Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

“PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PADA


AWAL KEMERDEKAAN”

Dosen Pembimbing : Drs. M. Syukurman MM.Pd

Disusun Oleh:

IWAN SYAPUTRA

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


UNIVERSITAS MERANGIN
TAHUN AKADEMIK
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Luar
Sekolah “Perkembangan pendidikan luar sekolah pada awal kemerdekaan” ini
dengan tepat waktu.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Drs.
M. Syukurman MM.Pd. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang “Perkembangan pendidikan luar
sekolah pada awal kemerdekaan”.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan diterima demi kesempurnaan
makalah ini, sekian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bangko, 21 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………..………………………………………ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian konflik sosial...............................…………………………….1


B. Tujuan .......................................................................................................3
C. Tahapan komunikasi sosial dalam konflik sosial ......................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan Merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup
suatu  bangsa karena tidak ada satu bangsa pun yang mampu mencapai kemajuan
tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunan. Setiap bangsa
yang ingin mencapai kemajuan perlu mempersiapkan sumber daya manusia
terlebih dahulu. Sejak awal Kemerdekaan, pendidikan di Indonesia terus
mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik karena pada setiap periode
pemerintahan, bidang pendidikan selalu mendapat perhatian dari pemerintah.
Bagaimanakah perkembangan pendidikan di Indonesia sejak awal kemerdekaan
hingga reformasi? Untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Indonesia pada
masa-masa tersebut.

2. Rumusan Masalah
a) Pengertian konflik sosial.?
b) Tujuan mengetahui konflik sosial.?
c) Tahapan komunikasi sosial dalam konflik sosial.?

3. Tujuan Masalah
a) Untuk mengetahui konflik sosial
b) Sebagai salah satu tugas mata kuliah ilmu pendidikan.
c) Memberi informasi para pembaca

iv
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendidkan Luar

Sekolah Pasca kemerdekaan Puncak pergerakan revolusi kemerdekaan


Indonesia dimulai pada tahun 1945. Untuk mengisi serta mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, maka disilah dengan cukup banyak kegiatan
pendidikan nonformal dan informal yang dilaksanakan. Usaha –usaha pendidikan
nonformal dan informal pada saat itu disebut jawatan pendidikan masyarakat.
Adapun pendidikan nonformal yang diselenggarakan dan muncul pada masa
itu yaitu : 1)Pemberantasan Buta Huruf, Diakhir tahun 1945 masyarakat
sangat giat melakukan kegaiatan pendidikan terkhusunya dalam
pemberantasan buta huruf. Dengan adanya moto “ perang terhadap buta
huruf” moto ini sukses menyadarkan masyarakat pentingnya membangun
martabat bangsa agar sejajar dengan bangsa lain. 2)Kursus Kewarganegara,
Santoso, Ra(1956) beliau menyatakan bahwa diberbagai wilayah atau daerah
yang menjadi basis pertempurang yang dikuasai oleh bangsa Indonesia,
berbagai upaya pendidikan di masyarakat mulai tumbuh dan berkembang cukup
pesat. Adapun diantaranya pemberantasan buta huruf, pengetahuan umum,
kursus, kursus politik kewarganegaraan. 3)School Broadcasting, Pendidikan di
masyarakat semakin berkembang, maka pada tahun 1951 pernah
diselenggarakannya school broadcasting yang diketuai oleh Sadaryoen
siswomartoyo. 4)Kursus Kewanitaan, Adapun tujuan dari program ini
dilakukan untuk pembekalan yang sifatnya keterampilan, sikap –sikap dan
nilai –nilai masyarakat yang memiliki kaitan dengan kesehatan lingkungan,
penningkatan gizi, serta pencegahan penyakit menular.5)Kursus Kepanduan,

v
Kepanduan ini adalah salah satu saluran pendidikan pemuda dalam
lingkup di luar sekolah dan di luar rumah.

34Kursus kepanduan yang dilakukan menurut RA. Santoso, bertujuan


untuk : a) Mempertemukan pimpinan organisasi kepanduan yang ada, baik
itu anggota putri dan anggota putra.

b) Membangkitkan jiwa pandu dikalangan masyarakat pemuda hingga kepelosok


daerah. Apabila sudah berbentuk organisasi maka selanjutnya diserahkan
kepada anggota masing –masing untuk memilih organisasi mana yang
mereka sukai.

c) Melenggarakan serta membantu latihan –latihan pemimpin kepanduan


bersama dengan organisasi –organisasi kepanduan yang ada, d) Memberikan
bantuan keuangan seperlunya sesuai dengan ketentuan yang ada dan berlaku.

e) Kursus Kemasyarakatan Orang Dewasa. Untuk kursus kemasyarakatan orang


dewasa ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kecakapan yang
berhubungan langsung dengan matapencaharian dan penghidupan sehari –hari
masyarakat.

Adapun isi kursus kemasyarakatan orang dewasa ini menurut RA.


Santoso yaitu :

a.Memberikan kecakapan kerja untuk perbaikan mutu hasil pekerjaan


sehari –hari.

b.Memberikan kecakapan berdagang serta mengatur tata usaha keuangan.

c.Membangkitkan semangat bergotong royong untuk disalurkan ke


dalam usaha –usaha berorganisasi secara teratur.

Kursus Olah Raga, Disamping diselenggarakannya berbagai latihan olah


raga di sekolah, mengingat itu perlu adanya latihan olah raga melalui kursus.
Semangat, serta hasrat yang menggebu di antara kaum pergerakan ini dapat
dimanfaatkan untuk membangun sikap serta kesadaran akan pentingnya

vi
persatuan serta kesatuan di seluruh rakyat Indonesia. Taman Pustaka
Rakyat,Didirikannya taman baca rakyat untuk memberikan pengetahuan
untuk masyarakat pada umumnya. Taman baca rakyat ini menempati
kedudukan khusus pada rakyat Indonesia yangmana semakin menyadari
akan pentingnya ilmu pengetahuan untuk membangun kemajuan di masa depan.
Meningkatnya akan kesadaran pentingnya pendidikan pada tahun 1970 –an
serta keterbatasan ketersediaan akan pendidikan formal maka peran dan
fungsi terhadap pendidikan nonformal juga meningkat . banyak
program yang diselenggarakan dalam rangka menciptakan sumberdaya manusia
yang berkualitas. Di saat itu pula usaha –usaha meningkatkan pendidikan dan
keterampilan yang mana ini diarahkan pada kemampuan untuk meningkatkan
perluasan lapangan kerja serta meningkatkan partipasi produktif angkatan kerja.
Jika kita lihat sebenarnya pendidikan luar sekolah ini telah ada di Indonesia
sejak sebelum kemerdekaan, pendidikan luar sekolah telah menyatu di
dalam masyarakat indonesia jauh sebelum muncul persekolahan. Akan tetapi,
pengakuan secara yuridis baru di dapatkan pada tahun 1989 yaitu adanya Undang
–Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mana
dalam undang –undang ini terkandung mengenai memberikan pelayanan
pendidikan sepanjang hayat bagi seluruh warga masyarakat tanpa membedakan
bagi itu dari segi usia, kelamin, agama, suku, budaya serta lingkungan.

Perkembangan Pendidikan pada Awal Kemerdekaan

Pada masa penjajahan, kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-


anak Indonesia sangat terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah, hanya
sebagian kecil saja yang sempat menikmati sekolah. Akibatnya, sebagian besar
penduduk indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, segera setelah proklamasi
kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K). ki Hajar  Dewantara
menjabat jabatan ini hanya selama 3 bulan. Kemudian, jabatan Menteri PP dan K
dijabat oleh Mr. T.S.G. Mulia yang hanya menjabat selama 5 bulan. Selanjutnya,

vii
jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mohammad syafei. Kemudian, ia
digantikan oleh Mr. Soewandi.

Pada masa jabatan Mr. Suwandi, dibentuk Panitia Penyelidik Pengajaran


Republik Indonesia yang bertugas untuk meneliti dan merumuskan masalah
pengajaran setelah Kemerdekaan. Setelah menyelesaikan tugasnya, panitia ini
menyampaikan saran-saran kepada pemerintah. Kemudian, disusunlah dasar
struktur dan sistem pendidikan di Indonesia. Tujuan umum pendidikan di
Indonesia merdeka adalah mendidik anak-anak menjadi warga negara yang
berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya kepada
negara. Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada masa itu lebih menekankan pada
penanaman semangat patriotisme.

Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi atas 4 tingkatan, yaitu:


pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas,
dan pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat sejumlah 24.775 buah
sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah ada sekolah
tinggi dan akademi di beberapa kota seperti Jakarta, Klaten, Solo dan Yogyakarta.
Selain itu, ada pula universitas seperti Universitas Gajah Mada.

Perkembangan Pendidikan pada Masa Demokrasi Liberal

Pada tahun 1950, diadakan pengalihan masalah pendidikan dari


Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat).
Kemudian, disusunlah suatu konsepsi pendidikan yang dititikberatkan kepada
spesialisasi sebab menurut Menteri Pendidikan pada saat itu, bangsa Indonesia
sangat tertinggal dalam pengetahuan teknik yang sangat dibutuhkan oleh dunia
modern. Menurut garis besar konsepsi tersebut, pendidikan umum dan pendidikan
teknik dilaksanakan dengan perbandingan 3 banding 1. Maksudnya, setiap ada 3
sekolah umum, diadakan 1 sekolah teknik. Setiap lulusan sekolah dasar
diperbolehkan melanjutkan ke sekolah teknik menengah (3 tahun), kemudian

viii
melanjutkan ke sekolah teknik atas (3 tahun). Setelah lulus sekolah teknik
menengah dan sekolah teknik atas, diharapkan siswa dapat mengerjakan suatu
bidang tertentu.

Selain itu, karena Indonesia merupakan negara kepulauan, di beberapa


kota seperti Surabaya, Makassar, Ambon, Manado, Padang, dan Palembang
diadakan Akademi Pelayaran, Akademi Oseanografi, dan Akademi Research
Laut. Tenaga pengajarnya didatangkan dari luar negeri seperti Inggris, Amerika
Serikat, dan Prancis.

Pada masa Demokrasi Liberal, didirikan beberapa universitas baru


diantaranya adalah universitas Hasanuddin di Makassar, Universitas Andallas  di
Padang, Universitas Padjajaran di Bandung, dan Universitas Sumatra Utara di
Medan.

Perkembangan Pendidikan pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pada tahun 1950-an, murid-murid sekolah lanjutan tingkat pertama dan


sekolah lanjutan tingkat atas jumlahnya banyak sekali dan semuanya
mengharapkan menjadi mahasiswa. Murid-murid ini adalah hasil pertama dari
sistem pendidikan setelah Kemerdekaan. Supaya mereka dapat melanjutkan
pendidikan, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mendirikan universitas baru
di setiap ibu kota provinsi dan menambahkan jumlah fakultas di Universitas-
universitas yang sudah ada.

Selain itu, didirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) untuk


muridmurid lulusan pesantren yang beragama Islam. Adapun untuk murid-murid
yang beragama Kristen Protestan dan Katholik didirikan sekolah Tinggi
Theologia dan seminari-seminari. Selanjutnya, didirikan pula perguruan tinggi-
perguruan tinggi Islam, Kristen dan Katholik, seperti Universitas Islam Indonesia,

ix
Universitas Kristen Indonesia serta Universitas Katholik Atmajaya. Tercatat pada
tahun 1961 telah berdiri sebanyak 181 buah perguruan tinggi.

Perkembangan Pendidikan pada Masa Orde Baru

Pokok-pokok penting kebijakan pada bidang pendidikan di masa Orde


Baru di antaranya diarahkan untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih
luas dan diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya pendidikan
tinggi diarahkan pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu menjawab
tantangan modernisasi. Oleh karena itu, dikembangkanlah sistem pendidikan yang
berhubungan dengan pengembangan kesempatan dan kualifikasi bagi jenis-jenis
lapangan kerja yang diperlukan oleh pembangunan nasional.

Pada masa Orde Baru, dimunculkan sebuah konsepsi pendidikan yang


dikenal dengan sekolah pembangunan. Kosepsi ini diajukan oleh Mashuri S.H
selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  (P dan K). Dalam konsepsi sekolah
pembangunan, para siswa dikenalkan kepada jenis-jenis dan lapangan serta
lingkungan kerja. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat melihat kemungkinan
untuk memberikan jasa melalui karyanya. Anak-anak didik tidak hanya diberi
pelajaran teori, tetapi juga diperkenalkan kepada sejumlah pekerjaan yang kira-
kira dapat mereka lakukan. Dengan cara itu, mereka akan dapat menyalurkan
bakatnya masing-masing sekaligus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerja yang akan mereka hadapi.

Adapun untuk memberikan kesempatan belajar yang lebih luas,


pemerintah melaksanakan Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Adanya
Instruksi Presiden ini membuat jumlah sekolah dasar meningkat pesat. Tercatat
pada periode 1993/1994 hampir 150.000 unit SD Inpres telah dibangun. Selain
melaksanakan Inpres Pendidikan Dasar, pemerintah juga melaksanakan program
Pemberantasan Buta huruf yang dimulai pada tanggal 16 Agustus 1978, Program
Wajib Belajar yang dimulai pada tanggal 2 Mei 1984, dan program Gerakan
Orang Tua Asuh (GNOTA).

Perkembangan Pendidikan pada Masa Reformasi

x
Pemerintah pada masa Reformasi menjalankan amanat UUD 1945 dengan
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan belanja negara (APBN). Selain itu, pemerintah juga memberikan
ruang yang cukup luas bagi perumusan kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang
bersifat reformatif dan revolusioner. Hal ini dapat dilihat dari ditetapkannya UU
No 22 Tahun 1999 yang mengubah sistem pendidikan Indonesia menjadi sektor
pembangunan yang didesentralisasikan, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menggantikan UU no 2 tahun 1989 yang
mendefinisikan ulang pengertian pendidikan menjadi usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar sisiwa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pemerintah pada masa Reformasi juga melakukan beberapa kali perubahan


kurikulum. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pada pelaksanaan kurikulum ini, siswa dituntut untuk aktif memperoleh


informasi. Guru bertugas sebagai fasilitator untuk memperoleh informasi. KBK
berupaya untuk menekankan pada tercapainya kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes)
dan keberagaman.

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Secara umum, KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK, namun perbedaan
yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu
pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru, dituntut
untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan

penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.

xi
c. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi berbasis sikap,


ketrampilan, dan pengetahuan, serta menekankan pada keaktifan siswa untuk
mendapatkan pengalaman personal melalui observasi (pengamatan), bertanya,
menalar, menyimpulkan, dan mengomunikasikan informasi dalam kegiatan
pembelajaran.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Munculnya pendidikan luar sekolah inilebih muda dari pendidikan
informal akan tetapi lebih tua dari pendidikan formal. Semulanya pendidikan
luar sekolah ini disebut dengan pendidikan nonformal atau juga pendidikan
masyarakat. Pada zaman penjajahan, pendidikan nonformal ini dilakukan
karena pada masa pemerintahan Belanda membutuhkan tenaga kerja untuk
membangun pembangunan gedung –gedung perkntoran, rumah-rumah
pejabat Belanda dan lain –lain. Jadi para pemuda yang memiliki
keterampilan mereka didaftarkan untuk mengikuti tertentu dan ditempat
yang telah ditentukan pula. Seperti pembangunan gedung pemerintahan maka
pemuda –pemuda ini di kursuskan dalam kurun waktu tertetu, setelah selesai
kursus atau dilatih maka kemudian mereka mengerjakan bangunan yang
telah ditentukan. Selain itu di pesantren –pesantren juga muncul ,pada saat
itu para santri belajar membaca dan menulis baik dari huruf arab maupun
latin. Sejak saat itulah muncul nya pendidikan luar sekolah. Pada tahun 1945
merupakan revolusi kemerdekaan Indonesia maka muncullah semangat dan
kesadaran akan pentingnya pendidikan, muncullah berbagai kegiatan
pendidikan nonformal dimasyarakat seperti, pemeberantasan buta huruf,
kursus kewarganegaraan, kursus broadcasting, kursus kewanitaan, kursus
kependudukan, kursus kemasyarakatan orang dewasa, kursus olah raga dan

xii
kursus taman pustaka rakyat. Yang mewarnai pendidikan nonformal pada masa
itu.

DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Syarbaini, Toni Nasution, Parida Harahap. 2020. Pendidikan Luar


Sekolah. K –Media Indrawan, Irus dan Wijoyo Hadion. 2020. Pendidikan
Luar Sekolah. Jawa Tengah. CV.
PENPERSADA.http://rakasuhaili.blogs.uny.ac.id/“Sejarah Pendidikan Formal
Dan Informal“ dikutip dari: https://myctt1001news.blogspot.com/2017/04/sejarah-
pendidikan-non-formal-dan.html?m=1diakses pada tanggal 2 Juni 2020 pada
pukul 20.00 WIB Dahlan, Norsine. “Pendidikan Nonformal“ dikutip dari:
http://norsanie.blogspot.com/2011/08/pendidikan-nonformal.html?m=1diakses
pada tanggal 2 juni pada pukul 21. 00
WIB.https://www.academia.edu/35246011ungsi_dan_Tujuan_Pendidikan_Luar_s
ekolah

xiii

Anda mungkin juga menyukai