Disusun oleh:
BANDUNG
BAB 7
PANCASILA DAN HAK ASASI MANUSIA
Sudah menjadi jawaban umum bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dipersepsikan sangat
menghargai hak asasi manusia (HAM).Tulisan ini tidak ingin menjungkirbalikkan persepsi demikian.
Namun, seperti apa keterkaitan antara Pancasila sebagai dasar-dasar (pengaturan) HAM di Indonesia,
tampaknya perlu ditelusuri.
Pancasila secara umum dipahami mengandung arti lima dasar. Kelima dasar ini adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia,yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pengakuan atas eksistensi Pancasila ini bersifat imperatif atau memaksa. Artinya, siapa saja yang berada
di wilayah NKRI, harus menghormati Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila
juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Di sisi lain ada HAM, yaitu hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Menurut Oemar Seno Aji (1966),
HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Allah SWT, sepeti hak hidup,
keselamatan, kebebasan dan kesamaaan sifatnya tidak boleh dilangar oleh siapapun dan seolah-olah
merupakan holy area. Sementara itu, menurut Kuncoro (1976), HAM adalah hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya. G.J.Wollhof menambahkan, “HAM
adalah sejumlah hak yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat dicabut oleh
siapapun.”
HAM dalam Pancasila sesunguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 yang kemudian
diperinci di dalam batang tubuhnya yang merupakan hukum dasar,hukum yang konstitusional dan
fundamental bagi negara Republik Indonesia. Perumusan alinea pertama Pembukaan UUD
membuktikan adanya pengakuan HAM ini secara universal. Ditegaskan di awal Pembukaan UUD itu
tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia.Oleh sebab itu penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dasar-dasar HAM tertuang dalam UUD 1945 Republik Indonesia selanjutnya dapat ditemukan dalam
sejumlah pasal Batang Tubuh UUD:
Pasal 27 ayat (1): “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
Pasal 28: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
Pasal 29 ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”
Pasal 30 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”
Pasal 31 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
Hubungan antara Pancasila dan HAM di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama , melaksanakan
ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga negara
bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi
Universal tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan terhadap HAM
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan yang
sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan
perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi
HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi
atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua orang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,bernegara,dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari sila
ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang
dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas
keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan
umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu. Pemahaman HAM Indonesia sebagai
tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat berlangsung sudah cukup lama. Bagir Manan pada
bukunya“Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia” ( 2001 ) membagi
perkembangan HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu: (1) periode sebelum Kemerdekaan dan (2)
periode setelah Kemerdekaan.
Periode Sebelum Kemerdekaan. Pada periode ini ada beberapa upaya menuju diraihnya HAM seperti:
Periode ini diisi dengan Boedi Oetomo, yang telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
mengeluarkan pendapat kepada pemerintah colonial. Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan
pada hak untuk menentukan nasib sendiri.
Sarekat Islam, yang menekankan pada upaya untuk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas
dari penindasan dan deskriminasi rasial. Dan ada beberapa organisasi lain yang bergerak dengan prinsip
HAM seperti Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
Pemikiran tentang HAM pada periode ini juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara
Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak
lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak
persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk
memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan
pikiran dengan tulisan dan lisan.
Periode Setelah Kemerdekaan. Pemikiran HAM pada periode ini adalah dalam upaya pembelaan hak
untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak
kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Periode ini ditandai dengan
adanya semangat kuat untuk menegakkan HAM, walaupun pada sekitar awal tahun 1970-an sampai
periode akhir 1980-an penegakan HAM mengalami kemunduran, Pemerintah pada periode Orde Baru
bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap
HAM. Desakan bagi negara untuk makin menghormati HAM direspons dengan kelahiran Komisi
Nasional HAM, yang pada tahap-tahap awal pembentukannya menuai keraguan, namun ternyata cukup
mendatangkan optimisme. Pada periode 1998 dan setelahnya, dengan pergantian rezim pemerintahan
pada tahun 1998 terlihat dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia, misalnya dengan dilakukannya amandemen UUD 45 dan beberapa peraturan perundang–
undangan yang ada
Apabila HAM ini diklasifikasi, maka terdapat beberapa kelompok hak sebagai berikut:
Hak-hak pribadi (personal rights) meliputi kebebasan menyatakn pendapat, kebebasan
memeluk agama.
Hak-hak ekonomi (property rights) hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau menjual
serta memanfaatkannya.
Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality).
Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.
Hak-hak asasi sosial dan budaya (social and cultural rights) misalnya hak untuk memilih
pendidikan.
Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan,
peraturan dalam hal penangkapan (procedural rights).
Jadi singkat kata, dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Republik Indonesia sudah memberikan jaminan bahwa nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sejalan
dengan HAM. Oleh sebab itu, penghormatan kita terhadap HAM harus bersifat juga berskala universal.
Kita menerapkan HAM dengan tidak mengenyampingkan nilai-nilai keluhuran sebagai manusia
Indonesia.
BAB 8
ISLAM DAN PANCASILA
A. Pengertian Islam dan Pancasila.
a. Pengertian Islam.
Islam (Arab: al-islām, اإلسالم: "berserah diri kepada Tuhan") Adalah agama wahyu yang berintikan
tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di
seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam
memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: هللا, Allāh). Pengikut
ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan (Majelis Syura Partai
Bulan Bintang, 2008:10). Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia
melalui para Nabi dan Rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad
adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
b. Pengertian Pancasila.
Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno sebagai anggota Doktrit zu Tyunbi
Tjosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1 juni 1945 di Jakarta, badan ini
kemudian setelah mengalsami penambahan anggota menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Dari uraian tersebut dinyatakan: Panca adalah Lima, Sila adalah Asas atau Dasar (Kaelan &
Zubaidi, 2010:7). Untuk Lebih jelas dikutip bagian pidato beliau tersebut:
“ . . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa
namanya adalah Pantja Sila, Sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itu mendirikan Negara
Indonesia, kekal dan abadi.”
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad Yamin dalam bahasa
Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu: Panca artinya lima. Syila
artinya batu sendi, alas, dasar. Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh (Subiyanto, dkk,
1985:3).
Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India masuk ke Indonesia sehingga ajaran
Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa terutama jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian Negara
Kertagama karangan Empu Prapanca disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima pantangan
(Pancasila). Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha
(Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima larangan (mo limo/M5) : mateni (membunuh),
maling (mencuri), madon (berzina), mabok (minuman keras/candu), main (berjudi).
Jika konsekuen dengan “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” maka sudah barang tentu
negara tidak akan memberikan toleransi dan kesempatan kepada setiap aparatusnya (pejabat negara,
pegawai negri sipil, pegawai BUMN/BUMD, anggota TNI, anggota Polri, dan lainnya) melakukan
penyalahgunaan kekuasaan, seperti: pelanggaran hak asasi manusia, tindak pidana korupsi, kerusakan
lingkungan, konflik horizontal, dan hal-hal destruktif lainnya yang menimbulkan ketidakadilan dan
kerusakan, yang justru bertentangan dengan hakekat ajaran agama dan tujuan negara didirikan (Syafii,
2006:54).
a) Sila Pertama
Ada beberapa ayat dala Al-Qur’an yang maknaya sama dengan Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pada sila pertama ini mengandung ajaran ketauhidan dan keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa(Majelis Syura Partai Bulan Bintang, 2008:10). Sebagaimana tercermin dalam surat Al-
Baqarah ayat 163:
b) Sila Kedua
Pada sila kedua ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan serta untuk selalu bersikap adil dan manusia
yang beradab. Dalam alqur’an hal ini di singgung pada surat al ma’idah ayat 8. Disini dijelaksan bahwa
islam juga selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal , baik pada
diri sendiri maupun kepada orang lain dan alam (Syafii, 2006:83):
c) Sila Ketiga
Pada pancasila sila ke tiga ini memberikan dasar untuk Negara indonesia Indonesia agar bersatu menjadi
satu peratuan. Di dalam islam pun juga telah di jelaskan pula bahwa umat islam sudah seharusnya
untuk selalu bersatu dan menjaga persatuan serta kesatuan (Majelis Syura Partai Bulan Bintang, 2008:
79). Penjelasan ini disebutkan dala surat Ali Imran ayat 103:
َُُوأولَئِكَ ُهمُا ْلم ْف ِلحون
َ ُويَُْنه َْونَ ُع َِنُا ْلم ْنك َِر ِ ُويَأْمرونَ ُبِا ْل َم ْعر
َ وف َ ُم ْنك ْمُأ َّمةُيَدْعونَ ُإِلَىُا ْل َخي ِْر
ِ َو ْلتَك ْن
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.
d) Sila Keempat
Pada sila ke empat ini selaras dengan apa yang digariskan dalam al-qur’an dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana
dalam mengatasi segala permasalahan kehidupan (Syafii, 2006:84). Hal ini diterangkan dalam al qur’an
surat Shaad ayat 20:
e) Sila Kelima
Pada sila yang ke lima ini menggambarkan untuk bahwa masyarakat Indonesia harus berlaku yang adil,
makmur, aman dan damai (Majelis Syura Partai Bulan Bintang, 2008:10). Keadan masyarakat seperti
ini sudah dianjurkan dalam al-qur’an surat An Nahl ayat 81:
a. Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap bangsa artinya
adalah pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari segi internal maupun
eksternal.
b. Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama. Negara
Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa.
c. Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang memiliki pengetahuan luas,
pintar, dan intelek.
d. Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan
sosial.
Menurut Notonegoro asal mula Pancasila secara langsung salah satunya mula asal mula bahan (Kausa
Materialis) yang menyatakan bahwa “bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pacasila,
yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-
nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia”. Sejak zaman purbakala
hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan
tahun pengaruh agama-agama lokal,(sekitar) 14 abad pengaruh Hinduisme dan Budhisme, (sekitar)
7 abad pengaruh Islam, dan (sekitar) 4 abad pengaruh Kristen. Dalam buku Sutasoma karangan
Empu Tantular dijumpai kalimat yang kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya kalimat
tersebut secara lengkap berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrua,artinya walaupun
berbeda,satu jua adanya sebab tidak ada agama yang mempunyai tujuan berbeda.
Kuatnya faham keagamaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus besar pendiri bangsa
tidak dapat membayangkan ruang publik hampa Tuhan. Sejak dekade 1920-an, ketika Indonesia
mulai dibayangkan sebagai komunitas politik bersama, mengatasi komunitas kultural dari ragam etnis
dan agama, ide kebangsaan tidak terlepas dari ketuhanan. Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan
ketika dirumuskan oleh founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir.Soekarno pada Juni
1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan, “Prinsip
Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia
hendaknya ber-Tuhan.Tuhannya sendiri.Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al
Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya
menurut kitabkitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-
Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah
Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan.
Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”.Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara
yang ber-Tuhan”. Pernyataan ini mengandung dua arti pokok. Pertama pengakuan akan eksistensi
agama-agama di Indonesia yang menurut Ir.Soekarno,”mendapat tempat yang sebaik-
baiknya”.Kedua, posisi negara terhadap agama, Ir.Soekarno menegaskan bahwa “ negara kita akan
berTuhan”.Bahkan dalam bagian akhir pidatonya, Ir. Soekarno mengatakan ,”Hatiku akan berpesta
raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Hal ini relevan dengan ayat (1) dan (2) Pasal 29 UUD 1945.Jelaslah bahwa ada hubunagan antara sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi islam.
Jelaslah pula bahwa sila pertama Pancasila yang merupakan prima causa atau sebab pertama itu
(meskipun istilah prima causa tidak selalu tepat, sebab Tuhan terus-menerus mengurus makhluknya),
sejalan dengan beberapa ajaran tauhid Islam, dalam hal ini ajaran tentang tauhidus-shifat dan tauhidul-
af’al, dalam pengertian bahwa tuhan itu Esa dalam sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Ajaran ini juga
diterima oleh agama-agama lain di Indonesia.
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila,keduanya dapat berjalan salingmenunjang d
an saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh di pertentagkan.boleh
Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain.
Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi
proporsionalisas ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran
yang datang dari dua arah. Hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan
Pancasila adalah sebagai berikut:
Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara menurut
UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat diuraikan sebagai berikut:
3. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas
dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.Mahkamah Agung membawahi badan peradilan
dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama,lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara.
4. BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyatdengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang
peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
5. DPR
Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah memberikan persetujuan atas RUU
[pasal 20 (1)], mengajukan rancangan Undang-Undang [pasal 21 (1)], Memberikan persetujuan atas
PERPU [pasal 22 (2)], dan Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
[pasal 23 (1)]. UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan pengawasan.
6. Presiden
a. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR, meskipun kedudukannya
tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.
b. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power and
responsiblity upon the president).
c. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power ), juga memegang kekuasaan
legislative (legislative power ) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).
d. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
e. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden serta
mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
B.SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal- pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945,tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan yaitu
sebagai Undang-UndangDasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD 1945. UUD 1945 memberikan
pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang
sama dan sejajar, yang meliputi Presiden, MPR, DPR,DPD, BPK, MA, dan MK
1) BPK
a. Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
b. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
c. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
d. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.
2) MPR
a. Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
b. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
c. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
d. Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden.
e. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
f. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.
3) DPR
a. Posisi dan kewenangannya diperkuat.
b. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.
c. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
d. Mempertegas fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
4) DPD
a. Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan
daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan
daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
b. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.
c. Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
d. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan
kepentingan daerah.
5) Presiden
a. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara pemilihan
dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial.
b. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
c. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
d. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
e. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
f. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil
presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai
pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.
6) Kehakiman
a. Mahkamah Agung
Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24
ayat (1)].
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan
di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara
dan lain-lain.
b. Mahkamah Konstitusi
Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the
constitution).
Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan
antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil
pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah
Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekuti
Jadi menurut materi di asat dapat di simpulkan bahwa Setelah amandemen UUD 1945 banyak
perubahan terjadi, baik dalam struktur ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.Tata
urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/ Perpu, PP, Peraturan Presiden dan
Perda. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia meliputi: MPR, Presiden,
DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga pemerintahan yang bersifat khusus
meliputi BI, Kejagung, TNI, dan Polri. Lembaga khusus yang bersifat independen misalnya KPU, KPK,
Komnas HAM, dan lain-lain.
BAB 12
PEMILIHAN UMUM
A. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilu atau Pemilihan Umum yaitu prose memilih orang untuk dijadikan pengisi jabatan-jabatan politik
tertentu, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan sampai dengan kepala desa.
Pemilu adalah salah satu upaya dalam mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan
melaksanakan aktivitas retorika, hubungan politik, komunikasi massa, lobi dan aktivitas lainnya.
Pemlihan Umum pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955 dan samapi sekarang pemilu
dilakukan sebanyak 11 kali yakni pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004,
2009, dan 2014.
Adapun beberapa pengertian pemilu menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a) Ali Moertopo
Pengertian pemilu menurut Ali Moertopo adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan
kedaulatannya sesuai engan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
b) Suryo Untoro
Pengertian pemilu menurut Suryo Untoro adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara
Indonesia yang memiliki hak pilih untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam badan perwakilan
rakyat.
c) Ramlan
Pengertian pemilu menurut Ramlan adalah mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau
pencerahan kedaulatan kepaa orang atau parta yang dipercayai.
d) Morissan (2005:17)
Pengertian pemilu menurut Morissan adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat
mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Paling tidak ada tigak macam tujuan pemilihan umum,
adalah:
Menurut Prihatmoko Pemilihan Umum didalam pelaksanaannya mempunyai tiga tujuan, yaitu:
Sebagai sistem kerja untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan
umum (public policy)
Pemilu adalah sarana untuk pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan
badan perwakilan rakyat melewati wakil-wakil yang sudah dipilih atau partai yang
memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin
Pemilu sebagai sarana memobilisasi, penggerak atau penggalang dukungan rakyat kepada
Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut sera dalam proses politik.
Sedangkan tujuan pemilu dalam pelaksanaannya yang berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 2012
pasal 3 yaitu pemilu diadakan untuk memilih anggota DPR,DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Langsung, Langsung artinya masyarakat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memilih
dengang langsung dalam pemilihan umum yang sesuai dengan kehendak diri sendiri tanpa ada
penghubung
Umum, Umum artinya pemilihan umum berlaku untuk semua warga negara yang sudah
memenuhi syarat, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan,
pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial lainnya.
Bebas, Bebas artinya semua warna negara yang sudah memenuhi syarat sebagai pemilih pada
pemilu, bebas untuk menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk menjadi pembawa
aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan oleh siapa pun.
Rahasia, Rahasia artinya didalam menentukan pilihan, seorang pemilih dijamin kerahasiaan
pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak bisa diketahui oleh
orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
Jujur,Jujur artinya semua pihak yang berhubungan dengan pemilu wajib berlaku dan bersikap
jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Adil, Adil artinya didalam melaksanakan pemilihan umum, masing-masing pemilih dan peserta
pemilu memperoleh perlakuan yang sama, dan juga bebas dari kecurangan pihak mana pun.
E. Bentuk Pemilihan Umum (Pemilu)
Bentuk pemilihan umum dalam pelaksanaannya dibedakan menjadi dua yaitu pemilu langsung
dan pemilu tidak langsung.
Pemilu Langsung, Pemilu langsung adalah pemilu yang dilakukan oleh pemilih dengan
memilih secara langsung tanpa melewati lembaga perwakilan, pemilih akan mendatangi tempat
pemungutan suara (TPS) didaerah mereka untuk memberikan suara.
Pemilu Tidak Langsung, Pemilu tidak langsung yaitu pemilu yang dilaksanakan oleh para
anggota perwakilan pada lembaga perwakilan atau parlemen atau pemilu yang tidak
dilaksanakan oleh rakyat dengan langsung tetapi melewati lembaga perwakilan yaitu parlemen.
Didalam memberikan suaranya, pemilih bisa secara langsung memilih dengan cara voting atau
musyawarah mufakat sesuai kesepakatan.
F. Sistem Pemilihan Umum (Pemilu)
Definisi sistem pemilihan umum berdasarkan pendapat Dieter Nohlen terdapat dua definisi. Yaitu
pengertian sistem pemilu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, sistem pemilu adalah
segala proses yang berkaitan dengan hak pilih, administrasi pemilihan dan perilaku pemilih. Sedangkan
dalam arti sempit, sistem pemilihan umum yaitu cara dimana pemilih bisa mengekspresikan pilihan
politiknya dengan cara memberikan suara, dimana suarat tersebut ditransformasikan menjadi kursi di
parlemen atau pejabat publik. Terdapat beberapa sistem pemilu di Indonesia antara lain hak pilih, sistem
pemilihan, sistem pembangunan daerah pemilihan dan sistem pencalonan.
BAB 13
GEOPOLITIK INDONESIA
A. Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu “geo” dan “politik“. Maka, Membicarakan pengertian
geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan politik. “Geo” artinya
Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam
hal menempati suatu ruang di permukaan Bumi. Dengan demikian geografi bersangkut-paut dengan
interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan
dengan kekuasaan atau pemerintahan.Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu
kajian yang melihat masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks
teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup
wilayah, dan hirarki aktor dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi atau lokal.
Dari beberapa pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan
merujuk kepada percaturan politik internasional.Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu
wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik
mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik
antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.
Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal. Keadaan suatu
negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang mereka tempati. Hal yang paling
utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara adalah kawasan yang berada di sekitar negara itu
sendiri,atau dengan kata lain, negara-negara yang berada di sekitar (negara tetangga) memiliki pengaruh
yang besar terhadap penyelenggaraan suatu negara.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa terdapat dua golongan negara, yaitu golongan
negara “determinis” dan golongan negara “posibilitis”. Determinis berarti semua hal yang bersifat
politis secara mutlak tergantung dari keadaan Bumi/posisi geografisnya. Negara determinis adalah
negara yang berada di antara dua negara raksasa/adikuasa sehingga, secara langsung maupun tidak
langsung, terpengaruh oleh kebijakan politik luar negeri dua negara raksasa itu.
Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun peranan-peranan tersebut
adalah:
a. Aspek Historis
Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan
wilayah yang utuh adalah karena dua hal yaitu :
a) Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah, kehidupan
sebagai bangsa yang terjajah adalah penederitaaan, kesengsaraan, kemiskinan dan
kebodohan. Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri bangsa Indonesia. Politik
Devide et impera. Dengan adanya politik ini orang-orang Indonesia justru melawan
bangsanya sendiri. Dalam setiap perjuangan melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi
juga ada pengkhianat bangsa.
b) Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis wilayah Indonesia adalah
wialayah bekas jajahan Belanda.Wilayah Hindia Belanda ini masih terpisah-pisah
berdasarkan ketentuan Ordonansi 1939 dimana laut territorial Hindia Belanda adalah sejauh
3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi tersebut , laut atau perairan yang ada diluar 3 mil
tersebut merupakan lautan bebas dan berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa
yang terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar bagi bangsa
Indonesia.Keadaan tersebut tidak mendudkung kita dalam mewujudkan bangsa yang
merdeka, bersatu dan berdaulat.Untuk bisa keluar dari keadaan tersebut kita membutuhkan
semangat kebangsaan yang melahirkan visi bangsa yang bersatu. Upaya untuk mewujudkan
wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh tidak lagi terpisah baru terjadi 12 tahun
kemudian setelah Indonesia merdeka yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda mengeluarkan
pernyataan yang selanjutnya disebut sebagai Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957.
Isi pokok dari deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut territorial Indonesia tidak lagi
sejauh 3 mili melainkan selebar 12 mil dan secara resmi menggantikam Ordonansi 1939.
Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan dalam UU No.4/Prp Tahun 1960 tenatang perairan
Indonesia yang berisi :
1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia
2. Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut
3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam dari
garis dasar.
Keluarnya Deklarasi Djuanda melahirkan konsepsi wawasan Nusantara dimana laut tidak lagi sebagai
pemisah, tetapi sebagai penghubung.UU mengenai perairan Indonesia diperbaharui dengan UU No.6
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Deklarasi Djuanda juga diperjuangkan dalam forum internasional. Melalui perjuangan panjanag
akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April menerima “ The United Nation Convention On The Law
Of the Sea”(UNCLOS).Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut Indonesia diakui sebagai
negara dengan asas Negara Kepulauan (Archipelago State).
b. Aspek Geografis dan Sosial Budaya
Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia meruapakan negara bangsa dengan wialayah dan
posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan dan heterogenitas menjadikan
bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa yang satu dan utuh .Keunikan wilayah dan
heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :
Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memanndang wikayahnya sebagai ruang hidupnya
namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup
(lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan menjadikan bangsa dan
wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut
dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi nasional
Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa
wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Laut yang
menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero khatulistiwa. Sedangkan
Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu
kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara
di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh
mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV tahun
1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara kepulauan yang telah
diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957.
Hakekat dan tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebinekaan yang
mengandung arti :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi posisi, dan potensi georafi,
serta kebinekaan budaya
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijakasanaan nasional
3. Hakikat wawasan nusantara : persatuan dan nkesatuan dalam kebinekaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan fungsi-fungsi wawasan nusantara sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran, paham dan semangat kebangsaan
Indonesia.
2. Menanamkan dan memupukan kecintaan pada tanah air indonesia sehingga rela berkorban
untuk membelanya.
3. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab
warga negara yang bangga pada negara Indonesia.
4. Mengembangkan kehidupan bersama yang multikultural dan plural berdasarkan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan.
5. Mengembangkan keberadaan masyarakat madani sebagai pengembangan kekuasaan
pemerintah.
c. Indonesia Sebagai Negara Kepulauan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia merupakan suatu negeri yang amat unik. Hanya
sedikit negara di dunia, yang bila dilihat dari segi geografis, memiliki kesamaan dengan
Indonesia.Negara-negara kepulauan di dunia, seperti Jepang dan Filipina,masih kalah bila dibandingkan
dengan negara kepulauan Indonesia. Indonesia adalah suatu negara, yang terletak di sebelah tenggara
benua Asia, membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau sebanding dengan seperdelapan panjang keliling
Bumi, serta memiliki tak kurang dari 13.662 pulau.
Jika dilihat sekilas, hal tersebut merupakan suatu kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada
tandingannya lagi di dunia ini.Tapi bila dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan suatu kerugian
tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia. Indonesia terlihat seperti pecahan-pecahan yang
berserakan.Dan sebagai 13.000 pecahan yang tersebar sepanjang 3,5 juta mil, Indonesia dapat dikatakan
sebagai sebuah negara yang amat sulit untuk dapat dipersatukan.
Maka, untuk mempersatukan Bangsa Indonesia, diperlukan sebuah konsep Geopolitik yang benar-benar
cocok digunakan oleh negara. Sebelum menuju pembahasan tentang konsep geopolitik Indonesia, kita
akan membahas terlebih dahulu tentang kondisi serta keadaan Indonesia ditinjau dari segi geografisnya.
Ada beberapa jenis kondisi geografis bangsa Indonesia. Yaitu kondisi fisis, serta kondisi Indonesia
ditinjau dari lokasinya.
a. Kondisi Fisis Indonesia:
Letak geografis;
Posisi Silang;
Iklim;
Sumber-Sumber Daya Alam;
Faktor-Faktor Sosial Politik
b. Lokasi Fisikal Indonesia; Keberadaan pada lokasi ini adalah faktor geopolitik utama yang
mempengaruhi perpolitikan di Indonesia. Berdasarkan kondisi fisikal, negara Indonesia berada
pada dua benua yang dihuni oleh berbagai bangsa yang memiliki karakteristik masing-masing,
yaitu benua Asia dan Australia. Selain itu, Indonesia pun berada di antara dua samudera yang
menjadi jalur perhubungan berbagai bangsa, yaitu Samudera Pasifik dan Hindia.
Lokasi fisikal Indonesia, menyebabkan negara ini menjadi suatu daerah Bufferzone, atau daerah
penyangga. Hal ini bisa dilihat pada aspek-aspek di bawah ini:
1. Politik; Indonesia berada di antara dua sistem politik yang berbeda, yaitu demokrasi Australia
dan demokrasi Asia Selatan;
2. Ekonomi; Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem ekonomi
sentral Asia;
3. Ideologi; Indonesia berada di antara ideologi kapitalisme di Selatan dan komunis di sebelah
utara;
4. Sistem Pertahanan; Indonesia berada di ntara sistem pertahanan maritim di selatan, dan sistem
pertahanan kontinental di utara.
Selain menjadi daerah Bufferzone, Indonesia pun memperoleh beberapa keuntungan disebabkan
kondisinya yang silang tersebut. Antara lain:
GEOSTRATEGI INDONESIA
a. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang berbasis pada aspek
ideologi, politik, sosial budaya dan hankam mupun aspek-aspek alamiah, bagi upaya
kelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa untuk mewujudkan cita-cita proklamasi
dan tujuan nasional.
b. Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam:
Menegakkan hukum dan ketertiban (Law and Order)
Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (Welfare and Prosperity)
Terselenggarannya pertahanan dan keamanan (Defense and Prosperity)
Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (Yuridical Justice and Social
Justice)
Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (Freedom of the
People)
Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki dua sifat pokok:
a) Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan geostrategi
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
b) Bersifat developmental/pengembangan yaitu pengembangan potensi kekuatan bangsa
dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam sehingga tercapai
kesejahteraan rakyat.
C. KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI
INDONESIA
1) Perkembangan Konsep Pengertian Tannas
Gagasan Tannas oleh Seskoad tahun 1960 an.Tannas adalah pertahanan wilayah oleh seluruh
rakyat
Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1963 an. Tannas adalah keuletan dan daya tahan kita
dalam menghadapi segala kekuatan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang
langsung ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969 an. Tannas adalah keuletan dan daya tahan kita
menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung
ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa Indonesia.
Gagasan Tannas berdasar SK Menhankam/Pangab No.SKEP/1382/XII/1974. Ketahanan
Nasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, gangguan, tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar
yang langsung maupun tidak langsung, membahayakan integritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangn nasional.
Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997. Tannas adalah kondisi dinamis yang merupakan
integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya Tannas adalah
kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju
kejayaan bangsa dan negara.
2) Hakikat Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk
dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional ini
tergantung pada kemampuan bangsa dan seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta
aspek sosial,sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. Ketahanan
Nasional mengandung makna keutuhan semua potensi yang terdapat dalam wilayah nasional,baik fisik
maupun sosial serta memiliki hubungan erat antara gatra di dalamnya secara komprehensif integral.
Kelemahan salah satu bidang akan mengakibatkan kelemahan bidang yang lain,yang dapat
mempengaruhi kondisi keseluruhan.
3) Sifat-Sifat Ketahanan Nasional
Untuk mewujudkan ketahanan nasional, dilaksanakan dengan mengelola dan
menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan terhadap sistem kehidupan nasional. Sebagai konsepsi
pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara,metode pendekatan dan
pengkajian ketahanan nasional terdiri dari pendekatan keamanan dan pendekatan kesejahteraan. Sifat-
sifat ketahanan nasional adalah sebagai berikut:
Manunggal
Mawas Ke Dalam
Kewibawaan
Berubah Menurut Waktu
Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan
Percaya pada diri sendiri
Tidak tergantung pada pihak lain
4) Konsepsi Dasar Ketahanan Nasional
a. Model Asta Gatra
Model ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan manusia dan budaya yang
berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat dicapai dengan
menggunakan kemampuannya. Model yang dikembangkan oleh Lemhanas ini menyimpulkan adanya
8 unsur aspek kehidupan nasional yaitu:
a) Aspek Tri gatra kehidupan alamiah:
Gatra letak dan kedudukan geografi
Gatra keadaan dan kekayaan alam
Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
b) Aspek Panca gatra kehidupan sosial:
Gatra ideology
Gatra politik
Gatra Ekonomi
Gatra Sosial budaya
Gatra Pertahanan keamanan
b. Model Morgenthau
Model ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jumlah gatra yang cukup banyak. Bila model
Lemhanas berevolusi dari observasi empiris perjalanan perjuangan bangsa, maka model ini diturunkan
secara analitis.
Dalam analisisnya Morgenthau menekankan pentingnya kekuatan nasional dibina dalam
kaitannya dengan negara-negara lain. Artinya, ia menganggap pentingnya perjuangan untuk
mendapatkan power position dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya maka terdapat advokasi
untuk memperoleh power position sehingga muncul strategi ke arah balanced power.
c. Model Alfred Thayer Mahan
Mahan dalam bukunya the influence Seapower on history mengatakan bahwa kekuatan
nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut memenuhi unsur- unsur sebagai berikut:
Letak geografi
Bentuk atau wujud bumi
Luas wilayah
Jumlah penduduk
Watak nasional atau bangsa
Sifat pemerintahan
d. Model Cline
Cline melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain. Baginya
hubungan antar negara pada hakikatnya amat dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara
lainnya termasuk di dalamnya persepsi atau sistem penangkalan dari negara lainnya.
Menurut Cline suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia memiliki potensi
geografi besar atau negara secara fisik yang wilayahnya besar,dan memiliki sumber daya manusia yang
besar pula. Model ini mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan dapat
memproyeksikan diri sebagai negara besar. Sebaliknya suatu negara dengan wilayah yang besar akan
tetapi jumlah penduduknya kecil juga tidak akan menjadi negara besar walaupun berteknologi maju.
5) Komponen Strategi Asta Gatra
Komponen strategi Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan
manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi ini. Dengan memanfaatkan dan menggunakan secara
memadai segala komponen strategi tersebut dapat dicapai peningkatan dan pengembangan kemampuan
nasional.
a. Tri Gatra, Komponen strategi tri gatra yaitu gatra geografi,sumber kekayaan alam dan
penduduk merupakan kelompok gatra yang tangible atau bersifat kehidupan alamiah.
b. Panca Gatra, Komponen strategi panca gatra yaitu gatra ideologi,politik,ekonomi,sosial
budaya dan pertahanan keamanan merupakan kelompok gatra yang intangible atau bersifat
kehidupan sosial.
6) Hubungan Komponen Strategi Antar Gatra
Hubungan komponen strategi antar gatra dalam tri gatra dan panca gatra serta antara gatra itu
sendiri terdapat hubungan timbal balik yang erat dan lazim disebut hubungan (korelasi) dan
ketergantungan (interdependency).oleh karena itu hubungan komponen strategi dalam tri gatra dan
panca gatra tersusun secara utuh menyeluruh (komprehensif integral) di dalam komponen strategi asta
gatra.