Anda di halaman 1dari 24

AKSIOLOGI DAKWAH (UMUM DAN KHUSUS)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dakwah 2

Dosen Pengampu :

Dr. A. Ismail Ilyas. M.A.

Disusun Oleh: Kelompok 5

Muhammad Ezra Fannany (11190510000049)

Safietry Epriliani Arie (11190510000065)

Devina Puti Zakiya (11190510000071)

Bryon Rifki Saputro (11190510000084)

Muhammad Fajri Ainul Yaqin (11190510000098)

Bellya Ayu Safitri (11190510000106)

Aqeel Akbar Maulana (11190510000115)

Riska Hanifah (11190510000133)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISALAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
Agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Alhamdulillah berkat kehendak dan ridho-Nya, penyusun dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Aksiologi Dakwah Umum
dan Khusus”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Dakwah 2.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca serta bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Ciputat, 3 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

D. Metode Penulisan ......................................................................................... 2

E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 2


BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Aksiologi Dakwah Umum ......................................................... 3

B. Aksiologi Dakwah Khusus........................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Ilmu Dakwah .............................................................. 7

D. Penguat Ilmu Dakwah ................................................................................ 14

D. Pemanfaatan Ilmu Dakwah ........................................................................ 16


BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................ 19

A. Kesimpulan ................................................................................................ 19

B. Saran ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setelah kita membahas dan mempelajari mengenai Ontologi dan Epistemologi


Ilmu Dakwah, hal selanjutnya yang akan dibahas adalah tentang Aksiologi Ilmu
Dakwah. Aksiologi adalah nilai yang membicarakan bagaimana manfaat atau guna dari
pengetahuan yang sebelumnya telah kita ketahui hakikat dan cara memperolehnya
(Ontologi dan Epistemologi). Ilmu dakwah adalah ilmu yang di dalamnya terdapat
pengetahuan mengenai pengertian dan pendekatan-pendekatan agar terlaksananya
kegiatan berdakwah. Pada kasus ini, kita akan membahas mengenai manfaat atau
kegunaan ilmu dakwah di dalam praktik kegiatan dakwah itu sendiri.

Mempelajari aksiologi ilmu dakwah sifatnya sangat esensial, karena untuk apa
kita mempelajari suatu ilmu tanpa mengetahui manfaatnya? Adapun materi yang akan
dibahas dalam makalah ini mencakup definisi aksiologi, ilmu dakwah, apa saja yang
menjadi penguat ilmu dakwah, serta manfaat dari ilmu dakwah itu sendiri.

Rumusan Masalah

Agar lebih terarahnya makalah ini, penulis memberikan rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Rumusan masalah
a. Apakah pengertian aksiologi ilmu dakwah umum dan khusus?
b. Apakah tujuan dan manfaat ilmu dakwah?
c. Apa saja yang menjadi penguat dalam studi ilmu dakwah?
d. Bagaimana pemanfaatan ilmu dakwah?

1
2

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah kami uraikan sebelumnya, adapun tujuan


yang hendak penulis harapkan dalam makalah ini adalah :

a. Untuk memahami pengertian aksiologi dakwah umum dan khusus


b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat ilmu dakwah
c. Untuk mengetahui apa saja yang dapat menjadi penguat dalam ilmu dakwah
d. Untuk memahami dan mengetahui pemanfaatan ilmu dakwah
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah 2 oleh bapak Dr. A. Ismail
Ilyas, M.A.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan paper ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Metode pengumpulan data dengan library research, yaitu metode yang


menggunkan sejumlah data yang didapat dari perpustakaan.

D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis, penulis akan mengemukakan sistematika penulisan


sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
BAB III : Penutup

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi Dakwah Umum

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti
sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai dari sudut
pandang filsafat. Pembicaraan nilai dalam bahasa yang paling umum dan sederhana
(menurut konsep orang awam) seringkali dikaitkan dengan baik dan buruk, manfaat
tidak manfaat. Sesuatu dikatakan bernilai jika ia memiliki unsur baik atau manfaat
dalam kehidupan, misalnya, nilai sebuah pisau, nilai orang, nilai sehat, nilai sebuah
barang dan nilai lain. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari ada sesuatu yang
bernilai dan ada yang diberi nilai (nilai intrinsik dan nilai instrumental). (Suisyanto,
2006)

Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, aksiologi dapat dipahami sebagai


bidang telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan tujuan ilmu: apakah teori ilmu itu
hanya merupakan penjelasan objektif terhadap realitas atau teori ilmu merupakan
pengetahuan untuk mengatasi berbagai masalah yang relevan dengan realitas bidang
kajian ilmu yang bersangkutan. Tujuan dasar ilmu menurut beberapa ahli tidak selalu
sama, seperti dikutip Muslim A. Kadir dan Fred Kerlinger berpendapat bahwa tujuan
dasar ilmu hanyalah menjelaskan realitas (gejala yang ada), bagi Bronowsky tujuan
ilmu adalah menemukan yang benar sedangkan menurut Mario Bunge tujuan ilmu
adalah lebih dari sekedar menemukan kebenaran. Akan tetapi, juga mendapatkan
kesejahteraan dan kekuasaan. Menurut Mahdi Ghulsani tujuan ilmu adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan ilmu dakwah dengan merujuk pada beberapa
ayat Al-Quran yang relevan, adalah untuk menjelaskan realitas dakwah sebagai suatu
3
4

menginginkannya. Hal ini membuatnya merasa lebih baik, tetapi ia sama sekali tak
kebenaran (QS. Fushilat: 53), mendekatkan diri kepada Allah sebagai kebenaran (QS.
Al-Dzariyat: 56), dan merealisasikan kesejahteraan untuk seluruh alam/Rahmatan lil
Alamin (QS. Al-Anbiya: 107). (Saputra, 2011a)

Aksiologis berarti teori tentang nilai, dalam kaitannya dengan Ilmu Dakwah
yang secara etimologis berarti panggilan/ajakan untuk memahami kebenaran (teologis)
Islam, maka nilai kebenaran mendasar merupakan landasan aksiologis bagi
pengembangan dakwah. Kedudukan dakwah sebagai ilmu, dapat ditemukan pada
argumen yang dapat menjawab sejauh mana dakwah memiliki kriteria sebagai ilmu.
Kriteria tersebut mencakup: pertama, sejauh mana dakwah memiliki argumen atas
struktur yang jelas dari ilmu yang menyampaikan dan mengajak orang untuk mengakui
kebenaran teologis tertentu.

Kejelasan struktur menjadi sangat penting, karena kebenaran yang hendak


disampaikan oleh Ilmu Dakwah pada dasarnya merupakan kebenaran transendental
yang sering “tidak terjangkau” oleh sudut pandang ilmiah yang secara mayoritas dianut
oleh ilmuwan itu sendiri. Kedua, menyangkut kejelasan Ilmu Dakwah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara sistematik. Ketiga, menyangkut pertanggungjawaban
metodelogis dakwah sebagai Ilmu. setiap ilmu pengetahuan disamping harus dapat
menjelaskan apa yang menjadi obyek kajiannya atau obyek materialnya, juga harus
dapat mempertanggungjawabkan sudut pandang atau obyek formal yang dipakai
memahami obyek kajiannya. Keempat, sejauh mana dakwah sebagai ilmu dapat
mempertanggungjawabkan produk-produknya berangkat dari proses logika yang jelas
keterkaitan antara premis dan kesimpulannya

Menurut Sambas, aksiologi ilmu dakwah adalah:

4
5

1. Mentransformasikan dan menjadi manhaj (kaifiyah) mewujudkan ajaran


Islam menjadi tatanan Khoirul-Ummah.
2. Mentransformasikan iman menjadi amal sholeh jamaah.
3. Membangun dan mengembalikan tujuan hidup manusia, meneguhkan
fungsi khilafah manusia menurut Al-Qur’an dan Sunnah, oleh karena itu,
ilmu dakwah dapat dipandang sebagai perjuangan bagi ummat islam dan
ilmu rekayasa masa depan umat dan peradaban islam. (Zubair, n.d.)

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditegaskan, bahwa yang menjadi landasan


aksiologi ilmu dakwah adalah nilai-nilai kebenaran teologis yang bersumber dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan sosial,
sehingga nilai-nilai tersebut menjelma sebagi “rahmatan lil alamin”.

B. Aksiologi Dakwah Khusus

Katsoff menjelaskan bahwa hakikat nilai itu ada beberapa kemungkinan:

1) Nilai adalah kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan.


2) Nilai sebagai objek suatu kepentingan.
3) Nilai pragmatis (inilah hasil pemberian nilai).
4) Nilai sebagai esensi. (Kattsoff, 2004)

Tujuan dasar ilmu menurut beberapa ahli tidak selalu sama. Seperti dikutip
Muslim A Kadir, Fred Kerlinger berpendapat bahwa tujuan dasar ilmu hanyalah
menjelaskan realitas (gejala yang ada), bagi Bronowsky, tujuan ilmu adalah
menemukan yang benar, sedangkan menurut Mario Bunge, tujuan ilmu lebih dari
sekadar menemukan kebenaran.

Tujuan dasar ilmu dakwah, dengan merujuk pada beberapa ayat al-Quran yang
relevan, adalah untuk:

5
6

1) Menjelaskan realitas dakwah sebagai suatu kebenaran. “Kami akan


memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu
sendiri, seperti unsur sikap, persepsi, pengetahuan, dan tingkah laku. Jadi,
masing-masing benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”. (QS 41:53)
2) Mendekatkan diri kepada Allah sebagai kebenaran. “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”.
(QS.51:56)
3) Merealisasikan kesejahteraan untuk seluruh alam (Rahmat li al-Alamin).“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (QS.21:107) (Bagus, 2005)

Menurut Sambas, aksiologi ilmu dakwah adalah:

a. Mentransformasikan dan menjadi manhaj (kaifiyah) mewujudkan ajaran


Islam menjadi tatanan Khoirul-Ummah.
b. Mentransformasikan iman menjadi amal sholeh jamaah.
c. Membangun dan mengembalikan tujaun hidup manusia, meneguhkan fungsi
khilafah manusia menurut Al-quran dan sunnah. Oleh karena itu, ilmu dakwah
dapat dipandang sebagai perjuangan bagi umat Islam dan ilmu rekayasa masa
depan umat dan peradaban islam.

Dalam dimensi aksiologis dakwah ada tiga hal yang harus dicermati dan ketiganya
akan mengandung konsekuensi yang berbeda.

1. Perlu dijernihkan terlebih dahulu pemahaman dakwah sebagai ilmu


pengetahuan atau sebagai objek kajian atau bahkan sebuah ativitas konkrit.
2. Kesadaran akan pluralitas sebagai keniscayaan, yang meliputi:

6
7

 Perbedaan kebudayaan antara wilayah tertentu dengan yang lain, kurun waktu
tertentu dan kurun waktu yang lain. Kondisi sosial-ekonomi tertentu dan
kondisi yang lain. Histories tertentu dan histories yang lain.
 Adanya realitas bahwa diluar Islam ada komunitas lain seperti ahli kitab, orang
musyrik dan orang kafir. Yang dapat dilindungi (Dzimmi) atau diperangi
tergantung kondisi yang ada.
3. Dakwah sebagai panggilan, ajakan dan komunikasi harus merupakan dialog
bukan monolog. Keterbukaan mejadi syarat mutlak, kesediaan untuk selalu
diuji dan beradu argumen adalah syarat aksiologis yang harus ada dalam setiap
upaya menyampaikan nilai kebenaran. (Rauf, 1987)

C. Tujuan dan Manfaat Ilmu Dakwah


1. Tujuan Ilmu Dakwah
Tujuan umum dakwah ialah membumikan ajaran Islam (ajaran tauhid) dan
memperkenalkan Allah dan Rasul-Nya kepada manusia seluruhnya sehingga mereka
tampil sebagai umat terbaik yang selalu tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan
larangan Allah sebagaimana yang diperkenalkan oleh rasulullah SAW. Tujuan dakwah
dalam hal ini dapat membawa manusia kepada kebajikan, kesucian, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan keselamatan dunia dan akhirat, karena sudah merupakan fitrah
manusia sejak lahir untuk menjadi suci, sehingga manusia selalu cenderung kepada
kebaikan, kebenaran, kesucian, dan segala sifat yang identik dengan itu. (Arifin, 2000)

Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua macam
tujuan, yaitu tujuan umum dakwah dan tujuan khusus dakwah

a. Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah (Mayor Objective) merupakan sesuatu yang hendak


dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang masih bersifat
7
8

umum dan utama, di mana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditujukan
dan diarahkan kepadanya. Tujuan utama dakwah adalah nilai – nilai atau hasil akhir
yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk
tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah
harus mengarah kesana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat global atau umum, oleh
karena itu masih juga memerlukan perumusan - perumusan secara terperinci pada
bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara ini tujuan dakwah yang utama itu
menunjukkan pengertian bahwa dakwah kepada seluruh umat, baik yang sudah
memeluk agama maupun yang masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat di
sini menunjukkan pengertian seluruh alam.

b. Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan penjabaran dari


tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh
aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa
yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana, dan
sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antar juru dakwah
yang satu dengan yang lainnya hanya karena masih umumnya tujuan yang hendak
dicapai. Proses dakwah untuk mencapai dan mewujudkan tujuan utama sangatlah luas
cakupannya. Segenap aspek atau bidang kehidupan tidak ada satu pun yang terlepas
dari aktivitas dakwah. Maka agar usaha atau aktivitas dakwah dalam setiap bidang
kehidupan itu dapat efektif, perlu ditetapkan dan dirumuskan nilai – nilai atau hasil –
hasil apa yang harus dicapai oleh aktivitas dakwah pada masing – masing aspek
tersebut. (Munir, 2009) Tujuan khusus dakwah antara lain ialah :

a. Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.

8
9

b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf. Muallaf
artinya orang yang baru masuk Islam atau masih lemah keislaman dan
keimanannya dikarenakan baru beriman.
c. Mengajak manusia agar beriman kepada Allah SWT (memeluk agama
Islam).
d. Mendidik dan mengajar anak – anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

Secara umum dakwah bertujuan menciptakan suatu tatanan kehidupan individu


dan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera yang dinaungi oleh kebahagiaan baik
jasmani maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap ridha-
Nya.

Tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghallusy dan Ra`uf Syalaby


tersebut dapat dirumuskan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

1) Tujuan Praktis

Tujuan praktis dalam berdakwah merupakan tujuan tahap awal untuk


menyelamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat
yang terang benderang, dari jalan sesat kepada jalan yang lurus, dari lembah
kemusyrikan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid yang
menjanjikan kebahagiaan.

2) Tujuan Realistis

Tujuan realistis adalah tujuan antara, yakni berupa terlaksananya ajaran Islam
secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan keimanan, sehingga
terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan
merealisasikan ajaran Islam secara penuh dan menyeluruh.

9
10

3) Tujuan Idealistis

Tujuan idealistis adalah tujuan akhir pelaksanaan dakwah, yaitu terwujudnya


masyarakat muslim yang diidam – idamkan dalam suatu tatanan hidup berbangsa dan
bernegara, adil, makmur, damai, dan sejahtera di bawah limpahan rahmat, karunia dan
ampunan Allah SWT. (Pimay, 2005)

2. Manfaat Ilmu Dakwah


1) Meneladani para rasul
Ketika sekolah, kita sering diperintahkan untuk menghapal nama-nama nabi
dan rasul dan membaca kisah teladan Nabi Muhammad. Masih ingatkah Anda dengan
tugas para rasul? Para rasul adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan
dakwah kepada Allah. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita mendapatkan keutamaan
dalam berdakwah, meneladani para rasul dalam menjalankan tugas mulianya juga
sebagai bukti keutamaan cinta kepada Rasulullah.

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S. Yusuf : 108 )

2) Amal yang terbaik


Dakwah merupakan amal yang terbaik karena meneruskan tugas mulia para
nabi dan rasul dalam menyebarkan agama Allah. Sayyid Quthb rahimahullah berkata
dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang
diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan
tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan disertai
penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan
10
11

demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang
da’i kecuali menyampaikan.

Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab
yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa
kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-
Quran 6/295).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama


adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham,
tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya, sungguh dia telah mengambil
bagian yang sangat mencukupi.” (HR. Abu Dawud)

Dari anas Ibnu Malik berkata : Rasulullah bersabda : sesungguhnya orang yang
menunjukan kepada kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang melakukan
(kebaikan itu). “ ( HR. At-Tirmizi, hadist Hasan Shahih )

3) Mendapat pahala yang besar


Meneruskan tugas mulia para nabi tentunya mendapatkan pahala yang besar.
Pahala yang didapatkan si pendakwah bukan hanya sampai di dakwah saja, bahkan
ketika orang yang mendengar dakwah menyampaikan isi dakwah kepada orang lain,
maka pahalanya pun akan mengalir juga untuk si pendakwah, begitulah seterusnya
berulang-ulang hingga akhir dunia dan menjadi amal jariyah.

Sebagaimana sabda Rasul: “Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam


Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya
pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala
mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu
perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa

11
12

orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari
Jarir bin Abdillah ra).

Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya
Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih
baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).

Di jaman Rasulullah SAW dalam sejarah agama Islam, unta merah merupakan
kendaraan yang sangat mewah kala itu. Dalam hadist di atas menjelaskan bahwa
berdakwah jauh lebih baik ketimbang harta apapun juga.

4) Penyelamat dari azab Allah SWT


Dikisahkan dalam Al-Quran, sebuah kisah tentang mereka yang berdakwah
agar selamat dari azab Allah.

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-
ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari
yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami
mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Q.S. Al-A’raf:163)

12
13

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu
menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka
dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan
(pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” (Q.S. Al-
A’raf:164)

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan
kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat
fasik.” (Q.S. Al-A’raf:165)

Dari penggalan surah di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berdakwah,


akan terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari
adzab Allah. Sebagaimana sabda Rasul:

“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang
melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian
yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang mendapat tempat di bawah.
Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air harus melewati orang yang
berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita membolongi bagian bawah milik kita
dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang
akan membolongi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka
maka selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari).

13
14

5) Jalan menuju khairu ummah


Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah
disebutkan dalam Al-Quran:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran :
110)

Rasulullah SAW telah berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat


terbaik sepanjang zaman dengan dakwahnya. Beliau juga terus mencetak para penerus
dakwahnya untuk membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah
(Anshar). Dan dengan dakwahlah kita bisa kembali bangkit menuju kejayaan sebagai
khairu ummah. (Aziz, 2004)

D. Penguat dalam Ilmu Dakwah


Mulanya, keilmuan dakwah di Indonesia sempat dipertentangkan melalui
diskusi, kuliah umum, dan seminar kajian Islam. dikarenaka sejak mencuat dikemukan
oleh beberapa pakar keilmuan Islam, ilmu tersebut belum menemukan cabang
keilmuannya; Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi. Akan tetapi lambat laun, akhirnya
banyak pakar mencoba untuk menjelaskan secara mendetail bahwa ontologi ilmu
dakwah itu mengarahkan kepada rentangan sejarah nubuwah (kenabian)
menyampaikan sesuatu yang menjadi petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi umat
muslim sejak dahulu hingga kini, bisa ditelusuri dari surat An-Nahl 89. Kemudian,
14
15

perihal Epistimologinya ilmu Dakwah bisa ditemukan penjelasannya alam surat Al-
Isra ayat 35-36 mengungkapkan bahwa melalui proses empirisnya manusia
menemukan apa kebaikan di dunia ini. Dan pada Aksiologi, ilmu Dakwah menjadi
keilmuan mesti dipedomani setiap manusia melanjutkan misi penebar perdamaian dan
berkasih sayang kepada sesamanya. (Sambas, n.d.)

Dan kini, telah menemukan keabsahannya, teryata semua disiplin ilmu sosial
dapat membantu pengembangan ilmu Dakwah. Ini adalah keharusan dalam ilmu sosial.
Sejalan dengan perkembangannya, bahkan ada kemiripan antara ilmu sosial dan ilmu
dakwah, dimana ilmu tersebut juga menghadapi permasalahan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, manajemen, hokum dan psikologi. (Aziz, 2009)

Pada beberapa referensi buku kajian dakwah, adanya beberapa definisi


berkenaan dengan ilmu dakwah di antaranya, sebagai keilmuan yang menghadirkan
proses internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran islam dalam kehidupan
masyarakat (Saputra, 2011b). Boleh juga disebut dengan ilmu yang fokus pada upaya
atau proses penyampaian ajaran islam baik melalui proses elaborasi islam maupun
kondisi konsolidasi. (Amin, 2013)

Dakwah merupakan kegiatan dimana terdapat seorang dai (pendakwah) dan


mad’u (jamaah) yang bersosial di dalamnya dengan membawa proses interaksi sosial
di dalamnya. Sosial menjadi hal yang tampak pada proses berlagsungnya dakwah.
Tatkala dai dan mad’u telah berada dalam area bersama maka ini menjadi penanda
hubungan sosial mereka sedang terjalin.

Selanjutnya, definisi dakwah mendekati kesempurnaan maknanya bisa kita


telusuri dari pernyataan Ali Hasjmy. Menurutnya dakwah, yaitu usaha untuk mengajak
orang lain untuk menyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat Islam dengan terlebih
dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.

15
16

Dalam dakwah, perlu mengetahui wasilah dan arena dakwah. Pengertian umum
tentang amar maruf dan nahi mungkarm, menyuruh kepada berbuat kebajikan dan
kasih sayang kepada golongan lemah yang melaksanakan rencana perbaikan akhlak
dan masyarakat mencegah berbuat kejahatan dan perbuatan yang merusak akhlak dan
masyarakat. Atas dasar inilah, Islam mewajibkan atas orang-orang Islam untuk
membina kesejahteraan masyarakat atas sebaik-baiknya asas kebaikan, sendi akhlak
dan gotong-royong. (Hasjmy, 1994)

Sejalan dengan dilibatkan persoalan agama ke dalam masalah kajian sosiologi


menjadi hal yang sepatutnya terjadi. Mengingat selama ini, manusia seringkali di saat
merasa resah, gelisah dan bimbang dengan apa saja problema kehidupan pada akhirnya
menghadirkan jalinan antara hamba dan tuhan demi mengharap ketenangan jiwa. Maka
oleh karena itu, menurut penulis ini alasan yang bisa menjelaskan posisi ilmu dakwah
sebagai sisi penguat untuk sebuah disiplin ilmu alternaif menyelesaikan masalah
seluruh umat beragama di dunia, yaitu sosiologi dakwah.

E. Pemanfaatan Ilmu Dakwah

Dakwah merupakan usaha membangun dan mengembangkan masyarakat


karena itu dakwah harus bersifat intergratif, menyatu dengan kehidupan masyarakat
dan membangun kesadaran tunggal akan makna dan misi pembangunan serta
perubahan dalam situasi kehidupan masyarakat yang komplek,dakwah harus dapat
membaca peluang. Dakwah harus mampu memanfaatkan celah guna menyatukan visi
dan misi dakwah dengan kehidupan vang dialami masyarakat. Menyatu dengan
kehidupan dalam hal ini bukan berarti larut di dalamnya, namun kegiatan dakwah harus
dijabarkan melalui kegiatan-kegiatan sosial yang aktual, sehingga hasil dan dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat. Dakwah harus berpijak pada dasar persoalan dan
kebutuhan masyarakat yang tengah dialami. Dakwah harus melibatkan partisipasi
masyarakat semaksimal mungkin, sehingga masyarakat dapat ikut merumuskan
16
17

rencana secara detail sesuai dengan kondisi dan keadaan mereka. Dakwah harus
bersifat integratif dalam kehidupan masyarakat, maka seharusnya dakwah dipersiapkan
dan berangkat dari dalam situasi dan kondisi masyarakat.

Da‘i dituntut untuk menjadi agen perubahan dan pembangunan dengan bahasa
dakwah dan berdakwah dalam bahasa pembangunan. Da’i harus selalu berinteraksi dan
berhubungan dengan jamaahnya, memahami dan merasakan hal-hal yang dirasakan
oleh masyarakat. Dakwah yang bernilai adalah dakwah yang secara nyata mampu
menjawab persoalan-persoalan yang muncul dalam masyarakat. Dakwah fungsional
berarti upaya menumbuhkan kesadaran umat dan membuktikan kepada umat bahwa
apabila ajaran Islam dipahami secara benar dan dilaksanakan serta diimplementasikan
dalam kehidupan maka ia akan bisa mengatasi dan mencari alternatif jalan keluar.
Untuk itu maka penjabaran dimensi rahmatan lil’ alamin ajaran Islam dalam kegiatan
dakwah merupakan jawaban yang tepat dalam mengkaji nilai dakwah. Dalam dimensi
kerahmatan ini dakwah berfungsimembuktikan validitas ajaran Islam sebagai rahmatan
lil alamin dengan cara menjabarkan nilai lslam yang normatif dalam pemahaman yang
operasional, implemen-tatif, dan fungsional. Ini berarti Islam bermanfaat dalam
kehidupan manusia. Sumbangan Islam terhadap pemecahan masalah kemanusiaan
yang makin lama makin kompleks pada abadke- 21 akan ditentukan oleh peran
dakwah. Jika dakwah berhasil, maka dakwah punya makna historis bagi generasi
penerus. Ketika al-Qur‘an dipelajari, dipahami, dan diamalkan oleh umat Islam, maka
akan berpeluang untuk menghasilkan berbagai pemecahan masalah guna menghadapi
persolan hidup. Keseriusan dan pendalaman materi dakwah menjadi salah satu kunci
untuk masuk ke pemecahan masalah. Secara teknis manfaat dakwah dalam kehidupan
akan dapat dilihat dari kiprah jurusan melalui pasa alumni yang sudah bekerja dan
berkarya dalam masyarakat, misalnya

17
18

1) Ilmu Dakwah dapat mengatasi masalah penyiaran Islam serta


mengembangkannya dalam kehidupan masyarakat melalui Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
2) Ilmu Dakwah dapat mengatasi persoalan individu keluarga dan
masyarakaat dalam kehidupan mereka melalui layannan bimbingan dan
konseling Islam yang dikembangkan Jurusan BKI.
3) Ilmu ilmu Dakwah dapat mengatasi masalah urbanisasi, marginalisasi,
kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat lewat Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam
4) Ilmu Dakwah dapat mengatasi masalah kesejahteraan sosial melalui
layanan sosial di masyarakat melalui partisipasi Jurusan Kesejahteraan
Sosial Islam
5) Ilmu Dakwah dapat mengatasi persoalan manajemen dan pegelolaan
dakwah yang ada di masyarakat melalui partisipasi Jurusan Manajemen
Dakwah.

18
19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Begitu banyak manfaat yang bisa kita dapat dari mempelajari ilmu
dakwah. Ilmu dakwah bertujuan untuk membumikan ajaran Islam (Tauhid) dan
memperkenalkan Allah SWT dan Rasul-Nya kepada manusia. Dan dengan
mempelajari ilmu ini kita bisa mengetahui syarat-syarat yang harus dimiliki seorang
da'i sebagai tombak terdepan dalam kegiatan berdakwah.

Setiap hasil dari kajian ilmu harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah


(metodologis dan substantif). Selain itu, juga tanggung jawab ilmiah akan menguji
keabsahanan, reliabilitas, dan validitas dari hasil kajian yang telah dilakukan.
Tanggung jawab sosial atau moral hasil kajian ilmu akan ditagih kebermanfaatannya
bagi kehidupan manusia. Ketika sebuah kajian dinilai bermanfaat, maka akan
dipertahankan bahkan dikembangkan, begitu sebaliknya.

Manfaat berdakwah itu sendiri sangat banyak, diantaranya adalah kita semakin
meneladani peran para rasul dalam berdakwah, berdakwah merupakan amal yang
terbaik, dan dengan berdakwah kita mendapatkan pahala yang besar dan terhindar dari
azab Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai umat muslim sekiranya penting bagi kita
untuk mempelajari dan menekuni dakwah, serta memanfaatkan platform-platform yang
tersedia di masa modern ini.

B. Saran
Beberapa saran dari kami:
1. Kami menghimbau agar para pembaca memahami isi makalah ini
sebaik-baik mungkin sehingga dapat di implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

19
20

2. Kami berharap para pembaca dapat memupuk dan memahami nilai-nilai


yang dituju ketika ingin melaksanakan dakwah di dalam jiwa serta
mengamalkannya dengan ilmu yang dimilikinya.
3. Kami berharap agar pembaca dapat memberikan krtitik dan saran yang
membangun mengenai makalah ini, karena penulis meyakini bahwa
makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”, karena keterbatasan
kemampuan penulis. Serta kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. M. (2013). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Arifin, M. (2000). Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Study. Jakarta: Bumi Aksara.

Aziz, M. A. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.

Aziz, M. A. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.

Bagus, L. (2005). Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hasjmy, A. (1994). Dustur Dakwah Menurut Al-Quran. Jakarta: Bulan Bintang.

Kattsoff, L. O. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Munir, A. dan S. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta.

Pimay, A. (2005). Strategi dan Metode Dakwah. Jakarta.

Rauf, A. K. S. A. (1987). Dirasah Fi Dakwah al-Islamiyah. Kairo: Dar El-Tiba`ahAl-


Mahmadiyah.

Sambas, S. (n.d.). Landasan Ilmiah Ilmu Dakwah: Perspektif Mizan Al-Quran.

Saputra, W. (2011a). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Saputra, W. (2011b). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Suisyanto. (2006). Pengantar Filsafat Dakwah. Yogyakarta: TERAS.

Zubair, A. C. (n.d.). Landasan Aksiologi Ilmu. Dalam makalah intership Dosen-dosen filsafat
ilmu pengetahuan se-Indonesia. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai