Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI ETNOMATEMATIKA BERBASIS BUDAYA LOKAL


DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA JENJANG SEKOLAH DASAR

TEDI HERDIANA
G1A20.0006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SUBANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul: ̋Implementasi Etnomatematika
Berbasis Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Matematika Pada Jenjang Sekolah Dasar .”
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan
semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak.
Dalam penyusun proposal ini tentunya tidak luput dari hambatan dan kesulitan.Berkat
bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak khususnya dosen pembimbing segala hambatan
dan kesulitan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari proposal penelitian
ini jauh dari kata sempuna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran untuk kemajuan
pendidikan berikutnya.

Subang, 9 januari 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................2

A. Judul............................................................................................................1
B. Latar Belakang ............................................................................................1
C. Rumusan Masalah .......................................................................................4
D. Tujuan Penelitian........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................5
F. Definisi Operasional....................................................................................5
G. Landasan Teoritis.........................................................................................5
H. Penelitian Yang Relevan .............................................................................5
I. Kerangka Berpikir........................................................................................6
J. Hipotesis Penelitian.....................................................................................7
K. Metodologi Penelitian.................................................................................7
1. Desain Penelitian ...................................................................................7
2. Subjek Penelitian ...................................................................................7
3. Sumber Data..........................................................................................7
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data......................................................7
5. Validasi Data..........................................................................................8
6. Analisis Data..........................................................................................8
7. Prosedur Penelitian................................................................................8
L. Kesimpulan.................................................................................................8
M. Daftar Pustaka.............................................................................................9

2
A. Judul
IMPLEMENTASI ETNOMATEMATIKA BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA JENJANG SEKOLAH DASAR

B. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Diharapkan dengan pendidikan yang baik, Indonesia pun akan lebih
tanggap pada perubahan zaman, dan mampu menjadi lebih unggul di tingkat internasional
khususnya dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan
tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan
pendidikan, karena selain akan memberikan kemana arah yang akan dituju, juga
memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode, alat, dan evaluasi
dalam kegiatan yang dilakukan.
Pendidikan adalah sarana proses kemanusiaan kita, agar kedudukan kita sebagai
subjek budaya dapat dipertahankan dan diperkembangkan. Dari asas inilah dijabarkan
politik pendidikan nasional. Dan karena pendidikan adalah sarana akulturasi, maka
dengan pendidikan itu harus dikembangkan ekonomi, teknologi, dan pengetahuan. Oleh
karena pendidikan itu, adalah sarana untuk perkembangan masyarakat Nusantara, dan
karena identitas masyarakat Nusantara itu sudah didefinisan di dalam proklamsi
kemerdekaan sebagaimana kita dapat menemukan dalam pembukaan UUD kita, maka
penjabaran pendidikan nasional tidak dapat lain kecuali diarahkan untuk mencapai dan
mewujudkan cita-cita nasional kita itu. Kita memerlukan system pendidikan yang dapat
memobilisasikan seluruh potensi manusia Indonesia. Oleh karena sistem pendidikan kita
mengutamakan perhatian kepada mobilisasi potensi-potensi kulturil, maka dengan
demikian pendidikan itu tidaklah hanya di sekolah-sekolah saja. Pendidikan itu dapat dan
perlu dilaksanakan baik di sekolah- sekolah maupun di luar sekolah. Bahkan pendidikan
di luar sekolah yang biasanya disebut sebagai pendidikan non formil itu tidak jarang bisa
mempunyai efek-efek kulturil dan efek sosial yang lebih tepat dan lebih besar.
Menurut Imran Manan pendidikan adalah enkulturasi. Pendidikan adalah suatu proses
membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang
memasuki dirinya. Enkulturasi ini terjadi di mana-mana, di setiap tempat hidup seseorang
dan setiap waktu. Dari sinilah muncul pengertian kurikulum yang sangat luas, yaitu
semua lingkungan tempat hidup manusia. Sebab di manapun orang berada disitulah
terjadi proses pendidikan, disitu terjadi enkulturasi, tempat-tempat lain adalah dalam
keluarga, dalam perkumpulan pemuda, perkumpulan olahraga, kesenian, keagamaan, di
tempat-tempat kursus dan latihan, dan sebagainya.
Budaya adalah segala hasil pikiran, perasaan, kemauan dan karya manusia secara
individual atau kelompok untuk meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau secara
singkat adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh masyarakat. Dengan demikian
budaya bisa dalam bentuk benda-benda kongkrit dan bisa juga bersifat 3Made Pidarta,
Landasan Kependidikan stimulus ilmu pendidikan bercorak indonesia abstrak. Benda-
benda kongkrit misalnya, bangunan rumah, mobil, televisi, barang- barang seni, tindakan-
tindakan seni seperti cara menerima tamu, cara duduk, cara berpakaian, dan sebagainya.
Sedangkan contoh yamg abstrak ialah cara berfikir ilmiah, kemampuan menciptakan
sesuatu, imajinasi, cita-cita, kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu, keimanan, dan
sebagainya.
Pendidikan membuat orang berbudaya. Pendidikan dan budaya ada bersama dan
saling memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang
itu. Dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya.
Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan

3
manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan, ada dalam kebudayaan.
Tetapi kebudayaan hanya bisa dibentuk oleh pendidikan. Itulah sebabnya ada orang yang
mengatakan bahwa pekerjaan di dunia ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
pendidikan dan non-pendidikan.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama lain.
Kebudayaan yang banyak aspeknya akan mendukung program dan pelaksanaan
pendidikan. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya
memajukan pendidikan.
Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik
untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak
dengan hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang dapat
menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Anak usia SD sedang mengalami
perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Ini karena tahap berpikir mereka masih belum
formal, malahan para siswa SD di kelas-kelas rendah bukan tidak mungkin sebagian dari
mereka berpikirnya masih berada pada tahapan (prakonkret).
Manfaat lain yang menonjol adalah dengan matematika dapat membentuk pola pikir
orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis
dengan penuh kecermatan. Matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup
dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang kemudian.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana implementasi etnomatematika berbasis budaya lokal dalam
pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar khususnya di
Kabupaten Subang?”

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana implementasi etnomatematika berbasis budaya lokal
dalam pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan sekolah dasar khususnya di
Kabupaten Subang.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua kategori:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan dalam
bidang pendidikan dan kebudayaan khususnya bidang matematika. Selain itu juga
dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika kontekstual yang berbasis
kebudayaan Subang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat memperluas dan menambah pengalaman serta pengetahuan yang
menjadi bekal untuk menjadi calon pendidik yang professional dan untuk
perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.
b. Bagi Pendidik
Dapat dijadikan masukan untuk para guru di sekolah dasar sebagai alternatif
lain pada proses pembelajaran yang digunakan selama ini, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan minat siswa serta mencintai budaya lokal yang
ada di daerahnya yang berkaitan pembelajaran matematika.
c. Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat menerapkan / mengimplementasikan budaya local yang
ada di daerah Subang yang berkaitan dalam pembelajaran matematika,
sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk rajin belajar

4
dan mencapai prestasi yang optimal.

F. Landasan Teoritis
a. Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi atau penerapan
artinya“pemasangan, pengenaan, prihal mempraktekkan”. Sedangkan menurut
Anton. M. Moeliono mengartikan bahwa penerapan adalah “proses pemakaian
pada suatu rancangan tertentu guna mendapatkan hasil yang diterapkan”.
b. Etnomatematika
Secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang
mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku,
mitos dan symbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan,
mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur,
mengklasifikasi, menyimpulkan dan pemodelan. Akhiran “tich” berasal dari
techne yang bermakna sama seperti teknik.
Sardjiyo Paulina Pannen mengatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya
merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan
aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang dimiliki,
diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu, dan dalam
penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian.
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar
tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Ada empat
hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran berbasis budaya, yaitu substansi
dan kompetensi bidang ilmu/bidang studi, kebermaknaan dan proses
pembelajaran, penilaian hasil belajar, serta peran budaya. Pembelajaran berbasis
budaya lebih menekankan tercapainya pemahaman yang terpadu (integrated
understanding) dari pada sekedar pemahaman mendalam (inert understanding)..

G. Penelitian yang relavan


Beberapa penelitian yang berkaitan dengan implementasi etnomatematika berbasis
budaya lokal dalam pembelajaran matematika telah banyak dilakukan diantaranya:
1. Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah Dengan Pendekatan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Penelitian yang dilakukan oleh Edy Tandililing Jurusan PMIPA FKIP
UNTAN, dalam penelitian ini adalah pengembangan etnomatematika berbasis budaya
lokal di Kalimantan Barat dalam upaya pengembangan pembelajaran matematika di
sekolah khususnya di sekolah dasar. Berbagai bentuk kegiatan baik kegiatan sehari-
hari maupun kegiatan ritual masyarakat Dayak Kanayatn seperti dalam mantra-mantra
atau sastra lisan lainnya mempunyai nilai Etnomatematika. Termasuk jenis-jenis
permainan yang dipraktikkan anak-anak dan artifak-artifak seni budaya baik seni
pahat maupun seni lukis juga mempunyai nilai etnomatematika. Gagasan
Etnomatematika yang dipraktikkan dalam masyarakat ini dapat memperkaya
pengetahuan matematika yang telah ada. Berbagai potensi dari etnomatika yang
dipraktikkan masyarakat Dayak Kanayat’n dapat dikembangkan dalam berbagai
pokok bahasan atau materi matematika khususnya di SD seperti pada materi bilangan
dan lambangnya, rnembandingkan bilangan, dan mengurutkan bilangan di kelas satu
semester satu SD, materi penjumlahan dan pengurangan bilangan asli di kelas satu dan
kelas dua SD pada materi geometri seperti: titik, garis, sudut, pojok, bangun ruang dan
bangun datar.
b. Implementasi Etnomatematika Dalam Pembelajaran Matematika Pada Jenjang
Pendidikan Sekolah Dasar

5
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah S.Sirate Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan YPUP Jl. Andi Tonro Makassar. Penerapan etnomatematika sebagai
sarana untuk memotivasi, menstimulasi siswa, dapat mengatasi kejenuhan dan
kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan etnomatematika merupakan
bahagian dari keseharian siswa yang merupakankonsepsi awal yang telah dimiliki dari
lingkungan social budaya setempat. Selain itu etnomatematika memberikan nuansa
baru pada pembelajaran matematika. Nilai matematika yang terdapat pada permainan
lamari, disko, dan permainan robot adalah kelipatan dan factor bilangan, hal ini
terlihat pada aturan jumlah pemain yang selalu berpasangan dimulai dari 2, 4, dan 6
yang merupakan urutan bilangankelipatan 2, sedangkan pada permainanbaguli materi
pembelajaran matematika yangdapat diperoleh dari permainan ini terdiri atas:
a. Membandingkan dan mengurutkan bilangan bulat
b. Melakukan operasi penjumlahan dan perkalian bilangan bulat.
c. Melakukan pengenalan bilangan asli
d. Melakukan pengukuran dengan menggunakan konsep keliling dan luas.

H. Kerangka Berpikir
Etnomatematika adalah pendekatan dalam matematika yang memasukkan unsur budaya
daerah khususnya pada daerah Subang. Penelitian tersebut didapat dari berbagai
kebiasaan keseharian masyarakat Subang dari segi kesenian dan permainan, kemudian
dideskripsikan dalam pembelajaran matematika. Pendidikan matematika sesungguhnya
telah menyatu dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran
matematika di sekolah tujuan guru adalah pembentukan skema baru. Pembentukan skema
baru ini sebaiknya dari skema yang telah ada pada diri siswa. Oleh sebab itu tepat sekali
jika dalam mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya
memulai dengan matematika yang tidak formal yang diterapkan oleh anak di masyarakat.
Jika pada diri anak terbentuk skema dengan baik tentang matematika yang dipakai dalam
dunia sehari-hari, maka untuk menambah pengetahuan yang telah ada tersebut guru
memperkuat skema yang telah ada atau membentuk skema baru berdasarkan skema yang
telah ada. Sebagai contoh ketika guru akan menjelaskan dalam pembelajaran tentang
bangun ruang, guru bisa membawa atau memperlihatkan contoh–contoh artefak, lukisan,
dan kesenian lain yang bermotif budaya lokal yang mempunyai nilai bangun ruang.
Setelah siswa dikenalkan denganbentuk–bentuk tadi, barulah kemudian mengenalkan
konsep bangun ruang yang formal.

I. Metodologi Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul
dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Pendidikan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain.
Penerapan karakteristik penelitian kualitatif adalah sampelnya bisa hanya sedikit,
waktunya relatif lama, data tidak dipilih secara acak, dan tidak bisa digeneralisasikan.
Dalam penelitian ini, tidak ada hipotesis. Data yang dihasilkan adalah data deskriptif
yang berupa kata-kata tertulis atau lisan. Strategi penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif, karena penelitian kualitatif bersifat deskriptif artinya
hasil eksplorasi atas subyek penelitian atau para partisipan melalui pengamatan
dengan semua variannya semua wawancara pengamatan dan FGD harus
dideskripsikan dalam catatan kualitatif.

6
Penelitian kualitatif bersifat holistik integratif. Artinya penelitian kualitatif
tidak membagi atau memecah realitas menjadi variabel atau sejumlah variabel.
Penelitian kualitatif melihat realitas dalam keseluruhannya yang kompleks. Jika
proses pembelajaran yang hendak diteliti, maka proses itu tidak dipecah atau dibagi
menjadi variabel guru, murid, kurikulum, dan prasarana dengan segala variannya.
Namun dilihat dalam keseluruhannya. Dalam arti dalam proses pembelajaran itu
berlangsung dengan sekaligus melibatkan murid, guru, kurikulum yang diurai
menjadi rencana pembelajaran, dan sarana. Dalam keseluruhan yang kompleks itulah
proses pembelajaran berlangsung.

2. Subjek Peneliti
Subyek penelitian adalah siswa, pemuka adat, guru dan tokoh masyarakat Subang
yang mengenal benar sastra lisan, artefak-artefak, permainan tradisional, dan praktik
etnomatematika yang berlaku dalam masyarakat. Setelah melalui diskusi dan survey
terjaring subyek penelitian sebanyak 1 orang pemuka adat, 2 orang pengrajin tapis, 1
orang guru dan 4 orang siswa.

3. Instrumen Penelitian
a. Wawancara
Wawancara dilakukan secara wawancara semiterstuktur. Jenis wawancara ini
sudah termasuk dalam kategori In-depth interview di mana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancar diminta pendapat, dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, penelitian perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Pedoman wawancara
ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan penulis untuk memperkuat hasil
dari pengumpulan data yang dilakukan dengan metode dokumentasi serta catatan
lapangan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data-data dalam bentuk dokumen
tentang sejarah kebudayaan Subang. Metode dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun
melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat
pribadi, catatan khusus dalam kegiatan sosial dan dokumen lainnya.
c. Observasi
Observasi dari penelitian ini adalah observasi langsung mengenai proses
pembelajaran yang berbasis etnomatematika dalam sekolah tersebut. Observasi
adalah cara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang
disajikan.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


a. Metode Pokok
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitia adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akdemik maupun logistiknya. Kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan menjadi pelopor dari hasil

7
penelitiannya . Instrument utama dalam penelitian ini adalah penelitian itu
sendiri, penelitian secara langsung berhadapan dengan informan untuk
memperoleh data yang sesuai dengan apa yang akan diteliti, yang berhubungan
dengan kesenian Subang.
b. Metode Bantu
Metode bantu merupakan pelengkap dalam mengumpulkan data yang hasilnya
sebagai pembanding. Metode bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk melakukan deskripsi dan
pemahaman mendalam, peneliti akan mengumpulkan sejumlah dokumen seperti
apa saja kebiasaan masyarakat Subang yang berhubungan dengan matematika
dalam hal kesenian Subang.

5. Validasi data
Sehubungan dengan pemeriksaan keabsahan data, uji kredibilitas data
diperiksa dengan teknik ( perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
pengamatan, triangulasi, pengecekan teman sejawat, pengecekan anggota, analisis
kasus negatif,dan kecakupan referensial ). Pada penelitian ini, teknik yang digunakan
adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzim membedakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan : (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (2) membandingkan
apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,orang berada,
orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan. Untuk pengecekan keabsahan data melalui triangulasi data dapat
digunakan dua jenis pendekatan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.
a. Triangulasi sumber data yaitu dimana peneliti berupaya untuk mengecek
keabsahan data yang didapatkan dari salah satu sumber dengan sumber yang lain.
b. Triangulasi metode adalah upaya untuk mengecek keabsahan data melalui
pengecekan kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan data sesuai dengan
metode yang absah. Disamping itu pengecekan data dilakukan secara berulang-
ulang melaluibeberapa metode pengumpulan data.
Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
dengan sumber data dan metode karena memungkinkan sesuai kondisi di Lapangan.

6. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Analisis Data Observasi
Data observasi dari seluruh siswa yang melakukan pengamatan dari kerajinan
tapis dan sejarah siger Subang tersebut. Maksud kegiatan ini adalah untuk
memperoleh data tentang implimentasi pembelajaran matematika yang berbasis
etnomatematika.
b. Analisis Data Wawancara
Data wawancara 8 responden yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian data
tersebut dianalisis untuk mengetahui secara garis besar faktor-faktor yang

8
mempengaruhi etnomatematika dalam pembelajaran matematika. Data
wawancara tersebut dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses menyeleksi, menajamkan,
memfokuskan dan menyederhanakan data yang diperoleh, membuat data
yang tidak perlu dari hasil wawancara. Dari data tersebut lalu
disederhanakn sehingga dapat ditentukan apa saja unsur etnomatematika
yang ada dalam budaya lokal Subang yang berhubungan dengan
matematika Sekolah Dasar.
2) Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk mengorganisasikan dan menyusun
data menjadi informasi bermakna sehingga mudah untuk menarik
kesimpulan.
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul.
Kesimpulan ini mengenai budaya lokal Subang yang berhubungan dengan
matematika Sekolah Dasar.

J. Kesimpulan
Subang kaya akan kebudayaan, pendidikan diharapkan dapat mengambil peranannya
dalam pelestarian warisan tak ternilai tersebut. Matematika yang selama ini dipandang
sebagai bidang studi yang jauh dari aktivitas budaya melalui penelitian ini diharapkan
menjadi pioner bagi lahirnya pembelajaran pada bidang studi lain yang juga berbasis
budaya, demi terjaganya proses enkulturasi di Kabupaten Subang. Karena
etnomatematika adalah jembatan bagi lahirnya peradaban manusia modern yang berbasis
budaya.

K. Daftar Pustaka
Abi, A. M. (2017). Integrasi Etnomatematika Dalam Kurikulum Matematika
Sekolah. JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia), 1(1), 1.
https://doi.org/10.26737/jpmi.v1i1.75

Abiam, P., Abonyi, O., Ugama, J., & Okafor, G. (2016). Effects of
Ethnomathematics-based Instructional Approach on Primary School Pupils’
Achievement in Geometry. Journal of Scientific Research and Reports, 9(2),
1–15. https://doi.org/10.9734/jsrr/2016/19079

Aditya, W. (2019). Etnomatematika Pada Kestabilan Suatu Bade di Bali.


Apsari, R. A., Putri, R. I. I., Sariyasa, Abels, M., & Prayitno, S. (2020). Geometry
representation to develop algebraic thinking: A recommendation for a pattern
investigation in pre-algebra class. Journal on Mathematics Education, 11(1),
45–58. https://doi.org/10.22342/jme.11.1.9535.45-58

Arisetyawan, A. (2015). Andika Arisetyawan, 2015 ETNOMATEMATIKA


MASYARAKAT BADUY Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. 1, 8–13.

Arisetyawan, A., Suryadi, D., Herman, T., & Rahmat, C. (2014). Study
Ethnomathematics : A Lesson of Baduy Culture. International Journal of
Education and Research, 2(10), 681–688.

Bishop, A. J., Hart, K., Lerman, S., & Nunes, T. (1993). Significant Influenceson
9
Children’s Learningof Mathematics. Science and Technology Education.
102.

D’Ambrosio, U. (2001). What is ethnomathematics, and how can it help children


in schools? Teaching Children Mathematics, 7(6), 308–310.
http://www.jstor.org/stable/41199887

Dieudonné, J., Tarski, A., Santaló, L., & Nachbin, L. (2006). D ’ Ambrosio on
Ethnomathematics. HPM Newsletter, 62, 1–28.
http://www.clab.edc.uoc.gr/hpm/

Dwijendra, N. K. A. (2008). Arsitektur Bangunan Suci Hindu (J. Atmaja (ed.)).


Udayana University Press.

Dwijendra, N. K. A. (2020). Meru as a hindu sacred building architecture with a


high roof and resistant to earthquakes in Bali, Indonesia. Civil Engineering
and Architecture, 8(3), 350–358. https://doi.org/10.13189/cea.2020.080319

Erman, S. (2003). Refleksi Pendidikan di Indonesia. Educare, II(1), 52–57.

Erman, S. (2012). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Universitas Pendidikan


Indonesia.

Hamalik, O. (2013). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.

Hariastuti, R. (2017). Etnomatematika. Jurnal Gantang, 7(1), 1–9.


https://doi.org/10.31629/jg.v2i2.203

Hudoyo, H. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika. Usaha Nasional,


Education.

Ilma, R., & Putri, I. (2020). Etnomatematika : Pengenalan Bangun Datar Melalui
Konteks Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputera Dewa. 9(September),
359–370.

Karnilah, N. (2012). Study Ethnomathematics : Pengungkapan Sistem Bilangan


Masyarakat Adat Baduy. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.,
44(8), 821–822. https://doi.org/10.15036/arerugi.44.821_2

Lipka, J., & Andrew-irhke, D. (2005). Ethnomathematics applied to classrooms in


Alaska : Math in a Cultural Context. Mcc, 2–4.

Melrose, D. B., & McPhedran, R. C. (2009). Synchrotron Emission.


Electromagnetic Processes in Dispersive Media, 8(2), 352–365.
https://doi.org/10.1017/cbo9780511600036.030

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.


Paul, E. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. The Falmer Press.
file:///C:/Users/youhe/Downloads/kdoc_o_00042_01.pdf
Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo.
MATHEdunesa, 1(1), 1–8

Rosa, M., & Clark, D. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of

10
mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2), 32–54.

Rosa, M., & Orey, D. C. (2013). Ethnomodeling as a Research Theoretical


Framework on Ethnomathematics and Mathematical Modeling. Journal of
Urban Mathematics Education, 6(2), 62–80. http://education.gsu.edu/JUME

Sagitarini, R. (2017). article. Ethnomathematics, 10.

Sagitarini, R. (2018). Kajian Etnomatematika Pada Undagi Bali dan Upaya


Memperoleh Pengetahuannya.

Samo, D. D., Darhim, & Kartasasmita, B. G. (2018). Culture-based contextual


learning to increase problem-solving ability of first year university student.
Journal on Mathematics Education, 9(1), 81–93.
https://doi.org/10.22342/jme.9.1.4125.81-94

Sardiman. (2001). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo


Persada.

Sugiyono. (2009). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif untuk penelitian yang bersifat:


eksploratif,enterpretif,interaktif dan konstruktif. Alfabeta.

Suryawan, I. P. P., & Sariyasa. (2018). Integrating ethnomathematics into openended


problem based teaching materials. Journal of Physics: Conference
Series, 1040(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1040/1/012033

11

Anda mungkin juga menyukai