Penyusun :
Husnul Khatimah 022 2015 0301
Fauziyah Rahmat 022 2017 0050
1. Bapak Dr. H. Abdul Kodir, M.Ag., selaku dosen mata kuliah yang telah
membantu penulis selama menyusun makalah ini;
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi kami untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini;
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penyususn
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………...01
B. Rumusan Masalah……………………………………………..01
C. Tujuan…………………………………………………………01
D. Manfaat………………………………………………………..01
BAB II PEMBAHASAN
C. Tujuan Akhlak………………………………………………...03
a) Pengertian Hikmah………………………………….....04
b) Pengertian Syaja’ah……………………………………05
c) Pengertian Iffah………………………………………..06
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan suatu perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga menjadi kepribadiannya. Karena sifatnya yang mendarah
daging, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Dengan demikian, baik atau buruknya seseorang dilihat dari perbuatannya.
Induk akhlak islami yang akan dibahas pada makalah maksudnya adalah
sikap adil dalam melakukan suatu perbuatan. Dari sikap adil tersebut akan muncul
beberapa teori pertengahan, karena sebaik-baiknya perkara (perbuatan) itu terletak
pada pertengahannya, hal ini apa yang telah Nabi sabdakan,Artinya : “Sebaik-
baiknya urusan (perbuatan) adalah yang pertengahan”. (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, agar lebih jelasnya lagi tentang induk akhlak, di dalam
makalah ini akan membahas apa yang dimaksud dengan induk akhlak, serta ketiga
macam induk akhlak yang muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi sohaniah yang terdapat dalam diri
manusia : akal, amarah dan anfsu syahwat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sumber akhlak?
2. Apa yang dimaksud dengan induk akhlak?
C. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sumber akhlak.
2. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan induk akhlak.
D. Manfaat
1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian sumber akhlak.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan mengenai induk akhlak.
01
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber-Sumber Akhlak
Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan al-Hadits rasul adalah pedoman hidup
yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan
sumber akhlaqul karimah.
02
B. Konsep Akhlak Dalam Ajaran Islam
C. Tujuan Akhlak
Orang yang bertaqwa berarti orang yang berakhlak mulia, berbuat baik dan
berbudi luhur. Oleh karena itu, ibadah disamping latihan spiritual juga merupakan
latihan sikap dan meluruskan akhlak.
03
D. Macam-macam Induk Akhlak
Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga
perbuatan utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau ksatria), dan
iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam induk akhlak
ini muncul dari sikap adil yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran),
ghadab (amarah), dan nafsu syahwat (dorongan seksual).
1. Unsur ilmu, yaitu adanya ilmu yang shahih yang dapat memisahkanantara
yang hak dan yang bathil, berikut tentang rahasia, faedah danseluk-beluk
sesuatu.
2. Unsur jiwa, yaitu terhujamnya ilmu tersebut kedalam jiwa yang ahlihikmah,
sehingga ilmu tersebut mendarah daging dengan sendirinya.
3. Unsur amal perbuatan, yaitu ilmu pengetahuannya yang terhujam kedalam
jiwanya itu mampu memotivasi dirinya untuk berbuat.Dengan perkataan
lain, perbuatanya itu dimotori oleh ilmunya yangterhujam kedalam jiwanya
itu.
04
b. Pengertian Syaja’ah
Syaja’ah dalam bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan,
syaja’ah atau berani yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap
sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau
keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Seorang pengecut sukar
didapatkan sikap sabar dan berani.
Selain itu syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi
dimedan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat
menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
05
c. Pengertian Iffah (Al-iffah)
Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari
segalatuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan hendaklah
dilakukan setiapwaktu agar diri tetap berada dalam keadaan kesucian.
Hal ini dapatdilakukan muali memelihara hati (qalbu) untuk tidak
membuat rencanadan angan-angan yang buruk.
06
Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan
atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam
diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang
berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut.
Akal yang digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah, sedangkan amarah
yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat
yang digunakan secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri
dari perbuatan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada
sikap adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia.
Demikian pentingnya bersikap adil ini di dalam al-Qur’an kita jumpai berbagai ayat
yang menyuruh manusia agar mampu bersikap adil. Untuk itu perhatikanlah ayat-
ayat di bawah ini
Artinya :“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. (QS. Al-
Maidah : 8).
07
Ayat-ayat tersebut secara keseluruhan bertemakan perintah berbuat adil yang
dihubungkan dengan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti bertakwa kepada
Allah, menetapkan keputusan yang bijaksana, berbuat kebajikan, memberi makan
kepada kaum kerabat, menjauhi perbuatan keji dan munkar serta perbuatan yang
menimbulkan permusuhan.
Dengan demikian ayat tersebut dapat dipahami bahwa keadilan erat kaitannya
dengan timbulnya berbagai perbuatan terpuji lainnya. Berikut ini akan dijelaskan
ketiga macam induk akhlak yang muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan
atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam
diri manusia :
1. Akal
Sebaliknya akhlak yang buruk atau tercela pada dasarnya timbul disebabkan
oleh penggunaan dari ketiga potensi rohaniah yang tidak adil. Akal yang digunakan
secara berlebihan akan menimbulkan sikap pintar busuk atau penipu; dan akal yang
digunakan terlalu lemah akan menimbulkan sikap dungu atau ediot. Dengan
demikian akal yang digunakan secara berlebihan atau terlalu lemah merupakan
pangkal timbulnya akhlak yang tercela.
08
2. Amarah
Penggunaan amarah secara pertengahan itu sejalan pula dengan hadits nabi
yang artinya : “Orang yang gagah perkasa itu bukanlah orang yang kuat
tenaganya, tetapi orang yang gagah itu adalah orang yang dapat menahan
amarahnya jika marah”. (HR. Ahmad).
09
3. Nafsu syahwat
10
Namun sifat jabbar (Maha Memaksa), kohhar (Maha Mengalahkan) misalnya
menunjukkan pada kekerasan Tuhan. Sifat-sifat yang tampak saling kontradiktif ini
dapat dipertemukan melalui sikap pertengahan. Dengan demikian secara struktural
sifat-sifat Tuhan yang lainnya berada di bawah koordinasi sifat adil. Sifat jabbar
dan kohhar akan tetap positif apabila digunakan secara seimbang atau digunakan
sesuai dengan kadar dan tempatnya. Dengan demikian sifat adil atau seimbang
menjadi koordinator dari sifat-sifat lainnya.
Dalam hubungan ini orang misalnya dapat menerapkan sifat kohhar dan jabbar
pada anaknya, tetapi hal itu dilakukan dengan cukup perhitungan dan dalam
semangat kasih sayang. Demikian juga halnya Tuhan terhadap manusia.
Teori pertengahan sebagai dikembangkan di atas memang tidak luput pula dari
kritik. Para peneliti bidang akhlak dalam hubungan ini mengatakan bahwa teori
tengah-tengah sebagaimana dikemukakan Aristoteles dan diikuti oleh Ibnu
Miskawaih dan para filosof akhlak lainnya tidak sepenuhnya dapat diterima.
Menurut para pengritik, bahwa keutamaan tidak selalu berada pada titik tengah.
Keutamaan sebenarnya berada pada titik yang jauhnya tidak sama dari dua sisi
keburukan.
11
Para pengritik lebih lanjut memberi contoh, bahwa sikap dermawan misalnya
adalah lebih dekat kepada sikap boros dibandingkan pada sifat kikir. Demikian pula
sifat berani lebih dekat kepada sifat membabi buta dibandingkan dengan sifat
pengecut. Demikian seterusnya dengan sifat-sifat lainnya.
Teori pertengahan hanya terbatas pada akhlak yang dasarnya adalah bersumber
pada penggunaan potensi rohaniah: akal, amarah dan nafsu syahwat yang
digunakan secara pertengahan. Jika teori pertengahan yang merupakan sumber
akhlak tersebut dihubungkan dengan Al-Qur’an, tampak kata-kata adil dalam al-
Qur’an digunakan untuk berbagai peristiwa dan aktivitas kehidupan. Ini
menunjukkan bahwa teori pertengahan sebagai timbulnya akhlak yang mulia tidak
bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an. Namun demikian untuk menunjukkan
contoh-contoh bentuk perbuatan dalam hubungannya dengan teori pertengahan, Al-
Qur’an tidak selamanya menggunakan kata adil, misalnya:
12
Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam menggambarkan keadaan yang adil atau
pertengahan, Al-Qur’an jauh lebih lengkap, mendetail dan komprehensif
dibandingkan yang diberikan para folosof lainnya.
Dr. Hamzah Yakub membagi keadilan-keadilan menjadi dua bagian. Adil yang
berhubungan dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan
kemasyarakatan.
13
Allah berfirman dalam Al-Quran: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu jadi orang-orang yang menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum,
mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah [5] : 8)
Keadilan adalah ketetapan Allah bagi kosmos atau alam raya ciptaan-Nya,
karena menurut ajaran Islam keadilan adalah prinsip yang merupakan hukum
seluruh hajat raya. Oleh karenanya melanggar keadilan adalah melanggar hukum
kosmos dan dosa ketidak adilan akan mempunyai dampak kehancuran tatanan
masyarakat manusia. (Nurcholish Majid).
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sumber akhlak adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber
akhlak, wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik.
2. Akhlak secara garis besar dapat dibagi dua bagian, yaitu akhlak yang
baik (al-akhlak al karimah) dan akhlak yang buruk (al-akhlak al-
mazmumah).Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk
kepada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah
(perwira atau ksatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan
maksiat).
Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap
pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi
rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql (pemikitan) yang
berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu
syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djatmika, Rachmat. 1996. Sistem Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panji Mas
http://aprianiika.blogspot.com/2014/11/induk-akhlak-islami-makalah.html
http://fouriainsyekhnurjati.blogspot.com/
https://andyyjr20.blogspot.com/2017/03/makalah-sumber-akhlak.html
16