Anda di halaman 1dari 33

RESUME

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Sani Insan Muhamadi, M.Pd

Disusun oleh:

Shofia Limas Erintania (1182020229)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
BAB 7
PANCASILA DAN HAK ASASI MANUSIA
Sudah menjadi jawaban umum bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dipersepsikan sangat
menghargai hak asasi manusia (HAM).Tulisan ini tidak ingin menjungkirbalikkan persepsi demikian.
Namun, seperti apa keterkaitan antara Pancasila sebagai dasar-dasar (pengaturan) HAM di Indonesia,
tampaknya perlu ditelusuri.
Pancasila secara umum dipahami mengandung arti lima dasar. Kelima dasar ini adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia,yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pengakuan atas eksistensi Pancasila ini bersifat imperatif atau memaksa. Artinya, siapa saja yang berada
di wilayah NKRI, harus menghormati Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila
juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Di sisi lain ada HAM, yaitu hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Menurut Oemar Seno Aji (1966),
HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Allah SWT, sepeti hak hidup,
keselamatan, kebebasan dan kesamaaan sifatnya tidak boleh dilangar oleh siapapun dan seolah-olah
merupakan holy area. Sementara itu, menurut Kuncoro (1976), HAM adalah hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya. G.J.Wollhof menambahkan, “HAM
adalah sejumlah hak yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat dicabut oleh
siapapun.”
HAM dalam Pancasila sesunguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 yang kemudian
diperinci di dalam batang tubuhnya yang merupakan hukum dasar,hukum yang konstitusional dan
fundamental bagi negara Republik Indonesia. Perumusan alinea pertama Pembukaan UUD
membuktikan adanya pengakuan HAM ini secara universal. Ditegaskan di awal Pembukaan UUD itu
tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia.Oleh sebab itu penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dasar-dasar HAM tertuang dalam UUD 1945 Republik Indonesia selanjutnya dapat ditemukan dalam
sejumlah pasal Batang Tubuh UUD:
Pasal 27 ayat (1): “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
Pasal 28: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
Pasal 29 ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”
Pasal 30 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”
Pasal 31 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
Hubungan antara Pancasila dan HAM di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama , melaksanakan
ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga negara
bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi
Universal tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan terhadap HAM
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan yang
sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan
perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi
HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi
atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua orang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,bernegara,dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari sila
ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang
dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas
keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan
umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu. Pemahaman HAM Indonesia sebagai
tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat berlangsung sudah cukup lama. Bagir Manan pada
bukunya“Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia” ( 2001 ) membagi
perkembangan HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu: (1) periode sebelum Kemerdekaan dan (2)
periode setelah Kemerdekaan.
Periode Sebelum Kemerdekaan. Pada periode ini ada beberapa upaya menuju diraihnya HAM seperti:
Periode ini diisi dengan Boedi Oetomo, yang telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
mengeluarkan pendapat kepada pemerintah colonial. Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan
pada hak untuk menentukan nasib sendiri.
Sarekat Islam, yang menekankan pada upaya untuk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas
dari penindasan dan deskriminasi rasial. Dan ada beberapa organisasi lain yang bergerak dengan prinsip
HAM seperti Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
Pemikiran tentang HAM pada periode ini juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara
Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak
lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak
persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk
memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan
pikiran dengan tulisan dan lisan.
Periode Setelah Kemerdekaan. Pemikiran HAM pada periode ini adalah dalam upaya pembelaan hak
untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak
kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Periode ini ditandai dengan
adanya semangat kuat untuk menegakkan HAM, walaupun pada sekitar awal tahun 1970-an sampai
periode akhir 1980-an penegakan HAM mengalami kemunduran, Pemerintah pada periode Orde Baru
bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap
HAM. Desakan bagi negara untuk makin menghormati HAM direspons dengan kelahiran Komisi
Nasional HAM, yang pada tahap-tahap awal pembentukannya menuai keraguan, namun ternyata cukup
mendatangkan optimisme. Pada periode 1998 dan setelahnya, dengan pergantian rezim pemerintahan
pada tahun 1998 terlihat dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia, misalnya dengan dilakukannya amandemen UUD 45 dan beberapa peraturan perundang–
undangan yang ada
Apabila HAM ini diklasifikasi, maka terdapat beberapa kelompok hak sebagai berikut:
 Hak-hak pribadi (personal rights) meliputi kebebasan menyatakn pendapat, kebebasan
memeluk agama.
 Hak-hak ekonomi (property rights) hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau menjual
serta memanfaatkannya.
 Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality).
 Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.
 Hak-hak asasi sosial dan budaya (social and cultural rights) misalnya hak untuk memilih
pendidikan.
 Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan,
peraturan dalam hal penangkapan (procedural rights).
Jadi singkat kata, dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Republik Indonesia sudah memberikan jaminan bahwa nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sejalan
dengan HAM. Oleh sebab itu, penghormatan kita terhadap HAM harus bersifat juga berskala universal.
Kita menerapkan HAM dengan tidak mengenyampingkan nilai-nilai keluhuran sebagai manusia
Indonesia.
BAB 8
ISLAM DAN PANCASILA
A. Pengertian Islam dan Pancasila.
a. Pengertian Islam.
Islam (Arab: al-islām,‫ اإلسالم‬: "berserah diri kepada Tuhan") Adalah agama wahyu yang berintikan
tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di
seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam
memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ‫هللا‬, Allāh). Pengikut
ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan (Majelis Syura Partai
Bulan Bintang, 2008:10). Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia
melalui para Nabi dan Rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad
adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

b. Pengertian Pancasila.
Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno sebagai anggota Doktrit zu Tyunbi
Tjosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1 juni 1945 di Jakarta, badan ini
kemudian setelah mengalsami penambahan anggota menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Dari uraian tersebut dinyatakan: Panca adalah Lima, Sila adalah Asas atau Dasar (Kaelan &
Zubaidi, 2010:7). Untuk Lebih jelas dikutip bagian pidato beliau tersebut:

“ . . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa
namanya adalah Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itu mendirikan Negara
Indonesia, kekal dan abadi.”

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad Yamin dalam bahasa
Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu: Panca artinya lima. Syila
artinya batu sendi, alas, dasar. Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh (Subiyanto, dkk,
1985:3).

Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India masuk ke Indonesia sehingga ajaran
Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa terutama jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian Negara
Kertagama karangan Empu Prapanca disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima pantangan
(Pancasila). Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha
(Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima larangan (mo limo/M5) : mateni (membunuh),
maling (mencuri), madon (berzina), mabok (minuman keras/candu), main (berjudi).

B. Prinsip Ketuhanan dalam Kehidupan Bernegara.


Prinsip Ketuhanan berangkat dari keyakinan bahwa tindakan setiap manusia, termasuk dalam
mengelola bangsa dan negara akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Ini berarti setiap
tindakan manusia, baik yang bersifat personal maupun bersifat kenegaraan, berdimensi ke-Tuhan-an
atau berdimensi ibadah.
Prinsip Ketuhanan juga berarti bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang dilahirkan untuk
mengemban tugas sebagai khalifah (wakil Tuhan, pengelola alam semesta) di bumi dengan tugas utama
mengelola alam sedemikian rupa untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan bersama seluruh
umat manusia dan segenap mahluk hidup, serta untuk menjaga kesinambungan alam itu sendiri
(Ubaedillah, dkk, 2010:51).

Jika konsekuen dengan “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” maka sudah barang tentu
negara tidak akan memberikan toleransi dan kesempatan kepada setiap aparatusnya (pejabat negara,
pegawai negri sipil, pegawai BUMN/BUMD, anggota TNI, anggota Polri, dan lainnya) melakukan
penyalahgunaan kekuasaan, seperti: pelanggaran hak asasi manusia, tindak pidana korupsi, kerusakan
lingkungan, konflik horizontal, dan hal-hal destruktif lainnya yang menimbulkan ketidakadilan dan
kerusakan, yang justru bertentangan dengan hakekat ajaran agama dan tujuan negara didirikan (Syafii,
2006:54).

C. Ayat al Qur’an yang Berhubungan dengan Sila Pancasila.


Nilai-nilai Pancasila juga terkandung dalam Al-Qur’an. Dibuktikan dengan adanya ayat-ayat dalam Al-
Qur’an yang maknanya sama dengan sila-sila pancasila, antara lain:

a) Sila Pertama
Ada beberapa ayat dala Al-Qur’an yang maknaya sama dengan Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pada sila pertama ini mengandung ajaran ketauhidan dan keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa(Majelis Syura Partai Bulan Bintang, 2008:10). Sebagaimana tercermin dalam surat Al-
Baqarah ayat 163:

ُ‫الر ِحيم‬ َّ ‫احدُ ُلَّ ِإلَهَُ ِإ ُلَّ ه َُو‬


َّ ُ‫الرحْ َمن‬ ِ ‫ِإلَه َو ِإلَـهك ُْم َو‬
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”.

b) Sila Kedua
Pada sila kedua ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan serta untuk selalu bersikap adil dan manusia
yang beradab. Dalam alqur’an hal ini di singgung pada surat al ma’idah ayat 8. Disini dijelaksan bahwa
islam juga selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal , baik pada
diri sendiri maupun kepada orang lain dan alam (Syafii, 2006:83):

ُ‫علَىُأَلُتَ ْعدِلواُا ْعدِلواُه َوُأ َ ْق َربُ ِللتَّ ْق َوى‬


َ ُ‫شنَآنُقَ ْو ٍم‬
َ ُ‫ُولُيَجْ ِر َمنَّك ْم‬ ْ ‫ُّلِلُِش َهدَا َءُ ِباُْل ِق‬
َ ‫س ِط‬ َّ ِ َ‫امين‬ِ ‫يَاُأَيُّهَاُالَّ ِذينَ ُآ َمنواُكونواُقَ َّو‬
َُ‫َُّللاَُ َخ ِبيرُ ِب َماُتَ ْع َملون‬
َّ َّ‫واَُّللاَُإِن‬
َّ ‫َواتَّق‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.

c) Sila Ketiga
Pada pancasila sila ke tiga ini memberikan dasar untuk Negara indonesia Indonesia agar bersatu menjadi
satu peratuan. Di dalam islam pun juga telah di jelaskan pula bahwa umat islam sudah seharusnya
untuk selalu bersatu dan menjaga persatuan serta kesatuan (Majelis Syura Partai Bulan Bintang, 2008:
79). Penjelasan ini disebutkan dala surat Ali Imran ayat 103:
َُ‫ُوأولَئِكَ ُهمُا ْلم ْف ِلحون‬
َ ‫ُويَُْنه َْونَ ُع َِنُا ْلم ْنك َِر‬ ِ ‫ُويَأْمرونَ ُبِا ْل َم ْعر‬
َ ‫وف‬ َ ‫ُم ْنك ْمُأ َّمةُيَدْعونَ ُإِلَىُا ْل َخي ِْر‬
ِ ‫َو ْلتَك ْن‬
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.

d) Sila Keempat
Pada sila ke empat ini selaras dengan apa yang digariskan dalam al-qur’an dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana
dalam mengatasi segala permasalahan kehidupan (Syafii, 2006:84). Hal ini diterangkan dalam al qur’an
surat Shaad ayat 20:

ُ‫ب‬ َ َ‫ۥُو َءات َ ْي َٰنَهُٱ ْل ِح ْك َمة‬


ْ َ‫ُوف‬
ِ ‫صلَُٱ ْل ِخ َطا‬ َ ‫ش َد ْدنَاُم ْلكَه‬
َ ‫َو‬
Artinya:ُُ“dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan
dalam menyelesaikan perselisihan”.

e) Sila Kelima
Pada sila yang ke lima ini menggambarkan untuk bahwa masyarakat Indonesia harus berlaku yang adil,
makmur, aman dan damai (Majelis Syura Partai Bulan Bintang, 2008:10). Keadan masyarakat seperti
ini sudah dianjurkan dalam al-qur’an surat An Nahl ayat 81:

َُ‫ُوا ْلبَُ ْغيُِيَ ِعظك ْمُلَ َعلَّك ْمُتَذَكَّرون‬


َ ‫ُوا ْلم ْنك َِر‬ ِ ‫ىُويَ ْنهَىُع َِنُا ْل َفحْ ش‬
َ ‫َاء‬ َ ‫اءُذِيُا ْلق ْر َب‬
ِ َ ‫ُو ِإيت‬
َ ‫ان‬
ِ ‫س‬
َ ْ‫اْلح‬ َ ‫َُّللاَُيَأْمرُ ِبا ْل َع ْد ِل‬
ِ ْ ‫ُو‬ َّ َّ‫ِإن‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

D. Mewujudkan Nilai Pancasila dalam Bermasyarakat dan Bernegara.


Ada beberapa cara untuk bisa mewujudkan nilai pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara,
diantaranya adalah:

1) Pancasila Sebagai Pandangan Hidup.


2) Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia.
3) Pancasila Sebagai Kepribdian Bangsa.
4) Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa.
5) Pancasila Sebagai Cita-cita dan Tujuan yang Ingin Dicapai Bangsa Indonesia.
Adapun tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia adalah:

a. Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap bangsa artinya
adalah pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari segi internal maupun
eksternal.
b. Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama. Negara
Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa.
c. Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang memiliki pengetahuan luas,
pintar, dan intelek.
d. Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan
sosial.

E. Hubungan Pancasila dan Agama Islam.


Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama merupakan karya
besar bangsa indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik Indonesia.Konsep pemikiran
para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan karya khas yang
secara antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia.
Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasilapun mengisyaratkan bahwa
kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut
terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan
agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme.

Menurut Notonegoro asal mula Pancasila secara langsung salah satunya mula asal mula bahan (Kausa
Materialis) yang menyatakan bahwa “bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pacasila,
yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-
nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia”. Sejak zaman purbakala
hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan
tahun pengaruh agama-agama lokal,(sekitar) 14 abad pengaruh Hinduisme dan Budhisme, (sekitar)
7 abad pengaruh Islam, dan (sekitar) 4 abad pengaruh Kristen. Dalam buku Sutasoma karangan
Empu Tantular dijumpai kalimat yang kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya kalimat
tersebut secara lengkap berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrua,artinya walaupun
berbeda,satu jua adanya sebab tidak ada agama yang mempunyai tujuan berbeda.

Kuatnya faham keagamaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus besar pendiri bangsa
tidak dapat membayangkan ruang publik hampa Tuhan. Sejak dekade 1920-an, ketika Indonesia
mulai dibayangkan sebagai komunitas politik bersama, mengatasi komunitas kultural dari ragam etnis
dan agama, ide kebangsaan tidak terlepas dari ketuhanan. Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan
ketika dirumuskan oleh founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir.Soekarno pada Juni
1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan, “Prinsip
Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia
hendaknya ber-Tuhan.Tuhannya sendiri.Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al
Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya
menurut kitabkitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-
Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah
Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan.

Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”.Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara
yang ber-Tuhan”. Pernyataan ini mengandung dua arti pokok. Pertama pengakuan akan eksistensi
agama-agama di Indonesia yang menurut Ir.Soekarno,”mendapat tempat yang sebaik-
baiknya”.Kedua, posisi negara terhadap agama, Ir.Soekarno menegaskan bahwa “ negara kita akan
berTuhan”.Bahkan dalam bagian akhir pidatonya, Ir. Soekarno mengatakan ,”Hatiku akan berpesta
raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Hal ini relevan dengan ayat (1) dan (2) Pasal 29 UUD 1945.Jelaslah bahwa ada hubunagan antara sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi islam.
Jelaslah pula bahwa sila pertama Pancasila yang merupakan prima causa atau sebab pertama itu
(meskipun istilah prima causa tidak selalu tepat, sebab Tuhan terus-menerus mengurus makhluknya),
sejalan dengan beberapa ajaran tauhid Islam, dalam hal ini ajaran tentang tauhidus-shifat dan tauhidul-
af’al, dalam pengertian bahwa tuhan itu Esa dalam sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Ajaran ini juga
diterima oleh agama-agama lain di Indonesia.

Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila,keduanya dapat berjalan salingmenunjang d
an saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh di pertentagkan.boleh
Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain.
Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi
proporsionalisas ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran
yang datang dari dua arah. Hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan
Pancasila adalah sebagai berikut:

 Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhanan yang Maha Esa. Konsekunsinya setiap
warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing.
 Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia berkedudukan
kodrat sebagai makhluk Tuhan.
 Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta
antar pemeluk agama.
 Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil peksaan bagi
siapapun juga.
 Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara.
 Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai dengan nilai-nilai
Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum positif maupun norma moral baik moral
agama maupun moral para penyelenggara negara.
 Negara pada hakikatnya adalah merupakan “berkat rahmat Allah yang Maha Esa”.
Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila, dijelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius. Religiusitas bangsa Indonesia ini, secara filosofis merupakan nilai fundamental yang
meneguhkan eksistensi negara Indonesia sebagai negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin
hubungan selaras dan harmonis antara agama dan negara,maka negara sesuai dengan Dasar Negara
Pancasila wajib memberikan perlindungan kepada agama-agama di Indonesia (Sjamsuddin, 1993:142).
BAB 9
PANCASILA DAN BAHASA KOMUNISME

A. Pengertian pancasila dan komunisme


Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara indonesia yang menjadi landasan dari segala
keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa indonesia. Dengan kata lain pancasila adalah
dasar dalam mengatur pemerintahan negara indonesia yang mengutamakan semua komponen di seluruh
wilayah indonesia.
Sedangkan komunisme adalah suatu ideologi atau paham yang berhubungan dengan filosofi, politik,
sosial, dab ekonomi dimana tujuan utamanya adalah untuk mrnciptakan masyarakat dan sistem ekonomi
yang maju dalam hal teknologi dan tenaga produktif. Namun ada juga pengertian lain komunisme
adalah suatu ideologi yang lebih mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
B. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunisme
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan Negara dengan agama mendasrkan pada
pandangan filosofis materialism dialektis dan materialism historis.Hakikat kenyataan teringgi menurut
paham komunisme adalah materi. Namun materi menurut komunisme berada pada ketegangan intern
secara dinamis bergerak dari ke adaan (tesis)ke keadaan lain (antithesis) kemudian menyatukan
(sintesis) ke tingkat yang lebih tinggi. Selanjutya sejarah sebagaimana berlangsungnya suatu proses
sangat ditetukan oleh fenomena-fenomena dasar,yaitu dengan suatu kegiatan-kegiatanyang paling
material yait fenomena-fenomena ekonomis. Dalam pengertian inilah menurut Komunisme yang
dipelopori oleh K. Marx, menyatakan bahwa manusia adalah merupakan suatu hakikat yang
menciptakan diriny sendiri dengan menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat menentukan
dalam perubahan social, politik, ekonomi, kebudayaan, bahkan agama. Dalam pengertian ini maka
komunisme berpaham etheis, karena manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Agama menurut
komunisme adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan masyarakat Negara.
Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatic makhluk manusia, agama adalah keluhan makhluk
tertindas. Oleh karna itu menurut komunisme Marxis, agama adalah merupakan candu masyarakat.
Negara yang berpaham komunis adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan menekan
kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam Negara adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan
oleh materi.
C. Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Komunis
1. Ideology Pancasila
Pancasila dianggap sebagai sebuah ideologi karena Pancasila memiliki nilai-nilai filsafat mendasar juga
rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai sebuah landasan dalam mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara. Selain itu juga, Pancasila merupakan wujud dari konsensus nasional, itu
semua karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah sketsa negara moderen yang telah disepakati
oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai-nilai dari kandungan Pancasila itu sendiri
dilestarikan dari generasi ke generasi.
ideologi pancasila sendiri adalah suatu pemikiran yang beracuan Pancasila. Pancasila dijadikan ideologi
dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional.
2. Ideology Komunis
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia.Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan
sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di awal abad ke-
19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari
produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan
selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan
komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling
berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai
masyarakat utopia.
Secara umum komunisme berlandasan pada teori Dialektika materi oleh karenanya tidak bersandarkan
pada kepercayaan agama dengan demikian pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa
“agama dianggap candu” yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari
pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran
materi).
Komunisme merupakan ideologi yang menghendaki penghapusan pranata kaum kapitalis serta
berkeinginan membentuk masryarakat kolektif agar tanah dan modal (faktor produksi) dimiliki secara
sosial dan pertentangan kelas serta sifat kekuatan menindas dari negara tidak berlangsung lagi. Dalam
setiap upaya-upaya untuk menanamkan ideologinya itu, Paham komunis berusaha mengambil jalan
pintas yakni dengan jalan revolusi dengan metode kekerasan. Hal inilah yang menyebabkan antipati
masyarakat dunia terhadap paham ini. Kalau kita membuka lembaran sejarah berikutnya, Afganistan
yang pernah berada di bawah jajahan Unisoviet mengalami tragedi kemanusiaan yang panjang akibat
cara-cara kekerasan yang dilakukan Penganut paham komunis tersebut.
D. Persamaan Pancasila dengan Paham Komunis
Menurut Pasal 28 UUD 1945 bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan ditetapkan dengan undang-undang”. Kemerdekaan berserikat ini tidak
dinyatakan hanya berlaku untuk orang Jawa saja, atau orang beragama saja, atau orang pemilik
perusahaan saja. Kemerdekaan berserikat itu terbuka bagi semua warganegara dengan tidak
mempersoalkan apakah ia berasal dari suku bangsa apa, beragama apa, menjadi tuan tanah atau kaum
tani, buruh atau majikan. Semua warganegara merdeka untuk berserikat.
Ini sesuai dengan Pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan setiap warga negara bersamaan kedudukannya
di depan hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. Tidak boleh dilakukan diskriminasi, misalnya persamaan di depan hukum dan
pemerintahan itu hanya berlaku bagi kaum kapitalis saja, tetapi tidak berlaku bagi kaum buruh; hanya
berlaku bagi tuan tanah saja, dan tidak berlaku bagi kaum tani; hanya berlaku bagi kaum intelektual
saja dan tidak berlaku bagi rakyat biasa.
Menurut pidato Bung Karno dalam Lahirnya Pancasila dikatakan bahwa yang dimaksud bangsa
lndonesia, natie-Indonesia, bukan lah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan ” le Desir d’ettre-
nya ensemble di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda
atau Bugis, tetapi bangsa lndonesia ialah seluruh manusia-manusia Indonesia yang menurut geo politik
yang telah ditentukan Allah SWT tinggal di kesatu- annya pulau-pulau Indonesia dari ujung utara
Sumatera sampai ke Irian seluruhnya. Kita mendirikan negara lndonesia, kata Bung Karno, yang kita
semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan kristen buat indonesia, bukan golongan Islam
buat Indonesia, bukan Hadikusumo buat Indonesia, bukan van Eyck buat Indonesia, bukan Nitisemito
yang kaya buat Indonesia, tetapi lndonesia buat Indonesia–semua buat semua. Kalau saya peras yang
lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapat lah saya perkataan indonesia yang tulen,
yaitu gotongroyong. Negara Indonesia yang kita dirikan adalah harus negara gotong-royong. Mengenai
sila ke tiga dari Pancasila Bung Karno mengatakan adalah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar
permusyawaratan. Negara Indonesia bukan negara untuk satu orang, bukan negara untuk satu golongan,
walau pun golongan yang kaya. Tapi kita mendirikan negara “semua buat semua, satu buat semua,
semua buat satu”. Syarat mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan
Dalam perwakilan nanti ada perjuangan sehebat-hebatnya. Tidak ada satu staat yang hidup betul-betul
hidup, jikalau didalam badan perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah
Candradimuka kalau tidak ada perjuangan paham didalamnya Allah SWT memberi pikiran kepada kita,
agar supaya dalam pergaulan kita sehari-hari, kita selalu bergosok, seakan-akan menumbuk
membersihkan gabah, supaya keluar dari padanya beras, dan beras itu akan menjadi nasi Indonesia yang
sebaik-baiknya. Demikian antara lain Bung Karno.
Jelas sekali, Pancasila membuka kesempatan perjuangan “paham” atau ideologi dalam badan-badan
perwakilan rakyat. Perjuangan antara paham kaum buruh dengan paham kapitalis, paham kaum tani
dengan paham tuan tanah ( feodal), paham mustadhaafin (yang tertindas dan miskin) dengan paham
mustakbirin (angkuh dan kaya), paham islam dengan paham Kristen dan sebagainya.
Perjuangan paham bukan hanya untuk perjuangan paham, melainkan perjuangan paham, seperti
dikatakan Bung Karno seakan-akan menumbuk membersihkan gabah, supaya keluar beras dan beras
itu akan menjadi nasi Indonesia yang sebaik-baiknya. Mengenai paham kaum buruh adalah marxisme,
itu sudah ditulis Bung Karno 19 tahun sebelum lahirnya Pancasila yaitu melalui tulisan beliau,yang di
tulis pada tahun l926, yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”. Dalam
perkembangannya kemudian menjadi Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis ).
Hanya kaum yang anti-Pancasila yang tidak menghendaki berlangsungnya perjuangan paham dalam
badan-badan perwakilan rakyat. Jadi, baik UUD 1945, maupun Pancasila memberikan hak hidup
(termasuk kepada kaum buruh), paham marxisme atau komunisme di bumi Indonesia. Artinya adalah
diragukan kesetiannya pada UUD 1945 dan Pancasila bila mereka mengatakan “kecuali kaum komunis”
boleh lahir di Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan mereka itu sesungguhnya atas nama UUD 1945
dan Pancasila hendak melumpuhkan UUD 1945 dan Pancasila itu sendiri.
E. Hubungan Pancasila dengan Komunisme
Dalam melihat kaitan antara Pancasila, HAM dan komunisme, ada baiknya kita menelaah nilai-nilai
Marxisme. Dalam melihat perkembangan HAM, Marx pernah melontarkan Kritik yang cukup tajam.
Akan tetapi kita harus peka saat melihat kritik yang disampaikan oleh Marx, kita sebaiknya tidak lupa
dengan konteks jaman pada abad ke-17 hingga ke 18. Dalam masa itu, HAM berkembang dimulai dari
sebuah tuntutan yang di munculkan oleh Thomas Jefferson, salah seorang pendiri Amerika Serikat.
Tuntutan tersebut adalah agar manusia mendapatkan kembali hak-haknya yang tidak dapat dicabut sejak
Bill of Rights. Dalam masa perang dingin-bahkan sampai saat ini, muncul isu yang menjadi senjata
untuk menyerang salah satu pihak dengan mengatakan bahwa Marxsisme telah menjadikan hukum
dapat diabaikan dan HAM adalah ilusi dari kaum borjuis saja. Tentu saja, tuduhan tersebut menjadi
sangat naif jika kita melihat lebih jauh sumbangan dari pemikiran Marx lebih jauh dalam perkembangan
HAM. Geoffrey Robertson QC secara gamblang mengatakan bahwa pada tataran teorities, dunia telah
berutang pada Marx pada penghapusan hak-hak alami. Perlu diketahui bahwa Marx mengkritik tentang
HAM yang berkembang pada masa itu. Kritik tersebut ditulis dalam sebuah esai yang berjudul “On the
Jewish Question” (1844). Ia menolak dengan membuat pernyataan;“Bahwa apa yang disebut dengan
HAM itu tidak ada apa-apanya. Kecuali hak asasi manusia yang egois, yaitu manusia yang terpisah dari
manusia lainnya atau dari komunitasnya.”
Kritik ini telah mengantarkan para pemikir Marxis pada jaman berikutnya telah mencirikan bahwa
HAM adalah sarana universilasi kapitalisme terutama kebebasan tanpa tanggung jawab sosial.
Dalam waktu yang sama, kaum sosialis maupun Marxis tetap berupaya untuk menghilangkan hak untuk
kepemilikan. Perlu dipahami, pada masa abad ke-19, kepemilikan dipahami sebagai produksi, distribusi
dan pertukaran atau kekuatan atas yang lainnya. kerja produksi dan dunia ekonomi dalam masyarakat
harus dirasional dan dikontrol oleh publik. Oleh karena itu, hak kekayaan individu dapat diterima
namun hak untuk kekayaan demi tujuan individu harus dibatasi bahkan dihilangkan.
Sebenarnya,dibalik itu Marx mendukung deklarasi tentang hak warga negara.Dalam pandangannya, hak
komunal ini sebagai sumber daya baru yang dapat mengantar kita ke transformasi sosial. Dalam inti
pemikiran Marx dapat kita ditemukan gagasan yang sangat tajam dan sangat relevan pada masa itu-
bahkan hingga saat ini tentang hak sosial dan ekonomi dari warga negara atas kesejahteraan seperti hak
atas pendidikan, perumahan, dan pekerjaan.
Terlepas dari itu semua, HAM adalah sebuah kemajuan sejarah yang sangat penting dalam sebuah upaya
umat manusia. Mari kita lihat beberapa teori yang sangat terkait dengan HAM dan bahkan dapat
dikatakan telah terbukti dalam perjalanannya yang disumbangkan oleh pemikiran sosialisme.
1) Tujuan dari Marxsisme adalah humanisme sosialis, dimana manusia dapat bebas
berkembang, tidak teralineasi serta menjadi individu yang penuh kesadaran dan saling
berhubungan dengan individu lain dalam kerangka sosial yang membuka kesempatan
penuh untuk mengembangkan kapasitas dan potensi masing-masing.
2) Ketika hukum yang berlaku di masa lalu serta elaborasi doktrin HAM telah
memperlihatkan tanda bahwa isi dan fungsinya hanya diberikan kepada kelas sosial
tertentu, sosialisme mencoba belajar dari kondisi tersebut. Walaupun masih sangat terbatas
dan tidak jelas dalam penjelasan dan pelaksanaanya, sosialisme tetap mengakui terhadap
hak mendasar manusia sebagai komunitas manusia yang harus dihormati dan umat manusia
yang sepenuhnya merdeka.
3) Hak dan kebijakan tidak dapat disederhanakan secara abstrak. Lebih detil lagi dalam
pandangan sosialisme, lingkungan politik tidak dapat dipisahkan pada masalah sosial
ekonomi. Hak seharusnya tidak hanya dilihat sebagai sebuah asal kebebasan namun sebagai
sebuah kebebasan.
Selain itu, terdapat beberapa hal penting lainnya yang muncul dalam proses pembacaan penulis terhadap
beberapa bahan, yaitu;
1. Kontribusi pemikiran sosialisme dimana diwakili oleh Karl Marx dalam perkembangan
konsep HAM telah meletakkan landasan tentang hak ekonomi, sosial dan budaya.
2. Negara, sebagai fungsi kontrol sosial harus menjamin pemenuhan terhadap hak tersebut bagi
warga negaranya.
3. Sangat jelas sekali hak warga negara atas kesejahteraan bersama harus dipenuhi oleh Negara.
Pertama adalah hak warga negara atas pekerjaan dan dalam bekerja. Hak warga negara atas
pendidikan yang layak dan dijamin penuh oleh negara. Terakhir, hak warga negara atas
kesehatan, baik itu akses maupun pelayanannya.
Jadi sangat jelas, beberapa hal yang diatas tersebut merupakan nilai universal dalam melihat dunia ini
lebih humanis secara universal. Jika kita coba kaitkan dengan nilai yang terkandung dalam beberapa
butir sila di pancasila, akan terlihat jelas penghayatan dari: “Kemanusiaan yang adil dan Beradab dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
BAB 10
HUKUM KETATANEGARAAN
A. Pengertian Hukum Tata Negara
Berasal dari kata hukum, tata dan negara. Dalam arti luas, hukum dihubungkan dengan peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku orang perorang di dalam masyarakat yang mempunyai sanksi/hukum
yang dipaksakan. Oleh karena itu, hukum sifatnya memaksa. Hukum dilahirkan untuk mengatur dan
menyelesaikan pelaksanaan kepentingan yang berbeda-beda di antara anggota masyarakat. Tata sering
disebut pengaturan dan pengelolaan.
Dalam konsep ini, dari kesimpulan nya hukum tata merupakan negara diatur dan dikelola oleh sistem
hukum yang memaksa. Negara merupakan suatu wilayah yang luas dan mempunyai organisasi tertinggi
di antara satu kelompok atau beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk
berdaulat. Dalam konnsep ini,Tata Negara berarti sistem pengaturan,penataan dan pengelolaan negara
yang berisi ketentuan mengenai struktur kenegaraan dan substansi norma kenegaraan.
Dari sinilah dapat disimpulkan, Hukum Tata Negara diberi pengertian sebagai cabang hukum yang
mengatur tentang prinsip-prinsip dan norma-norma hukum yang tertuang secara tertulis atau yang hidup
dalam kenyataan praktik kenegaraan berkenaan dengan konstitusi, institusi-institusi kekuasaan negara
beserta fungsinya, mekanisme hubungan antar institusi, dan prinsip hubungan antara institusi kekuasaan
negara dengan warga negara.
Adapun Pengertian Hukum Tata Negara Menurut Para Ahli diantaranya:
1. Van der Pot
Menrut van der Pot menyatakan bahwa Hukum tata negara adalah serangkaian peraturan yang dipakai
untuk menentukan badan mana saja yang digunakan & diperlukan, kewenangan masing-masing badan,
hubungan anatara badan satu dengan badan yang lain, serta hubungan dengan individu-individu didalam
suatu negara.

2. Van Vollen Hoven


Menurut Van Vollen Hoven menyatakan bahwa Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur
individu-ndividu yang terikat dengan hukum, serta hukum yang menentukan sistematika penyusunan
wewenang suatu badan-badan tersebut
3. Logemann
Menurut Logemann menyatakan bahwa Hukum Tata Negara merupakan suatu hukum yang mengatur
organisasi Negara.
4. Prof. Kusumadi Pudjosewojo, S.H.
Dalam bukunya Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia Prof. Kusumadi Pudjosewojo, S.H.
menyatakan bahwa:”Hukum Tata Negara yaitu hukum yang mengatur tata negara (kesatuan atau
federal) & bentuk pemerintahan (kerajaan atau revublik), yang menunjukan masyarakat-masyarakat
hukum yang atasan maupun yang bawahan, serta tingkatan-tingkatan (hierarchie), yang selanjutnya
menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat hukum itu dan akhirnya akhirnya
menunjukan perlengkapan dari masyarakat hukum itu sendiri.
B. Tujuan Hukum Tata Negara
Adapun beberapa tujuan hukum tata negara diantaranya:
 Bertujuan untuk menyebar luaskan pengertian-pengertian baru yang terkandung pada sebuah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca amandemen.
 Bertujuan untuk mendorong agar muncul kesadaran warga negara Indonesia akan hak dan
kewajiban asasinya sebagai subjek Hukum Tata Negara Indonesia yang berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Bertujuan untuk membantu para pemula memahami garis besar ruang lingkup ilmu
pengetahuan tentang Hukum Tata Negara.
 Bertujuan untuk mengakrabkan masyarakat Indonesia dengan pengetahuan tentang Hukum
Tata Negara.
 Bertujuan untuk mendorong perkembangan lebih lanjut Studi tentang Hukum Tata Negara di
Indonesia.
C. Sumber Hukum Tata Negara
Sumber hukum tata negara indonesia tidaklah berbeda dengan sumber hukum tata negara yang secara
umumnya. Dalam hukum tata negara di Indonesia juga bersumber pada sumber hukum materiil,
formiil, konvensi dan traktat. Berikut akan dijelaskan apa yang ada didalam sumber hukum tersebut di
Indonesia. Yaitu sebagai berikut :
1. Sumber Materil
Seperti yang di ketahui bersama segala sesuatu yang ada di Indonesia haruslah berasal dan bersumber
dari pancasila. Pancasila adalah sumber hukum materiil bagi semua hukum yang ada di Indonesia.
Begitu juga dengan sumber hukum tata negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Inspirasi
sekaligus Bahan (Materi) dalam Menyusun Semua Peraturan Hukum Tatanegara. Pancasila juga
sekaligus sebagai Alat Penguji Setiap Peraturan Hukum Tatanegara yang Berlaku, Apakah
Bertentangan atau Tidak dengan Nilai-nilai Pancasila seperti yang tercantum di dalam ketetapan MPR
No. III/2000 Pasal 1, 2, 3, Serta UU. No. 12 Tahun 2012 Pasal 2.
2. Sumber Formil
Sumber Formil hukum di Indonesia yaitu UUD 1945. UUD 1945 Sebagai Hukum Dasar Tertulis yang
Merupakan Bentuk Peraturan Perundang-undangan Tertinggi yang Menjadi Dasar dan Sumber (Formil)
Bagi Semua Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Ketatanegaraan Indonesia seperti yang
telah tercantum dalam Ketetapan MPR No. III/2000 Pasal 3, Serta UU. No. 12 Tahun 2011 Pasal 3.
Bentuk & Tata Urutan Perundangan Sebagai Bagian Dari Sumber Formil Htn Indonesia (UU. No. 12
tahun 2011 pasal 7) yaitu antara lain sebagai berikut :
 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
 Ketetapan MPR (TAP MPR)
 Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU).
 Peraturan Pemerintah (PP).
 Peraturan Presiden (PERPRES).
 Peraturan Daerah (PERDA).
 PERDA provinsi
 PERDA Kota/Kabupaten
 Peraturan Desa.
3. Konvensi
Sesudah sumber hukum formil dan materiil dari hukum tata negara Indonesia. Di Indonesia hukum tata
negara juga bersumber dari konvensi. Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan adalah sebuah sumber
dari hukum tata negara Indonesia. Kebiasaan dalam Praktek Ketatanegaraan yang Dilakukan Berulang-
ulang, sehingga memiliki Kekuatan yang Sama dengan Undang-undang. Karena Diterima dan
Dijalankan, Tidak jarang dapat menggeser Peraturan Hukum Tertulis
4. TRAKTAT
Traktat atau perjanjian internasional. Perjanjian Internasional (Bilatral Maupun Multilatral) yang terkait
dengan sebuah Hukum Tatanegara Suatu Negara. Perjanjian Internasional (Bilatral Maupun Multilatral)
yang Terkait dengan Hukum Tatanegara Indonesia. Misalnya yaitu : Traktat Asean, UDHR PBB.
D. Ruang Lingkup Tata Negara
Ruang lingkup pengaturan hukum tata negara antara lain yaitu meliputi, bentuk negara, bentuk
pemerintahan, sistem pemerintahan, corak pemerintahan, sistem pendelegasian kekuasaan negara,
garis-garis besar tentang organisasi pelaksana, wilayah negara, hubungan antara rakyat dengan negara,
cara-cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan, dasar negara dan ciri-ciri lahir kepribadian
negara termasuk lagu kebangsaan, bahasa nasional, lambang bendera dan lain sebagainya.
E. Contoh Hukum Tata Negara
1. UUD 1945
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan bahwa: Undang-undang
Dasar suatu negara merupakan hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara. Undang-undang Dasar
merupakan hukum dasar yang tertulis, dan hukum tidak tertulis., merupakan aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak
tertulis. Dapat disimpulkan UUD 1945 hukumdasar yang tertulis, sedangkan hukum dasar mencakup
hukum dasar yang tidak tertulis.
2. MPR, DPR, DPD
MPR, DPR, DPD merupakan lembaga negara perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara.
3. UU Pemeerintahan Daerah dan lain-lain.
BAB 11
UNDANG-UNDANG DASAR DAN SISTEMATIKA PERUBAHANNYA
Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan mempunyai kekuasaaan
berdaulat. Setiap negara memiliki sistem poitik, yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan.
Sedangkan kekuasaan sendiri adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas
tertentu. Pembagian kekuasaan pemerintah RI 1945 berdasarkan ajaran pembagian kekuasaan atau yang
disebut sebagai Trias Poltiica. Trias Politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan
yang baik,sebaiknya tidak diserahkan pada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan. Ajaran ini diajarkan oleh pemikir Inggris John Locke dan pemikir Perancis Montesquieu.
Menurut ajaran tersebut dijelaskan bahwa sistem pemerintahan dibagi menjadi tiga :
1.Badan Legislatif Badan yang bertugas membentuk Undang-Undang
2.Badan Eksekutif ,Badan yang bertugas melaksanakan Undang-Undang
3.Badan Yudikatif, Badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-Undang, memeriksa, dan
mengadili jika terjadi hal-hal yang menyimpang .
Pembagian kekuasaan pemerintahan dalam susunan ketatanegeraan menurut UUD 1945 adalah
bersumber pada susunan ketatanegaraan Indonesia asli yang dipengaruhi besar oleh pikiran falsafah
negara asing seperti Inggris, Perancis, Arab, Rusia, dan As. Aliran itu oleh Indonesia diperhatikan
sungguh-sungguh dalam penguasaan ketatanegaraan ini, karena semata-mata untuk menjelaskan
pembagian kekuasaan pemerintahan menurut konstitusi proklamasi. Di Indonesia pengaturan sistem
ketatanegaraan diatur dalam UUD 1945,Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti UU,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,dan Peraturan Daerah.Sedangkan kewenangan kekuasaan
berada di tingkat nasional sampai kelompok masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR, Presiden
dan Wakil Presiden, Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/Walikota, sampai tingkat RT.
Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari suara dan tangan rakyat, sebab
Indonesia menganut sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi, pemilik kekuasaan tertinggi dalam
negara adalah rakyat. Kekuasaan bahkan diidealkan penyelenggaraannya bersama-sama dengan rakyat.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan (amandemen).
Perubahan (amandemen) Undang-Undang Dasar 1945 ini, telah membawa implikasi terhadap sistem
ketatanegaraan Indonesia. Dengan berubahnya sistem ketatanegaraan Indonesia, maka berubah pula
susunan lembaga-lembaga negara yang ada.

A.SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945


Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga-lembaga tertinggi negara, serta
hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan
kekuasaannya (distribution of power ) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu
Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara menurut
UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat tujuan
negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Jika Pembukaan UUD 1945 ini dirubah,
maka secara otomatis tujuan dan dasar negara pun ikut berubah.
2. MPR
Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan UUD 1945 merupakan lembaga tertinggi
negara dan sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak
terbatas (Super Power ). karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”
dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD,
GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.

3. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas
dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.Mahkamah Agung membawahi badan peradilan
dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama,lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara.
4. BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyatdengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang
peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
5. DPR
Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah memberikan persetujuan atas RUU
[pasal 20 (1)], mengajukan rancangan Undang-Undang [pasal 21 (1)], Memberikan persetujuan atas
PERPU [pasal 22 (2)], dan Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
[pasal 23 (1)]. UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan pengawasan.
6. Presiden
a. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR, meskipun kedudukannya
tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.
b. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power and
responsiblity upon the president).
c. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power ), juga memegang kekuasaan
legislative (legislative power ) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).
d. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
e. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden serta
mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
B.SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal- pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945,tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan yaitu
sebagai Undang-UndangDasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD 1945. UUD 1945 memberikan
pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang
sama dan sejajar, yang meliputi Presiden, MPR, DPR,DPD, BPK, MA, dan MK
1) BPK
a. Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
b. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
c. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
d. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.
2) MPR
a. Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
b. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
c. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
d. Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden.
e. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
f. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.
3) DPR
a. Posisi dan kewenangannya diperkuat.
b. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.
c. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
d. Mempertegas fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
4) DPD
a. Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan
daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan
daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
b. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
c. Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
d. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan
kepentingan daerah.
5) Presiden
a. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara pemilihan
dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial.
b. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
c. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
d. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
e. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
f. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil
presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai
pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

6) Kehakiman
a. Mahkamah Agung
 Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24
ayat (1)].
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan
di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
 Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
 Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara
dan lain-lain.
b. Mahkamah Konstitusi
 Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the
constitution).
 Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan
antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil
pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
 Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah
Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekuti
Jadi menurut materi di asat dapat di simpulkan bahwa Setelah amandemen UUD 1945 banyak
perubahan terjadi, baik dalam struktur ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.Tata
urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/ Perpu, PP, Peraturan Presiden dan
Perda. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia meliputi: MPR, Presiden,
DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga pemerintahan yang bersifat khusus
meliputi BI, Kejagung, TNI, dan Polri. Lembaga khusus yang bersifat independen misalnya KPU, KPK,
Komnas HAM, dan lain-lain.

BAB 12
PEMILIHAN UMUM
A. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilu atau Pemilihan Umum yaitu prose memilih orang untuk dijadikan pengisi jabatan-jabatan politik
tertentu, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan sampai dengan kepala desa.
Pemilu adalah salah satu upaya dalam mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan
melaksanakan aktivitas retorika, hubungan politik, komunikasi massa, lobi dan aktivitas lainnya.
Pemlihan Umum pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955 dan samapi sekarang pemilu
dilakukan sebanyak 11 kali yakni pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004,
2009, dan 2014.

Adapun beberapa pengertian pemilu menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a) Ali Moertopo
Pengertian pemilu menurut Ali Moertopo adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan
kedaulatannya sesuai engan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

b) Suryo Untoro
Pengertian pemilu menurut Suryo Untoro adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara
Indonesia yang memiliki hak pilih untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam badan perwakilan
rakyat.

c) Ramlan
Pengertian pemilu menurut Ramlan adalah mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau
pencerahan kedaulatan kepaa orang atau parta yang dipercayai.

d) Morissan (2005:17)
Pengertian pemilu menurut Morissan adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat
mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Paling tidak ada tigak macam tujuan pemilihan umum,
adalah:

o Sangat mungkin ada peralihan pemerintahan secara aman dan tertib


o Untuk melakukan kedaulatan rakyat dalam rangka melakukan hak asasi warga Negara

B. Tujuan Pemilihan Umum (Pemilu)


Tujuan dari pemilu adalah sebagai perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan
negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ada dua pemilu yaitu pemilu legislatif dan pemilu
presiden dan wakil presiden.Pemilu legislatif dilaksanakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Sedangkan pemilu presiden dan wakil presiden dilaksanakan untuk memilih pasangan presiden dan
wakil presiden.

Menurut Prihatmoko Pemilihan Umum didalam pelaksanaannya mempunyai tiga tujuan, yaitu:

 Sebagai sistem kerja untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan
umum (public policy)
 Pemilu adalah sarana untuk pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan
badan perwakilan rakyat melewati wakil-wakil yang sudah dipilih atau partai yang
memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin
 Pemilu sebagai sarana memobilisasi, penggerak atau penggalang dukungan rakyat kepada
Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut sera dalam proses politik.
Sedangkan tujuan pemilu dalam pelaksanaannya yang berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 2012
pasal 3 yaitu pemilu diadakan untuk memilih anggota DPR,DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.

C. Fungsi Pemilihan Umum (Pemilu)


Menurut C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil fungsi dari pemilu sebagai alat demokrasi yang dipakai
untuk:

1. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia


2. Adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur menurut Pancasila (Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia)
3. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yakni tetap tegaknya Pancasila dan
dipertahankannya UUD 1945.

D. Asas-Asas Pemilihan Umum (Pemilu)


Dalam pelaksanaan pemilu terdapat asas-asas yang digunakan antara lain:

 Langsung, Langsung artinya masyarakat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memilih
dengang langsung dalam pemilihan umum yang sesuai dengan kehendak diri sendiri tanpa ada
penghubung
 Umum, Umum artinya pemilihan umum berlaku untuk semua warga negara yang sudah
memenuhi syarat, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan,
pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial lainnya.
 Bebas, Bebas artinya semua warna negara yang sudah memenuhi syarat sebagai pemilih pada
pemilu, bebas untuk menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk menjadi pembawa
aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan oleh siapa pun.
 Rahasia, Rahasia artinya didalam menentukan pilihan, seorang pemilih dijamin kerahasiaan
pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak bisa diketahui oleh
orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
 Jujur,Jujur artinya semua pihak yang berhubungan dengan pemilu wajib berlaku dan bersikap
jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Adil, Adil artinya didalam melaksanakan pemilihan umum, masing-masing pemilih dan peserta
pemilu memperoleh perlakuan yang sama, dan juga bebas dari kecurangan pihak mana pun.
E. Bentuk Pemilihan Umum (Pemilu)
Bentuk pemilihan umum dalam pelaksanaannya dibedakan menjadi dua yaitu pemilu langsung
dan pemilu tidak langsung.

 Pemilu Langsung, Pemilu langsung adalah pemilu yang dilakukan oleh pemilih dengan
memilih secara langsung tanpa melewati lembaga perwakilan, pemilih akan mendatangi tempat
pemungutan suara (TPS) didaerah mereka untuk memberikan suara.
 Pemilu Tidak Langsung, Pemilu tidak langsung yaitu pemilu yang dilaksanakan oleh para
anggota perwakilan pada lembaga perwakilan atau parlemen atau pemilu yang tidak
dilaksanakan oleh rakyat dengan langsung tetapi melewati lembaga perwakilan yaitu parlemen.
Didalam memberikan suaranya, pemilih bisa secara langsung memilih dengan cara voting atau
musyawarah mufakat sesuai kesepakatan.
F. Sistem Pemilihan Umum (Pemilu)
Definisi sistem pemilihan umum berdasarkan pendapat Dieter Nohlen terdapat dua definisi. Yaitu
pengertian sistem pemilu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, sistem pemilu adalah
segala proses yang berkaitan dengan hak pilih, administrasi pemilihan dan perilaku pemilih. Sedangkan
dalam arti sempit, sistem pemilihan umum yaitu cara dimana pemilih bisa mengekspresikan pilihan
politiknya dengan cara memberikan suara, dimana suarat tersebut ditransformasikan menjadi kursi di
parlemen atau pejabat publik. Terdapat beberapa sistem pemilu di Indonesia antara lain hak pilih, sistem
pemilihan, sistem pembangunan daerah pemilihan dan sistem pencalonan.

BAB 13
GEOPOLITIK INDONESIA
A. Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu “geo” dan “politik“. Maka, Membicarakan pengertian
geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan politik. “Geo” artinya
Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam
hal menempati suatu ruang di permukaan Bumi. Dengan demikian geografi bersangkut-paut dengan
interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan
dengan kekuasaan atau pemerintahan.Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu
kajian yang melihat masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks
teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup
wilayah, dan hirarki aktor dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi atau lokal.

Dari beberapa pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan
merujuk kepada percaturan politik internasional.Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu
wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik
mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik
antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.

Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal. Keadaan suatu
negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang mereka tempati. Hal yang paling
utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara adalah kawasan yang berada di sekitar negara itu
sendiri,atau dengan kata lain, negara-negara yang berada di sekitar (negara tetangga) memiliki pengaruh
yang besar terhadap penyelenggaraan suatu negara.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa terdapat dua golongan negara, yaitu golongan
negara “determinis” dan golongan negara “posibilitis”. Determinis berarti semua hal yang bersifat
politis secara mutlak tergantung dari keadaan Bumi/posisi geografisnya. Negara determinis adalah
negara yang berada di antara dua negara raksasa/adikuasa sehingga, secara langsung maupun tidak
langsung, terpengaruh oleh kebijakan politik luar negeri dua negara raksasa itu.

Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun peranan-peranan tersebut
adalah:

1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia;


2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam;
3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri; Menggariskan pokok-pokok
haluan negara, misalnya pembangunan;
4. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori negara
sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;
5. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.
B. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Cara pandang suatu bangsa memandang tanah air dan beserta lingkungannya menghasilkan wawasan
nasional. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau visi bangsa dalam menuju
tuannya. Namun tidak semua bangsa memiliki wawasan nasional Inggris adalah salah satu contoh
bangsa yang memiliki wawasan nasional yang berbunyi” Britain rules the waves”. Ini berarti tanah
inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya. Adapun bangsa Indonesia memiliki
wawasan nasional yaitu wawasan nusantara. Secara konsepsional wawasan nusantara (Wasantara)
merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia
yang selanjutnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi politik dalam
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Sebagai Wawasan nasional dari bangsa Indonesia naka wilayah Indonesia yang terdiri dari daratan, laut
dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup (lebensraum) yang satu atau
utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangunatas pandangan
geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan kepada konstelasi lingkungan tempat
tinggalnya yang menghasilakan konsepsi wawasan Nusantara. Jadi wawasan nusantara merupakan
penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.
Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata wawas
(bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata
mawas yang berarti memandang, meninjau atau melihat.Wawasan artinya pandangan, tujuan,
penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara melihat.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya sebagai
negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Atau cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia menganai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayahh dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau rumusan umum
mngenai keadaan yang dinginkan. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam
menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuaidengan konsep wawasan Nusantara adalah menjadi
bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
a. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara
Latar belakang yang mempengaruhi tumbuhnya konsespi wawasan nusanatara adalah sebagai
berikut :

a. Aspek Historis

Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan
wilayah yang utuh adalah karena dua hal yaitu :

a) Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah, kehidupan
sebagai bangsa yang terjajah adalah penederitaaan, kesengsaraan, kemiskinan dan
kebodohan. Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri bangsa Indonesia. Politik
Devide et impera. Dengan adanya politik ini orang-orang Indonesia justru melawan
bangsanya sendiri. Dalam setiap perjuangan melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi
juga ada pengkhianat bangsa.
b) Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis wilayah Indonesia adalah
wialayah bekas jajahan Belanda.Wilayah Hindia Belanda ini masih terpisah-pisah
berdasarkan ketentuan Ordonansi 1939 dimana laut territorial Hindia Belanda adalah sejauh
3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi tersebut , laut atau perairan yang ada diluar 3 mil
tersebut merupakan lautan bebas dan berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa
yang terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar bagi bangsa
Indonesia.Keadaan tersebut tidak mendudkung kita dalam mewujudkan bangsa yang
merdeka, bersatu dan berdaulat.Untuk bisa keluar dari keadaan tersebut kita membutuhkan
semangat kebangsaan yang melahirkan visi bangsa yang bersatu. Upaya untuk mewujudkan
wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh tidak lagi terpisah baru terjadi 12 tahun
kemudian setelah Indonesia merdeka yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda mengeluarkan
pernyataan yang selanjutnya disebut sebagai Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957.
Isi pokok dari deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut territorial Indonesia tidak lagi
sejauh 3 mili melainkan selebar 12 mil dan secara resmi menggantikam Ordonansi 1939.
Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan dalam UU No.4/Prp Tahun 1960 tenatang perairan
Indonesia yang berisi :
1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia
2. Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut
3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam dari
garis dasar.
Keluarnya Deklarasi Djuanda melahirkan konsepsi wawasan Nusantara dimana laut tidak lagi sebagai
pemisah, tetapi sebagai penghubung.UU mengenai perairan Indonesia diperbaharui dengan UU No.6
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia

Deklarasi Djuanda juga diperjuangkan dalam forum internasional. Melalui perjuangan panjanag
akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April menerima “ The United Nation Convention On The Law
Of the Sea”(UNCLOS).Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut Indonesia diakui sebagai
negara dengan asas Negara Kepulauan (Archipelago State).
b. Aspek Geografis dan Sosial Budaya

Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia meruapakan negara bangsa dengan wialayah dan
posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan dan heterogenitas menjadikan
bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa yang satu dan utuh .Keunikan wilayah dan
heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :

1. Indonesia bercirikam negara kepulauan atau maritime


2. Indonesia terletak anata dua benua dan dua sameudera(posisi silang)
3. Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
4. Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
5. Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkumpasifik dan Mediterania
6. Wilayah subur dan dapat dihuni
7. Kaya akan flora dan fauna dan sumberdaya alam
8. Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang beragam
9. Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak 218.868 juta jiwa

c. Aspek Geopolitis dan Kepentingan Nasional

Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memanndang wikayahnya sebagai ruang hidupnya
namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup
(lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan menjadikan bangsa dan
wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut
dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi nasional

Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa
wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Laut yang
menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero khatulistiwa. Sedangkan
Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu
kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara
di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh
mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV tahun
1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara kepulauan yang telah
diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957.

Hakekat dan tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebinekaan yang
mengandung arti :

1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi posisi, dan potensi georafi,
serta kebinekaan budaya
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijakasanaan nasional
3. Hakikat wawasan nusantara : persatuan dan nkesatuan dalam kebinekaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan fungsi-fungsi wawasan nusantara sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran, paham dan semangat kebangsaan
Indonesia.
2. Menanamkan dan memupukan kecintaan pada tanah air indonesia sehingga rela berkorban
untuk membelanya.
3. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab
warga negara yang bangga pada negara Indonesia.
4. Mengembangkan kehidupan bersama yang multikultural dan plural berdasarkan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan.
5. Mengembangkan keberadaan masyarakat madani sebagai pengembangan kekuasaan
pemerintah.
c. Indonesia Sebagai Negara Kepulauan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia merupakan suatu negeri yang amat unik. Hanya
sedikit negara di dunia, yang bila dilihat dari segi geografis, memiliki kesamaan dengan
Indonesia.Negara-negara kepulauan di dunia, seperti Jepang dan Filipina,masih kalah bila dibandingkan
dengan negara kepulauan Indonesia. Indonesia adalah suatu negara, yang terletak di sebelah tenggara
benua Asia, membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau sebanding dengan seperdelapan panjang keliling
Bumi, serta memiliki tak kurang dari 13.662 pulau.
Jika dilihat sekilas, hal tersebut merupakan suatu kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada
tandingannya lagi di dunia ini.Tapi bila dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan suatu kerugian
tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia. Indonesia terlihat seperti pecahan-pecahan yang
berserakan.Dan sebagai 13.000 pecahan yang tersebar sepanjang 3,5 juta mil, Indonesia dapat dikatakan
sebagai sebuah negara yang amat sulit untuk dapat dipersatukan.
Maka, untuk mempersatukan Bangsa Indonesia, diperlukan sebuah konsep Geopolitik yang benar-benar
cocok digunakan oleh negara. Sebelum menuju pembahasan tentang konsep geopolitik Indonesia, kita
akan membahas terlebih dahulu tentang kondisi serta keadaan Indonesia ditinjau dari segi geografisnya.
Ada beberapa jenis kondisi geografis bangsa Indonesia. Yaitu kondisi fisis, serta kondisi Indonesia
ditinjau dari lokasinya.
a. Kondisi Fisis Indonesia:
 Letak geografis;
 Posisi Silang;
 Iklim;
 Sumber-Sumber Daya Alam;
 Faktor-Faktor Sosial Politik
b. Lokasi Fisikal Indonesia; Keberadaan pada lokasi ini adalah faktor geopolitik utama yang
mempengaruhi perpolitikan di Indonesia. Berdasarkan kondisi fisikal, negara Indonesia berada
pada dua benua yang dihuni oleh berbagai bangsa yang memiliki karakteristik masing-masing,
yaitu benua Asia dan Australia. Selain itu, Indonesia pun berada di antara dua samudera yang
menjadi jalur perhubungan berbagai bangsa, yaitu Samudera Pasifik dan Hindia.
Lokasi fisikal Indonesia, menyebabkan negara ini menjadi suatu daerah Bufferzone, atau daerah
penyangga. Hal ini bisa dilihat pada aspek-aspek di bawah ini:

1. Politik; Indonesia berada di antara dua sistem politik yang berbeda, yaitu demokrasi Australia
dan demokrasi Asia Selatan;
2. Ekonomi; Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem ekonomi
sentral Asia;
3. Ideologi; Indonesia berada di antara ideologi kapitalisme di Selatan dan komunis di sebelah
utara;
4. Sistem Pertahanan; Indonesia berada di ntara sistem pertahanan maritim di selatan, dan sistem
pertahanan kontinental di utara.

Selain menjadi daerah Bufferzone, Indonesia pun memperoleh beberapa keuntungan disebabkan
kondisinya yang silang tersebut. Antara lain:

1. Berpotensi menjadi jalur perdagangan Internasional;


2. Dapat lebih memainkan peranan politisnya dalam percaturan politik Internasional;
3. Lebih aman dan terlindung dari serangan-serangan negara kontinental.
BAB 14

GEOSTRATEGI INDONESIA

A. PENGERTIAN GEOSTRATEGI DAN GEOSTRATEGI INDONESIA


Pengertian Geostrategi:Geostartegi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi
geografi negara untuk menentukan kebijakan, tujuan,sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional,
geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya mewujudkan
tujuan politik.
Pengertian Geostrategi Indonesia Merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi
negara Indonesia untuk menentukan kebijakan,tujuan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan
nasional bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang
strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera. Oleh karena
itu geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk kepentingan politik dan perang tetapi
untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
B. PERKEMBANGAN KONSEP GEOSTRATEGI INDONESIA
Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas Sekolah Staf dan komando
Angkatan Darat (SSKAD) Bandung tahun 1962. Isi konsep geostrategi Indonesia yang terumus adalah
pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang ditandai
dengan meluasnya pengaruh Komunis. Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknai sebagai strategi
untuk mengembangkan dan membangun kemampuan teritorial dan kemampuan gerilya untuk
menghadapi ancaman komunis di Indocina.
 Pada tahun 1965an lembaga ketahanan nasional mengembangkan konsep geostrategi Indonesia
yang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut: bahwa geostrategic Indonesia harus berupa
sebuah konsep strategi untuk me -ngembangkan keuletan dan daya tahan, pengembangan
kekuatan nasional untuk menghadapi dan menangkal ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan baik bersifat internal maupun eksternal. Dalam gagasan agak lebih progresif tapi tetap
terlihat konsep geostrategi Indonesia baru sekedar membangun kemampuan nasional sebagai
faktor kekuatan penangkal bahaya.
 Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian tentang geostrategi
Indonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia. Pada era itu konsepsi geostrategi
Indonesia dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi ketahanan nasional dengan
pendekatan keamanan dan kesejahteraan guna menjaga identitas kelangsungan serta integritas
nasional sehingga dan tujuan nasional dapat tercapai.
 Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan wujudnya dalam bentuk rumusan
ketahanan nasional sebagai kondisi, metode, dan doktrin dalam pembangunan nasional.
Pengembangan konsep geostrategi Indonesia bahkan juga dikembangkan oleh negara-negara yang
lain, bertujuan untuk:

a. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang berbasis pada aspek
ideologi, politik, sosial budaya dan hankam mupun aspek-aspek alamiah, bagi upaya
kelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa untuk mewujudkan cita-cita proklamasi
dan tujuan nasional.
b. Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam:
 Menegakkan hukum dan ketertiban (Law and Order)
 Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (Welfare and Prosperity)
 Terselenggarannya pertahanan dan keamanan (Defense and Prosperity)
 Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (Yuridical Justice and Social
Justice)
 Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (Freedom of the
People)
Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki dua sifat pokok:
a) Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan geostrategi
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
b) Bersifat developmental/pengembangan yaitu pengembangan potensi kekuatan bangsa
dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam sehingga tercapai
kesejahteraan rakyat.
C. KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI
INDONESIA
1) Perkembangan Konsep Pengertian Tannas
 Gagasan Tannas oleh Seskoad tahun 1960 an.Tannas adalah pertahanan wilayah oleh seluruh
rakyat
 Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1963 an. Tannas adalah keuletan dan daya tahan kita
dalam menghadapi segala kekuatan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang
langsung ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
 Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969 an. Tannas adalah keuletan dan daya tahan kita
menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung
ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
 Gagasan Tannas berdasar SK Menhankam/Pangab No.SKEP/1382/XII/1974. Ketahanan
Nasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, gangguan, tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar
yang langsung maupun tidak langsung, membahayakan integritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangn nasional.
 Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997. Tannas adalah kondisi dinamis yang merupakan
integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya Tannas adalah
kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju
kejayaan bangsa dan negara.
2) Hakikat Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk
dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional ini
tergantung pada kemampuan bangsa dan seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta
aspek sosial,sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. Ketahanan
Nasional mengandung makna keutuhan semua potensi yang terdapat dalam wilayah nasional,baik fisik
maupun sosial serta memiliki hubungan erat antara gatra di dalamnya secara komprehensif integral.
Kelemahan salah satu bidang akan mengakibatkan kelemahan bidang yang lain,yang dapat
mempengaruhi kondisi keseluruhan.
3) Sifat-Sifat Ketahanan Nasional
Untuk mewujudkan ketahanan nasional, dilaksanakan dengan mengelola dan
menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan terhadap sistem kehidupan nasional. Sebagai konsepsi
pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara,metode pendekatan dan
pengkajian ketahanan nasional terdiri dari pendekatan keamanan dan pendekatan kesejahteraan. Sifat-
sifat ketahanan nasional adalah sebagai berikut:
 Manunggal
 Mawas Ke Dalam
 Kewibawaan
 Berubah Menurut Waktu
 Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan
 Percaya pada diri sendiri
 Tidak tergantung pada pihak lain
4) Konsepsi Dasar Ketahanan Nasional
a. Model Asta Gatra
Model ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan manusia dan budaya yang
berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan
menggunakan kemampuannya. Model yang dikembangkan oleh Lemhanas ini menyimpulkan adanya
8 unsur aspek kehidupan nasional yaitu:
a) Aspek Tri gatra kehidupan alamiah:
 Gatra letak dan kedudukan geografi
 Gatra keadaan dan kekayaan alam
 Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
b) Aspek Panca gatra kehidupan sosial:
 Gatra ideology
 Gatra politik
 Gatra Ekonomi
 Gatra Sosial budaya
 Gatra Pertahanan keamanan
b. Model Morgenthau
Model ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jumlah gatra yang cukup banyak. Bila model
Lemhanas berevolusi dari observasi empiris perjalanan perjuangan bangsa, maka model ini diturunkan
secara analitis.
Dalam analisisnya Morgenthau menekankan pentingnya kekuatan nasional dibina dalam
kaitannya dengan negara-negara lain. Artinya, ia menganggap pentingnya perjuangan untuk
mendapatkan power position dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya maka terdapat advokasi
untuk memperoleh power position sehingga muncul strategi ke arah balanced power.
c. Model Alfred Thayer Mahan
Mahan dalam bukunya the influence Seapower on history mengatakan bahwa kekuatan
nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut memenuhi unsur- unsur sebagai berikut:
 Letak geografi
 Bentuk atau wujud bumi
 Luas wilayah
 Jumlah penduduk
 Watak nasional atau bangsa
 Sifat pemerintahan
d. Model Cline
Cline melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain. Baginya
hubungan antar negara pada hakikatnya amat dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara
lainnya termasuk di dalamnya persepsi atau sistem penangkalan dari negara lainnya.
Menurut Cline suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia memiliki potensi
geografi besar atau negara secara fisik yang wilayahnya besar,dan memiliki sumber daya manusia yang
besar pula. Model ini mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan dapat
memproyeksikan diri sebagai negara besar. Sebaliknya suatu negara dengan wilayah yang besar akan
tetapi jumlah penduduknya kecil juga tidak akan menjadi negara besar walaupun berteknologi maju.
5) Komponen Strategi Asta Gatra
Komponen strategi Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan
manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi ini. Dengan memanfaatkan dan menggunakan secara
memadai segala komponen strategi tersebut dapat dicapai peningkatan dan pengembangan kemampuan
nasional.
a. Tri Gatra, Komponen strategi tri gatra yaitu gatra geografi,sumber kekayaan alam dan
penduduk merupakan kelompok gatra yang tangible atau bersifat kehidupan alamiah.
b. Panca Gatra, Komponen strategi panca gatra yaitu gatra ideologi,politik,ekonomi,sosial
budaya dan pertahanan keamanan merupakan kelompok gatra yang intangible atau bersifat
kehidupan sosial.
6) Hubungan Komponen Strategi Antar Gatra
Hubungan komponen strategi antar gatra dalam tri gatra dan panca gatra serta antara gatra itu
sendiri terdapat hubungan timbal balik yang erat dan lazim disebut hubungan (korelasi) dan
ketergantungan (interdependency).oleh karena itu hubungan komponen strategi dalam tri gatra dan
panca gatra tersusun secara utuh menyeluruh (komprehensif integral) di dalam komponen strategi asta
gatra.

Anda mungkin juga menyukai