Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

FILSAFAT, PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN


ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN
KEJURUAN

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sapto Haryoko,M.Pd

OLEH:
Muh. Faisal
181052003010
SAMPUL

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH swt, yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
filsafat ilmu dengan tema “FILSAFAT, PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN ASUMSI
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN”.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah filsafat ilmu dan sebagai bahan referensi
pembelajaran bagi pembaca dan kami pribadi tentang filsafat, prinsip, karakteristik
dan asumsi pendidikan teknologi kejuruan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat makalah ini.
Satu harapan yang kami inginkan semoga karya tulis ini dapat berguna
bagi pembaca dan kami juga berharap kritik dan saran dari pembaca atas segala
kekurangan dalam laporan hasil wawancara ini.

Makassar, 11 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 7
1.3 TUJUAN ................................................................................................ 7
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 9
2.1 Filosofi Pendidikan Teknologi Kejuruan ................................................. 9
2.2 Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan ............................................... 10
2.3 karakteristik pendidikan teknologi kejuruan. ......................................... 15
2.4 Asumsi Pendidikan Teknologi Kejuruan. .............................................. 17
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................ 21
3.1 kesimpulan .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 22
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak
asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan
bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan
gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat
warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga
mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani
dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU


Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 amat mendasar dalam memberikan landasan
filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan, seperti
filosofi pendidikan nasional berdasarkan filsafat Pancasila, paradigma pendidikan
dan pemberdayaan manusia seutuhnya, paradigma pembelajaran sepanjang
hayat berpusat pada peserta didik.

Secara mendasar landasan filsafat Pancasila menyiratkan bahwa sistem


pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang diciptakan
oleh Tuhan dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin pembangunan
kehidupan yang berharkat dan bermartabat, sebagai makhluk yang mampu
menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Oleh karena
itu, pendidikan merupakan upaya memberdayakan peserta didik untuk
berkembang menjadi manusia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan
memegang dengan teguh norma-norma agama dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu, maupun makhluk
sosial.

Pendidikan nasional merupakan upaya pemenuhan hak-hak asasi manusia


dan proses pembudayaan nilai-nilai keadilan dan keberadaban dalam diri peserta
didik menuju terwujudnya masyarakat yang berbudaya dan bermartabat.
Pendidikan nasional bertumpu pada norma dan nilai persatuan bangsa
dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik untuk memelihara keutuhan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka nation and character
building bangsa Indonesia. Pendidikan nasional yang bertumpu pada norma
kerakyatan dan demokrasi memberdayakan lembaga dan tenaga kependidikan
sehingga mereka mampu membantu peserta didik berkembang menjadi manusia
yang memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan
nasional yang bertumpu pada nilai- nilai keadilan sosial diwujudkan melalui
penyelenggaraan pendidikan yang merata dan bermutu bagi seluruh bangsa serta
menjamin penghapusan segala bentuk diskriminasi dan terlaksananya
pendidikan untuk semua dan semua untuk pendidikan dalam rangka
mewujudkan masyarakat berkeadilan sosial.

Paradigma pendidikan dan pemberdayaan manusia seutuhnya yang


memperlakukan anak sebagai subyek merupakan penghargaan terhadap anak
sebagai manusia yang utuh, yang memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya
secara maksimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, dan
kinestetik. Anak tidak lagi dipaksakan untuk menuruti keinginan orang tua,
sebaliknya orang tua hanya sebagai fasilitator untuk menolong anak menemukan
bakat atau minatnya. Demikian juga guru sebagai fasilitator membantu anak untuk
menemukan bakatnya serta menolongnya agar mampu memaksimalkan potensi
yang ada pada dirinya sehingga dapat bertumbuh dengan wajar dan mampu
mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang dimilikinya. Guru bukan hanya
memberikan pembelajaran yang dibutuhkan melainkan juga memberikan teladan
hidup dan mengembangkan kreativitas peserta didik.

Paradigma pembelajaran sepanjang hayat berarti bahwa pembelajaran


merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir
hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna.
Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung secara terbuka melalui jalur formal,
nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat tidak
dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu. Pembelajaran dengan sistem terbuka
diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program
lintas satuan dan jalur pendidikan (multi entry-multi exit system). Dengan
paradigma ini baik peserta didik maupun pendidik menjadi subyek pembelajar
yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, dan inovatif.

Pendidik dan peserta didik dapat belajar sambil bekerja atau mengambil
program-program pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda
secara terpadu dan berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka, jarak jauh,
ataupun secara otodidaktif. Pendidikan multimakna diselenggarakan dengan
berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan akhlak mulia, budi
perkerti luhur, dan watak, kepribadian, atau karakter unggul, serta berbagai
kecakapan hidup (life skills).

Pembangunan pendidikan nasional adalah suatu usaha yang bertujuan


untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, dan
modern. Pembangunan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya
menyeluruh dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan harkat dan martabat
bangsa. Keberhasilan dalam membangun pendidikan dapat memberi kontribusi
besar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan.
Dalam konteks demikian pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai
dimensi yang sangat luas: yang meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi dan
politik.
Dalam perspektif budaya, pendidikan merupakan wahana penting dalam
medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan
menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat
memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan
jati diri bangsa. Bahkan peran pendidikan menjadi lebih penting lagi ketika arus
globalisasi demikian kuat, yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya yang
acapkali bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia.
Dalam konteks ini, pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk membangun
kesadaran kolektif (Collective conscience) sebagai warga bangsa dan
mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya,
ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.

Dunia pendidikan merupakan ruang yang selalu bersentuhan langsung


dengan manusia. Pendidikan yang berkwalitas akan memberikan kemajuan bagi
umat manusia dari berbagai segi kehidupan. Satuan pendidikan pendidikan yang
ada di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal
dimulai dengan Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Sedangkan model penyelenggaraan pendidikan terbagi terbagi dua yakni
pendidikan umum/ akademik dan pendidikan kejuruan/ vokasi/ professional.
Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk mempersiapkan peserta
didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi
lowongan pekerjaan di dunia industri. Untuk dapat bekerja dan bersaing di industry
maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki kompetensi nyakni
kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia
kerja dan ada pengakuan resmi terhadap kemampuan tersebut.

Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum.


Pendidkan kejuruan yaitu menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan
dengan permintaan pasar (demand driven). Kebersambungan (link) diantara
pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan kecocokan
(match) diantara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan
ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat dari tingkat
mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang
pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya. Pendidikan vokasi
melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun pendidikan kejuruan
tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang
tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya
dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur
organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-
aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum. Oleh Karena itu,
prinsip, karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang akan di
bahas pada bab selanjutnya, yaitu :

a) Bagaimana Filsafat Pendidikan Teknologi Kejuruan?


b) Apa saja prinsip-prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan?
c) Bagaimana karasteristik Pendidikan Teknologi Kejuruan?
d) Bagaimana asumsi Pendidikan Teknologi Kejuruan?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :

a) Untuk mengetahui bagaimana Filsafat Pendidikan Teknologi Kejuruan.


b) Untuk mengetahui prinsip-prinsip PTK.
c) Untuk mengetahui karakteristik PTK di Indonesia.
d) Untuk mengetahui asumsi pendidikan teknologi kejuruan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Ketika berbicara mengenai Landasan filosofis Indonesia, maka hal pertama


yang harus diingat bahwa negara kita adalah negara yang dengan asas pancasila.
Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya
termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia
ke empat. Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila.
Pernyataan tersebut menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi negara
Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan berkembangnya negara
Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis ini dapat
diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati
diri bangsa. Karena Pancasila adalah dasar Negara Indonesia, implikasinya maka
Pancasila juga adalah dasar pendidikan nasional. Sejalan dengan ini Pasal 2
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”
menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara ng berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Karenanya
sistem pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas
Pancasila itu.

Sistem pendidikan nasional dan sistem filsafat pendidikan Pancasila adalah


sub sistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain sistem negara
Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem
kehidupan nasional bangsa Indonesia secara keseluruhan.Tegasnya tiada sistem
pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Jadi, jelas bahwa tidak mungkin
sistem pendidikan nasional Pancasila dijiwai dan didasari oleh sistem pendidikan
yang lain, kecuali Filsafat Pendidikan Pancasila. Untuk merumuskan konsep
landasan filosofis PTK yang sesuai dan sinkron dengan kondisi dan asas
pancasila, maka dalam perumusan konsep filosofis PTK di Indonesia harus di
dasari pada landasan yang sesuai dengan jati diri bangsa. Adapun landasan
filosofis yang berkembang dan mempengaruhi PTK di Indonesia yaitu Filosofi
Essensialisme dan Eksistensialisme, namun seiring dengan berbagai situasi dan
kondisi di Indonesia, di temukan indikasi pergeseran aliran filosofis menuju ke arah
aliran filosofi Pragmatisme. Berbagai landasan filosofis pendidikan tersebut tetap
perlu kita kaji dengan tujuan untuk memahaminya, memilah dan memilih gagasan-
gagasannya yang positif yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila
untuk diambil hikmahnya demi pengembangan dan memperkaya kebudayaan
(pendidikan) kita.
Hal ini juga membutuhkan kajian secara mendalam, apakah berbagai aliran
tersebut sesuai dengan kondisi perkembangan PTK di indonesia, adapun
beberapa aliran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Aliran filosofi Essensialisme Filosofi esensialisme yang menekankan bahwa


pendidikan kejuruan dan vokasi harus berfungsi dan relevan dengan berbagai
kebutuhan, baik kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, maupun
kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektor pembangunan nasional.
Esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan
dirinya dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial,
ketenaga kerjaan serta religi dan moral. filosofi esensialisme dimana
pendidikan kejuruan dan vokasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar
tenaga kerja.
2. Aliran filosofi Ekstesialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus
mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan
merampasnya. Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan
harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal
mungkin, Hal ini sejalan dengan penjelasan UU no 20 tahun 2003, bahwa
pendidikan teknologi kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk memasuki
dunia kerja.Dalam peranannya pada pendidikan teknologi kejuruan, Aliran ini
juga menekankan pada budaya lama yang ada di masyarakat, contohnya
disiplin yang menunjang pelaksanaan pendidikan teknologi kejuruan dalam hal
praktek.
3. Aliran filosofi liberalisme ini menekankan kebebasan individu dalam
pemanfaatan dan pemberdayaan potensi diri dalam pendidikan teknologi dan
kejuruan. Biasanya terdapat kesadaran pribadi terhadap bakat dan potensi
yang dimiliki. Sehingga tanpa paksaan dan dorongan dari orang lain,
seseorang terjun dalam pendidikan teknologi kejuruan, dapat di lihat bahwa
ada upaya pembebasan diri dan peningkatan kualitas diri berdasarkan
kapabilitas dan kemampuan diri sendiri.
4. Aliran fiosofi pragmatism. Dalam proses perkembangan PTK di
Indonesia,terjadi berbagai perubahan filosofis, dimana dapat di lihat dari aliran
filosofis essensialisme, hingga indikasi pergeseran ke aliran filosofis
pragmatism, dalam aliran ini menekankan tentang bagaimana memecahkan
suatu masalah yang di hadapi, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi,
dalam peranannya terhadap pendidikan teknologi kejuruan, juga menekankan
pada hal yang bersifat praktis sebagai aktualisasi.

2.2 Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan

a. Prinsip pendidikan kejuruan menurut Dr. Charles Allen Prosser.


Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) adalah seorang praktisi dan
akademisi Amerika Serikat yang sering dianggap sebagai bapak pendidikan
kejuruan, terutama di Amerika. Prosser juga adalah seorang guru Fisika dan
Sejarah di New Albany High School dan mendapatkan gelar PhD dari
Columbia University. Di kalangan akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan
di Indonesia, Prosser cukup dikenal sebagai penyusun 16 Prinsip Pendidikan
Vokasi atau sering juga disebut sebagai 16 Dalil Prosser.
Prosser yakin bahwa sekolah harus membantu para siswanya untuk
mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus maju
dalam karir. Prosser yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk publik
sebagai alternatif terhadap sekolah umum yang sudah ada. Sekolah
vokasional yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelajaran untuk
berbagai jenis pekerjaan yang ada di industri. Prosser percaya bahwa
pendidikan vokasional di jenjang sekolah menengah atas akan mampu
menjadikan para siswa lebih independen. Lihat juga analisis penerapan
prinsip-prinsip Prosser ini dalam pedidikan vokasional di Indonesia.
Prosser terkenal dengan prinsip-prinsipnya dalam pendidikan vokasional.
Adapun 16 prinsip tersebut terdapat dalam buku "Vocational Education in a
Democracy" (Prosser & Quigley, 1950).
1. The training environment is the working environment itself or a replica of
the working environment. (Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan
dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan
bekerja).
2. The training jobs are carried on in the same way as in the occupation itself.
(Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-
tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang ditetapkan di tempat kerja).
3. The trainee is trained specifically in the manipulative habits and thinking
habits required in the occupation itself. (Pendidikan kejuruan akan efektif
jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang
diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri).
4. The training helps the trainee to capitalize his interests and abilities to the
highest possible degree. (Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat
memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan
keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi).
5. The training is given to those who need it, want it, and are able to profit by
it. (Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau
pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya,
yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya).
6. Adequate repetitive training in experiences from the occupation fixes right
habits of doing and thinking to the degree necessary for employment.
(Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-
ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya).
7. The instructor is himself master of the skills and knowledge he teaches.
(Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan).
8. Training is carried to the point where it gives the trainee a productive ability
with which he can secure employment or hold employment. (Pada setiap
jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang
agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut).
9. Training meets the market demands for labor whatever these may be in any
given occupation.( Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan
pasar).
10. Training is given on actual jobs and not in exercises or pseudo jobs (Proses
pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan
diberikan pada pekerjaan yang nyata).
11. The content of the training which is taught is obtained from masters from
the occupation, not theorists. (Sumber yang dapat dipercaya untuk
mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari
pengalaman para ahli okupasi tersebut).
12. This teaching contents applies so directly and specifically to the occupation
that it has functioning value for this occupation only. (Setiap pekerjaan
mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lain).
13. The training needs of any group are met at the time they most require help
and in the way that gives the most help. (Pendidikan kejuruan akan
merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan
seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
dilakukan lewat pengajaran kejuruan).
14. The particular characteristics of those it serves are considered --both in
methods of instruction and in personal relations with learners. (Pendidikan
kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan
hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik tersebut).
15. The administration is elastic and fluid. (Administrasi pendidikan kejuruan
akan efisien jika luwes).
16. The funds expended on training are at least sufficient to permit good
training to be done (Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan
jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan
beroperasi).

b. Prinsip Pendidikan adn Kejuruan Menurut Miller

Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller


juga memberikan 8 prinsip sebagai berikut:

1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan


kejuruan khususnya pada proses awal pendidikan itu sendiri.
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan
merupakan bagian dari masyarakat (public system).
3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan
dunia kerja/ dunia industry.
4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu
pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat
menengah.
5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan
kejuruan.
6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui
pendidikan kejuruan.
7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan
kejuruan.
8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan
dapat dilakukan melalui pendidikan kejuruan.

c. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Melvin L. Barlow.

Sedangkan menurut Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of


Vocational Education dalam American Vocational Journal (1967),
menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang pendidikan vokasi atau kejuruan
(vocational education). Ada 7 poin penting yang dikemukakan, yaitu:

1. Vocational education is a national concern. Pendidikan vokasi adalah


hal penting yang merupakan concern atau kepedulian tingkat nasional.
2. Vocational education provides the common defense and promotes the
general welfare. Pendidikan vokasi yang efektif akan bermanfaat bagi
pertahanan negera (seperti dukungan pada saat kondisi perang), serta
mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi warga negara dan
keluarganya.
3. Vocational preparation of youth and adults is a public school
responsibility. Sekolah publik memainkan peranan penting dalam
menyiapkan generasi muda dan juga warga dewasa untuk
mempersiapkan pekerjaan mereka.
4. education requires a sound basic education. Pendidikan vokasi
memerlukan adanya fondasi dasar yang baik dan kuat dari jenjang
sekolah sebelumnya agar dapat sukses. Hal ini disebabkan makin
tingginya teknologi yang diapakai di berbagai bidang pekerjaan.
5. Vocational Education is planned and conducted in close cooperation
with business and industry. Hal ini adalah fondasi penting keberhasilan
pendidikan vokasi, umumnya melalui komite penasihat (advisory
committee) yang terdiri dari kalangan bisnis dan industri.
6. Vocational education provide the skills and knowledge valuable in the
labor market. Materi pembelajaran ditentukan berdasar analisis
kebutuhan pasar kerja, dibutuhkan juga studi penempatan dan tindak
lanjut terhadap para lulusan agar diketahui bagaimana hasil program
diterima, dimanfaatkan dan dimodifikasi di pasar kerja.
7. Vocational education provides continuing education for youth and
adults. Pendidikan vokasi tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga harus
ada di industri dan berbagai program vokasi untuk orang dewasa, hal
ini berkontribusi nyata meningkatkan tingkat intelegensia (industrial
intelligence) tenaga kerja. Permasalahan dalam pelatihan ulang
(retraining) dan pembelajaran sepanjang hayat adalah elemen penting
yang membentuk pendidikan vokasi yang kuat.

PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di
lingkungan kerja. Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan
dunia kerja dan dunia industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan
prasarana. Ketersediaannya bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya
akan memberikan pengalaman belajar yang hampir sama dengan di lapangan
sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung dengan dunia industri,
telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang diharapkan.
Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya
yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat
melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu,
kerjasama dengan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini.
Misalnya menerima peserta didik.

1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di


industri karena tidak tersedianya alat dan bahan di sekolah
2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu peserta didik belajar di
industri dan di sekolah, dan
3. Prakerin yaitu kegiatan belajar/praktek peserta didik yang murni
dilakukan sepenuhnya di industri.

Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus


berstandar dan selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat
bagi peserta didik.Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber
daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus
menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam
menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan
nasional, oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual
yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah arah. Dan juga pendidikan
teknologi dan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional
yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan
mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi
dengan perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu
ditanamkan pada peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan
teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan
pentingnya keinginan sukses dalam kariernya sepanjang hayat. Oleh karena
itu, arah pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada permintaan
pasar kerja. Orientasi berdasarkan permintaan pasar dapat dilakukan dengan
pengembangan kurikulum yang mempertimbangan perkembangan dunia
industri.

2.3 karakteristik pendidikan teknologi kejuruan.


Bagi indonesia, dengan dikelurkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen srta
pembentukan badan standarisasi nasional pendiidkan (BSNP) menunjukkan
adaya upaya pemerintah dan dewan perwakilan rakyat RI dalam membenahi
sistem pendidikan nasional. Namun proses ini pun diperkiran masih memerlukan
waktu yang panjang karena standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSBN
(PP No. 19 tahun 2005 pasal 2 ayat 1) belum menampakkan sebgai hasil yang
optimal dalam arti masih perlu diuji coba dan disempurkan.

Untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam hal


ini adalah departemen pendidikan nasional (depdiknas), maka setiap satuan
pendidikan terlebih dahulu harus mengembangkan kurikulum dengan mengacu
pada pedoman-pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah dimana
satuan pendidikan (sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat sepuluh
karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan kurikulum, yakni:

1. Orientasi
2. Justifikasi
3. Fokus
4. Standar
5. Keberhasilan disekolah
6. Perindustrian dan masyarakat
7. Keterlibatan pemerintah
8. Responsiveness
9. Logistik dan pembiayaan

Untuk memahami tentang pendidikan kejuruan, semestinyalah kita harus


memahami karakteristik pendidikan kejuruan terlebih dulu. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum,
yaitu:
1. Orientasi pendidikan kejuruan
Sebagai suatu sistem pendidikan yang bertujuan mempersiapkan
lulusannya memasuki lapangan kerja, maka orientasi pendidikan kejuruan
haruslah tertuju kepada keberhasilan belajar berupa output atau lulusannya
yang dapat dipasarkan di pasar tenaga kerja. Lebih jauh keberhasilan
program pendidikan kejuruan secara tuntas berorientasi pada penampilan
para lulusannya kelak di lapangan kerja.
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan program pendidikan kejuruan perlu alasan atau
jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum.
Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan tenaga
kerja di lapangan kerja atu industri baik jasa maupun barang.
3. Fokus kurikulumnya
Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada aspek skill material
saja, tetapi juga menekankan kepada aspek belajar yang lainnya.
Rangsangan dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan
kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang
mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan
integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi
lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini
termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan
kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan
2 kriteria yaitu keberhasilan di sekolah (in school success) dan out of school
succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi
persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja,
sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan
lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja,
pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang
tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang
pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang
dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan
perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara
realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan
logistik yang lain. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan umum
yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat
sekolah kejuruan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan sekolah umum.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung
dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan
matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal
balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum
kejuruan (curriculum advisory commitee), kesediaan dunia usaha
menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang
memungkinkan kesempatan pengalaman belajar di lapangan.

Dalam implementasinya, ketujuh karekteristik pendidikan kejuruan tersebut


di atas, mempunyai implikasi dan konsekuensi yang luas terhadap proses
perencanan kurikulum pendidikan kejuruan itu sendiri. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum
seperti yang dijelaskan diatas.

2.4 Asumsi Pendidikan Teknologi Kejuruan.

Adapun Asumsi dalam penyelenggaraan PTK antara lain :

a. PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable


Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap
kerja baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK
yang merupakan salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut
mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah,
masyarakat dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga
kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi
dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang
dapat bersaing di pasar industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan industri, yang didukung oleh
sarana dan prasarana praktikum yang memadai.
b. PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk
dapat berkompetensi di DUDI.
Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja
dimana pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan
qualifikasi dan kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan bekerja.
Perusahaan bersedia bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan
ada beberapa alasan dan keuntungan yaitu dengan memberikan training
maka keberadaanya dinyatakan sebagai lembaga yang mmeberikan
pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung dinikmati
oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat
memperoleh hasil dari perusahaan.
c. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum.
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam
pencapaian kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain
pihak menuntut peserta didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang
pro kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang
menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada
peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja.
Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara
antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan
pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung
lebih banyak dari jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang
berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan SMU yang dibekali dengan
muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan kejuruan lebih berfokus
kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah memproduksi
peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di bidang
tertentu. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun
pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan
kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih
cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut
dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan
dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan
maupun pengembangan karir peserta didik.
d. PTK didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan
dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan
keterampilan/ life skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik
yaitu memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan usaha mandiri
untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK
merupakan investasi besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa.
Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di
Indonesia pada tahun 90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik,
dibanding Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan yang menyebabkannya? Bila
dipelajari, salah satu kebijakan pemerintahan China yang mendukung
perkembangan industri di China adalah adanya pengembangan Vocational
School yang disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-
industri rumahan. Vocational School dberikani support penuh oleh Pemerintah
China agar berkembang menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang
ada diminta berpartner dengan Vocational School Industri. SDM nya terdiri
dari peserta didik2 yang dilatih dengan real praktek (learning by doing) dan
dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga berjalan dengan waktu,
China yang semula mempunya produk2 yang dikenal dengan kualitasnya
yang kurang baik (ini dikarenakan merupakan hasil produksi yang baru
mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring dengan waktu adanya
improvement yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk
dengan kualitas nomor 1. Sekarang China menjadi tempat produksi segala
jenis manufaktur/industri produk dari sebagian besar merk terkenal di dunia,
apakah itu produk jepang, jerman, amerika dll dari mulai otomotif (motor,
mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat oleh di china yang notabene
merupakan hasil dari pengembangan vocational school industri yang
didukung pemerintah dan industrinya.
e. PTK seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi
dan kecepatan mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara
konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of
return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan
memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di
samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat
balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan
dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut
tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik. Relevansi
sekolah kejuruan adalah seberapa besar lulusannya dibutuhlkan oleh dunia
usaha dan dunia industri. Sekolah kejuruan harus benar – benar dievaluasi
seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan terhadap dunia
kerjadan terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis
dengan dunia industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia
industri dengan cepat sesuai dengan bidang keahliannya.
f. PTK hendaknya diarahkan memenuhi tenaga kerja dilingkungannya
Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya
pemerintah daerah dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti
apa keunggulan daerahnya. Berdasarkan produk keunggulan daerahnya,
maka dibangun kompetensi sumber daya manusianya. Misalnya di Bali yang
terkenal dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah fokus pada
pembangunan Kompetensi keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa
Tengah yang terkenal sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture,
dibangun kompetensi yang berbasis kerajinan furniture. Di Papua yang kaya
emas dan juga kayunya, dibangun komptensi keahlian emas dan kayu.
Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan berbeda
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Jika selama ini kita masih sibuk
menghabiskan anggaran untuk membangun infra struktur, misalnya gedung,
sekolah dan perlengkapannya atau mengundang investor membangun
industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita arahkan untuk
pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi. tanpa
adanya “link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala
peralatan, gedung dan investasi menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa
banyak gedung sekolah dengan segala peralatannya yang canggih tidak
berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat
menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi
unggulan daerah. Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga
diberikan kepada lembaga pelatihan industri yang sudah terbukti berhasil,
misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil dibidang otomotif, tidak
perlu membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana tersebut
misalnya kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan
otomotifnya. Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada
Panasonic Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik
yang selama ini hanya untuk melayani kebutuhan internal.
g. PTK di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan
tenaga kerja pemula
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and
Match” antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.
Bedanya setiap tahun besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu
mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang saja sebagai
negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam penempatan
tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi pencari
kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang
di industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku
yang memadai, maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.
h. PTK adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian
nasional.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik
menjadi manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran
yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam
kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya
memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan
manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia semata mata
sebagai factor produksi karena pembangumnan ekonomi memerlukan
kesadaran sebagai warga ne gara yang baik dan bertanggung jawab serta
produktif. Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan
semakin produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas
nasional dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 kesimpulan

Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan


bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang
keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan professional dan juga siap
melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan teknologi dan kejuruan akan efektif jika lingkungan peserta didik
dilatih seperti replica di lingkungan kerja. Untuk menciptakan suatu suasana
belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia industri, diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya bengkel yang lengkap
dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar yang hampir
sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung
dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai
yang diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka
diperlukan biaya yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah
kejuruan dapat melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan.

Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik.


Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara
keseluruhan, namun tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum. Oleh
Karena itu, prinsip, karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan


masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa
struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku
yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial
yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media
pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Academia. Filsafat Pendidikan Kejuruan.pdf. https://www.academia.edu


/30901736/Filsafat_Pendidikan_Kejuruan.pdf?auto=download. Diakses
pada tanggal 26 September 2018
Calhoun, C.C dan Finch A.V. 1982. Vocational Education: Conceptand Operations.
Belmount California: Wads Worth Publishing Company.
Dakwah Digital. 2014. Landasan Filosofis, Teoritis Dan Yuridis.
https://dakwahdigital.blogspot.com /2014/08/landasan-filosofis-teoritis-dan-
yuridis.html Diakses pada tanggal 26 September 2018
Ghufron, Muh. 2017. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Kalimedia
Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho. 2008. Kebijakan pendidikan: Pengantar untuk
memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai
kebijakan publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M. Irfan Islamy. 2009. Prinsip-prinsip perumusan kebijaksanaan negara. Jakarta:
Bina Aksara.
Majid, Ismal. 2012. Landasan filosofi dan yuridis pendidikan teknologi kejuruan.
https://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-
pendidikan-teknologi-kejuruan/. Diakses pada tanggal 28 September 2018
Mangun, Tatang. 2009. Filosofi fasar penelitian tindakan kelas.
https://tatangmanguny.wordpress.com/2009/08/22/filosofi-dasar-penelitian-
tindakan-kelas/. Diakses pada tanggal 28 September 2018
Marwa. 2017. Tugas Filsafat Ilmu. http://marwalimbung.blogspot.com/2017/02/
tugas-filsafat-ilmu.html. Diakses pada tanggal 27 september 2018
Miller, Melvin D. 1985. Prinsiples and a Philosophy for Vocational Education.
National Center for Research in Vocational Education. Ohio: State University
Muslimin. 2017. Landasan Filosofi, Yuridis Dan Implementasi Pendidikan
Teknologi Kejuruan (PTK). http://musliminptk2016.blogspot.com/2017/02
/landasan-filosofi-yuridisdan.html. Diakses pada tanggal 27 September 2018
Raiarsa. 2013. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. http://raiarsa.blogspot.co.id
/2013/01/pendidikan-kejuruan-di-indonesia.html. Diakses pada 26
September 2018
Sahabat Netizen. 2017. Makalah Landasan Filosofi, Yuridis, Dan Implementasi
PTK. http://sahabatnetizen.blogspot.com/2017/01/makalah-landasan-
filosofi-yuridis-dan.html. Diakses pada tanggal 27 September 2018
Setiawan, Edy. 2015. Filosofi Dan Perspektik Pendidikan Teknologi Kejuruan.
http://wacana.siap.web.id/2015/03/filosofi-dan-perspektik-pendidikan-
teknologi-kejuruan.html#.W665e07u6r4. Diakses pada tanggal 27
September 2018

Anda mungkin juga menyukai