Dosen Pengampu :
2020
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
Agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari aksiologi ilmu dakwah sifatnya sangat esensial, karena untuk apa
kita mempelajari suatu ilmu tanpa mengetahui manfaatnya? Adapun materi yang akan
dibahas dalam makalah ini mencakup definisi aksiologi, ilmu dakwah, apa saja yang
menjadi penguat ilmu dakwah, serta manfaat dari ilmu dakwah itu sendiri.
Rumusan Masalah
1. Rumusan masalah
a. Apakah pengertian aksiologi ilmu dakwah umum dan khusus?
b. Apakah tujuan dan manfaat ilmu dakwah?
c. Apa saja yang menjadi penguat dalam studi ilmu dakwah?
d. Bagaimana pemanfaatan ilmu dakwah?
1
2
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
BAB III : Penutup
2
BAB II
PEMBAHASAN
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti
sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai dari sudut
pandang filsafat. Pembicaraan nilai dalam bahasa yang paling umum dan sederhana
(menurut konsep orang awam) seringkali dikaitkan dengan baik dan buruk, manfaat
tidak manfaat. Sesuatu dikatakan bernilai jika ia memiliki unsur baik atau manfaat
dalam kehidupan, misalnya, nilai sebuah pisau, nilai orang, nilai sehat, nilai sebuah
barang dan nilai lain. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari ada sesuatu yang
bernilai dan ada yang diberi nilai (nilai intrinsik dan nilai instrumental). (Suisyanto,
2006)
menginginkannya. Hal ini membuatnya merasa lebih baik, tetapi ia sama sekali tak
kebenaran (QS. Fushilat: 53), mendekatkan diri kepada Allah sebagai kebenaran (QS.
Al-Dzariyat: 56), dan merealisasikan kesejahteraan untuk seluruh alam/Rahmatan lil
Alamin (QS. Al-Anbiya: 107). (Saputra, 2011a)
Aksiologis berarti teori tentang nilai, dalam kaitannya dengan Ilmu Dakwah
yang secara etimologis berarti panggilan/ajakan untuk memahami kebenaran (teologis)
Islam, maka nilai kebenaran mendasar merupakan landasan aksiologis bagi
pengembangan dakwah. Kedudukan dakwah sebagai ilmu, dapat ditemukan pada
argumen yang dapat menjawab sejauh mana dakwah memiliki kriteria sebagai ilmu.
Kriteria tersebut mencakup: pertama, sejauh mana dakwah memiliki argumen atas
struktur yang jelas dari ilmu yang menyampaikan dan mengajak orang untuk mengakui
kebenaran teologis tertentu.
4
5
Tujuan dasar ilmu menurut beberapa ahli tidak selalu sama. Seperti dikutip
Muslim A Kadir, Fred Kerlinger berpendapat bahwa tujuan dasar ilmu hanyalah
menjelaskan realitas (gejala yang ada), bagi Bronowsky, tujuan ilmu adalah
menemukan yang benar, sedangkan menurut Mario Bunge, tujuan ilmu lebih dari
sekadar menemukan kebenaran.
Tujuan dasar ilmu dakwah, dengan merujuk pada beberapa ayat al-Quran yang
relevan, adalah untuk:
5
6
Dalam dimensi aksiologis dakwah ada tiga hal yang harus dicermati dan ketiganya
akan mengandung konsekuensi yang berbeda.
6
7
Perbedaan kebudayaan antara wilayah tertentu dengan yang lain, kurun waktu
tertentu dan kurun waktu yang lain. Kondisi sosial-ekonomi tertentu dan
kondisi yang lain. Histories tertentu dan histories yang lain.
Adanya realitas bahwa diluar Islam ada komunitas lain seperti ahli kitab, orang
musyrik dan orang kafir. Yang dapat dilindungi (Dzimmi) atau diperangi
tergantung kondisi yang ada.
3. Dakwah sebagai panggilan, ajakan dan komunikasi harus merupakan dialog
bukan monolog. Keterbukaan mejadi syarat mutlak, kesediaan untuk selalu
diuji dan beradu argumen adalah syarat aksiologis yang harus ada dalam setiap
upaya menyampaikan nilai kebenaran. (Rauf, 1987)
Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua macam
tujuan, yaitu tujuan umum dakwah dan tujuan khusus dakwah
umum dan utama, di mana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan
dan diarahkan kepadanya. Tujuan utama dakwah adalah nilai – nilai atau hasil akhir
yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk
tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah
harus mengarah kesana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat global atau umum, oleh
karena itu masih juga memerlukan perumusan - perumusan secara terperinci pada
bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara ini tujuan dakwah yang utama itu
menunjukkan pengertian bahwa dakwah kepada seluruh umat, baik yang sudah
memeluk agama maupun yang masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat di
sini menunjukkan pengertian seluruh alam.
a. Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.
8
9
b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf. Muallaf
artinya orang yang baru masuk Islam atau masih lemah keislaman dan
keimanannya dikarenakan baru beriman.
c. Mengajak manusia agar beriman kepada Allah SWT (memeluk agama
Islam).
d. Mendidik dan mengajar anak – anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
1) Tujuan Praktis
2) Tujuan Realistis
Tujuan realistis adalah tujuan antara, yakni berupa terlaksananya ajaran Islam
secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan keimanan, sehingga
terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan
merealisasikan ajaran Islam secara penuh dan menyeluruh.
9
10
3) Tujuan Idealistis
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S. Yusuf : 108 )
demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang
da’i kecuali menyampaikan.
Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab
yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa
kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-
Quran 6/295).
Dari anas Ibnu Malik berkata : Rasulullah bersabda : sesungguhnya orang yang
menunjukan kepada kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang melakukan
(kebaikan itu). “ ( HR. At-Tirmizi, hadist Hasan Shahih )
11
12
orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari
Jarir bin Abdillah ra).
Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya
Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih
baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).
Di jaman Rasulullah SAW dalam sejarah agama Islam, unta merah merupakan
kendaraan yang sangat mewah kala itu. Dalam hadist di atas menjelaskan bahwa
berdakwah jauh lebih baik ketimbang harta apapun juga.
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-
ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari
yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami
mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Q.S. Al-A’raf:163)
12
13
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu
menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka
dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan
(pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” (Q.S. Al-
A’raf:164)
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan
kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat
fasik.” (Q.S. Al-A’raf:165)
“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang
melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian
yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang mendapat tempat di bawah.
Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air harus melewati orang yang
berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita membolongi bagian bawah milik kita
dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang
akan membolongi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka
maka selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari).
13
14
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran :
110)
perihal Epistimologinya ilmu Dakwah bisa ditemukan penjelasannya alam surat Al-
Isra ayat 35-36 mengungkapkan bahwa melalui proses empirisnya manusia
menemukan apa kebaikan di dunia ini. Dan pada Aksiologi, ilmu Dakwah menjadi
keilmuan mesti dipedomani setiap manusia melanjutkan misi penebar perdamaian dan
berkasih sayang kepada sesamanya. (Sambas, n.d.)
Dan kini, telah menemukan keabsahannya, teryata semua disiplin ilmu sosial
dapat membantu pengembangan ilmu Dakwah. Ini adalah keharusan dalam ilmu sosial.
Sejalan dengan perkembangannya, bahkan ada kemiripan antara ilmu sosial dan ilmu
dakwah, dimana ilmu tersebut juga menghadapi permasalahan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, manajemen, hokum dan psikologi. (Aziz, 2009)
15
16
Dalam dakwah, perlu mengetahui wasilah dan arena dakwah. Pengertian umum
tentang amar maruf dan nahi mungkarm, menyuruh kepada berbuat kebajikan dan
kasih sayang kepada golongan lemah yang melaksanakan rencana perbaikan akhlak
dan masyarakat mencegah berbuat kejahatan dan perbuatan yang merusak akhlak dan
masyarakat. Atas dasar inilah, Islam mewajibkan atas orang-orang Islam untuk
membina kesejahteraan masyarakat atas sebaik-baiknya asas kebaikan, sendi akhlak
dan gotong-royong. (Hasjmy, 1994)
rencana secara detail sesuai dengan kondisi dan keadaan mereka. Dakwah harus
bersifat integratif dalam kehidupan masyarakat, maka seharusnya dakwah dipersiapkan
dan berangkat dari dalam situasi dan kondisi masyarakat.
Da‘i dituntut untuk menjadi agen perubahan dan pembangunan dengan bahasa
dakwah dan berdakwah dalam bahasa pembangunan. Da’i harus selalu berinteraksi dan
berhubungan dengan jamaahnya, memahami dan merasakan hal-hal yang dirasakan
oleh masyarakat. Dakwah yang bernilai adalah dakwah yang secara nyata mampu
menjawab persoalan-persoalan yang muncul dalam masyarakat. Dakwah fungsional
berarti upaya menumbuhkan kesadaran umat dan membuktikan kepada umat bahwa
apabila ajaran Islam dipahami secara benar dan dilaksanakan serta diimplementasikan
dalam kehidupan maka ia akan bisa mengatasi dan mencari alternatif jalan keluar.
Untuk itu maka penjabaran dimensi rahmatan lil’ alamin ajaran Islam dalam kegiatan
dakwah merupakan jawaban yang tepat dalam mengkaji nilai dakwah. Dalam dimensi
kerahmatan ini dakwah berfungsimembuktikan validitas ajaran Islam sebagai rahmatan
lil alamin dengan cara menjabarkan nilai lslam yang normatif dalam pemahaman yang
operasional, implemen-tatif, dan fungsional. Ini berarti Islam bermanfaat dalam
kehidupan manusia. Sumbangan Islam terhadap pemecahan masalah kemanusiaan
yang makin lama makin kompleks pada abadke- 21 akan ditentukan oleh peran
dakwah. Jika dakwah berhasil, maka dakwah punya makna historis bagi generasi
penerus. Ketika al-Qur‘an dipelajari, dipahami, dan diamalkan oleh umat Islam, maka
akan berpeluang untuk menghasilkan berbagai pemecahan masalah guna menghadapi
persolan hidup. Keseriusan dan pendalaman materi dakwah menjadi salah satu kunci
untuk masuk ke pemecahan masalah. Secara teknis manfaat dakwah dalam kehidupan
akan dapat dilihat dari kiprah jurusan melalui pasa alumni yang sudah bekerja dan
berkarya dalam masyarakat, misalnya
17
18
18
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Begitu banyak manfaat yang bisa kita dapat dari mempelajari ilmu
dakwah. Ilmu dakwah bertujuan untuk membumikan ajaran Islam (Tauhid) dan
memperkenalkan Allah SWT dan Rasul-Nya kepada manusia. Dan dengan
mempelajari ilmu ini kita bisa mengetahui syarat-syarat yang harus dimiliki seorang
da'i sebagai tombak terdepan dalam kegiatan berdakwah.
Manfaat berdakwah itu sendiri sangat banyak, diantaranya adalah kita semakin
meneladani peran para rasul dalam berdakwah, berdakwah merupakan amal yang
terbaik, dan dengan berdakwah kita mendapatkan pahala yang besar dan terhindar dari
azab Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai umat muslim sekiranya penting bagi kita
untuk mempelajari dan menekuni dakwah, serta memanfaatkan platform-platform yang
tersedia di masa modern ini.
B. Saran
Beberapa saran dari kami:
1. Kami menghimbau agar para pembaca memahami isi makalah ini
sebaik-baik mungkin sehingga dapat di implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
19
20
20
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. (2000). Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Study. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubair, A. C. (n.d.). Landasan Aksiologi Ilmu. Dalam makalah intership Dosen-dosen filsafat
ilmu pengetahuan se-Indonesia. Yogyakarta.