Anda di halaman 1dari 7

CITRA DA’I

Muhammad Syirojuludin dan Nur Inda Sari


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN PONOROGO 2021

Abstrak

PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat merupakan salah satu miniatur
pemerintahan sebuah negara.Karena di masyarakatlah sebuah sistem keteraturan
diberlakukan.Sistem keteraturan yang dimaksud adalah tata nilai yang masih dipertahankan
seperti etika dan moral dalam cakupan agama. Bersentuhan dengan nilai dalam ajaran agama,
maka masyarakat perlu mengetahui dan mengerti dengan benar persepsi terhadap penyampai
ajaran agama tersebut.Secara sederhana dalam Islam penyampaian ajaran agama
biasanya disebut dakwah dan orang yang berperan sebagai penyampai ajarannya disebut Da’i.
Di kalangan umat muslim sendiri sebutan Da’i sudah memasyarakat. Sosok da’i
mereka kenal sebagai orang yang mengerti dan memahami betul seluk beluk ajaran agama
Islam.Bukan hanya itu, melalui prilaku keseharian Da’i yang patut diteladani oleh
masyarakat.Misalnya peduli dengan keresahan dan kebimbangan masyarakat dalam
memaknai kehidupan beragama. Dan diharuskan setiap muslim hendak menyampaikan
dakwah secara profesional seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menentukan
keberhasilan suatu dakwah, dari keprbadian yang bersifat rohani maupun yang bersifat fisik.
PEMBAHASAN
1. Tugas Da’i
Secara bahasa citra dapat diartikan sebagai gambar atau gambaran, sedangkan
secara istilah citra adalah gambaran yg dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi, maupun produk atau citra dapat juga diartikan suatu kesan kuat
yang melekat pada banyak orang tentang seseorang, sekelompok orang atau tentang suatu
institusi.1
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa citra da’i adalah orang yang melaksanakan
dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan yang baik secara individu kelompok
atau berbentuk organisasi atau lembaga (mubaligh) atau istilah lain orang yang
menyampaikan ajaran islam dengan kesan kuat yang melekat pada banyak orang tentang
seseorang, sekelompok orang atau tentang suatu institusi secara konsisten dan dalam
waktu yang lama berperilaku baik atau berprestasi menonjol maka akan terbangun kesan
pada masyarakatnya bahwa orang tersebut adalah sosok yang baik dan hebat.2
Manusia diciptakan Allah dengan dibekali kelebihan akal, agar dengan akalnya ia
dapat membedakan mana hal-hal yang baik bagi dirinya dan mana hal-hal yang buruk.
Dan Allah SWT menciptakan manusia sebagai Khalifa di muka bumi dan pemimipin di
bumi, Allah swt mengutus para Nabi dan Rasul kemudian dilanjutkan oleh para
pengemban dakwah islamiah untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada umat
manusia agar mereka mencapai kebenaran yang dikehendaki Allah. Karena itu, secara
garis besarnya bahwa para da’i memiliki beberapa tugas essensial di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Mengajak Manusia Bertauhid Kepada Allah Swt
Tauhid berarti mengesakan Allah yaitu menjadikan Allah Swt sebagai satu-
satunya yang patut untuk disembah, tempat memuja dan meminta pertolongan, serta
menjauhi segala bentuk perbuatan syirik. Tugas mulia ini merupakan tugas utama
para Nabi dan Rasul. Nabi Muhammaad saw, sebagai penutup dan akhir seluruh Nabi
dan Rasul mendakwahi umat manusia dalam menyebarkan aqidah dan tauhid.
b. Menyeru Umat Manusia Hanya Untuk Beribadah Kepada Allah
Tugas selanjutnya para da’i adalah mengajak manusia supaya beribadah hanya
kepada Allah. Beribadah kepada Allah artinya tunduk, taat dan patuh kepada-Nya
serta senantiasa menjauhi larangan-Nya.
1
Aris Risdiana, “Konsep Diri Seorang Da’i Dalam Menjawab Peluang Dan Tantangan,” Jurnal
Dakwah Vol. 14, No.2 (2014). 438.
2
Risdiana. 439.
c. Menyampaikan Ajaran Allah Kepada Manusia
Ajaran-ajaran Allah, baik yang berupa perintah maupun larangan disampaikan
kepada manusia, sedangkan yang bertugas menyiarkannya adalah seorang di antara
mereka yang telah dipilih oleh Allah untuk tugas itu dan orangorang yang diberikan
hidayah oleh Allah untuk melanjutkan amanah risalah islamiyah itu sendiri. Tanpa
hal itu tidak mungkin manusia mengetahui ajaran-ajaran Allah.
d. Memberikan Hidayah (Petunjuk) Kepada Umat Manusia
Tugas para Nabi dan da’i adalah memberikan hidayah kepada umatnya menuju jalan
yang benar (al-shirat almustaqim). Hidayah (petunjuk) secara umum terbagi menjadi
dua, yaitu hidayah dalam pengertian taufiq dan hidayah dalam pengertian bimbingan
dan penerangan (alIrsyad al-Bayan).3
e. Memberikan Teladan Yang Baik
Sebagai seorang dai tidak hanya bertugas untuk menyeru kepada kebaikan tetapi juga
sebagai teladan yang mengubah perilaku manusia dari yang buruk menjadi baik. Dai
bertugas sebagai uswatun hasanah di masyarkat.
f. Memperingatkan Manusia Tentang Kehidupan Akhirat
Para da’i dari berbagai agama berpendapat bahwa kematian bukanlah
merupakan akhir dari kehidupan ini, di mana sesudah itu tidak ada lagi kehidupan.
Mereka meyakini bahwa sesudah manusia mati, ia akan mendapatkan kehidupan lagi.
Di sinilah tugas para da’i yang memberitahukan sekaligus memperingatkan manusia
tentang adanya kehidupan akhirat.
g. Mengajak Kepada Keseimbangan Hidup Dunia Dan Akhirat
Kehidupan akhirat merupakan tempat akhir bagi seluruh manusia. Maka
sebagai manusia yang beragama tidaklah seorang muslim hanya mengejar kehidupan
dunia yang merupakan kehidupan dengan penuh kepalsuan, maka seharusnya
manusia menyeimbangkan antar kehidupan dunia dengan akhirat. Tugas para da’i
adalah meluruskan orientasi manusia agar ia mau menjadikan dunia yang diibaratkan
setetes air itu untuk meraih kebahagiaan dirinya di akhirat yang diibaratkan air laut.4
Muhammad Sayyid al-Wakil menambahkan tugas dan kewajiban para da’i itu adalah:
1) Konsentrasi penuh dalam dakwah, artinya berkecimpung dalam medan dakwah
sepenuhnya tidak setengah-setengah dengan selalu penuh optimisme dalam
menarik masyarakat, merupakan kewajiban pokok bagi juru dakwah. Karena bila

3
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007). 109.
4
Mubarok. 110.
ia juga sibuk dengan pekerjaan sambilannya, maka tugas pokoknya (dakwah)
tersebut akan menjadi terbengkalai.
2) Mencintai kebaikan (kemaslahatan) bagi manusia.
3) Menghindari bergaul dengan orang-orang yang bodoh dan dungu.5

2. Sistem Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan yang terjadi antara satu
orang komunikator dengan satu orang atau lebih komunikan baik secara verbal maupun
non verbal.
a. Ciri –ciri Komunikasi Interpersonal :
1) Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan
terlebih dahulu. Maksudnya, bahwa biasanya komunikasi interpersonal terjadi
secara kebetulan tanpa rencana sehingga pembicaraan terjadi secara spontan.
2) Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun tidak
terencana.
3) Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satu cirri khas
komunikasi interpersonal adalah adanya timbale balik bergantian.
4) Komunikasi interpersonal biasanya dalam suasana kedekatan atau cenderung
menghendaki keakraban.
5) Komunikasi interpersonal dalam pelaksanaannya lebih menonjol dalam
pendekatan psikologis daripada unsure sosiologisnya. Hal ini karena adanya
unsur kedekatan atau keakraban yang terbatas pada dua ataudengan paling
banyak tiga individu saja yang terlibat. Sehingga faktor-faktor yang
mempengruhi kejiwaan seseorang lebih mudah terungkap.6
b. Tujuan Komunikasi Interperonal
1) Menemukan Diri Sendiri
2) Menemukan Dunia Luar
3) Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
4) Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
5) Untuk Bermain Dan Kesenangan
6) Untuk Membantu Orang Lain dalam Berkomunikasi.7
5
Faiza, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana Media, 2011). 109.
6
Lalu Ahmad Zaenuri, “Eksistensi Da’i Dalam Tilikan Al-Qur’an,” Jurnal Tasamuh Vol. 11, No. 2
(June 2014). 298.
7
Ali Moh Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2008). 89.
c. Efektifitas Komunikasi Intelektual
1) Keterbukaan (Openness)
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.
2) Empati (empathy)
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan:
a) Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik
yang sesuai
b) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik, serta
c) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3) Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness).
4) Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: pertama, menyatakan sikap positif dan kedua, secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
5) Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers,
kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.8
d. Proses komunikasi interpersonal
1) Encoding adalah suatu aktivitas internal pada diri komunikator untuk
menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang
disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan
karakteristik komunikan.
2) Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri komunikan. Melalui
3) indera, ia mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa
kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalaman-
pengalaman yang mengandung makna. Decoding adalah proses memberi makna.
8
Zaenuri, “Eksistensi Da’i Dalam Tilikan Al-Qur’an.” 303.
4) Respon, yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai
sebuah tanggapan balik terhadap pesan yang telah diterimanya.9
e. Hambatan – hambatan Komunikasi Interpersonal
1) Interaksi
2) Kultur
3) Experience (pengalaman)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Pada Da’i


a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal –hal
lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai factor – factor personal. Yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakterisrik orang yang
memberikan respon pada stimuli itu.
b. Faktor Structural
Faktor – factor structural semata – mata berasal dari sifat stimuli fisik dan
efek – efek saraf yang ditimbulkannya oleh system saraf individu. Para Psikolog
Gestalt, kohler, wartheimer (1959) dan Koffka, merumuskan persepsi yang bersifat
structural, yang kemudian disebut dengan prinsip Gestalt, menurut teori gestalt yang
pertama kali diperkenalkan oleh Max Wertheimer (1912), bahwa dalam pengamatan
atau persepsi, suatu stimulis ditangkap secara keseluruhan bukan penjumlahan
rangsangan – rangsangan kecil. Menurut teori ini apabila kita mempersepsi sesuatu,
kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan.
c. Faktor Perhatian
Perhatian adalah proses mental dimana kesadaran terhadap suatu stimuli lebih
menonjol, dan pada saat yang sama terhadap stimuli yang lain melemah. Sedangkan
penarik perhatian sendiri dapat datang dari luar atau pun dalam diri da’i.
d. Faktor Internal
1) Faktor Biologis
2) Faktor Sosiopsikologis.10

KESIMPULAN
9
Selly Oktaviani, “Citra Seorang Da’i Di Media Sosial,” Jurnal Mediakita Vol. 3, No. 2 (July 2019).
156.
10
Noormawanti, “Konsep Diri Seorang Da’i,” Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol. 01, No. 2
(2014). 222.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan  bahwa citra da’i adalah orang yang
melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan yang baik secara
individu kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga (mubaligh) atau istilah lain orang
yang menyampaikan ajaran islam dan dakwah yang sungguhnya sangat mengharuskan da’i-
da’i agung yang memiliki jiwa besar, sebesar ajaran yang akan didakwahinya, mempunyai
wawasan yang berwawasan luas dan berkemampuan mengesankan serta menghidupkan nilai-
nilai keislaman dalam hati setiap umat islam. Berarti bahwa da’i  itu sendiri haruslah lebih
dahulu mengerti dari dakwahnya dari pada pendengarnya. Dengan begitu dia akan mampu
menjadi penggerak dan pengendali dari dakwah tersebut. Oleh karena itu melaksanakan
dakwah bukanlah pekerjaan yang mudah, baik dari sisi pelaku maupun dari sisi penerima
seruan.Sebab dakwah tidak bisa di terima oleh setiap manusia atau mad’u.

DAFTAR PUSTAKA
Faiza. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana Media, 2011.

Moh Aziz, Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2008.

Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007.

Noormawanti. “Konsep Diri Seorang Da’i.” Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol. 01,
No. 2 (2014).

Oktaviani, Selly. “Citra Seorang Da’i Di Media Sosial.” Jurnal Mediakita Vol. 3, No. 2 (July
2019).

Risdiana, Aris. “Konsep Diri Seorang Da’i Dalam Menjawab Peluang Dan Tantangan.”
Jurnal Dakwah Vol. 14, No.2 (2014).

Zaenuri, Lalu Ahmad. “Eksistensi Da’i Dalam Tilikan Al-Qur’an.” Jurnal Tasamuh Vol. 11,
No. 2 (June 2014).

Anda mungkin juga menyukai