusia;beberapa pemikir menunjukkan bahwa hak asasi manusia harus menjadi
persyaratan minimum untuk menghindari pelanggaran terburuk, sementara yang lain
melihatnya sebagai standar yang lebih tinggi.

Banyak ide-ide dasar yang menggambarkan gerakan hak asasi manusia yang dikembangkan
pada masa setelah Perang Dunia Kedua dan kekejaman dari Holocaust, berpuncak pada
adopsi dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia di Paris oleh Majelis Umum PBB pada
tahun 1948. Masyarakat kuno tidak memiliki konsepsi modern yang sama dari hak asasi
manusia universal. Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi manusia adalah konsep hak
alami yang muncul sebagai bagian dari tradisi hukum alam abad pertengahan yang menjadi
menonjol selama Abad Pencerahan dengan filsuf seperti John Locke, Francis Hutcheson, dan
Jean-Jacques Burlamaqui, dan yang menonjol dalam wacana politik Revolusi Amerika dan
Revolusi Perancis. Dari dasar ini, argumen hak asasi manusia modern muncul selama paruh
kedua abad kedua puluh, mungkin sebagai reaksi terhadap perbudakan, penyiksaan, genosida,
dan kejahatan perang, sebagai realisasi kerentanan manusia yang melekat dan sebagai
prasyarat untuk kemungkinan menciptakan masyarakat yang adil.

“Sedangkan pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak dapat
dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar dari kebebasan, keadilan dan
perdamaian di dunia ...” — Kalimat 1 dari Pembukaan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia

“Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak-hak.” — Pasal 1 dari
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB (DUHAM)
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara (Perancis: La Déclaration des droits de
l'Homme et du citoyen) adalah salah satu dokumen fundamental dari Revolusi Perancis,
menetapkan sekumpulan hak-hak individu dan hak-hak kolektif manusia. Diadopsi pada 26
Agustus 1789, oleh Majelis Konstituen Nasional (Assemblée nationale constituante), sebagai
langkah awal untuk penulisan sebuah konstitusi. Ini menetapkan hak-hak fundamental tidak
hanya bagi warga negara Perancis tetapi memperuntukan hak-hak ini untuk seluruh manusia
tanpa terkecuali:

"Manusia dilahirkan bebas dan tetap setara di dalam hak. Perbedaan sosial dapat
“ ditemukan hanya pada keperluan umum."

Prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam deklarasi menjadi nilai konstitusional dalam hukum
Perancis saat ini dan mungkin digunakan untuk menentang perundang-undangan dan kegiatan
pemerintah lainnya.
kelima belas isi deklarasi Perancis yaitu:

1. Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.


2. Manusia mempunyai hak yang sama.
3. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.
4. Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta pekerjaan
umum.
5. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.
6. Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
7. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
8. Adanya kemerdekaan surat kabar.
9. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.
10. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
11. Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan kerajinan.
12. Adanya kemerdekaan rumah tangga.
13. Adanya kemerdekaan hak milik.
14. Adanya kemedekaan lalu lintas.
15. Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

Adopsi dari Deklarasi[sunting | sunting sumber]


Deklarasi dirancang oleh Marquis de Lafayette dan telah diadopsi oleh Majelis Nasional,
dimaksudkan sebagai bagian suatu transisi dari absolut menjadi monarki konstitutional. Banyak
dari prinsip-prinsip tersebut meletakkan deklarasi secara langsung untuk menentang institusi dan
pemakaian ancien régime pada sebelum revolusi Perancis. Pada saat dimana, Perancis akan
menjadi sebuah Republik, tetapi dokumen ini tetap fundamental.
Prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam deklarasi berasal dari prinsip-prinsip filosofis dan politis
dari Abad Pencerahan, seperti individualisme, kontrak sosial sebagai diteorikan oleh Jean-
Jacques Rousseau, dan separasi kekuasaan yang diperkenalkan oleh baron de Montesquieu.
Mungkin pula didasarkan pada Deklarasi Kemerdekaan AS dan Deklarasi Hak Asasi Manusia
Virginia yang dikembangkan oleh George Manson, yang juga didasarkan pada Perjanjian Hak
Asasi Manusia Inggris 1689.
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Bahasa Inggris: Universal Declaration
of Human Rights ; singkatan: UDHR) adalah sebuah pernyataan yang bersifat anjuran yang
diadopsi oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (A/RES/217, 10
Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris). Pernyataan ini terdiri atas 30 pasal yang
menggarisbesarkan pandangan Majelis Umum PBB tentang jaminan hak-hak asasi manusia
(HAM) kepada semua orang. Eleanor Roosevelt, ketua wanita pertama Komisi HAM (Bahasa
Inggris: Commission on Human Rights; singkatan: CHR) yang menyusun deklarasi ini,
mengatakan, "Ini bukanlah sebuah perjanjian... [Pada masa depan] ini mungkin akan
menjadi Magna Carta internasional..."[1]

Sejarah
Sejak proklamasi Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, beberapa negara telah
memproklamasikan deklarasi yang serupa. Contohnya meliputi Bill of Rights di Amerika Serikat,
dan Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara di Perancis.

Penyusunan
Setelah terjadinya berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Nazi Jerman setelah
Perang Dunia II, terdapat sebuah konsensus umum dalam komunitas dunia bahwa Piagam
PBB tidak secara penuh mendefinisikan hak-hak yang disebutkan. Sebuah pernyataan umum
yang menjelaskan hak-hak individual diperlukan. John Peters Humphreydipanggil
oleh Sekretariat Jenderal PBB untuk bekerja dalam suatu proyek dan menjadi penyusus
pernyataan umum tersebut. Humphrey juga dibantu oleh Eleanor Roosevelt dari Amerika
Serikat, Jacques Maritain dari Perancis, Charles Malik dari Lebanon, and P. C.
Chang dari Republik Tiongkok, dan lainnya. Proklamasi ini diratifikasi sewaktu Rapat Umum
pada tanggal 10 Desember 1948 dengan hasil perhitungan suara 48 menyetujui, 0 keberatan,
dan 8 abstain (semuanya adalah blok negara Soviet, Afrika Selatan, dan Arab Saudi).
[2]
 Walaupun peran penting dimainkan oleh John Humphrey, warga negara Kanada, Pemeritah
Kanada pada awalnya abstain dalam perhitungan suara tersebut, namun akhinya menyetujui
pernyataan tersebut di Rapat Umum. (Lihat:[2])

Isi Pernyataan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia


Universal Declaration of Human Rights (Isi Pernyataan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak
Asasi Manusia) antara lain mencantumkan, bahwa setiap orang mempunyai hak :

1. Hidup
2. Kemerdekaan dan keamanan badan
3. Diakui kepribadiannya
4. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat
jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak
bersalah kecuali ada bukti yang sah
5. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
6. Mendapatkan asylum
7. Mendapatkan suatu kebangsaan
8. Mendapatkan hak milik atas benda
9. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
10. Bebas memeluk agama
11. Mengeluarkan pendapat
12. Berapat dan berkumpul
13. Mendapat jaminan sosial
14. Mendapatkan pekerjaan
15. Berdagang
16. Mendapatkan pendidikan
17. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
18. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Sambutan
Pujian
Pernyataan oleh Marcello Spatafora atas nama Uni Eropa pada tanggal 10 Desember 2003:
"Lebih dari 55 tahun yang lalu, kemanusiaan telah membuat suatu kemajuan yang sangat
banyak dalam mempromosikan dan melindungi hak-hak asasi manusia, terima kasih atas
kekuatan kreatif yang dihasilkan oleh Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, tidak
perlu diragukan lagi adalah dokumen paling berpengaruh dalam sejarah. Dokumen yang luar
biasa, penuh dengan idealisme tetapi juga kebulatan tekad untuk belajar dari masa lalu dan
untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Yang paling penting, Pernyataan Umum ini
menempatkan hak-hak asasi manusia di tengah-tengah kerangka prinsip dan kewajiban yang
membentuk hubungan di dalam komunitas internasional."

Kritikan
Negara-negara muslim secara dominan, seperti Sudan, Pakistan, Iran, dan Arab Saudi, sering
mengkritik Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia atas kegagalan pernyataan ini
memahami konteks relijius dan kebudayaan negara-negara non-Barat. Tahun 1981, perwakilan
Iran untuk Amerika Serikat, Said Rajaie-Khorassani, mengeluarkan pendapat atas posisi
negaranya mengenai Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dengan berkata
bahwa UDHR adalah "sebuah pemahaman sekuler dari tradisi Yahudi-Kristen", yang mana tidak
bisa diimplementasikan oleh muslim tanpa melalui hukum-hukum Islam.[3]

Organisasi hak asasi manusia

 The Institute for Migrant Rights  The Carter Center


 Better World Links on Human Rights  Human Rights Watch
Organizations  Human Rights in Russia
 Amnesty International  UN High Commissioner for Human
 Anti Slavery Rights
 ARTICLE 19  University of Minnesota Human Rights
 Justice For The World Library
 Freedom House  International Freedom of Expression
 Global Rights: Partners for Justice eXchange
 International Helsinki Federation for  Human Rights Campaign
Human Rights  Southern Poverty Law Center
 Forum 18 News Service pelayanan  Tolerance
berita kebebasan beragama  Yayasan Montagnard
 Citizens Commission on Human Rights -  Olympic Watch: Hak Asasi Manusia di
didirikan oleh Gereja Scientology yang Tiongkok dan Beijing 2008
kontroversial  APRODEH (Peru)
 Memorial  (Indonesia)Imparsial.org
 Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia
 
1. Makna Nilai Dasar Pancasila

Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu, Pancasila sebagai
dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Fungsi filsafat berkaitan dengan Pancasila
yaitu mempertanyakan dan menjawab apakah dasar kehidupan berpolitik dalam berbangsa
dan bernegara.Sangat tepat kiranya pertanyaan yang diajukan oleh Ketua BPUPKI, Dr.
Radjiman Wediodiningrat di hadapan rapat BPUPKI bahwa negara Indonesia yang akan
kitabentuk itu apa dasarnya? Kemudian Soekarno menafsirkan pertanyaan tersebut sebagai
berikut “Menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah
dalam Bahasa Belanda yaitu philosiphische grondslag dari pada Indonesia Merdeka.
Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka”.
Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis. Dalam
pengertian itu maka Pancasila merupakan suatu sistem filsafat Sehingga kelima silanya
memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai maknabahwa dalam setiap aspek
kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu
adalah negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan
manusia. Hal demkian dapat dijelaskansebagai berikut:

1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesiasebagai


kausa materialis Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian kritik sertahasil
refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesiasehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai ataskebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara.

Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai-


nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan religius yangmanifestasinya
sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa.Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia padadasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan
keadilan.Disamping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong royong serta
pengakuan atas hak-hak individu.

1. Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.


Sebagai mana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu sistem
nilai, artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila saling berhubungan, saling
ketergantungan secara sistematik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki
tingkatan. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam
pancasila merupakan sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut berupa nilai religious, nilai adat istiadat,
kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai
kenegaraan.

Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila harus
di jabarkan dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan dalam
penyelenggaraan kenegaraan, bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu norma hukum dan norma moral atau
etika. Sebagaimana diketahui sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan
dalam suatu peraturan perundang-undangan yang ekplisit, hal itu secara kongkrit dijabarkan
dalam tertib hukum Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma
moral yang merupakan dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia. Bagaimanapun
baiknya suatu peraturan perundang-undangan kalau tidak dilandasi oleh moral yang luhur
dalam pelaksanaannya dan penyelenggaraan Negara, maka niscahaya hukum tidak akan
mencapai suatu keadilan bagi kehidupan kemanusiaan. Selain itu secara kausalitas bahwa
nilai-nilai pancasila adalah berifat objektif dan subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila
adalah universal yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Sehingga memungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain barangkali namanya bukan
pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan prinsip filosofi bahwa Negara
berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan, maka Negara
tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila pancasila.

Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu
nilai.
2) Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan,
kenegaraan, maupun dalam kehidupan keagamaan.
3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum
Memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara sehingga
merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki
suatu tertib hukum hukum Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum yang
tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga terlekat
pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekuensinya jika nilai-nilai pancasila
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya dengan
pembubaran Negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung di dalam
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo. Tap. No.
IX/MPR/1978.

Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nila


pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
bangsa kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis,
serta hasil refleksi fiosofis bangsa Indonesia.
2) Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas nilai kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara
3) Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius yang
manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa.

Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta motivasi
atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan
kenegaraan. Dengan kata lain bahwa nilai-nilai pancasila merupakan das sollen atau cita-cita
tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein. Di era
sekarang sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan berbangsa
dan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud dengan
keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan
dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.

A. Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:


1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam
menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek
2. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat
3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika
dan moral dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
B. Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
1. Etika sosial dan Budaya Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang
mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling
memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong-menolong di
antara sesame manusia dan anak bangsa. Senada dengan itu juga
menghidupkansuburkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan
dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa.

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Terhadap Sistem Etika Negara

Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanism. Oleh


karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun Pancasila
mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu sajadengan mudah diterimaoleh semua bangsa.
Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan
disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagaibasis perilaku politik dan sikap moral
bangsa.Adapun Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran darinilai-nilai
Pancasila itu sendiri. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah
negara persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah
Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.Ketentuan dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu, “maka disusunlah kemerdekaa kebangsaan Indonesia dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia” menunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai
dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang kuat dan
tidak dapat berubah mengingat pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita Negara (staatsidee).
para pediri bangsa sekaligus perumus konstitusi (the framers of the constitution). Di samping
itu, nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan
kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 bahwanegara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab.
Konsekuensinya dalam penyelenggaraan kenegaraan antara lain operasional pemerintahan
negara, pembangunan negara, pertahanan-keamanannegara, politik negara serta pelaksanaan
demokrasi negara harus senantiasaberdasarkan pada moral ketuhanan dan
kemanusiaan.Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia
merupakannilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Untuk
lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila,makadapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam
silaini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan
tujuanmanusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia
yaitumahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta.
Potensiitu yang mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang
menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan
sifat-sifatkhas manusia sesuai dengan martabat.
3. Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila
ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosialbudaya dan
keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiamiseluruh
wilayah Indonesia. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamisdalam
kehidupan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam
Per-musyawaratan/Perwakilan Kerakyatan. Rakyat merupakan sekelompok
manusiayang berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti
bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di
posisitertinggi dalam hirarki kekuasaan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupunspiritual.
Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia.Adapun makna dan maksud istilah beradab pada sila kedua, “Kemanusiaan
yanga dil dan beradab” yaitu terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia,
jiwaraga, akal, rasa, kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa sebagai causa prima dalam kesatuan majemuk-tunggal. Hal demikian
dilaksnakan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernagara yang
bermartabat tinggi.

1. Implementasi Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat

Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga
moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksuddengan nilai
sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenaiapa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagaicontoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilaiburuk. Demikian pula, guru yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasagagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia,
nilai berfungsi sebagai landasan,alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku
dan perbuatannya.Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup
seseorang dalammasyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai. Oleh
karena itudapat disimpulkan bahwa norma sosial adalah patokan perilaku dalam
suatukelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan
peraturan sosial.Normamenyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam
menjalaniinteraksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa
individuatau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang
telah terbentuk.Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakatdapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat norma dasar
didalammasyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara, kebiasaan, tata kelakuan,
danadat istiadat. Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dandiasingkan ke
daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai