Disusun Oleh:
Kelompok 8
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Pendidikan di Indonesia" dengan
tepat waktu.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini yang menjadi tugas mata
kuliah Pendidikan Pengembangan Masyarakat yang diampu Drs. M. Ismail Siyanto, M. Pd. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.Apabila terdapat banyak
kekurangan pada makalah ini, kami mohon maaf.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal sangat penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Sifatnya mutlak untuk setiap orang baik di lingkup keluarga maupun bangsa dan
negara. Perkembangan suatu bangsa bisa dilihat dari bagaimana perkembangan pendidikan
dari bangsa tersebut. Pendidikan merupakan upaya secara sadar dan terencana untuk
mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS
(2003) menyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat, bangsa, dan negara.”
Menurut Azhari (2013:2) menyatakan bahwa pendidikan menentukan perkembangan dan
perwujudan sumber daya manusia khususnya pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan
memiliki peranan yang penting dalam membentuk sumber daya manusia yang cerdas, cakap,
kreatif, beriman, dan berakhlak mulia. Pendidikan sekolah dasar adalah pendidikan awal dari
anak untuk mengembangkan pengetahuan (Muhroji & Yusrina, 2018:1). Dalam kegiatan
pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses
belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan
sehingga dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan semestinya.
Bagi suatu masyarakat, hakikat pendidikan diharapkan mampu berfungsi menunjang
kelangsungan kemajuan hidupnya, agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka
diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan bentuk tata perilaku lainnya bagi generasi
muda. Tiap masyarakat selalu berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi
tertentu sesuai coraknya masing-masing periode zamannya kepada generasi muda melalui
pendidikan atau secara khusus melalui interaksi sosial.Bayak hal yang merubah cara proses
ataupun pembuatan dalam menjalankan sesuatu dari yang asalnya sangat sederhana menjadi
1
lebih mudah itulah yang dinamankan perubahan. Begitu juga dengan pendidikan yang pada
awalnya belum tahu setelah mempelajarinya menjadi tahu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan sistem pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana konsep perkembangan sistem pendidikan?
3. Bagaimana hubungan antara teknologi pendidikan dengan pengembangan pendidikan?
4. Bagaimana dampak teknologi terhadap perkembangan sistem pendidikan?
5. Apa problematika perkembangan pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan sistem pendidikan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui konsep perkembangan sistem pendidikan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara teknologi pendidikan dengan pengembangan
pendidikan.
4. Untuk mengetahui dampak teknologi terhadap perkembangan sistem pendidikan.
5. Untuk mengetahui problematika perkembangan pendidikan di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Pendidikan di zaman Kolonial
Saat Belanda menguasai Nusantara, mereka memiliki tiga poin politik etis yang
dikembangkan di Indonesia yakni irigasi, migrasi dan edukasi. Dalam poin edukasi, pihak
Belanda mendirikan sekolah-sekolah bergaya barat untuk warga pribumi. Akan tetapi,
karena kekhawatiran Belanda saat itu, yang diajarkan pada pribumi hanyalah berhitung,
membaca, dan menulis saja. Sekolah ini tidak bertujuan mencerdaskan pribumi, berbeda
dengan sekolah yang didirikan khusus bagi para kaum asli Belanda.
Pada saat itu, pendidikan rakyat turut bermunculan, yakni lembaga pendidikan yang
didirikan oleh warga pribumi sendiri seperti Muhammadiyah dan Taman Siswa.
Sederhananya, zaman tersebut terdapat tiga jalur pendidikan berikut :
1. Sistem pendidikan Islam dengan berdirinya pondok pesantren.
2. Pendidikan bergaya barat yang telah disediakan oleh kaum Belanda.
3. Sekolah swasta yang pro-pribumi seperti Taman Siswa dan Muhammadiyah.
Adanya perubahan baru inilah yang menjadi cikal bakal perjuangan kemerdekaan
Indonesia melalui jalur pendidikan. Akan tetapi, perjuangan yang bersifat kedaerahan ini
berubah menjadi perjuangan kebangsaan sejak Budi Utomo didirikan di tahun 1908.
Karena perjuangan kebangsaan ini pesat, lahirlah Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober
1928.
Setelah itu, munculah tokoh-tokoh pendidikan lainnya di Indonesia. Mereka di
antarannya seperti Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa, Mohammad Syafei dengan
Indonesisch Nederlandse School, Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan
Muhammadiyah. Semua bertujuan untuk mendidik anak-anak bangsa agar memiliki jiwa
yang merdeka.
d. Pendidikan di zaman pendudukan Jepang
Setelah Belanda terkalahkan kekuasaannya oleh Jepang, pendidikan di Indonesia
juga mengalami perubahan. Dualisme pendidikan di era Belanda telah dihapuskan,
semua masyarakat mendapatkan pendidikan yang sama. Akan tetapi, kabar buruknya
adalah Jepang sangat serakah menguras kekayaan negeri kita tercinta.
Saat itu, mewajibkan penggunaan Bahasa Indonesia lingkup pendidikan, pekerjaan
dan bidang-bidang lainnya. Tanpa disadari, Jepang telah memberikan peluang yang
besar untuk warga Indonesia bersatu menjemput kemerdekaan.
4
e. Pendidikan Indonesia setelah kemerdekaan
Suatu kebahagiaan yang tidak terdefinisikan bagi seluruh rakyat Indonesia saat itu
ialah berhasil menjadi bangsa yang merdeka. Merdeka karena perjuangan, bukan
karena hadiah dari negeri penjajah. Setelah itu, pendidikan di negara kita mengalami
banyak perkembangan positif dan menjadi prioritas. Kantor pengajaran Jepang yang
dikenal dengan Bunkyio Kyoku turut diberhentikan.
Setelah itu, Ki Hajar Dewantara ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan
Pengajaran mulai dari 19 Agustus—14 November 1945. Kemudian, digantikan oleh
Mr.Dr.T.G.S.G. Mulia dari tanggal 14 November 1945—12 Maret 1946. Tak lama
kemudian, posisi itu digantikan oleh Mohammad Syafei dari tanggal 12 Maret 1946—
2 Oktober 1946. Saat itu, memang jabatan menteri pendidikan dan pengajaran tidaklah
lama dikarenakan belum banyak yang bisa diperbuat oleh mereka.
Kurun waktu antara 1945—1969, Indonesia mengalami lima kali perubahan tujuan
pendidikan nasional. Seperti yang telah dipaparkan dalam surat keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP & K), Mr. Suwandi, tanggal 1 Maret
1946, tujuan pendidikan nasional pada masa awal kemerdekaan menekankan
penanaman jiwa patriotisme. Hal ini dapat dimaklumi sebab pada saat itu bangsa
Indonesia baru saja terlepas dari penjajah yang berlangsung cukup lama dan masih
terlihat adanya gelagat bahwa Belanda ingin kembali menjajah Indonesia. Oleh karena
itu, penanaman jiwa patrionisme melalui pendidikan dianggap merupakan jawaban
guna mempertahankan negara yang baru merdeka.
Pada awal 1950-am, kurikulum sekolah ditujukan untuk :
meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat;
meningkatkan pendidikan jasmani;
meningkatkan pendidikan watak;
meningkatkan perhatian kesenian;
menghubungkan isi pelajaran pada kehidupan sehari-hari; dan
mengurangi pendidikan pikiran.
5
f. Pendidikan era pembangunan jangka Panjang (1969 – 1993)
Indonesia telah merdeka dan negeri maritim ini memutuskan untuk melakukan program
pengembangan dengan sebutan Pembangunan Jangka Panjang di tahun 1969—1993.
Banyak perbaikan di berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan.
Pembangunan Jangka Panjang meliputi lima pelita, yakni pelita I—V yang start pada
tahun 1969/1970 hingga tahun 1993/1994, atau 25 tahun. Selama kurun tersebut,
pendidikan Indonesia Indonesia mengalami perbaikan serta kemajuan. Hal ini ditandai
oleh makin luasnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan, meningkatnya jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia serta SDM
yang terlibat dalam pendidikan, dan meningkatnya kualitas pendidikan dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya.
g. Pendidikan Pasca Era Pembangunan Jangka Panjang
Wajib belajar 9 tahun
Pada bulan Mei 1994, rancangan wajib belajar sembilan tahun hingga jenjang
sekolah menengah pertama telah dimantapkan. Wajib belajar 6 tahun kini telah ter-
upgrade menjadi 9 tahun.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 diberlakukan secara bertahap dari tahun ajaran 1994/1995.
Kurikulum ini disusun dengan tujuan agar proses pendidikan dapat menyesuaikan diri
dengan tantangan yang terus berkembang sehingga mutu pendidikan akan semakin
meningkat.
Kurikulum 1984 dipandang perlu adanya perbaikan. Pasalnya, menurut hasil-hasil
pengkajian, telah ditemukan adanya materi kurikulum yang tumpang tindih dan
membutuhkan penambahan. Contohnya tumpang tindih antara materi PMP, Sejarah
Nasional, dan PSPB yang dalam Kurikulum 1994 strukturnya lebih disederhanakan.
Disahkannya UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti oleh
berbagai peraturan pemerintah mempunyai implikasi pada perlunya penyesuaian
kurikulum pendidikan. Menyusul terjadinya informasi, dilakukan kembali revisi atas
Kurikulum 1994 dengan menata kembali struktur programnya. Revisi tersebut
kemudian dikenal dengan Kurikulum 1994 yang disempurnakan.
6
Kurikulum era 2000-an hingga sekarang
Kurikulum 1994 telah diubah menjadi Kurikulum 2000. Kemudian, disempurnakan
menjadi Kurikulum 2002 (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Kurikulum ini terfokuskan pada 3 aspek utama, yaitu aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik. Pada tahun 2005, Kurikulum 2002 digantikan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahun 2013, kurikulum kembali diubah
menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 12 (K13) menekankan pada kompetensi
berbasis sikap, keterampilan, dan juga pengetahuan.
Sistem selalu berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan. Sistem pendidikan nasional
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Agar tujuan pendidikan tercapai, perlu
disusun dan difungsionalkan sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan yang baik. Berbagai
komponen dalam sistem juga perlu dikenali, dipahami dan dikembangkan dengan baik
sehingga dapat berfungsi dengan tepat, hal inilah yang membuat pendekatan sistem dalam
penyelenggaraan pendidikan penting. Dengan pendekatan sistem kelemahan masing-masing
komponen bisa diketahui dan diperbaiki sehingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai lebih
efektif dan efisien. Pendekatan sistem bisa menghasilkan kebijakan berupa pembaruan
7
sebagian atau menyeluruh, bertahap atau sekaligus. Kebijakan atau keputusan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
8
4. Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses belajar dan pembelajaran.
5. Peningkatan kinerja organisasi dan sumber daya manusia agar lebih produktif.
Kelima kategori ini dapat dibedakan tetapi tidak terpisahkan karena saling berkaitan dan
menunjang. Kategori pertama meliputi pendidikan dan pelatihan tenaga dalam bidang
teknologi pendidikan. Pendidikan keahlian pada jenjang Sarjana dan Pascasarjana. Kategori
kedua meliputi konsep pembelajaran yang menggantikan pengajaran, konsep sumber belajar,
konsep belajar berbasis aneka sumber, prinsip pengembangan potensi peserta didik yang
beragam, prinsip pendekatan dari bawah (bottom-up approach), serta prosedur proses
pembelajaran dan penilaian. Semua konsep, prinsip, dan prosedur ini telah menjadi bagian
integral dalam sistem pendidikan nasional, dan tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 serta berbagai peraturan turunannya, seperti standar proses pembelajaran, standar sarana
dan prasarana dan standar penilaian. Kategori ketiga meliputi pengembangan berbagai pola
pembelajaran alternatif karena adanya dorongan internal kebutuhan akan pendidikan. Pola itu
meliputi SMP Terbuka, belajar di rumah (homeschooling), pembelajaran terprogram
(PAMONG), pembuatan berbagai paket atau sumber belajar (Kejar Paket A, B dan C, modul
untuk belajar mandiri, media audiovisual dll.), dan pemanfaatan lingkungan untuk belajar
(community and environment-based learning).
Kategori keempat terkait erat dengan pola ketiga, namun lebih didasarkan pada faktor
eksternal, yaitu tersedianya berbagai sarana yang ada dalam masyarakat, terutama teknologi
informasi dan komunikasi. Bentuk penerapannya meliputi pengembangan sistem belajar
berjaringan (e-learning dan online learning), untuk semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
Kategori kelima terutama ditujukan untuk peningkatan kemampuan mereka yang berkarya
dalam masyarakat atau dalam dunia dan lapangan kerja. Jadi hubungan antara perkembangan
teknologi pendidikan dengan sistem pendidikan di Indonesia harus selaras dan seimbang.
Karena dalam mencapai tujuan pendidikan kedua hal tersebut harus bekerja sama dan saling
berkontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan. Disamping itu pemerintah harus selalu siap
dan memberikan spirit serta dukungan penuh bagi warga Indonesia baik moral maupun
material dalam mewujudkan mutu pendidikan yang berkualitas.
9
mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan
berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Jika dilihat pada saat
sekarang ini perkembangan teknologi informasi terutama di Indonesia semakin berkembang.
Namun disisi lain juga memiliki dampak negatif bagi sistem pendidikan di Indonesia.
1. Dampak positif teknologi pendidikan dalam perubahan sistem pendidikan
Adapun dampak positif pada sistem pendidikan di Indonesia terhadap kemajuan
perkembangan teknologi pendidikan adalah :
a. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan
pendidikan. Baik dalam pencarian materi-materi pembelajaran maupun info-info
terkait perkembangan dunia pendidikan.
b. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-
learning yang semakin memudahkan proses pendidikan. Sehingga dalam proses belajar
mengajar tidak lagi harus terpatok ruang dan waktu, sistem pembelajaran e-learning
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Artinya sistem ini bisa dilakukan tanpa
harus memikirkan lokasi, waktu dan keadaan lainnya yang lebih flexible.
c. Kemajuan teknologi pendidikan juga akan memungkinkan berkembangnya
kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang
pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan. Dengan sistem pengajaran
berbasis teleconference seorang guru/tutor mampu mengajar jarak jauh bahkan lintas
negara dalam waktu yang bersamaan. Tentu saja dengan sistem ini bisa menghemat
biaya dan tenaga. Dan kualitas pendidikan yang dihasilkan menjadi lebih cepat dan
efisien.
d. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar
karena penerapan sistem TIK. Dengan sistem TIK yang online maupun offline, tenaga
pendidik dan kependidikan tidak lagi repot mengolah data-data dan informasi terkait
berkas atau bahan administrasi yang terkait.
e. Dengan perkembangan teknologi pendidikan bisa dibuat program-program evaluasi
secara cepat dan efisen seperti : pembuatan rapor dengan sistem program, pembuatan
skor nilai, pendaftaran dan seleksi siswa baru secara online.
10
2. Dampak negatif teknologi pendidikan dalam perubahan sistem pendidikan
Adapun dampak positif pada sistem pendidikan di Indonesia terhadap kemajuan
perkembangan teknologi pendidikan adalah :
a. Kemajuan Teknologi pendidikan juga akan semakin mempermudah terjadinya
pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin
mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan
kecurangan. Misalnya pembajakan karya secara ilegal,
b. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah sistem tanpa
celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut
akan berakibat fatal. Misalnya terjadi kecurangan-kecurangan akibat lemahnya suatu
program yang mampu dimanipulasi atau diterpensi oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
c. Salah satu dampak negatif teknologi pendidikan lewat media elektronik seperti internet
adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan malas, karena tidak perlu lagi
mempelajari hal-hal yang dirasa sulit, karena sudah menganggap apapun
masalahnya”tanya sama mbah google”.
d. Dalam perkembangan teknologi semakin cepat sistem pembelajaran tradisional
menjadi melemah dan dianggap kemakan zaman (katrok), sehingga dizaman yang
serba otomatis ini hal-hal yang berbau manual lebih dikesampingkan. Sehingga orang-
orang menjadi lebih malas dalam mencatat, meringkas, menyalin.
e. Perubahan sistem pendidikan akibat teknologi yang semakin canggih dapat membuat
orang menjadi menjadi asik sendiri tanpa menghiraukan orang disekitar.
11
Berikut adalah beberapa problematic perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia,
diantaranya adalah :
1. Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan rendah jika dibandingkan
negara berkembang lain di ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Filipina. Rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari peringkat Humand Development Indeks
(HDI) Indonesia yang masih berada di urutan ke 111 dari 185 negara (Depdiknas: 2009).
Indikator rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tersebut terlihat dari rendahnya
kualitas komponen- komponen pendidikan, yaitu :
Rendahnya mutu pendidik
Program sertifikasi yang telah berjalan belum berpengaruh signifikan terhadap
profesionalisme. Sertifikasi sudah berpengaruh terhadap kesejahteraan guru, namun
belum meningkatkan profesionalisme guru. Kualitas standarisasi kualifikasi
akademik pendidik juga belum berhasil karena banyak guru yang belum sesuai
dengan standar yang ditetapkan dalam undang- undang.
12
Kelengkapan media belajar dan sumber informasi berbasis teknologi yang masih
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah sekolah di Indonesia. Akses informasi dan
teknologi masih dinikmati di perkotaan, belum terjadi pemerataan. Selain itu, masih
banyak guru yang belum bisa mengoptimalkan teknologi dalam pendidikan.
2. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan di Indonesia masih mengalami permasalahan karena lulusan
pendidikan yang dihasilkan pendidikan hanya dipersiapkan untuk memiliki bekal
kemampuan akademik, sedangkan yang dibutuhkan di dunia kerja adalah lulusan
relevan yang memiliki keterampilan/ skill (Umar: 2010). Indikator permasalahan
relevansi pendidikan tersebut adalah:
Kurikulum belum disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Perbandingan antara
“supply” yang memadai terhadap “demand” dunia kerja masih timpang. Di satu
sisi terdapat kekosongan peluang kerja dan menunggu hasil pendidikan (output),
disisi lain terjadi kelebihan kapasitas (overloaded) menghasilkan pengangguran
terdidik.
Kurikulum yang belum relevan dengan pengembangan potensi daerah. Standar
pelaksanaan pendidikan di Indonesia, hanya berpusat pada standar isi kurikulum,
sedangkan keadaan dan kebutuhan potensi antar suatu daerah tidaklah sama,
akibatnya banyak potensi daerah yang belum dikembangkan oleh hasil lulusan
pendidikan
Sekolah kejuruan/ vokasi masih berorientasi pada keterampilan reparasi konsumsi.
Banyak sekolah kejuruan yang belum diarahkan untuk mengembangkan atau
menciptakan produk yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Sedangkan sekolah
kejuruan di luar negeri sudah dipersiapkan untuk menciptakan produk teknologi
Selain itu,rasio jumlah sekolah kejuruan yang ada di Indonesia masih terlalu kecil
jika dibandingkan dengan jumlah sekolah reguler/ umum maupun keagamaan.
Permasalahan yang muncul dalam pendidikan vokasi adalah relevansi dasar
pendidikan yang telah dimiliki sering tidak sesuai dengan pengembangan vokasi
yang diperoleh.
13
3. Elitism Pendidikan
Elitisme pendidikan adalah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan yang
menguntungkan terhadap suatu kelompok. Dalam praktik di lapangan, elitisme
pendidikan dapat dilihat dari kastanisasi pendidikan (Nugroho: 2010). Sekolah sebagai
lembaga pendidikan bersifat inklusif, hanya dapat diakses dan diperuntukkan bagi
golongan masyarakat tertentu. Contoh bentuk elitisme pendidikan adalah:
Muncul sekolah berlabel standar nasional dan internasional.
Munculnya sekolah inklusif seperti home schooling
Sekolah yayasan/ golongan tertentu yang hanya diperuntukkan satu
golongan
Biaya masuk pendidikan tinggi yang masih tinggi
Sudah mulai muncul sekolah kalangan ekomoni kelas atas
4. Sistem Manajemen Pendidikan yang Belum Terkelola dengan Baik
Yang dimaksud dengan sistem manajemen pendidikan adalah sistem tata kelola
pendidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan
secara sistematis, taat azaz dan konsisten (Nurdin: 2007). Pendidikan di Indonesia
belum dikelola dengan baik sehingga berdampak pada proses pendidikan secara
keseluruhan. Permasalahan yang terjadi dalam sistem manajemen penddikan di
Indonesia antara lain:
Perencanaan kebijakan awal yang belum tepat.
Pelaksanaan sistem pendidikan yang belum maksimal
Pemberian “reward” dan “punishment” yang masih subyektif
Kurangnya model keteladanan/ karakter pemangku kebijakan pendidikan
Sosialisasi peraturan, dasar hukum dan kebijakan yang belum diterapkan
dengan baik
5. Kesejangan Pendidikan
Kesenjangan pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pemerataan akses dan
perolehan pendidikan skala nasional. Dalam kesepakatan Millenium Development
Goal’s (MDG’s) dijelaskan bahwa semua anak usia belajar wajib memperoleh
pendidikan pada tahun 2020 (Budimansyah: 2009). Kesenjangan pendidikan masih
14
terjadi karena ketimpangan tingkat kemajuan daerah. Indikator kesenjangan
pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari:
Masih tingginya disparitas Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat pendidikan
dasar di daerah tertinggal, terpencil dan terdalam (NTT, NTB dan Papua).
Prosentase pendidikan di provinsi tersebut masih dibawah angka 50%, sementara
rata- rata APK nasional 75% dari jumlah wajib belajar.
Masih tingginya proporsi buta acara/ melek huruf penduduk usia belajar (15 tahun
keatas) pada tahun 2009 masih sebesar 5,97 % dari penduduk Indonesia. Meskipun
program pemberantasan buta aksara sudah dilaksanakan, namun secara nasional
hanya mampu turun sebesar 1,05% pada tahun 2010.
Wajib belajar pendidikan dasar yang belum diperoleh semua lapisan masyarakat.
6. Pemerataan Pendidikan
Pada Saat ini bangsa Indonesia masih mengalami masalah pemerataan dibidang
pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan di Indonesia hanya bisa dirasakan oleh
kaum menengah ke atas. Supaya pendidikan di Indonesia tidak semakin terpuruk, maka
pemerintah harus membuat kebijakan yang tepat. Contohnya, adanya kebijakan wajib
belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan mulai dari bangku SD hingga SMP.
Pemerintah membuat kebijakan dengan meratakan tenaga pendidik di setiap wilayah.
7. Biaya Pendidikan
Kebijakan biaya pendidikan yang tidak sesuai dengan sasaran dan target
pelaksanaannya menjadi kendala
8. Kualitas pendidikan
Permasalahan yang paling mendasar ialah masalah mutu pendidikan. Karena
sekarang ini pendidikan kita masih jauh tertinggal kalau di bandingkan dengan negara-
negara lain. Hal tersebut di buktikan dengan banyaknya tenaga pendidik yang mengajar
tetapi tidak sesuai dengan bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan
siswa masih rendah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu sistem yang memiliki unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan,
peserta didik, pengelolaan pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan fasilitas. Sistem
pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Agar tujuan
pendidikan tercapai, perlu disusun dan difungsionalkan sebuah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang baik.
Teknologi pendidikan didefinisikan sebagai teori dan praktek dalam merancang,
mengembangkan, mendayagunakan, memengelola, menilai, dan meneliti proses, sumber dan
sistem belajar pada manusia. Hubungan antara perkembangan teknologi pendidikan dengan
sistem pendidikan di Indonesia harus selaras dan seimbang. Karena dalam mencapai tujuan
pendidikan kedua hal tersebut harus bekerja sama dan saling berkontribusi dalam kemajuan
dunia pendidikan. Disamping itu pemerintah harus selalu siap dan memberikan spirit serta
dukungan penuh bagi warga Indonesia baik moral maupun material dalam mewujudkan mutu
pendidikan yang berkualitas.
Dampak teknologi terhadap perkembangan sistem Pendidikan tidak hanya berdampak
pada hal positif saja namun dampak teknologi terhadap perkembangan sistem pendidikan
memiliki dampak negatif juga yang harus diperhatikan.
Sejarah pendidikan di Indonesia dimulai dari masa Hindu-Budha sampai masa
pendidikan pasca era pembangunan jangka panjang. Sejarah pendidikan Indonesia mengalami
banyak perbedaan dari awal masa pendidikan di era Hindu dan Budha sampai sekarang. Dalam
sejarahnya pendidikan di Indonesia memiliki banyak problematika yang masih ada sampai
sekarang yaitu antara lain kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena
itu seharusnya permasalahan yang ada dalam pendidikan di Indonesia harus segera
diselesaikan dan diperbaiki karena jika ingin sebuah bangsa maju maka harus diawali dengan
pendidikan generasi muda yang baik.
16
B. Saran
Pendidikan di Indonesia haruslah berkembang ke arah positif atau terus mengalami
peningkatan dan tidak malah berkembang kearah negatif atau menjadi lebih buruk.
Perkembangan pendidikan di Indonesia haruslah memaksimalkan teknologi dan sesuai dengan
perkembangan zaman supaya bangsa Indonesia tidak tertinggal oleh bangsa lain.
17
DAFTAR PUSTAKA
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.)
18