Anda di halaman 1dari 138

BAB I

HAKIKAT BAHASA

Kompetensi Dasar:
Menguasai hakikat bahasa dan keterampilan berbahasa serta
hubungannya yang mendukung pembelajaran bahasa
Indonesia di SD/MI

A. Pengertian Bahasa

Ada berapa pengertian bahasa yang dikemukakan oleh para ahli, yakni:

1. Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk
komunikasi manusia (Wardhaugh, 1972)
2. Bahasa adalah sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan
secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda
yang disepakati, yang memiliki makna yang dipahami (Webster’s New
Collegiate Dictionary, 1981)
3. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
para anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama dan
mengidentifikasikan diri (Kentjono 1984).
4. Bahasa adalah sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk
budaya manusia (Halliday dan Hasan, 1991).

B. Karakteristik Bahasa Manusia


Pada hakikatnya konsep bahasa memiliki karakteristik. Karakteristik yang
dimaksud adalah:
1. Bahasa adalah sebuah sistem

1
Sebagai sebuah sistem bahasa terdiri atas sejumlah unsur yang saling terkait
dan tertata secara beraturan, serta memiliki makna.
Sebagai sebuah sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
artinya bahasa itu dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang
berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Seandainya
bahasa itu tidak sistematis, maka bahasa itu akan kacau, tidak bermakna, dan
tidak dapat dipelajari. Sistemis artinya bahasa terdiri atas sejumlah subsistem
yang satu sama lain saling terkait dan membentuk satu kesatuan utuh yang
bermakna. Subsistem bahasa: fonologi (bunyi-bunyi bahasa) gramatika
(morfologi, sintaksis, dan wacana) serta leksikon (perbendaharaan kata).
Ketiga subsistem itu menghasilkan bunyi dan makna yang membentuk
sistem bahasa.
2. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer dan Konvensional
Bahasa merupakan sistem simbol yang berupa bunyi maupun tulisan yang
dipergunakan dan disepakati oleh suatu kelompok sosial. Sebagai contoh
Ikan adalah jenis binatang air yang bersirip dan bernapas dengan insang.
Dalam menuturkan hewan tersebut disimbolkan dengan bunyi /I k a n/. Coba
bayangkan andaikan kata ikan tidak memiliki simbol, dan ketika seorang
anak meminta ikan mungkin saja akan mengatakan “Bu mau hewan yang
suka berenang dan ada siripnya serta bisa dimakan.
3. Bahasa bersifat produktif
Fonem dan pola dasar bahasa sangat terbatas. Dari keterbatasan itu kita dapat
membentuk ribuan kata kalimat, dan wacana dengan segala variasinya, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pengguna bahasa tersebut.
4. Bahasa memilki fungsi dan variasi
Apa yang akan terjadi seandainya kita tidak memiliki bahasa? Tentu hidup
ini akan sulit? Bahasa tercipta karena kebutuhan manusia dan sebagai upaya
untuk mempertahankan kelangsungan dan eksistensi hidup manusia. Dengan
bahasa kita dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang

2
dianut sehingga dapat dipahami dan memahami orang lain. Dengan bahasa
dapat saling memahami dan bekerja sama. Jadi bahasa memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi.
Keragaman berbahasa terjadi karena adanya kelompok dan individu
pemakainya. Kelompok manusia sangat beragam seperti kelompok profesi
guru, dokter, pedangan, pemuka agama, orang yang tiggal di kota, di desa,
yang berpendidikan tinggi, dan yang tidak berpendidikan , kelompok pria,
wanita kelompok usia tua, muda , anak-anak dan sebagainya. Perbedaan
penggunaan bahasa itu sisebut variasi atau ragam bahasa.
Bahasa merupakan produk kebudayaan, juga merupakan simbol kelompok
yang mencerminkan identitas masyarakat penggunanya. Bahasa Indonesia
adalah jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas
tersendiri yang berbeda dan tidak sama dengan bahasa lain. Bahkan bahasa
Melayu yang digunakan di Malaysia dan Brunei Darussalam.

C. Fungsi Bahasa
Secara umum bahasa memiliki fungsi personal dan fungsi sosial.
Fungsi personal mengacu pada peranan bahasa sebagai alat untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia sebagai makhluk
individu. Melalui bahasa manusia menyatakan keinginan, cita-cita,
kesetujuan, dan ketidaksetujuan, serta rasa suka dan tidak suka. Adapun
fungsi sosial mengacu pada peranan bahasa sebagai alat komunikasi.
Dengan menggunakan bahasa mereka saling menyapa, saling
mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan bekerja sama.
Halliday (Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus
mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa sebagai berikut:
1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
pendapat, pikiran, sikap atau perasaan pemakainya,

3
2. Fungsi regulator, penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau
pikiran, pendapat orang lain, seperti bujukan, rayuan , permohonan, dan
perintah,
3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak
dan menjaga hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau
hiburan,
4. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan
informasi, ilmu pengetahuan atau budaya,
5. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau
memperoleh informasi, seperti pertanyaan atau permintaan, penjelasan
atau sesuatu hal.
6. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan
menyalurkan rasa estetis (keindahan) seperti digunakan dalam lagu dan
bersastra,
7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
keinginan atau kebutuhan pemakainya.
Dalam praktiknya, fungsi bahasa tersebut dalam pemakaiannya jarang
berdiri sendiri antara satu fungsi dengan fungsi yang lainnnya. Tetapi
fungsi tersebut saling terkait, saling mendukung dalam melakukan tindak
bahasa.

Tugas

1. Kemukakan pengertian bahasa menurut bahasa Anda sendiri!

2. Jelaskan fungsi bahasa!

3. Jelaskan karakteristik bahasa beserta contohnya!

4. Halliday, membagi fungsi bahasa menjadi tuju bagian. Jelaskan!

4
BAB II
KETERAMPILAN MENYIMAK
(Listening Skills)

Kompetensi Dasar:
Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan
keterampilan berbahasa Indonesia di bidang menyimak yang
mendukung pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI

A. Pengertian Menyimak

Menurut Kamidjan (2001: 4) menyimak adalah suatu proses mendengarkan


lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian,
pemahaman, dan apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna
komunikasi yang disampaikan secara verbal.

Tarigan (1990) mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang


mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilai, dan
mereaksi makna yang terkandung di dalamnya. Lebih lanjut Tarigan mengatakan
bahwa kegiatan menyimak dilakukan dengan sengaja atau terencana dan ada usaha
untuk memahami atau menikmati apa yang disimaknya.

Terkait dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya Akhadiah (1992)


menyatakan pula pendapatnya bahwa kegiatan menyimak diawali mendengarkan
bunyi bahasa dan pada akhirnya memahami apa yang disimaknya.

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan menangkap bunyi bahasa


yang diucapkan atau dibacakan orang lain. Dan diubahnya menjadi bentuk makna
untuk terus dievaluasi, disimpulkan, dan ditanggapi. Jelas hal ini merupakan salah

5
satu kegiatan komunikasi (berbahasa) untuk sanggup dan mampu atau terampil
menerima sejumlah informasi dari orang lain.

Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan


mendengar dan mendengarkan. Untuk dapat memperoleh perbedaan konsep atau
pengertian tentang ketiga istilah tersebut akan diuraikan satu persatu. Perhatikan
uraian di bawah ini:

Mendengar adalah salah satu kegiatan menangkap suara atau bunyi tanpa
direncanakan oleh orang yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia (Moeliono, 1989) menyatakan mendengar artinya menangkap
suara atau bunyi dengan telinga. Hal tersebut sejalan pendapat Akhadiah (1992) yang
menyatakan bahwa mendengar merupakan kegiatan menangkap suara atau bunyi
dengan telinga secara kebetulan atau tidak direncanakan.

Mendengarkan memiliki unsur makna mendengar karena orang


mendengarkan menggunakan alat yang sama dengan mendengar. Dengan kata lain
mendengarkan setingkat lebih tinggi dari mendengar, kalau dalam peristiwa
mendengar tidak ada unsur kesengajaan, maka dalam peristiwa mendengarkan sudah
ada unsur kesengajaan atau direncanakan.

Menyimak memiliki kandungan makna yang lebih spesifik lagi bila


dibandingkan dengan kedua istilah sebelumnya. Menyimak mencakup mendengar
dan mendengarkan. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan
memahami isi bahan simakan. Oleh karena itu, tujuan utama menyimak adalah
menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan, yang tersirat dalam
bahan simakan. Dengan kata lain menyimak dilakukan dengan sengaja atau terencana
dan ada usaha untuk memahami atau menikmati apa yang disimaknya.

6
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa
sebagai sasarannya. Sedangkan mendengar dan mendengarkan sasrannya dapat
berupa bunyi apa saja. Untuk lebih jelas perbedaan ketiga istilah tersebut akan
diperlihatkan dalam bentuk carta di bawah ini:

Aspek/ Unsur Mendengar Mendengarkan Menyimak


Sasaran Bunyi apa saja Bunyi apa saja Bunyi bahasa
Kegiatan Tidak sengaja Sengaja/terencana Sengaja/terencana
Makna/arti Belum tentu dapat Belum tentu dapat Diusahakan dapat
di- di Dipahami/dinikmati
Pahami pahami

Kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat, hanya tiga
per empat jumlah orang dewasa yang dapat memusatkan perhatiaannya pada lima
belas menit pertama. Lima belas menit kedua jumlah itu menyusust menjadi
seperduanya (setengahnya) lima belas menit ketiga jumlah itu hanya tinggal
seperempatnya. Lewat darilima menit keempat pekerjaan itu merupakan suatu
pekerjaan yang sia-sia karena pendengar tidak dapat lagi memusatkan perhatiaannya.

Perlu disadari bahwa kemampuan seseorang mengingat sangat terbatas. Apa


yang sudah ditangkap, dipahami, dan diketahui, bila disimpan dalam dua bulan sudah
berkurang setengahnya. Dua bulan berikutnya hanya sedikit yang tinggal. Oleh
karena itu, apa yang telah disimak sebaiknya selalu disegarkan dengan jalan
membaca atau mendiskusikan atau mengekspresikannya.

B. Hakikat Menyimak

Menyimak, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya


dengan berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
harus disajikan secara terpadu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di SD. Hal ini
perlu dikemukakan agar apa yang ditemukan oleh Chastain (Achsin, 1981) dapat

7
dihindari, yaitu bahwa guru-guru pada umumnya berasumsi keterampilan menyimak
dengan sendirinya dapat berkembang dari belajar berbicara saja. Dengan kata lain,
pembelajaran menyimak itu sendiri tidak perlu diberikan di sekolah.
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung
atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh
telinga kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima
kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima
tidaknya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan,
menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa
menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai
alat komunikasi.
Menyimak harus dikaitkan dengan berbicara. Kedua kegiatan ini merupakan
proses interaksi antarwarga dalam masyarakat yang ditopang oleh alat komunikasi yang
disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Komunikasi dengan menggunakan
bahasa sebagai alatnya disebut komunikasi verbal. Ada pula komunikasi lain dengan
menggunakan gerak-gerik, isyarat atau bendera sebagai alatnya. Kegiatan komunikasi
dengan menggunakan alat bukan bahasa seperti itu dinamakan komunikasi nonverbal.
Pada kenyataannya, komunikasi verbal itulah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Komunikasi verbal itulah yang kita ajarkan di sekolah-sekolah.
Secara sederhana dapat kita katakan, menyimak merupakan proses memahami
pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaiknya, berbicara adalah proses
penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh
peyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian
dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang
dimaksudkan oleh pembicara. Di situ kita temukan adanya kaitan antara menyimak
dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara
termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seseorang menyampaikan

8
informasi melalui ujaran kepada kita. Dengan menyimak kita menerima informasi dari
seseorang. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa
menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam
kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian,
komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan
menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi.
Dengan uraian di atas kita tahu bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan
penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran
secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak
menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi
atau saling melengkapi. Tidak ada gunanya kita berbicara tanpa penyimak dan tidak
mungkin terjadi peristiwa menyimak jika pada saat yang tidak sama tidak ada yang
berbicara. Dari situlah kita tahu bahwa berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
yang bersifat resiprokal.

C. Proses Menyimak

Faris (1993) menguraikan proses menyimak ada tiga tahapan yaitu: (1)
menerima masukan auditori (audotory input) penyimak menerima pesan lisan.
Mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman, (2)
memperhatikan masukan auditori. Penyimak berkonsentrasi (secara fisik dan mental)
pada apa yang disajikan penutur, (3) menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan
auditori. Penyimak tidak sekedar mengumpulkan dan menyimpan pesan tetapi juga
mengklasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan
awal (previous knowledge) Penyimak juga menggunakan strategi prediksi
konfirmasi secara cepat.

Proses menyimak merupakan proses berbahasa yang paling misterius


merupakan pula proses yang interaktif karena mengubah bahasa lisan menjadi makna

9
dalam pikiran.Oleh karena itu untuk dapat memahami isi bahan simakan diperlukan
suatu proses. Menurut Tarigan (1993) Proses tersebut terdiri atas enam tahap yaitu:
- Mendengarkan
- Mengidentifikasi
- Menginterpretasi atau menafsirkan
- Memahami
- Menilai
- Menanggapi atau mereaksi

Keenam proses menyimak tersebut akan diuraikan satu persatu di bawah ini:

Mendengarkan, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah


diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa
diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

Mengidentifikasi, bunyi bahasa yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali,


dan dikelompokkan menjadi suku kata, kalimat, paragraf, sampai wacana.
Pengidentifikasian bunyi bahasa akan lebih sempurna kalau si penyimak memiliki
kemampuan linguistik yang tinggi.

Menginterpretasikan, bunyi bahasa yang sudah didengar diinterpretasi maknanya.


Penyimak perlu mengupayakan agar interpretasi makna sesuai atau mendekati
makna yang dimaksudkan oleh pembicara.

Memahami, setelah proses penginterpretasian penyimak dituntut untuk memahami


atau menghayati makna hal ini sangat perlu dalam proses menilai pada langkah
berikutnya.

Menilai, makna informasi yang sudah dipahami kemudian ditelaah,


dikaji,dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman atau pengetahuan penyimak.

10
Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengalaman dan
pengetahuan penyimak.

Menanggapi, makna pesan yang telah selesai dinilai akan ditanggapi. Tanggapan
tersebut dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk, tanda setuju,
atau tidak setuju, mengeleng , mencibir, mengacungkan jempol, tepuk tangan dsb.

D. Tujuan Menyimak

Menurut Sutari (1997:22), tujuan menyimak adalah : (1) mendapatkan fakta


(2) menganalisis fakta (3) mengevaluasi fakta (4) mendapatkan inspirasi (5)
mendapatkan hiburan (6) memperbaiki kemampuan berbicara.

Adapun penjelasannya dapat dilihat uraian berikut ini:

1. Untuk mendapatkan fakta

Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh fakta. Cara yang
pertama adalah dengan mengadakan eksperimen, penelitian, membaca buku, surat
kabar, majalah, dan sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan dengan
mendengarkan radio, melihat televisi, berdiskusi, menghadiri seminar, dan
sebagainya. Dari uraian di atas, maka menyimak merupakan suatu media untuk
mendapatkan mendapatkan fakta dan informasi

2. Untuk menganalisis fakta

Poses menganalisis fakta adalah proses menafsir kata-kata atau informasi sampai
pada tingkat unsur-unsurnya dan menafsir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-
fakta tersebut.

3.Untuk mengevaluasi fakta

11
Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan muncul beberapa
pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya terhadap suatu bahan simakan.
Dalam mengevaluasi fakta, penyimak perlu mempertimbangkan bahan simakan
dengan menggunakan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

4. Untuk mendapatkan inspirasi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering dihadapkan pada beberapa masalah


dalam hidup mereka. Kadang-kadang, kegiatan menyimak dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan cara mencari inspirasi. Kegiatan
menyimak yang dapat menimbulkan inspirasi adalah seperti menyimak pengajian,
seminar, dan sebagainya.

5. Untuk mendapatkan hiburan

Pada dasarnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan Hiburan dapat
diperoleh melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan menyimak.
Manusia jaman sekarang sering menyimak radio, televisi, film, dan sebagainya untuk
menghibur diri.

Seorang pembicara yang baik harus mampu menciptakan suatu suasana yang gembira
dan menyenangkan. Hal ini akan membantu penyimak dalam mencapai tujuannya,
yaitu menyampaikan materi agar dapat diterima dengan baik karena akan merangsang
penyimak lebih berminat dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan.

6. Memperbaiki Kemampuan Berbicara

Tujuan menyimak yang terakhir adalah memperbaiki kemampuan berbicara. Dengan


menyimak pembicaraan yang terpilih, kita dapat memperbaiki kemampuan berbicara.
Hal ini sering digunakan dalam pengajaran bahasa asing, karena dengan menyimak
penutur asli, maka penyimak akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya dalam

12
pengucapan kata-kata asing.Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya tujuan menyimak dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu (a)
Menyimak bertujuan untuk belajar, (b) Menyimak bertujuan untuk menikmati, (c)
Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi, (d) Menyimak bertujuan untuk
mengapresiasi, (e) Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide,
(f) Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi, (g) Menyimak bertujuan
untuk memecahkan masalah, dan (h) Menyimak bertujuan untuk meyakinkan
Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang
pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum.

E. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak, yaitu:


(1) sikap, (2) motivasi, (3) pribadi, (4) sistuasi kehidupan, dan (5) peranan dalam
masyarakat(Hunt dalamTarigan,1987:97).

Pakar lain mengemukakan hal-hal yang merupakan faktor-faktor yang


mempengaruhi menyimak: (1) pengalaman, (2) pembawaan, (3) sikap atau pendirian,
(4) motivasi, daya penggerak, dan (5) perbedaan jenis kelamin atau seks
Prayojana, danWebb (Tarigan, 1987: 97).
Di samping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi menyimak, yaitu: (1) faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan
fisik dan lingkungan sosial, (2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, dan (4) faktor
pengalaman (Logam dalam Tarigan 1987: 97-98)

Berdasarkan ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


menyimak, ketiga sumber tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Setelah
dibandingkan sumber tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak adalah: (1) faktor fisik, (2) faktor

13
psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor sikap, (5) faktor motivasi, (6) faktor
jenis kelamin, (7) faktor lingkungan, dan (8) faktor peranan dalam masyarakat.

1. Faktor Fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan
keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali
mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan
ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang
normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta
kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak.
Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas,
lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang
melakukan kegiatan menyimak.

2. Faktor Psikologis

Tarigan (1987:100) menyebutkan bahwa faktor-faktor psikologis dalam menyimak


mencakup masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para
pembicara dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap
minat pribadi serta masalah pribadi; 3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang
kurang luas; 4) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama
sekali pada pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap
guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.

3) Faktor Pengalaman

Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak.


Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman
dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan

14
bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa
tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta
pemahaman mereka.

4) Faktor Sikap

Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-
pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak
disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima
pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak
pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.

5) Faktor Lingkungan

“Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi
kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil
mencapai tujuan” (Tarigan, 1987: 103).

Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam


mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan
suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi
mereka untuk menyimak dengan tekun.

6. Faktor Jenis Kelamin

Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan
wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka
memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria
pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau

15
tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat
menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih
subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah
dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak
berdikari), dan emosional (dalam Tarigan, 1987:104).

7.Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi
kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-
sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa
ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja
dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk menyimak.
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka
didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa
sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai
kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang
mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi
ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

8. Faktor Peranan dalam Masyarakat

Tarigan (1987:107) menyatakan bahwa “banyak berjalan banyak dilihat; banyak


disimak banyak diserap banyak pengatahuan.” Kemauan menyimak dapat
dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang
perlu untuk menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang

16
berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebagai seorang
mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian daripada
sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah betapa
pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak.

F.Kendala dalam Menyimak

Hambatan atau kendala dalam menyimak banyak dipengaruhi oleh kebiasaan-


kebiasan jelek. Seperti menyimak lompat tiga, maksudnya perhatian penyimak
melompat-lompat karena kecepatan berpikir menyimak kurang lebih 400 kata per
menit sedangkan kecepatan berbicara hanya kurang lebih 200 kata per menit. Selain
itu, menyimak untuk mendapat fakta, maksudnya penyimak berusaha menangkap satu
dua fakta dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak tidak dapat bernalar
dengan baik.

Hambatan juga terjadi karena sering mengungkapkan penolakan secara gegabah


terhadap sesuatu objek sebagian tidak menarik perhatian, menyimak dengan pensil
dan kertas di tangan, menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit dicerna, melakukan
kegiatan perhatian dengan berpura-pura.
Kendala lain adalah faktor psikologi, selalu berprasangka dan kurang simpati
terhadap pembicara, keegosentrian serta masalah-masalah pribadi, kurang luas
pandangan. Juga yang tak kalah pentingnya adalah faktor motivasi, ini berkaitan
dengan pribadi seseorang seperti:

1.Keegosentrisan
Sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup bagi
sebagian orang. Orang yang egois tidak akan bergaul dalam masyarakat dengan baik.
Dia lebih senang didengar oleh orang daripada mendengarkan pendapat orang lain.
Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak.

17
2.Keengganan ikut terlibat.

Keengganan menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena


menyimak adalah salah satu kegiatan yang mau tidak mau harus melibatkan diri
dengan sang pembicara. Bagaimana seseorang dapat menjadi penyimak yang baik
kalau dia enggan atau tidak mau melibatkan dirinya dengan pembicara dan para
penyimak lainnya. Keengganan ikut terlibat dengan orang lain memang merupakan
suatu kendala dalam kegiatan menyimak yang efektif.

3.Ketakutan akan perubahan

Perubahan dapat saja terjadi, tetapi perubahan yang kita harapkan adalah perubahan
yang membawa keinginan. Orang yang takut akan perubahan, takkan bisa menjadi
penyimak yang efektif. Apabila ingin menjadi seorang penyimak yang baik, jangan
takut dan harus rela mengubah pendapat, bila perlu harus berani mengubah dan
menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan partisipan
lainnya yang lebih unggul dan lebih dapat diandalkan. Orang yang takut akan
perubahan tidak akan dapat mengalami kemajuan, karena dia sendiri hidup dalam
suasana yang selalu berubah.

4.Keinginan menghindari pertanyaan

Malu bertanya, sesat di jalan. Jika isi peribahasa ini kita pahami benar-benar, maka
tidak akan ada alasan bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab
pertanyaan orang lain. Dapat memberikan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan
orang lain, berarti kita telah membantu dia. Keinginan menghindari pertanyaan,
dengan alas an takut nanti jawaban yang diberikan akan memalukan, jelas merupakan
kendala dalam kegiatan diskusi, kegiatan berbicara, dan kegiatan menyimak. Kondisi
internal ini harus diperbaiki kalau memang kita ingi menjadi penyimak yang efektif.

18
5.Puas terhadap penampilan eksternal

Pada saat kita mengemukakan suatu pendapat, kita melihat partisipan mengangguk-
anggukkan kepala sambil tersenyum. Kalau kita terus merasa puas dengan tanda
simpatik dan pengertian seperti itu, maka kita akan gagal menyimak lebih intensif
lagi untuk kalau pengertian itu memang benar-benar wajar. Orang yang cepat merasa
puas telah mengetahui maksud sang pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak
baik. Sifat lekas merasa puas terhadap penampilan eksternal, jelas merupakan suatu
kendala atau rintangan dalam kegiatan menyimak efektif.

6.Pertimbangan yang prematur

Kalau ada sesuatau yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar.
Segala sesuatu yang akan diutarakan para pembicara telah diketahui oleh penyimak
yang mempunyai pertimbangan dan keputusan yang prematur. Ini adalah contoh
penyimak yang jelek, dan sifat seperti ini justru menghalanginya untuk menjadi
seorang penyimak yang efektif.

7.Kebingungan semantik

Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi
tertentu dan waktu yang tertentu juga. Kalau seorang penyimak yang tidak memahami
hal ini, maka dia akan kebingungan dalam mengartikan kata-kata yang dipakai oleh
sang pembicara. Kebingungan semantik ini jelas merupakan kendala serius bagi
seorang penyimak. Bagaimana mungkin seseorang menyimak dengan baik, dapat
menangkap, menyerap, memahami, apalagi menguasai isi ujaran, kalau dia tidak
memahami makna kata-kata atau wacana yang dipergunakan oleh sang pembicara.
Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosa kata
yang memadai.

19
G. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan


menyimak seperti berikut ini: (1) bersikaplah secara positif; (2) bertindak responsif;
(3) cegahlah gangguan-gangguan; (4) simaklah dan ungkaplah maksud pembicara; (5)
carilah tanda-tanda yang akan datang; (6) carilah rangkuman pembicaraan terlebih
dahulu; (7) nilailah bahan-bahan penunjang; dan (8) carilah petunjuk-petunjuk
nonverbal.

Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya
belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar.
Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat
ditarik beberapa garis panduan umum seperti:

1. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi


dalam bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan
masukan bahasa yang baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan
menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk
meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan.
2. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan
upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran.
3. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan
memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar
memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai.
Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan
analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat
pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat
memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata

20
secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan
(Rost, 1991: 7)

Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak ada beberapa


teknik yang dapat dilakukan. Teknik-teknik itu, antara lain:
(1) Simak Ulang-Ucap, teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa
dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau
menutur rekaman bunyi bahasa tertentu seperti vonem, kata, idiom, semboyan, kata-
kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat
dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.
(2) Identifikasi kata kunci, sasarannya untuk menyimak kalimat yang panjang siswa
perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata
kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat.
(3) Parafrase, guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan.
Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi dengan
kata-katanya sendiri.

(4) Merangkum, guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu
disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai
menyimak, siswa disuruh membuat rangkuman.
(5) Identifikasi kalimat topik, setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung
dua unsur, yaitu (1) kalimat topik dan (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik
dapat di awal, tengah, dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari
kalimat topiknya.
(6) Menjawab pertanyaan, untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.
(7) Bisik berantai, suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru
membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya
sampai siswa terakhir. Siswa yang terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring.

21
Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika
belum sesuai, bisikan dapat diulang, dan jika sudah sesuai bisikan dapat diganti
dengan topik yang lain.

(8) Menyelesaikan cerita, guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah
siswa menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan
kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi
dan menggantikan dengan cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
H. Jenis Menyimak

Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi menyimak menjadi dua macam:
(1) menymak Intensif dan (2) menyimak ekstensif kedua jenis menyimak tersebut
sangat berbeda. Perbedaan tersebut tampak dalam cara melakukan kegiatan
menyimak. Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh masyarakat umum.
Misalnya orang tua, remaja, dan anak-anak. Untuk itu, ikutilah uraian perbedaan
kedua jenis menyimak di bawah ini:

1. Menyimak ektensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan


sehari-hari. Seperti mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di
angkot, di pasar, khotbah di masjid, pengumuman di stasiun kereta api dan
sebagainya. Jenis kegiatan menyimak ekstensif antara lain:
a. Menyimak sosial

Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial. Seperti di


pasar diterminal, kantor dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih
menekankan pada faktor status sosial, sopan santun, dan tingkatan dalam
masyarakat. Misalnya seorang anak yang sedang menyimak dan menanggapi
nasihat seorang nenek dengan sikap yang santun. Implikasinya dalam dunia
pendidikan bahwa guru harus tetap berusaha memberikan arahan kepada siswa-

22
siswanya, agar dapat bertindak santun kepada orang lain utamanya yang lebih
tua.

b. Menyimak sekunder

Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya ketika Anda sedang


belajar membaca di ruang belajar, tiba-tiba mendengar percakapan beberapa
anggota keluarga yang berada pada ruang lain, mendengar suara radio, televisi,
bahkan suara-suara di sekitar rumah. Suara tersebut terdengar dengan jelas,
tetapi Anda tidak merasa terganggu dengan suara tersebut. Aktivitas
membacanya tetap berlanjut.

c. Menyimak estetika

Menyimak estetika sering juga disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika


adalah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya
menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu dan sebagainya.
Pada kegiatan menyimak tersebut seorang penyimak di samping dapat
menikmati apa yang disimak juga dapat mengapresiasi hasil simakannya sesuai
dengan skemata yang dimilikinya. Misalnya Anda menyimak lagu Syahrul
Gunawan yang dijadikan sebagai lagu tema (Theme song) pada sinetron
“Bukan Cinderela” yang di antara syairnya berbunyi bukan dirimu yang salah
bila tak bersatu terlalu banyak rintang yang menghalangi. Bila Anda sebagai
guru bahasa yang baik, Anda akan merasakan adanya pelepasan subjek.tentu
dapat ditebak apa yang lepas tersebut? Kegiatan menyimak estetika ini lebih
menekankan aspek emosional penyimak, seperti dalam menghayati dan
memahami suatu pembacaan puisi atau menmyimak sinetron di televisi. Dalam
hal ini emosi penyimak akan tergugah, terharu kadang-kadang sampai menangis
karena larut mengikuti apa yang disimak.

23
d. Menyimak pasif

Menyimak pasif adalah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar.
Misalnya dalam kehidupan sehari-hari seorang mendengarkan bahasa daerah,
setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah yang selalu disimaknya.

Kegiatan menyimak seperti di atas biasanya dilakukan bagi mereka yang


merantau ke daerah lain. Menyimak pasif ini banyak dilakukan oleh masyarakat
awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran di sekolah tidak
dikenal istilah menyimak pasif.

2. Menyimak Intensif

Menyimak intensif lebih menekankan kemampuan penyimak untuk memahami


bahan simakan. misalnya menyimak pelajaran di sekolah. Solchan (2009: 10.12)
menyatakan bahwa beberapa hal yang berhubungan dengan menyimak intensif di
antaranya: (a)menyimak intensif pada hakikatnya menyimak pemahaman, (b)
menyimak intensif membutuhkan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang
tinggi (c) menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal, (d)
menyimak intensif memerlukan produksi materi yang disimak. Agar lebih jelas
akan diuraikan sebagai berikut:

a. Menyimak intensif. Pada dasarnya menyimak pemahaman

Pemahaman dalam kegiatan menyimak merupakan proses memahami suatu bahan


simakan. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan
tujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Pemahaman
merupakan prioritas utama hal ini berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih

24
menekankan pada hiburan, konteks sosial, ketidaksengajaan dan sebagainya. Jadi
prioritas menyimak intensif adalah memahami makna pmbicaraan.

b. Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi.

Konsentrasi adalah memusatkan semua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, dan
ingatan, perhatian dan sebagainya kepada salah satu objek. Dalam menyimak
intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa secara menyeluruh terhadap bahan yang
disimak. Agar pemyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terbagi,
(b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang
disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat
mengganggu kegiatan menyimak, baik internal maupun eksternal.

c. Menyimak intensif adalah memahami bahasa formal

Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Yang
dimaksud dengan situasi formal adalah situasi komunikasi resmi. Misalnya
diskusi, berdebat, temu ilmiah, kegiatan belajar mengajar dan sebagainya. Bahsa
yang digunakan dalam kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku.

d. Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan

Reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami.


Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara lisan (berbicara) dan tulis
(mengarang atau menulis). Fungsi reproduksi antara lain: (1) mengukur
kemampuan integratif antara menyimak dan berbicara, (2) mengukur kemampuan
integratif antara menyimak dengan menulis, (3) mengetahui kemampuan daya
serap seseorang (4) mengetahui tingkat pemahaman sesorang tentang bahan yang
telah disimak.

25
Tarigan (1983: 26) membagi jenis menyimak intesif yaitu: “menyimak kritis,
menyimak konsentratif,menyimak eksploratif, menyimak kreatif, menyimak
interogatif, dan menyimak selektif. “ jenis-jenis menyimak tersebut akan
diuraikan di bawah ini:

1) Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara


sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif,
menentukan keaslian, kebenaran dan kelebihan serta kekurangannya. Hal
yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis (a) menerima secara tepat
tindak ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan mengapa
menyimak?, dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini
dalam menyimak?, dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil
menyimak?, dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan,
dan majas dalam kegiatan menyimak

2) Menyimak konsentratif jenis menyimak ini dilakukan dengan penuh


perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi
yang disimak. Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk (a)
mengikuti petunjuk, (b) mencari hubungan antar unsur dalam menyimak,
(c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas (5) mencari urutan suatu
komponen, (d) mencari butir-butir informasi penting dalam kegiatan
menyimak,(e) mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan
mencari gagasan utama dari bahan yang disimak.

3) Menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan


penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan
seorang penyimak eksploratif akan (a) menemukan gagasan baru, (b)
menemukan informasi baru dan informasi baru dari bidang tertentu, (c)

26
menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang
akan datang, (d) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.

4) Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk


mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas penyimak. Kreativitas
penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi
bahasa asing atau bahasa daerah yang disimaknya. (b) mengemukakan
gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan
pilihan kata yang berbeda dan bahkan denganstyle (gaya) yang berbeda
pula, (c) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan pembicara, (d)
menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar pada materi yang telah
disimak. Misalnya Anda mendengarkan ceramah agama dari Aa Gym
setelah menyimak Anda akan dapat menirukan apa yang didengar, Anda
dapat menanyakan gagasan-gagasan Anda kepada pembicara, Anda dapat
merekonstruksi hasil simakan didasarkan pada pengetahuan Anda dan
Anda dapat memanfaatkan hasil simakan untuk memberikan
arahan/nasihat kepada siswa-siswa Anda.

5) Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan


memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan
menyimak interogatif bertujuan untuk (a) mendapatkan fakta-fakta dari
pembicara, (2) mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan
menjadi suatu wacana menarik, dan (c) mendapatkan informasi apakah
bahan yang telah disimak asli atau tidak.

6) Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara


selektif dan terfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara,
bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase, klausa, kalimat, dan bentuk-bentuk

27
bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu
sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri
menyimak selektif adalah: (a) menyimak dengan seksama untuk
menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan (b) menyimak
dengan memperhatikan topik-topik tertentu (c) menyimak dengan
memusatkan pada tema tertentu.

Mulyati (2008) membagi menyimak atas dua yaitu: menyimak kritis,


menyimak kreatif, dan menyimak eksploratif. Menyimak kritis ialah kegiatan
menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian
secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan serta kekurangan-
kekurangan bahan simakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati


tepat tidaknya ujaran pembicara, mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa
menyimak” dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini dalam
menyimak, dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak,
dapatkan penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam
kegiatan menyimak.

Jenis menyimak yang kedua ialah menyimak kreatif, yaitu menyimak yang
bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas peserdik.
Krfeativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi
bahasa Asing atau bahasa Daerah mengemukakan gagasan yang sama dengan
pembicara, namun struktur dan pilihan katanya berbeda, merekonstruksi pesan
yang disampaikan, menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasarkan materi
yang disimak.

Selanjutnya yaitu menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang


dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir

28
kegiatan, seorang penyimak eploratif diharapkan menemukan gagasan baru,
informasi baru, dan informasi tambahan dari bidang tertentu, menemukan unsur-
unsur bahasa yang bersifat baru.

I. Menyimak dan Hubungannya dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya

1. Menyimak dan hubungannya dengan keterampilan membaca

Membaca dan menyimak merupakan dua keterampilan berbahasa yang memiliki


persamaan dari segi sifat yaitu sama-sama bersifat reseptif . jika dalam menyimak
berusaha menangkap pesan yang disampaikan dalam bahasa lisan, maka dalam
membaca si pembaca berusaha menangkap pesan yang disampaikan dalam bahasa
tulis.

Dengan kesamaan sifat tersebut maka dalam melakukan kegiatan menyimak dan
membaca keduanya memerlukan kesiapan yang sama yaitu harus memiliki
penguasaan terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan dengan
materi simakan atau bacaan, pengetahuan tentang diksi, serta kemampuan menangkap
makna tersirat dan tersurat.

Kemampuan membaca seseorang akan mempengaruhi kemampuan menyimaknya


seperti yang diungkapkan para ahli bahwa penguasaan kosakata yang sedikit dan
diperoleh melalui menyimak erat kaitannya dengan kesukaran-kesukaran yang
dihadapi seseorang dalam membaca. Daya simak yang rendah /buruk akan
mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.

2. Keterampilan Menyimak dan Hubungannya dengan Menulis

Keterampilan menyimak sesorang akan memiliki pengetahuan yang banyak, baik dari
segi bahasa seperti kosakata struktur kalimat maupun pengetahuan bidang ilmu lain
seperti sejarah ,IPA, psikologi, agama, dan sebagainya. Pengetahuan tersebut dapat

29
dimanfaatkan ketika berlatih menulis, membaca, dan berbicara. Demikian pula
sebaliknya.

Menulis dengan fokus menyimak artinya melalui menyimak, si penyimak


harus menuliskan kembali bahan-bahan yang disimaknya ke dalam tulisan dengan
menggunakan bahasa sendiri.

3. Keterampilan menyimak dan hubungannya dengan berbicara

Menyimak dan berbicara merupakan dua keterampilan berbahasa yang memiliki


hubungan yang sangat erat karena keduanya merupakan keterampilan berbahasa
lisan. Pada umumnya kedua keterampilan ini berlangsung secara tatap muka, namun
kemajuan dalam bidang teknologi, kedua keterampilan berbahasa ini dapat
dilaksanakan tanpa melalui tatap muka yaitu melui telepon. Bukti bahwa menyimak
memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan berbicara adalah :

a. anak belajar berbicara melalui menyimak, dengan menyimak


ujara-ujaran orang yang ada di sekitarnya.
b. pada umumnya orang lebih mudah mengingat isi pembicaraan
dibandingkan dengan isi tulisan
c. kualitas keterampilan seorang pembicara sangat mempengaruhi
hasil menyimak seseorang.

Pada dasrnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari melalui


menyimak dan menirukan pembicaraan. Biasanya anak-anak tidak hanya menirukan
pembicaraan yang mereka pahami tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak
mereka pahami. Kenyataan ini menganjurkan orang tua dan guru menjadi model
berbahasa yang baik, supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang tidak
benar.

30
J. Tugas

1. Apa perbedaan antara mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Jelaskan dengan


kata-kata Anda sendiri serta uraikan pula bagaimana keterkaitan ketiga istilah
tersebut!

2.Apa perbedaan proses menyimak yang dikemukakan oleh Faris dan proses
menyimak yang dukemukakan oleh Tarigan!

3 Jelaskan tujuan menyimak

4. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak. Jelaskanlah!

5.Berbagai kendala dalam melakukan kegiatan menyimak kemukakanlah kendala


tersaebut!

6. Sejumlah cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan menyimak


jelaskanlah dengan kalimat Anda sendiri!

7. Jelaskan perbedaan menyimak intensif dan menyimak ekstensif!

8. Jelaskan secara singkat hubungan keteramplan menyimak dengan keterampilan


berbahasa lainnya!

31
BAB III
KETERAMPILAN BERBICARA
(Speaking skills)

Kompetensi Dasar:

Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan


keterampilan berbahasa Indonesia di bidang berbicara yang
mendukung pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI

Keterampilan berbicara bukanlah keterampilan yang berdiri sendiri, tetapi

saling berkaitan dengan keterampilan yang lain. Keterampilan berbicara

berhubungan erat dengan keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak

merupakan kegiatan komunikasi dua arah. Keefektifan berbicara tidak hanya

ditentukan oleh pembicara tetapi juga oleh si penyimak.

A. Pengertian Berbicara

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud pikiran,

ide, dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan

sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud 1984: 7).

Pengertian secara khusus dikemukakan oleh Tarigan (1983: 15) bahwa berbicara

adalah kemampuan pengucapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kegiatan berbahasa lisan

32
secara produktif. Atau berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui

bahasa lisan.

Berbicara pada hakikatnya proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi

pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi dapat

digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini:

Chanel/ saluran

Simbol/lambang

Message / pesan

Komunikator/ sender komunikan/receiver

Umpan balik/feed back

Berbicara merupakan kegiatan aktif produktif . Untuk lebih jelasnya perhatikan


gambar di bawah ini:

Pembicara penyimak

Gagasan/pesan ujaran kesan

Produktif Reseptif

33
Dalam proses komunikasi terjadi proses pemindahan pesan dari komunikator

(pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah orang yang

memiliki pesan, pesan tersebut akan disampaikan kepada komunikan yang

terlebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak

simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.

Nurgiyantoro (1987) menyatakan bahwa dalam proses berbicara diperlukan

penguasaan terhadap lambang bunyi, baik untuk keperluan menyampaikan

maupun menerima gagasan. Jadi orang-orang buta huruf pun dapat

menyampaikan gagasannya secara baik. Misalnya para penutur asli (native

speaker).

Peristiwa berbicara akan berlangsung apabila dipenuhi sejumlah persyaratan


antara lain:

a. pengirim : orang yang menyampaikan pesan

b. pesan : isi pembicaraan

c. penerima : orang yang menerima pesan

d. media : bahasa lisan

e. sarana : tempat, suasana, dan peralatan yang dipergunakan

f. interaksi : searah, dua arah, atau multi arah.

B. Proses Berbicara

34
Berbicara sebagai suatu proses. Suhendar dan Supinah (1992) menyatakan
bahwa berbicara merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau perasaan
menjadi wujud bunyi bahasa yang diterima oleh si penyimak, lalu diubahnya
ke dalam berbagai makna yang saling bertalian antar satu dengan yang lainnya
dan melahirkan suatu kesan sebagai wujud penerimaan si penyimak.

PIKIRAN

BERBICARA

BUNYI BAHASA YANG BERMAKNA

C. TEKNIK BERBICARA DI DEPAN UMUM

Menurut beberapa pakar public speaking, seorang pembicara di depan umum perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Pendekatan dan Permulaan

Begitu Anda berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan


waktu sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua pendengar dan
mungkin untuk meletakkan catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan kalimat
pertama yang meyakinkan untuk diucapkan.Ada beberapa pilihan cara memulai
pembicaraan,tergantung suasana pendengar Anda. Misalnya, bisa dengan
mengajukan pertanyaan, bisa dengan menyampaikan cerita singkat atau
pengalaman, yang nanti ada kaitan dengan materi pembicaraan, bisa dengan sebuah
permainan, atau langsung dengan mengutarakan gambaran umum tentang materi
pembicaraan.

35
b. Mengatasi kegugupan di depan panggung

Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap pembicara
di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah mengalami gugup atau demam
panggung pada saat mereka pertama kali berbicara di depan umum. Rasa gugup dan
demam panggung hanya bisa diatasi dengan proses latihan.

c. Membuat ketertarikan pendengar

Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengar pembicara adalah: hal-
hal baru (materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk akal; jangan pernah
minta maaf kepada para pendengar sebab itu tidak menarik (jadi pandanglah bahwa
pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda); Segar, aktual, dan kadang-
kadang diselingi humor.

d. Menjaga ketepatan berbicara, kejernihan, dan volume suara

Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup kuat
agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan jelas. Bicara secara tepat,
tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat - memudahkan pendengar menerima ide
Anda. Suara Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness) seperti halnya jika
Anda berbicara kepada sahabat karib Anda.

e. Mempercayai kemampuan sendiri

Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang Anda miliki
untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian dan latihan.

f. Memperbanyak perbendaharaan kata-kata

36
Penguasaan perbendaharaan kata-kata yang banyak dan pemilihan kata-kata yang
tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan berbicara. Isi pembicaraan
bertambah variatif sehingga tidak membosankan.

g. Memberi tekanan dalam pembicaraan dan bersemangat (antusias)

Semua gerakan Anda - mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara - haruslah
Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh semangat. Anda harus selalu
tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide Anda.
Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara setengah-
setengah, bimbang, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara bicara yang tepat
adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik.

h. Menepati waktu

Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk segera


berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah waktu yang telah ditetapkan
(know when to stop talking).

i. Memiliki kelancaran berbicara dan rasa humor

Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks, dan
tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada sedikit unsur
humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan hati sehingga dapat menimbulkan
tertawa.

j. Berbicara dengan menyenangkan dan wajar

Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit, Jika mulut Anda berbusa atau
Anda berkeringat dan Anda perlu mengelapnya, gunakanlah saputangan, itu untuk
menjaga agar Anda tetap berbicara dengan menyenangkan. Kemudian, Anda perlu

37
bersikap wajar atau tidak berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau informasi.
Hal yang juga penting, pada umumnya pendengar menginginkan seseorang berbicara
dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang tidak jelas
artinya.

k. Menggerakkan tubuh secara alami

Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau alami akan
melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih menarik untuk dipandang.
Gerakan tubuh adalah bahasa non-verbal. Untuk penyampaian pikiran dan perasan
tertentu, gerakan tubuh juga sangat berarti.

l. Memakai pakaian yang serasi

Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian seseorang.


Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicra yang memakai pakaian
yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pingang, sepatu, dasi, dan sebagainya.

m. Penutupan dan Pengakhiran

Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting, berhenti sejenak


(pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, “sekarang saya sampai
pada kesimpulan” atau “Apakah di antara Anda (masih) ada pertanyaan?”, dan
jangan lupa kata-kata terakhir “Terima kasih”. Kemudian meninggalkan mimbar
dengan senyuman manis.

D. Komunikasi Efektif
Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah seni
berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami
dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback)

38
sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal (menurut Stewat L. Tubbs dan
Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi, 1993):

1. Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang dimaksud oleh


komunikator
2. Kesenangan, adanya kesenangan yang muncul bagi komunikan dan
komunikator
3. Pengaruh pada Sikap, adanya pengaruh pada sikap atau tindakan komunikan
sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh komunikator
4. Hubungan sosial yang makin baik, terjalinnya hubungan sosial yang semakin
baik sebagai dampak pesan yang disampaikan oleh komunikator
5. Tindakan, adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki
komunikator.

E. Jenis-jenis Berbicara

a. Pidato

Pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal di hadapan
massa. Atau dapat pula dikatakan pidato adalah sejenis kegiatan
berkomunikasi lisan yang tidak dapat disamakan dengan bercakap-cakap
biasa.

Sebelum menyampaikan gagasan dalam berpidato langkah-langkah yang perlu


dikerjakan adalah:

1. Meneliti masalah meliputi: a) menentukan maksud

b) menganalisis pendengar

39
c) memilih dan menyempitkan topik

2) Menyusun uraian meliputi: a) mengumpulkan bahan

b) membuat kerangka uraian

c) menguraikan secara mendetail

3) Mengadakan latihan, yaitu melatih dengan suara nyaring

Kemahiran berpidato bukan hanya menuntut penguasaan yang baik, melainkan juga
menghendaki persyaratan lain, seperti: keberanian, ketenangan menghadapi massa,
kecepatan bereaksi, dan kesanggupan menyampaikan secara lancar dan sistematis.

b.Bercerita

Cerita bisa dikatakan tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya


suatu hal (peristiwa, kejadian dan sebagainya) (Depdikbud, 1988: 165)

Manfaat yang bisa dipetik dalam bercerita yaitu: memberikan hiburan, mengajarkan
kebenaran, dan memberikan keteladanan atau model.

Untuk menjadi pencerita yang baik persyaratan yang perlu diperhatikan antara
lain: (1) penguasaan dan penghayatan cerita, (2) penyesuaian situasi dan kondisi, (3)
pemilihan dan penyusunan kalimat, (4) pengekspresian yang alami, dan (5)
keberanian.

Terkait dengan pernyataan di atas Mulyati dkk. (2008) mengemukakan


pendapatnya bahwa untuk menjadi pencerita yang baik, maka perlu mempersiapkan
diri dengan cara: (1) memahami pendengar atau audiens, (2) menguasai materi cerita,
(3) menguasai olah suara, (4) menguasai berbagai macam karakter, (5) luwes dalam
berolah tubuh dan (6) menjaga daya tahan tubuh.

40
Lanjut dijelaskan Mulyati bahwa ada enam jurus bercerita yaitu: (1)
menciptakan suasana akrab, (2) menghidupkan cerita dengan cara memiliki
kemampuan teknik membuka cerita, menciptakan suasana dramatik, menutup dan
membuat pendengar penasaran, (3) kreatif, (4) tanggap dengan situasi dan kondisi (5)
konsentrasi total, dan (6) ikhlas

Sejak zaman dahulu orang tua mempunyai kebiasaan bercerita ketika sedang
meninabobokkan anaknya di tempat tidur. Ibu atau orang tua yang mahir bercerita
akan disenangi anak-anaknya. Melalui bercerita antara ibu dan anak dapat menjalin
hubungan yang akrab.

Berikut ini ada contoh dongeng, pahamilah isinya lalu cobalah ceritakan di
depan teman-temanmu dengan kata-kata sendiri!

PUTRI KENCANA DAN PANGERANG KATAK

Dahulu ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai seorang putri
yang amat cantik yang bernama putri Kencana. Ia sangat disayang karena merupakan
anak tunggal. Oleh karena itu, ia dilarang bermain jauh.

Pada suatu malam, Tuan Putri bermimpi bertemu dengan seorang pangerang
yang tampan rupawan. Sejak saat itu tuan Putri selalu gelisah ingin bertemu dengan
Pangerang yang dijumpai dalam mimpinya. Pada suatu hari tuan putri bermohon
kepada ayahandanya agar diperkenangkan berjalan-jalan ke luar istana. Permohonan
itu dikabulkan asalkan selalu diiringi para dayang dan pegawai istana.

Dalam perjalanan, sampailah tuan putri di suatu tempat yang sangat indah
pemandangannya dan sejuk udaranya. Di sana pun terdapat kolam yang jernih airnya.
Di tempat itu tuan putri bercengkerama amat gembiranya, seolah-olah tidak ingin
kembali ke istana.

41
Ketika sedang bermain-main, selendang tuan putri diterbangkan angin dan
jatuh ke dalam kolam. Meskipun para dayang dan pegawai istana berusaha untuk
mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga. Tuan putri amat sedih, tidak henti-hentinya
menangis. Para dayang dan pegawai bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba melompatlah seekor katak amat besar dari dalam
kolam itu. Binatang itu menghadap tuan putri dan bercakap-cakap layaknya manusia.
“Mengapa tuan putri menangis?” tanyanya, jawab tuan putri, “Selendangku jatuh ke
bawah dan tidak ditemukan kembali”, “Tolong carikan,”pintanya. “Baiklah tuan
putri, tetapi apa upahnya jika aku dapat menemukan kembali? Kata katak itu. “Akan
kuberi engkau makanan yang lezat dan emas berlian”, jawab tuan putri. Tawaran tuan
putri ditolaknya. “Tuanku bukan intan permata atau makanan yang lezat yang
kuminta, tetapi aku ingin selalu bersamamu.” “Baikalah kalau demikian”, jawab tuan
putri.

Seketika itu juga menyelamlah katak itu ke dasr kolam dan sesaat kemudian
muncul kembali sambil membawa selendang tuan putri. Melihat hal itu, putri sangat
gembira, lalu disambutnya selendang itu. Namun setelah itu, tuan putri segera
meninggalkan tempat itu, tanpa menghiraukan lagi katak yang menemukan
selendangnya. Katak itu sangat kecewa karena putri telah ingkar janji. Dengan
melompat-lompat disusulnya rombaongan tuan putri itu sampai ke istana. Pada
malam harinya katak itu segera mencari kamar tuan putri. Di sana didapatnya putri
sedang bercakap-cakap dengan baginda. Sang katak mengetuk pintu, lalu
dibukakannya pintu itu oleh tuan putri. Dengan jengkel putri menanyakan maksud
kedatangannya. Dijawabnya bahwa ia hendak menuntut janji agar dapat hidup
bersama putri. Namun karena malu diketahui hal itu oleh ayahandanya, pintu itupun
ditutupnya kembali dengan rapat.

42
Berkali-kali katak itu mengetuknya tetapi putri pura-pura tidak
mendengarnya.tuan putri kesal, sedih, dan selalu gelisah sebab selalu didatangi katak
yang menangih janjinya.

Pada suatu hari baginda bertanya, mengapa putri selalu sedih dan tampak
gelisah setiap saat. Tuan putri tidak bisa berbohong lagi, lalu diceritakannya semua
kejadian yang menimpa dirinya. Setelah baginda mendengarkan cerita itu, iapun
berkata, “Penuhilah janjumu, sebab janji adalah utang.”

Sejak saat itu sang katak selalu kelihatan bersama-sama putri, ia tidak bisa
menghindar lagi siang malam ia selalu bersama-sama dengan katak itu. Ketika tuan
putri naik keperaduan. Katak pun selalu berbaring di sampingnya. Pada suatu malam
putri bertanya kepada katak, “Hai katak mengapa kamu berlaku demikian?” katak pun
bercerita sejak awal sampai akhir mengenai pengalamanya menjelma menjadi seekor
katak. Ternyata katak itu adalah seorang pengerang yang telah disihir untuk menjadi
seekor katak. Dan nanti bisa bebas setelah beberapa lama diizinkan tinggal bersama
dengan seorang putri. Setelah selesai becerita sang katak itu pun melepaskan baju
kataknya dan berubah menjadi pangerang yang gagah perkasa.

Keesokan harinya pangerang diajak oleh putri menghadap baginda. Sang raja
sangat gembira mendengar cerita bahwa sebenarnya sang pangrang tidak lain putra
raja Kuripan yang masih sanak saudaranya sendiri. Kejadian itu segera disampaikan
kepada raja Kuripan. Tidak beberapa lama kemudian. Dilangsungkanlah perkawinan
agung anatara kedua orang itu.

(Mulyati, dkk. 2008).

43
c.Berdialog

Mulyati dkk. (2008: 3.3) Dialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran
atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang atau lebih.Dialog
secara umum diartikan kegiatan berbicara dua arah, maksudnya para partisipan saling
berbicara, bertanya jawab, dan menanggapi mitra bicara. Dialog dalam pengertian
khusus adalah percakapan yang terjadi antar pelaku dalam suatu drama. Berbagai
bentuk dialog seperti tegur sapa, wawancara, diskusi, dan bertelpon. Dalam kajian ini
dialog diartikan secara sederhana yaitu, percakapan yang terjadi antara dua orang atau
lebih. Dialog seperti ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja. Topik pembicaraannya
pun sangat bervariasi dari hal yang ringan sampai pada persoalan yang berat.

Dialog dapat dilakukan diberbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi
dialog misalnya di rumah, di pasar, di jalan raya, di kamar, di sekolah , di rumah sakit,
dan di tempat umum lainnya.

Hal yang perlu mendapat perhatian (1) bagaimana seseorang dapat menarik
perhatian, (2) bagaimana cara memulai dan memprakarsai pembicaraan atau
percakapan, (3) bagaimana cara menginterupsi, menyela, memotong pembicaraan,
mengoreksi, memperbaiki kesalahan, dan mencari kejelasan, serta (4) bagaimana
mengakhiri suatu percakapan.

d.Berdiskusi

Arsyad (1988: 37) Diskusi berasal dari bahasa Latin yaitu discutio atau
discusium yang artinya bertukar pikiran. Akan tetapi belum tentu setiap kegiatan
tukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya merupakan suatu
bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,
dan keputusan bersama mengenai suatu masalah dengan demikian bertukar pikiran

44
baru dapat dikatakan berdikusi apabila: (1) ada masalah yang dibicarakan, (2) ada
seorang yang bertindak sebagai pmimpin diskusi, (3) ada peserta sebagai anggota
diskusi, (4) setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur, dan (5) kalau
ada kesimpulan atau keputusan hal itu disetujui semua anggota( Arsyad, 1988: 37).

Diskusi atau tukar pikiran merupakan bentuk berbicara dalam kelompok, yang
banyak digunakan dalam masyarakat. Penerapannya dapat ditemukan dalam berbagai
kegiatan, misalnya rembuk desa, musyawarah, rapat, belajar kelompok. Diskusi
sering diartikan sebagai pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu
masalah. Selanjutnya Nio (1981) mengatakan bahwa diskusi adalah proses pelibatan
dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka dengan tujuan
yang sudah jelas dilakukan melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan
masalah. Sementara Brihart (1973: 2) mengemukakan bahwa diskusi adalah
pembicaraan dua orang atau beberapa orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih
dari satu orang, (2) dilaksanakan dengan bersemuka,(3) menggunakan bahasa lisan
(4) tujuannya untuk mendapatkan kesepakatan bersama, (5) dilakukan melalui tukar
menukar informasi atau tanya jawab.

Suatu diskusi dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi syarat-syarat


berikut ini:

(1) pimpinan dan peserta diskusi memahami peranannya


(2) suasana demokratis (terbuka)
(3) peserta diskusi berpartisipasi penuh
(4) selalu dikembangkan bimbingan dan kontrol
(5) mengutamakan kontra argumen dan bukan kontra emosi
(6) menggunakan bahasa yang singkat dan tepat

45
(7) tidak menopoli pembicaraan
(8) menghasilkan suatu kesimpulan

Untuk memahami pendapat orang lain peserta diskusi sebaiknya:

(1) mendengarkan uraian dengan penuh perhatian


(2) menghilangkan sikap emosional dan prasangka negatif
(3) memahami gagasan utama dan gagaan penjelas serta mempertimbangkannya.

Dalam mengajukan pertanyaan atau sanggahan hendaklah dilakukan


secara santun, misalnya

(1) pertanyaan dan sanggahan yang diajukan harus jelas (tidak berbelit-belit)
(2) pertanyaan dan sanggahan, diajukan dengan santun, menghindari pertanyaan
yang berupa perintah langsung,
(3) diusahakan agar pertanyaan dan sangggahan tidak ditafsirkan sebagai
bantahan atau debat, sementara itu dalam menjawab pertanyaan atau
memberikan tanggapan balik, sebaiknya memperhatikan empat hal yaitu: (1)
jawaban dan tanggapan sehubungan dengan pertanyaan dan tanggapan, (2)
jawaban harus objektif dan diharapkan dapat memuaskan berbagai pihak, (3)
prasangka dan emosi harus dihindarkan, (4) bersikap jujur dan terus terang
apabila tidak bisa menjawab.

Menurut Arsyad (1988: 38) diskusi yang sifatnya melibatkan sejumlah massa
sehingga terjadi interaksi massa, bentuknya dapat bermacam-macam antara lain:
diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstorming.Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan satu persatu di bawah ini:

46
1) Diskusi Panel

Diskusi panel pada prinsipnya melibatkan beberapa panelis yang memunyai


keahlian dalam bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan pendapat dan
pandangannya mengenai suatu masalah untuk kepentingan pendengar. Panel
dipimpin oleh seseorang moderator. Masalah yang didiskusikan dapat memberi
berbagai penerangan atau perluasan pengetahuan kepada pendengar tentang
masalah yang sedang hangat dalam masyarakat.

Tidak selalu para panelis satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat lebih
merangsang para pendengar. Dengan mendengarkan beberapa pendapat para ahli,
pendengar akan dibimbing ke arah berpikir secara kritis dan melatih kemampuan
menganalisis masalah. Berhasil atau tidaknya panel sangat tergantung kepada
kelincahan moderator.

Tidak selalu para panelis satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat para
panelis lebih merangsang para pendengar. Dengan mendengar beberapa pendapat
para ahli, pendengar akan dibimbing ke arah bepikir secara kritis dan melatih
kemampuan menganalisis masalah. Berhasil atau tidaknya panel sangat tergantung
kelincahan moderator

2) Simposium

Simposium hampir sama dengan panel, hanya lebih bersifat formal.


Pemrasaran harus menyampaikan masalah mengenai suatu masalah yang disoroti dari
sudut keahlian masing-masing. Peranan moderator tidak seaktif dalam diskusi panel,
tetapi sebaliknya para pendengar atau pesertalah yang lebih aktif berpartisipasi.
Masalah yang dibahas dalam simposium mempunyai ruang lingkup yang luas,
sehingga perlu ditinjau dari berbagai sudut atau aspek ini untuk mendapatkan
perbandingan. Pada simposium dilakukan sanggahan umum terhadap prasaran dan

47
sanggahan itu disusun secara tertulis.Para peserta dapat menemukan pendapatnya
secara langsung kepada pemrasaran melalui moderator. Dalam simposium tidak
diambil suatu keputusan, tatapi hanya untuk mendapat petrbandingan tentang suatu
masalah.

3) Seminar

Seminar merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah tertentu


dengan prasaran dan tanggapan melalui suatu diskusi untuk mendapatkan suatu
keputusan bersama mengenai masalah tersebut. Berbeda dengan simposium, masalah
yang dibahas dalam seminar mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan tertentu.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan jalan keluar yang berkecimpung dalam
masalah tersebut, sehingga dapat memberikan pandangan dan pendapat dalam
pemecahan masalah tersebut. Seminar merupakan pembahasan secara ilmiah,
walaupun yang menjadi topik pembicaraan adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Tujuan utamanya adalah untuk memecahkan suatu masalah.
Oleh sebab itu, seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan,
baik berbentuk usul, saran, resolusi, atau rekomendasi.

Secara garis besar pelaksanaan seminar sebagai berikut:

(a) Dimulai dengan mendengarkan pandangan umum tentang suatu masalah.


(b) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (sidang komisi)
(c) Kelompok-kelompok bersidang kembali untuk mengesahkan kesimpulan
komisi (sidang pleno);
(d) Hasil dirumuskan dalam bentuk usul, saran, resolusi dan sebagainya yang
dianggap perlu.

4) Lokakarya

48
Masalah yang dibahas dalam lokakarya atau istilah lainnya workshop,
mempunyai ruang lingkup tertentu dan dibahas secara mendalam. Pesertanya adalah
orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut. Dalam lokakarya masalah dibahas
melalui prasaran dan tanggapan, serta diskusi secara mendalam. Kalau perlu diikuti
dengan demonstrasi atau peragaan.Biasanya lokakarya ini diikuti oleh sekelompok
orang yang bergerak dalam lingkungan kerja yang sejenis atau seprofesi.Lokakarya
biasanya diadakan bila:

(a) Ingin mengevaluasi suatu proyek yang sudah dilaksanakan


(b) Ingin mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat
(c) Untuk bertukar pengalaman dengan tujuan lebih meningkatkan kemampuan
kerja.

5) Brainstorming(Curah Pendapat)

Bentuk ini dapat dipakai untuk mendiskusikan segala masalah. Yang


dimaksud dengan brainstorming ialah aktivitas dari sekelompok orang yang
memproduksi/ menciptakan gagasan yang baru sebanyak-banyaknya. Brainstorming
ini diterapkan apabila:

(a) Ingin menentukan informasi semacam apa yang diperlukan dan bagaimana
mendapatkan informasi tersebut;
(b) Ingin menentukan kriteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya sebuah
gagasan;
(c) Ingin menentukan gagasan yang mana yang mungkin dilakukan;
(d) Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan keputusan setepat-tepatnya.

Melalui brainstorming diharapkan tercetus gagasan atau kritik sebanyak-banyaknya.


Semakin banyak gagasan atau kritik, semakin baik, dalam hal ini peserta berlatih pula

49
menggabungkan dan meningkatkan gagasan-gagasan, karena itu, bentuk ini sangat
berguna bagi orang yang sudah berpengalaman untuk meningkatkan keterampilannya
dalam berdiskusi dan yang belum berpengalaman dapat mencontoh cara berdiskusi.

Moderator dalam bentuk ini sangat berperan, kalau brainstorming mendadak


berhenti karena kehabisan gagasan, moderator dapat memancingnya dengan
mengemukakan gagasan yang telah disepakatidan memberikan pertanyaan-
pertanyaan. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan moderator. Karena brainstorming
mengundang pemecahan masalah dengan banyak kemungkinan, dalam bentuk ini
diperlukan pula seorang notulis untuk merekam jalannya diskusi dengan mencatat
gagasan-gagasan yang timbul.

e.Debat

Debat adalah Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi


karena harus mempertahankan pendapat. (Mulyati, 2008: 3.6). Setiap pihak yang
berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar
pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-
pendapatnya.

Sebelum berdebat peserta debat harus mempersiapkan penyusunan materi dan


argumentasi dengan referensi yang memadai. Dalam debat pemimpin berhak
menentukan apakah anggota kelompok (khalayak) dapat bertanya kepada peserta
debat(pembicara) atau tidak. Selain itu pemimpin debat harus menentukan masalah
yang mengundang perdebatan Panitia debat harus menyiapkan dua kelompok yang
bersedia memperdebatkan masalah yang sudah ditentukan. Kelompok A adalah
kelompok yang menyetujui masalah, sedangkan kelompok B adalah Yang tidak
menyetujui masalah.

Laksono (2003:21) menjelaskan bahwa tata cara debat adalah:

50
(1) Pembicara satu dari kelompok A diberi kesempatan kira-kira empat menit
untuk mengajukan pendapat dan alasannya menyetujui hal itu.
(2) Pembicara satu dari kelompok B diberi kesempatan kira-kira empat menit
untuk mengutarakan pendiriannya yang menolak masalah yang diperdebatkan.
(3) Pembicara dua dari kelompok A diberi kesempatan kira-kira empat menit
untuk menambah alasan-alasan mengenai pendirian kelompoknya.
(4) Pembicara dua dari kelompok B diberi kesempatan selama kira-kira empat
menit untuk memperjelas dan menambah alasan-alasan yang menolak masalah
yang diperdebatkan.
(5) Pembicara satu dari kelompok B diberi kesempatan untuk menanggapi
pendapat kelompok A. Sifat pembicaraannya menangkis apa yang diutarakan
kelompok A. kesempatan kelemahan dan alasan kelompok A diserang. Sementara
itu pembicara akan lebih menunjukkan alasan-alasan yang menolak masalah yang
diperdebatkan. Kelompok penyanggah (B) yang diwakili pembicara satu harus
berusaha mempengaruhi khalayak supaya berpihak pada kelompoknya.
Kesempatan yang diberikan kepada pembicara satu dari kelompok B kira-kira
empat menit.
(6) Pembicara satu dari kelompok A diberi kesempatan untuk menangkis
alasan-alasan yang diutarakan kelompok B dengan alasan dan bukti yang kuat.
Waktu yang diberikan kepada pembicara satu dari kelompok A kira-kira empat
menit.
(7) Kesempatan kira-kira empat menit terakhir bagi pembicara dua dari
kelompok B digunakan untuk membuat simpulan dan sekaligus menolak serta
menandaskan alasan-alasan kelompoknya.
(8) Kesempatan kira-kira empat menit bagi pembicara dua dari kelompok A
digunakan untuk menangkis, menambah alasan, menunjukkan kelemahan lawan,
membuat simpulan dan menunjukkan bahwa pendirian kelompoknya adalah benar.

F. Teknik Moderator

51
1. Pengertian Moderator

Moderator adalah seseorang yang bertugas untuk memoderasi dan mengawasi


jalannya posting di forum yang menjadi tanggung jawabnya dengan Tujuan
utamanya adalah agar forum dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan
topiknya serta berlangsung secara kondusif.

Moderator akan melaksanakan tugas dalam suatu forum biasanya setelah ia


diundang atau dipersilakan oleh pewara/MC, sejak itulah kendali acara sepenuhnya
berada pada moderator.

Tugas seorang moderator dapat dirumuskan dengan pendekatan 7 M. 7 M


adalah: Membuka, Memperkenalakan, Menjelaskan, Mempersiapkan, Mengarah-
kan, Menyimpulkan, dan Menutup. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu:

a. Membuka

Awalilah membuka acara dengan mengucapkan salam, sapaan, dan senyum


bersahabat kepada peserta, ucapan terima kasih kepada MC sebagai rasa hormat
kepada pengatur acara, komunikasi kepada peserta seperti ajakan bersyukur, dan
harapan positif kepada peserta untuk mengikuti jalannya seminar atau diskusi dengan
baik serta tekad memetik manfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dari
topik yang disajikan.

b. Memperkenalkan

Moderator harus memperkenalkan nara sumber dan notulis dalam diskusi


formal. Identitas nara sumber: nama lengkap, nama panggilan akrab, gelar akademik,
jabatan atau profesinya. Atau boleh juga memperkenalkan nara sumber dengan
membaca biodata atau Curriculum Vitae (CV). Dan untuk notulis cukup

52
memperkenalkan namanya dengan jabatan atau profesinya. Bila ada tokoh yang hadir
dalam forum seminar perkenalkan pula sebagai rasa hormat kepadanya.

3. Menjelaskan

Langkah berikutnya moderator menjelaskan topik diskusi, teknis


pendiskusian, dan informasi waktu yang tersedia. Misalnya berapa lama waktu
pemateri untuk memaparkan, diskusi atau tanya jawab berapa lama? setiap sesi
berapa pertanyaan dan setiap orang dapat mengajukan berapa pertanyaan.

4. Mempersilakan

Langkah keempat moderator akan mempersilakan nara sumber untuk


menyampaikan paparannya dengan membatasi waktu 15, 20, 30 menit atau lebih
lama lagi, disesuaikan dengan waktu yang dipersiapkan untuk setiap pembicara.
Apabila nara sumber keasyikan berbicara sehingga waktu hampir habis, maka
moderator berhak mengingatkan dengan cara yang santun. Mislnya mohon maaf
waktu bapak tinggal 5 menit atau mohon disisihkan waktu untuk tanya jawab 15
menit. Biasanya ditulis dalam secarik kertas.

Kegiatan selanjutnya moderator akan mengundang/mempersilakan peserta


untuk menyampaikan tanggapan atau pertanyaan. Siapa saja dan berapa orang
dipersilakan untuk bertanya adalah kewenangan moderator. Setelah pertanyaan
ditampung, barulah moderator mempersilakan pemateri untuk merespons atau
menjawab permasalahan yang diajukan penanya.

5. Mengarahkan

Tugas penting moderator adalah mengarahkan diskusi agar berjalan tertib,


lancar, tepat waktu, tepat topik dan berusaha agar partisipasipeserta diskusi merata.

53
Tugas moderator mengarahkan diskusi adalah mendapatkan kesepahaman dan
kesepakatan atau simpulan yang komprehensif dari diskusi.

6. Menyimpulkan

Menyimpulkan hasil diskusi merupakan tugas penting bagi moderator. Dalam


praktiknya simpulan bisa disampaikan, bisa juga tidak tergantung dari waktu. kalau
waktunya sudah habis biasa peserta disuruh menyimpulkan sendiri. Tetapi kalau
waktunya masih ada penyampaian simpulan bisa notulis dipersilakan membacakan
simpulan atau moderator sendiri yang meyampaikan. Menyampaikan simpulan boleh
dibaca boleh juga langsung.

7. Menutup

Menutup merupakan rangkaian terakhir dari seluruh kegiatan moderator.


Kata-kata penutup biasanya berupa: ucapan terima kasih, manfaat materi seminar,
permohonan maaf, mengakhiri pembicaraan dengan mengucapkan hamdalah dan
salam penutup.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh narasi dari 7 M

Narasi Modertor : Membuka

Aslamualaikum Warohmatulohi Wabarokatuh,

Bapak, Ibu yang berbahagia, marilah kita awali membuka seminar ini
dengan bersama-sama mengucapkan basmalah Bismillahirohmanirohim.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang tengah mempertemukan kita
dalam keadaan sehat walafiat, sehingga insyaAllah kita akan mengikuti
acara seminar dengan topik “Prospek dan Tantangan Bisnis Kuliner
Kota Makassar” dari awal sampai akhir.

Bapak, Ibu sekalian, tak lupa kami mengucapkanselamat datang di Aula


STP Makassar terutama yang berasal dari luar kota dan baru pertama
kali hadir di tempat ini. Selamat datang dan selamat bergabung dalam

54
acara seminar ini.

Kedua nara sumber kita Prof. Dr. Rida Riyani, M.S. dan Prof. Dr. H.
Achmad Supardi, M. T telah hadir di tengah kita. Untuk itu kita segera
memasuki sesi seminar. Kepada nara sumber pertama Ibu Prof. Dr. Rida
Riyani, M.S. dengan hormat kami undang untuk menempati kursi di
depan. Kepada nara sumber mari kita berikan aplaus yang meriah.

Menjelaskan dan Memperkenalkan

Seminar ini akan berlangsung setengah hari masing-masing nara sumber


akan menggunakan waktu dua jam. Penyajian paparan setiap nara suber
90 menit kemudian 30 menit digunakan untuk berdiskusi.

Untuk 2 jam pertama akan diisi oleh pembicara pertama yang akan
memaparkan makalah berjudul “Kuliner Makassar sebagai Daya Tarik
Wisata Kota Makassar.” Setelah itu, disambung oleh Prof. Achmad juga
selama dua jam. Adapun judul makalahnya “Prospek dan Tantangan
Kuliner sebagai Daya Tarik Wisata”

Pelaksanaan diskusi akan dibuka 2 sesi setiap sesi akan mempersilakan


lima orang penanya. Setiap orang maksimal mengajukan dua
pertanyaan. Untuk itu silakan menyimak paparan yang disampaikan.

Untuk mengenal siapa sebenarnya nara sumber kita? Izinkan saya


membacakan CV Ibu Prof. Dr. Rida Riyani, M.S dan Bapak Prof. Dr.
H. Achmad Supardi, M.T. (CV dibacakan)

Mempersilakan

Peserta seminar yang saya hormati untuk mengefektifkan waktu marilah


kita menyimak paparan ibu Prof. Rida Riyani, kepada ibu disilakan
memanfaatkan waktu 90 menit. Bapak, Ibu peserta seminar mari Kita
beri aplaus Ibu Rida.

Begitu pula cara mempersilakan pemakalah II

55
Mengarahkan-Mempersilakan

Peserta seminar yang berbahagia dua makalah telah kita simak dari dua
pakar kita hari ini, tibalah saatnya untuk meresponsnya dengan
menyampaikan tanggapan pertanyaan atau sanggahan atas paparan dari
kedua nara sumber.

Untuk sesi pertama kami buka lima orang penanya, tiap penanya boleh
menyampaikan dua pertanyaan. Bagi yang mau bertanya diharapkan
angkat tangan, jangan lupa sebut nama dan asal lembaga. Kami akan
memilih lima orang di antaranya : satu orang di sebelah kiri, satu orang
di sebelah kanan, satu orang di bagian belakang, satu orang di bagian
tengah, dan satu orang bagian depan.

Mempersilakan-Mengarahkan-Mengonfirmasi Penanya

Penanya pertama Bapak Nurhadi, penanya kedua Ibu Yuniastuti,


penanya ketiga Ibu Nurhayati Malik, penanya keempat Bapak Muh.
Syukur, dan penanya kelima ibu Sukmawati.

Jangan lupa menyampaikan bahwa pertanyaannya ditujukan kepada


nara sumber siapa? Penanya pertama silakan bapak Nurhadi
Penanya kedua, ibu Yuniastuti, silakan …
Penanya ketiga, silakan ibu Nurhayati Malik …
Penanya keempat, silakan saudara Muh Syukur… dan
Penanya kelima, Ibu Sukamawati silakan

Dari lima penanya kami menampung delapan pertanyaan masing-


masing lima pertanyaan untuk Ibu Prof. Rida dan tiga pertanyaan untuk
Prof. Achmad.
Kami persilakan, pertanyaan pertama dan kedua dari Bapak Nurhadi,
akan dijawab oleh Prof. Rida …
Bagaimana Pak Nur terjawab dengan jelas? Ya, terima kasih.
Peserta seminar yang berbahagia kita56melanjutkan ke pertanyaan kedua
akan dijawab oleh Prof. Achmad kepada bapak Prof. dipersilakan …
dan seterusnya sampai terjawab semua.
Setelah dua sesi tanya jawab selesai dilanjutkan dengan
Menyimpulkan dan menutup Diskusi
Bapak Ibu, peserta seminar yang berbahagia, dari paparan dan pendis-
kusian, kami akan menyampaikan simpulan. Simpulan akan
disampaikan oleh notulis kita hari ini, untuk itu saya persilakan ibu Sri
Sulastri …

Bapak Ibu, sekalian demikianlah rangkaian dan akhir diskusi kita.


Semoga kita semua beroleh pencerahan dan ilmu yang bermanfaat. Kita
sampaikan ucapan terima kasih dan berikan aplaus yang meriah kedua
nara simber. Terima kasih ibu Rida dan Pak Achmad yang telah berbagi
ilmu kepada kami semua.

Bapak Ibu, yang saya hormati, Saya Andi Syamsuriani, selaku


moderator mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan kerja sama
baik sehingga kegiatan seminar berlangsung sukses. Tak lupa saya
memohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan. Marilah kita
akhiri diskusi ini dengan bersama-sama mengucapkan hamdalah,
Alhamdulilahi robbilalamin

Wasalamualaikum Wrohmatullohi Wabarokatuh.


( Acara saya kembalikan kepada pembawa acara).

G. Teknik MC

1. Pengertian Pewara/MC

57
Master of Ceremony (MC) adalah orang yang menjadi penentu sukses
tidaknya suatu acara. MC (baca emsi) bertanggung jawab sejak acara dimulai
sampai berakhir.

MC singkatan dari Master of Ceremony secara harfiyah, MC artinya penguasa


acara, pembawa acara, atau pemandu acara. Master = penguasa, ahli. Ceremony
artinya acara.

2. Syarat menjadi MC
Berikut ini adalah beberapa persyaratan utama yang harus dimiliki oleh seorang
Master of Ceremony:
a. Pengetahuan dan pengalaman luas
b. Cerdas
c. Rasa Humor
d. Sabar
e. Imajinasi
f. Antusiasme
g. Rendah hati dan bersahabat
h. Kemampuan bekerjasama

3. Tugas Pewara/MC

Tugas seoarang pewara/MC adalah penyiap, pengonsep, pengatur, sekaligus


pengendali jalannya acara yang sudah diskenariokan atau disusun rangkaian
acarnya terlebih dahulu.

Rangkaian kegiatan atau kronologi tugas seoarng MC ada duabagian besar


yaitu: praacara, merancang skenario susunan acara dan pada acara, mengendalikan
dan mengarahkan jalannya acara. Untuk lebih jelasnya akan diuraukan berikut ini:

58
a. Praacara, merancang skenario susunan acara

Merancang skenario susunan acara merupakan kegiatan penting yang harus


dilaksanakan dan dikoordinasikan kepada pihak terkait atau yang berkompeten
sebelum suatu acara dilaksanakan. Apabila rancangan acara yang telah dibuat
mendapat persetujuan, barulah susunan acara itu sah untuk disampaikan pada acara
yang sesungguhnya.

b. Pada saat acara, mengarahkan, membawakan acara

Mengelolah, mengendalikan, dan mengarahkan jalannnya acara merupakan


rangkaian kegiatan sangat penting selama acara berlangsung mulai dari membuka
sampai menutup acara.

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat kronologi tugas seoarang


pewara/MC pada saat acara berlangsung yang biasa diistilahkan 3M = Membuka,
Mengarahkan, dan Menutup acara.

1) Membuka acara

Saat membuka atau mengawali acara seorang pewara atau MC lazimnya


menyapa atau menyampaikan salam kepada peserta, mengucapkan selamt datang
di tempat, mengucapkan terima kasih, menyampaikan apresiasi atau penghargaan,
memanjatkan rasa syukur kepada Allah, dan terakhir menyampaikan susunan
acara. Pada tahap ini berlaku 4 S = salam, sapa, senyum, syukur.

2) Mengarahkan acara

Tugas selanjutnya seorang Mc adalah mengarahkan dan mengawal jalannya


acara demi acara yang akan berlangsung. Mempersilakan siapa untuk
menyampaikan apa. Misalnya mempersilakan ketua panitia untuk menyampaikan

59
laporan, mempersilakan ketua prodi untuk menyampaikan sambutan dan sterusnya
sampai yang berperan telah semua diberkan kesempatan.

3) Menutup acara

Pada kegiatan ini, MC bertugas menutup, mengakhiri rangkaina acara. Hal –


hal yang lazim disampaikan MC pada sesi meutup acara antara lain menyampaikan
ucapan terima kasih, permohonan maaf, mengucapkan selamat jalan kepada
peserta, dan memanjatkan harapan agar acara bermanfaat serta menutup acara
dengan ucapan hamdalah (alhamdulillahirobbilalamin) serta salam penutup yang
relevan d.engan salam pembuka dan suasana acara.

4. Tips Pewara/MC

Untuk kesuksesan sesorang melaksanakan tugas selaku pembicara yangbaik,


khusunya sebagai pewara/MC perhatikan delapan tips berikut ini,

1. Pastikan Anda tampil rapi, berbusana sopan, dan menarik perhatian. Tidak
glamor atau berlebihan. Hargailah audiens melalui penampilan Anda

60
2. Berdiri tegak, jangan kaku seperti berbaris, tetapi rileks tidak membungkuk.
Jangan bersandar karena akan membuat pernafasan terganggu. Bertelekan
atau menekankan tangan pada meja atau mimbar, terkesan menantang dan
tidak sopan.
3. Tujukan pandangan anda ke seluruh audiens selama 2 atau 3 detik bangun
kontak mata. Pandangan yang mengesankan akan memberikan kesan terbaik
pada audiens. Ekspresikan wajah dengan ceria dan menebar senyum ramah
pertanda bersahabat dengan pendengar.
4. Pastikan Anda tidak mendongak dari naskah atau catatan. Jangan keasyikan
menatap naskah apalagi lantai, langit-langit atau salah satu sudut ruangan.
5. Pastikan kalimat Anda lancar keluar dari hati melalui lisan Anda jangan
sekali-kali mulai pembicaraan dengan membaca naskah atau catatan.
6. Kalau menggunakan mikrofon, letakkan agak ke atas atau jangan ragu
meminta bantuan kepada teknisi untuk meletakkan ke posisi yang pas.
Lakukan cek suara sebelum acara dimulai.
7. Pelajarilah pemenggalan, hentian kata, dan perubahan suara yang akan
dilakukan.
8. Berlatilah secara serius sebelum pelaksanaan acara, jangan lupa berdoa karena
kesuksesan pewara/MC tentu atas bimbingan dan izin Allah.

Untuk latihan Perhatikan teks berikut:

Narasi MC
Prapembukaan
Mohon perhatian acara akan segera dimulai, hadirin dipersilalakan
untuk menenpati tempat duduk yang telah kami sediakan

Pembukaan
Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Alhamdulillahitobbil ‘alamin wasolatu wasalamu ala as-rofil ambiyai
walmursalim waala alihi wasohbihi aj-main.
Bapak, Ibu pimpinan, pejabat struktural fungsional UNM yang kami

61
hormati
Bapak Ibu pengurus dan Tim Pengawas Koperasi Teratai yang kami
hormati
Bapak Ibu seluruh anggota koperasi Teratai serta para undangan yang
kami banggakan.
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt. karena berkat
rahmat dan karunia- Nyalah, kita pada hari dapat berkumpul di Aula
Petta Rani dalam pelaksanaan acara Khitanan “Masal Keluarga Besar
Koperasi Teratai”
Kami sebagai panitia, tidak lupa mengucapkan selamat datang dan
terima kasih serta penghargaan kami atas kehadiran Bapak, Ibu semua
yang telah meluangkan waktunya menghadiri acara kami.

Susunan Acara
Bapak, Ibu adapun susunan acara kita hari ini adalah sebagai berikut
Pertama pembukaan, kedua laporan ketua panitia, ketiga sambuta ketua
umum Koperasi Teratai, keempat sambuta Rektor UNM, kelima
pembacaan doa, keenam penyerahan cinderamata, dilanjutkan dengan
ramah tamah, santap siang bersama, dan acara ketujuh penutupan.

Laporan Ketua Panitia


Bapak Ibu yang saya hormati marilah kita dengarkan bersama laporan
ketua panitia khitanan massal keluarga besar koperasi Teratai, yng
akan disampaikan oleh bapak Ir Tatang Suhendar kepada bapak, kami
persilakan.

Sambutan Ketua Umum


Bapak , Ibu acara berikutnya marilah kita simak sambutan singkat dari
ketua umum koperasi Teratai, Kepada yang terhormat Bapak H. Drs.
Andi Suryadarman M.H. kami persilakan

Sambutan Ketua
Sambutan terakhir adalah sambutan Rektor UNM, yang dalam
kesempatan ini akan disampaikan oleh pembantu Rektor dua Bapak
Prof Dr. Sofyan Kepada Bapak Prof. Dr. H. Sofyan kami persilakan

Pembacaan Doa
Bapak, Ibu dan saudara yang berbahagia, acara selanjutnya pembacaan
doa yang akan dipimpin oleh Bapak Zainal Hidayat, S,Ag. M.Ag.
kepada bapak kami persilakan

Pemberian cinderamata

62
Bapak, Ibu sekalian, acara selanjutnya adalah penyerahan cenderamata
kepada keluarga anak khitan
Kepada para orang tua/wali anak yang dikhitan kami undang untuk ke
depan menerima cenderamata dari panitia. Cenderamata akan
diserahkan langsung oleh Bapak Pembantu Rektor I UNM, Ketua
Koperasi Teratai, Badan Pengawas, dan Sekretaris Koperasi Teratai
UNM. Kepada Bapak disilakan untuk menyerahkan hadiah
1. Ayahanda ananda Fahri Jaelani
2. Ibunda ananda Muh Taufik
3. Ayahanda ananda Fatur Rahman
4. Ibunda ananda Yayat Hidayat
5. dst.

Demikianlah Bapak, Ibu yang telah kita saksikan bersama, penyerahan


cenderamata kepada keluarga anak khitan. Semoga anak yang dikhitan
menjadi anak yang soleh. Anak yang berbakti kepada orang tua, bangsa
dan negara serta taat kepada Allah swt.Amin

Selanjutnya kami persilakan kepada para Bapak, Ibu serta seluruh


hadirin, untuk memberikan ucapan selamat kepada keluarga anak
khitan. Selanjutnya diuacapkan selamat menikmati hidangan kami dan
hiburan organ tunggal.
Akhirnya saya … atas nama panitia yang bertugas memohon maaf
apabila ada hal-hal yang tidak berkenan. Selamat berbahagia untuk kita
semua.

Wasalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

H. Teknik Menyampaikan Sambutan

Ada tuju tips atau trik dalam menyampaikan sambutan:

1. Usahakan teks pidato dihapal (tidak dibaca), sehingga terlihat lebih lentur (tidak
kaku).
2. Berlatihlah di depan cermin untuk mengeksplorasi keterampilan berbicara.
termasuk pemilihan gesture (gerakan) dan intonasi (tinggi rendah suara).
3. Interaksi mata (contact eyes).
jangan menunduk, atau hanya memandang pada satu titik saja ketika berpidato.
pandanglah semua hadirin secara menyeluruh untuk menguasai audiens.

63
4. Lakukan latihan secara berulang hingga benar-benar lancar. bila perlu, ajak teman
dan kerabat terdekat ketika latihan agar menghindari nervous di hari H.
5. (A smile is the light in your window that tells others that there is a caring and
sharing, –Denis Waitley). artinya: senyum seperti cahaya di jendela yang
memberitahu oranglain ada perhatian dan keinginan berbagi. Hal kecil tapi
penting. senyum adalah salahsatu cara jitu untuk mendapatkan empati dari
audiens.
6. Kesan pertama yang memesona
Salam menjadi indikator apakah sambutan yang disampaikan akan ‘menarik’ atau
tidak. misal, jika menggunakan “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
atau “Selamat Pagi para Hadirin” maka katakan dengan PD (percaya Diri) dan
Lantang. tidak perlu teriak berlebihan, intinya salam pembuka harus diucapkan
dengan jelas dan Keras.
7. Berdoa pada Tuhan YME, dan jangan lupa meminta restu dari orangtua sebelum
naik mimbar.
Sebelum menyampaikan sambutan, sebaiknya kita merancang dulu pokok-
pokok isisambutan. Pokok-pokok sambutan itu sendiri terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:

1. Pendahuluan
Bagian-bagian pendahuluan:
a. Salam
b. Kalimat mukadimah ( Pembukaan )
c. Kata sapaan : Dibuat secara sistematis, dari jabatan tertinggi hingga jabatan
terendah.
d. Panjatan puji syukur
e.Ucapan terima kasih
f. Tujuan Kegiatan
2. Isi Sambutan

64
a. Latar belakang kegiatan / permasalahan
b. Materi pokok
3 Penutup
a. Kesimpulan
b. Harapan-harapan
c. Permohonan maaf
d. Salam 
Berdasarkan pokok-pokok sambutan tersebut dikembanngkanlah menjadi
suatu teks sambutan secara sistematis mulai dari pendahuluan hingga penutup. Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh teks sambutan berikut ini,

Contoh Teks Sambutan Kelulusan Sekolah


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

‫س ِّي ِد َن َاو َم ْوالَ َنا ُم َح َّم ِد ْبن َِع ْبدِالل ِهأ َ َّما َب ْع َد ُه‬
َ ‫س ْواِل لل ِه‬ َ ‫سالَ ُم َع َل‬
ُ ‫ىر‬ َّ ‫صالَ ُة َوال‬
َّ ‫ا ْل َح ْم ُدِلل ِه َوال‬
Yang saya hormati Bapak Kepala Sekolah MAN I Watampone
Yang saya hormati Bapak dan Ibu Guru MAN I Watampone
Serta teman-teman kelas 12 Angkatan 2014 khususnya kelas 12 IPA 6 yang saya
cintai.
 
Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah swt. Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari yang cerah
ini kita dapat berkumpul ditempat ini untuk merayakan “Kelulusan dan Perpisahan
Siswa/Siswi MAN I Watampone Angkatan 2014.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada panitia Kelulusan dan Perpisahan
Siswa/Siswi MAN I Watampone Angkatan 2014 yang telah mengizinkan saya berdiri
di sini untuk menyampaikan kata sambutan mewakili teman-teman yang akan
meninggalkan sekolah kita tercinta ini dan memberikan salam perpisahan di depan
para hadirin.

Saya ingin mengucapkan selamat kepada teman-teman semua atas keberhasilan kita
mengikuti ujian yang sangat menegangkan hingga kita berhasil lulus. Itu semua tak

65
luput dari do'a orangtua kita, usaha yang keras dari Bapak dan Ibu Guru yang telah
mendidik kita selama 3 tahun di sekolah yang sangat kita cintai ini.

Oleh karena itu, tiada kata yang paling pantas untuk kita ucapkan kepada Bapak dan
Ibu Guru, orangtua dan semua yang telah membantu dan mendoakan kita selain
ucapan terima kasih yang tak terhingga. Semoga Allah swt. membalas budi baik dan
jasa kalian semua.

Sesaat lagi kita bukan anak SMA lagi, bagi yang teman yang akan melanjutkan kuliah
ke perguruan tinggi kalian akan dipanggil mahasiswa atau mahasiswi. Perjuangan
belumlah berakhir, tantangan masih terbentang luas dihadapan kita, masih dituntut
keseriusan dan kesungguhan kita untuk belajar di jenjang yang lebih tinggi yaitu
bangku kuliah.

Suka duka yang kita alami selama kita mengikuti pelajaran di sekolah ini tidak akan
pernah kita lupakan, bahagaia, sedih, ceria, serius semua menjadi kenangan yang
sangat berharga yang akan selalu terpatri dalam ingatan kita, dan suatu saat nanti
entah 1 tahun, 10 tahun bahkan 50 tahun yang akan datang akan menjadi sejarah
perjalanan hidup kita. Kita akan bercerita tentang kebersamaan kita selama ini.

Kepada Bapak dan Ibu Guru, Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu TU pada
kesempatan ini saya mewakili teman-teman menyampaikan maaf yang sebesar-
besarnya kalau selama kami belajar disini banyak melakaukan kesalahan dan
kealfaan. Kadang kami tidak bisa membedakan mana saat-saat serius dan mana saat
bercanda. Semoga jerih payah Bapak dan Ibu Guru serta semua yang bertugas di
sekolah ini tidak sia-sia, dan akan dicatat oleh Allah sebagai amal ibadah. Amiin.

Di akhir kata saya ingin menyampaikan sebuah pantun, bila ada sumur diladang boleh
kami menumpang mandi, bila ada umur panjang suatu saat kita akan berjumpa lagi
menjadi seorang yang berarti bagi negeri yang kita cintai.

Demikian sambutan saya atas nama teman-teman yang telah lulus Angkatan 2014
atas segala kekurangannya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

I. Hubungan Berbicara dengan Aspek Keterampilan Berbahasa Lainnya

Keterampilan berbicara dapat menunjang keterampilan berbahasa lainnya.


Pembicara yang baik memberikan contoh yang dapat ditiru oleh penyimak.
Pembicara yang baik memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang

66
disampaikan. Keterampilan berbicara menunjang pula keterampilan menulis sebab
pada hakikatnya antara berbicara dan menulis terdapat kesamaan dan perbedaan .
keduanya bersifat produktif, berfungsi sebagai penyampai dan penyebar informasi.
Perbedaannya terletak pada media. Bila berbicara menggunakan media bahasa
lisan,maka menulis menggunakan media bahasa tulis. Namun keterampilan
menggunakan bahasa lisan akan menunjang keterampilan bahasa tulis. Begitu juga
kemampuan menggunakan bahasa dalam berbicara jelas pula bermanfaat dalam
memahami bacaan. Pengorganisasian isi pembicaraan hampir sama dengan
pengorganisasian bahan bacaan.

Dalam kehidupan sehari-hari ternyata manusia dihadapkan dengan berbagai


kenyataan yang menuntut keterampilan berbicara.

Tugas

1. Kemukakan pengertian berbicara dengan merujuk pendapat beberapa ahli dengan


bahasa Anda sendiri!

2. Jelaskan proses berbicara!

3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pembicara, ketika hendak berbicara di
depan umum, jelaskan secara singkat.

4. Kemukakan apa keterkaitan keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa


lainnya?

5. Setelah Anda memahami seluk beluk berbicara berdasarkan uraian sebelumnya,


apakah kemampuan berbicara perlu dimiliki oleh para guru? Kemukakan pendapat
Anda dan apa pula akibatnya kalau seorang guru tidak mampu berbicara?

67
6. Jelaskan tugas-tugas moderator!

7. Apakah perang penting MC Jelaskan!

8. Rangcanglah langkah praktis untuk menjadi MC dalam suatu acara seminar!

9. Rangcanglah contoh pokok-pokok isi sambutan lalu kembangkan menjadi suatu


sambutan dalam dalam acara Porseni!

BAB IV
KETERAMPILAN MEMBACA
(Reading Skills)

Kompetensi Dasar:
Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan
keterampilan dasar berbahasa Indonesia di bidang
membaca yang mendukung pembelajaran bahasa
Indonesia di SD/MI

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak dapat


diabaikan, karena pada hakikatnya kegiatan membaca dapat memperluas jangkauan
komunikasi antarpembaca dan penulis dan sekaligus dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan.

68
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak,
berbicara dan menulis. Dalam membaca seseorang dituntut untuk berinteraksi melalui
teks ( tulisan ). Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pesan yang ditulis
dalam sistem tanda baca (graphophonic knowledge). Apabila seseorang tidak
memiliki keterampilan membaca yang memadai, hampir dipastikan ia tidak mampu
berkomunikasi melalui teks. Apabila dihubungkan dengan tuntutan kehidupan saat
ini, tentu orang tersebut akan mendapatkan hambatan dalam memperoleh pesan/
infornasi yang disampaikan melalui teks /tulisan.

Istilah " membaca" sering dipakai , bukan saja dalam kaitannya dengan kajian
disiplin ilmu melainkan juga dipakai oleh orang kebanyakan, seperti dalam
ungkapan membaca alam, membaca hati, membaca mimik muka, dan lain - lain.
Dengan memadukan kedua sudut pandang itu, hakikat membaca dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok pandangan, yakni (a) sebagai interpretasi
pengalaman, (b) interpretasi lambang grafis, (c) paduan dari interpretasi pengalaman
dan lambang grafis. Dalam kaitannya dengan kajian disiplin ilmu , hakikat membaca
dapat ditelusuri dari definisi -definisi berikut.

A. Pengertian Membaca

Membaca sering diartikan kegiatan memahami bahasa melalui lambang atau


gambaran yang tertulis (Lado, 1964: 132).

Said (1991: 2) menyatakan bahwa membaca adalah alat untuk belajar dan alat
untuk mencapai tujuan, membaca dapat mengisi waktu senggang dan pelerai duka
yang akan mengantar pembaca pada kesenangan.

Soedarsono (1988: 4) menyatakan pula pendapatnya bahwa membaca adalah


aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-

69
pisah, meliputi: pembaca harus menggunakan pemahaman dan khayali, mengamati,
dan mengit-ingat.

Jadi membaca bukan hanya untuk mengetahui untaian kata-kata, tetapi


membaca mempunyai makna menerjemahkan dan menginterpretasikan tanda-tanda
atau lambang-lambang dalam bahasa yang dipahami oleh yang membacanya.

Untuk memperoleh pemahaman bacaan, seseorang pembaca memerlukan


pengetahuan, baik pengetahuan kebahasaan meliputi: kata, frase, klausa, kalimat,
paragraf, dan wacana. Pengetahuan nonkebahasaan meliputi: latar belakang
pengetahuan dan keterampilan pembaca.

(Anthony, Pearson & Raphael, 1993:284) mendefinisikan pengertian


membaca sebagai berikut:

1.     Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual menjadi lambang bunyi


(auditoris) Pengertian ini menyiratkan makna membaca yang paling dasar yang
terjadi pada kegiatan membaca permulaan. pada tahap ini membaca lebih ditujukan
pada pengenalan lambang-lambang bunyi yang belum menekankan aspek
makna/informasi.Sasarannya adalah melek huruf.
2.     Membaca merupakan suatu proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau
lambang-lambang verbal yang berupa rangkaian huruf-huruf menjadi bunyi-bunyi
bahasa yang dapat dipahami. Lambang-lambang verbal itu mengusung sebuah
informasi.  Proses pengubahan lambang menjadi bunyi berarti itu disebut proses
decoding (proses pembacaan sandi).
3.     Membaca merupakan proses merekontruksi makna dari bahan-bahan cetak. Definisi
ini menyiratkan makna bahwa membaca bukan hanya sekedar mengubah lambang
menjadi bunyi dan mengubah bunyi menjadi makna, melainkan  lebih ke proses
pemetikan informasi atau makna yang diusung si penulisnya.Dalam hal ini, pembaca

70
mencoba membongkar dan merekam ulang apa yang tersaji dalam teks sesuai dengan
sumber penyampaiannya (penulis).
4.     Membaca merupakan suatu proses rekontruksi makna melalui interaksi yang dinamis
antara pengetahuan siap  pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan
konteks bacaan (Anthony, Pearson & Raphael, 1993:284)
5.     Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialih kodekan dalam tulisan.
Apabila seseorag dapat berinteraksi dengan bahasa yang sudah dialih kodekan dalam
tulisan, orang tersebut dipandang memiliki keterampilan membaca.     Apabila itu
dihubungkan dengan siswa di SD berati tujuan pembelajaran membaca adalah agar
siswa memiliki  keterampilan berinteraksi dengan bahasa yang dialih kodekan dalam
tulisan.
Kelima definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, memperlihatkan rentangan
definisi membaca dari yang paling sederhana yang bertumpu pada kemampuan melek
huruf hingga kemampuan sesungguhnya yang bertumpu pada melek wacana.Yang
dimaksud dengan  melek huruf adalah kemampuan mengenali lambang-lambang
bunyi bahasa dan dapat melafalkan dengan benar. Kemampuan melek huruf
merupakan sasaran pembelajaran membaca permulaan yang harus berakhir minimal
di kelas 2 sekolah dasar. Sementara yang dimaksud dengan melek wacana adalah
kemampuan mengenali, memahami, dan memetik makna / maksud dari lambang-
lambang yang tersaji dalam bahasa tulis itu dalam artian yang sesungguhnya.
kempuan melek wacana merupakan sasaran dari pembelajaran pembaca tingkat
lanjut. Bahasa yang dialih kodekan disebut teks. Menurut Pappas (1995) :
Teks merupakan area isi pembelajaran menulis. artinya, peningkatan kemampuan
siswa untuk terampil membaca hanya bisa dilakukan apabila siswa belajar
berinteraksi melalui teks.Melalui teks siswa dapat mengetahui
1.      Sistem penulisan dalam suatu bahasa,
2.      Konteks komunikasi,apa yang terjadi, siapa yang terlibat (pelaku), dan kaidah bahasa
yang digunakan,        proses berinteraksi pengetahuan dan pengalaman,4.      Pesan sosial

71
yang dikemas dalam tulisan Membaca merupakan aktivitas (kegiatan) memahami
bahasa tulis (teks), ada 2 aktivitas yang dilakukan oleh pembaca, yakni :
1.      Membaca sebagai proses,
2.      Membaca sebagai Produk.
Membaca sebagi proses mengacu pada kegiatan fisik dan mental. Adapun
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan yang dilakukan
pada saat proses membaca, misalnya ; membaca menjadi mengetahui bahwa
meningkatkan keterampilan membaca itu penting, atau setelah dia membaca berita
pada koran dia akan mengetahui informasi - informasi yang telah diberitakan pada
koran tersebut.    Ada sejumlah aspek yang dituntut dari sejumlah pembaca. Aspek-
aspek itu adalah ;
1.      Aspek sensori, yakni kemampuan membaca untuk memahami simbol-simbol teks
2.       Aspek perseptual, yakni kemampuan membaca untuk menginterpretasikan simbol -
simbol teks (apa yang di lihat dan yang tersirat),
3.      Aspek skemata, yakni kemampuan pembaca untuk menghubungkan pesan tertulis
dengan struktur pengetahuan dan pengalaman yang ada,
4.      Aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat inverensi dan evaluasi
dari teks.
5.      Aspek Afektif, yakni kemampuan pembaca untuk membangkitkan dan
menghubungkan minat dengan motivasi dengan teks yang dibaca. Kelima aspek
tersebut harus berhubungan yang seimbang (harmonis) pada saat proses membaca,
sehingga itu membentuk interaksi dengan penulis melalui teks yang dibacanya
Tahap-tahap kegiatan pembaca saat berinteraksi dengan penulis melalui teks.Tahap-
tahap itu adalah ;
1.      Kegiatan pembaca sebelum membaca (tahap sebelum membaca) Kegiatan pembaca
pada tahap ini adalah ;
a.      Pembaca menggunakan pengetahuan (skemata) topik, bahasa yang digunakan dalam
teks sistem tanda baca serta  pola retorika atau struktur teks.

72
b.      Pembaca sudah memiliki "bekal” untuk membaca, pengalaman membaca
sebelumnya, penyajian teks, tujuan membaca dan sasaran atau fokus untuk membaca.
2.      Kegiatan membaca dalam proses membaca.  Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah
:  Pembaca melakukan kegiatan ;
a.      Pembaca melakukan kegiatan skiming dan scanning
b.      Pembaca melakukan kegiatan  pencarian pengertian 
c.       Pembaca melakukan kegiatan  Peramalan inplikatur
d.      Pembaca melakukan kegiatan  Pemaknaan kembali
e.      Pembaca melakukan kegiatan; Pengujian Hipotesis
f.        Pembaca melakukan kegiatan Menyusun kembali (melanjutkan hasil bacaan).
3.      Kegiatan pembaca setelah membaca (Kegiatan pasca baca) Kegiatan pembaca pada
tahap ini adalah:
a.      Pembaca merespons dalam berbagai cara (membicarakan, menulis atau
mengerjakan).
b.      Pembaca merefleksi berdasarkan apa yang dibaca
c.       Merasa sukses dan ingin membaca lagi
d.      Mengkreasikan apa yang dibaca.
Kegiatan pembaca pada masing-masing tahap itu dapat terlaksana apabila
pembaca sudah memiliki keterampilan mengubah lambang-lambang tertulis atau teks
menjadi lambang bermakna. Apabila pembaca sudah memiliki keterampilan tersebut
dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam masing-masing tahap
membaca berarti pembaca dipandang memiliki kemampuan komunikasi bahasa tulis.
Seseorang memiliki kemampuan komunikatif apabila orang tersebut sudah mampu
menggunakan kebahasaan, struktur kemampuan strategi produktif, mekanisme
psikofisik dan konteks (Bachman, 1990).

B. Proses Membaca

73
Pada hakikatnya, tindakan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu membaca

sebagai proses dan membaca sebagai produk (Burns dan Roe, 1996: 13, Syafiie 1993:

42). Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas, baik yang bersifat mental maupun

fisik, sedang membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang

dilakukan pada saat membaca.

Proses membaca sangat kompleks dan rumit. Proses ini melibatkan sejumlah

aktivitas, baik yang meliputi kegiatan mental maupun fisik. Menurut Burns (1996:7-17)

dan Syai’ie (1993 : 42-45) proses membaca terdiri atas delapan aspek. Kedelapan aspek-

aspek tersebut adalah (1) aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-

simbol tertulis; (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa

yang dilihatnya sebagai simbol atau kata; (3) aspek sekuensial, yakni kemampuan

mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks; (4) aspek asosiasi, yakni aspek

kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dan yang

dipresentasikan; (5) aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-

kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna pada teks itu; (6)

aspek berpikir, yakni kemampuan untuk membuat interferensi dan evaluasi dari materi

yang dipelajari; (7) aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang

telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajari;

(8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh

terhadap keinginan membaca. Aspek-aspek ini tidak selalu dilaksanakan dengan cara

yang sama oleh pembaca yang berbeda.

74
Interaksi antara kedelapan aspek secara harmonis akan menghasilkan hasil

membaca yang baik, yakni komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca.

Tarigan (1992) mengemukakan pula pendapatnya tentang proses membaca yaitu

ada tiga model membaca sebagai proses untuk memperoleh pemahaman

1.dari bawa keatas (botton up). Proses pemahaman botton up dilakukan dengan

memahami kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana.

2.dari atas ke bawah (top-down). Proses pemahaman top down dilakukan melalui

pemahaman wacana secara utuh yang bersifat prediktif kemudian ditelaah makna

paragraf, kalimat, klausa,frase, dan kata.

3.interaktif (Interactive). Proses pemahaman interaktif merupakan campuran dari kedua

proses tersebut.

Kegiatan membaca seperti di atas merupakan kegiatan membaca sebagi suatu proses.

Sedangkan kegiatan membaca sebagai suatu hasil berupa dicapainya komunikasi

pikiran dan perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi yang terjadi bergantung

pada pemahaman yang dirasakan melalui semua proses membaca. Oleh karena itu,

membaca sering disebut proses konstruktif. (menyusun gagasan atau maksud penulis).

C.Tujuan Membaca

Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang

bersifaf reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh

karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD

menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan

pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1995:5) Pengajaran bahasa

75
Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu

diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.

Kemahirwacanaan dalam konteks ini sejalan dengan konsep kemahirwacanaan yang

dikemukakan oleh Wells (dalam Joni, 1995:7), yakni kemahirwacanaan modus kritis dan

imajinatif. Kemahirwacanaan tersebut ditandai dengan kemampuan memaknai,

meringkas, menjelaskan, dan menyintesiskan informasi dalam teks. (Kathryn; 1995:15).

Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran bahasa

Indonedsia. Syafi’ie, (1999:2) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca siswa

diharapkan, antara lain: (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas

berbagai hal; (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi

dari bacaan; serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat

dari bacaan.

Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam Burns

dan Roe (1996:225), Rubin (19820; dan Syafi’ie (1993) menyebutkan empat tingkatan

atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif.

Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe

sebagaimana diuraikan sebagai berikut.

Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan

secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling

rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena

dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal

merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225).

76
Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang

dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial

berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan

secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang

dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman

pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.

Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman

kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca

membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu,

pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.

Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon

emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar

profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena

berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca (Hafni, 1981).

Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk

memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis.

Penetapan tujuan membaca bagi siswa harus memenuhi dua syarat, yaitu (1)

menggunakan pernyataan yang jelas dan tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau

dicari oleh siswa ketika membaca dan (2) memberi gambaran yang mudah ditangkap oleh

siswa tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setelah selesai membaca.

Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh guru, siswa akan berpikir sungguh-sungguh

untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang

77
ditujukan oleh guru akan menjadi model bagi siswa pada setiap saat ia akan membaca,

yaitu merumuskan tujuan lebih duhulu, baru kemudian menyesuaikan strategi membaca

yang dianggap paling sesuai.

D.Jenis Membaca

Jenis membaca yang diajarkan di SD akan diuraikan sebagai berikut:

1. membaca permulaan diajarkan di Kls. I – II dilakukan dengan bersuara (nyaring atau

teknis)

2. membaca lanjutan diajarkan di kls. III – VI terbagi : membaca teknis, membaca dalam

hati, membaca cepat atau memindai, dan membaca bahasa, Untuk lebih jelasnya

perhatikan uaraian di bawah ini:

Membaca Teknis (bersuara) yaitu membaca dengan melafalkan kata demi kata, kalimat

demi kalimat dari bahan bacaan dengan pengucapan, intonasi, dan tempo suara dengan

tepat.

Membaca Dalam Hati ialah jenis membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan apa

yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataan di masyarakat kegiatan

membaca dalam hati jauh lebih banyak dilakukan karena. Kegiatan membaca dalam hati

tidak mengganggu orang yang ada di sekitar pembaca. Waktu yang ditempuh juga dapat

lebih diperhemat daripada menyuarakan bahan bacaan.

Membaca Bahasa ialah jenis membaca yang mengutakan keterampilan murid dalam hal

menggunakan kaidah bahasa serta makna suatu kalimat atau kata yang sesuai dengan

konteksnya. Jadi dalam pelajaran membaca bahasa sasarannya bukan lagi ditujukan

78
kepada makna bahan yang dibaca atau pemahaman isi bacaan melainkan pada

penggunaan bahasa dalam bacaan.

Membaca Memindai ialah membaca dengan cepat sesuatu bahan bacaan untuk

mendapatkan suatu kesan awal atau untuk menemukan sesuatu yang dicari dan mungkin

ada di dalamnya. Jenis kegiatan membaca seperti ini sebagian pakar menyebutnya

skimming. Ada dua jenis membaca memindai yaitu scanning dan skimming.

Mikulecky ( 1990) menyatakan bahwa scanning adalah keterampilan membaca

yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Oleh karena itu, jenis

kegiatan membaca seperti ini pembaca tidak perlu membaca secara keseluruhan isi teks

bacaan dengan teliti. Yang dibutuhkan adalah kemampuan mata menjangkau sebanyak-

banyaknya kelompok kata yang dibutuhkan dan kemampuan berpindah dari jangkauan

pandangan ke jangkauan pandangan berikutnya. Dengan cepat sampai menemukan

informasi khusus yang dicari.

Skimming Mikulecky (1990) memiliki kesamaan dengan scanning yaitu

memerlukan kecepatan membaca yang tinggi, namun memiliki perbedaan dengan

scanning dalam hal sebagai berikut bahwa scanning merupakan jenis membaca cepat

dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus dalam suatu teks. Sementara

skimming menuntut pembaca memiliki kemampuan memproses teks dengan cepat guna

memperoleh gambaran umum mengenai teks tersebut.

E.Teknik Membaca

Teknik membaca yang akan dibicarakan adalah teknik SQ3R, OK5R, dan teknik
AMBT. Untuk lebih jelasnya ikuti kedua uraian di bawah ini:
1. Teknik SQ3R

79
Membaca dengan metode SQ3R sangat baik untuk kepentingan membaca intensif
dan relasional. Metode pembacaan cara ini dianjurkan untuk digunakan. SQ3R
singkatan dari: Survey, Question, Read, Recite, dan Review.
Survey. (menyelidiki)
Dalam langkah pertama ini, pembaca diharapkan memeriksa halaman-halaman
bab yang akan dipelajari. Pembaca hendaknya memeriksa judul, paragraf atau bagiannya,
gambar-gambar, grafik, diagram, peta (kalau ada) lalu baca pertanyaan-pertanyaan atau
rangkuman pada akhir bab kalau ada. Semua itu bertujuan untuk memperoleh kesan atau
gagasan umum tentang isinya . kegiatan ini dilakukan dengan membaca selintas.
Question (menanyakan)
Dalam langkah kedua ini pembaca mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum
membaca seluruh bab. Pertanyaan-pertanyaan didasarkan atas bahan yang sudah dibaca
secara selintas. Misalnya mengubah judul paragraf kedalam bentuk pertanyaan (cukup
dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu akan membangkitkan keingintahuan,
membantu pula pembaca mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan) dan akhirnya
akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab.
Read (membaca)
Pada langkah ketiga ini pembaca, membaca untuk mencari jawaban pertanyaan.
Pembaca dapat melakukannya dengan cepat karena telah mengetahui apa yang dicari dan
di mana mencari jawabannya. Kalau telah dilaksanakan langkah pertama dan kedua di
atas maka kita dapat melakukan kegiatan membaca dengan lebih cepat.
Recite (mendaras)
Pada langkah ini pembaca dapat meperkuat perolehan bacaannya. Apa yang telah
diperoleh dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya. Dan kita bersiap
untuk melakukan pembacaan selanjutnya. Pada akhir tiap paragraf atau bagian dari bab
buatlah ringkasan isi paragraf/bagian itu dan darslah hal-hal yang penting (jawaban-
jawaban yang telah anda peroleh).
Review (mengulangi)
Setelah tiap paragraf atau bagian dalam bab yang dipelajari selesai dibaca
menurut langkah ketiga dan keempat pembaca diharapkan mengulangi dan menginngat-

80
ingat kembali segenap isi ringkasan yang penting dari seluruh bab tersebut.dengan
langkah kelima ini pembaca berusaha mempetroleh penguasaan yang bulat dan kokoh
tentang bahan bacaan. Kalau perlu lembar catatan tentang bab tersebut dijajarkan di atas
meja, hubungan butir-butirnya kita lihat dan diingat kembali.

2.Metode OK5R
Teknik OK5R merupakan variasi dari SQ3R yang dikembangkan oleh Water
Pauk direkturReadingStudyCenter dari CornellUniversity.
Teknik OK5R singkatan dari:
Overview : menyelidiki
Key Ideas : ide-ide kunci
Read : membaca
Record : mencatat
Recite : mendaras
Review : mengulangi
Reflect : merenungkan

Overview sama dengan survey dalam langkah ini pembaca berusaha memperoleh
gambaran besar mengenai ide-ide yang dibahas, problem yang diungkap dan pertanyaan
yang diajukan.
Key Ideas mengarahkan pembaca kepada usaha untuk memisahkan ide-ide (pikiran
utama) dari kumpulan pikiran pengembang.
Readmembawa pembaca untuk memahami gagasan pokok karangan dan pikiran utama
yang menjabarkannya dan untuk memahami tiap pikiran utama paragraf dan pikiran
pendukung dan penjelas yang menjabarkannya.
Recordmeminta pembaca untuk membuat catatan menandai bacaan, membuat ringkasan
ide-ide pokok artikel atau bab. Ringkasan itu dapat berupa tulisan ringkas atau garis besar
(outline).
Recite dan Review sama pelaksanaannya dengan metode SQ3R pada langkah recite dan
review.

81
Reflect mengajak pembaca untuk mengadakan perenungan; ide-ide pokok, artikel atau
bab dipikirkan lebih mendalam, membandingkannya satu dengan yang lain , melihat
persamaan dan perbedaannnya lalu dihubungkan atau dibandingkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki dari sumber lain kemudian disusun menjadi suatu kebulatan yang
lebih besar. Bila mengadakan renungan pembaca dapat bertanya pada diri sendiri.
Petanyaan yang diajukan berupa:?
- Apakah arti penting fakta-fakta dan ide itu?
- Apakah ada prinsip yang mendasarinya ?
- Dapatkahditerapkan faktadan ide-ide itu pada hal lain?
- Apakah ide dan fakta sesuai dengan yang saya ktahui
- dst.

3. Model Aktivitas Membaca berpikir Terbimbing (AMBT)


Upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran MP sebagai salah satu bentuk
pembelajaran membaca dan keterampilan berbahasa di SD adalah menggunakan strategi
AMBT (direct reading- thinking activities). Menurut Stauffer dan Manzo (dalam Eanes,
1997:127) strategi AMBT merupakan strategi yang berguna untuk membimbing siswa
berinteraksi dengan teks yang berlandaskan pada pendekatan proses membaca. Proses
membaca tersebut dimulai dengan tahap prabaca, saat baca, pascabaca. Sementara itu,
menurut Stauffer (dalam Burns, 1996:331) strategi AMBTdapat mendorong siswa
mengembangkan kemampuan berpikir melalui keterampilan membaca. Strategi
dirancang untuk meminta siswa memprediksi isi bacaan dan isi paragraf berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, memikirkan prediksi saat
membaca dan menguji/merevisi yang berhubungan dengan bacaan.
Kegiatan Pembelajaran Prabaca
Aktivitas yang dilakukan saat prabaca ini menggunakan pengajaran mini.
Pengajaran mini dilakukan untuk membantu siswa membangkitkan pengalaman atau
skemata. Salah satu tujuan pengajaran mini untuk aktivitas ini ialah mambantu siswa
dalam mengaktifkan skemata sebelum membaca atau mengisikan skemata pada pembaca,
hal ini penting karena keberhasilan dalam membaca sangat ditentukan oleh pengalaman

82
dan pengetahuan pendahuluan (prior knowledge) yang dimilki siswa (Aminuddin
1995:4). Selain itu, pengajaran mini yang bertujuan membangkitkan skemata ini
dianggap penting karena aktivitas tersebut akan membantu guru dalam menciptakan
iklim yang lebih kuat bagi pengembangan afektif minat, sikap positif, dan motivasi.
Aktivitas pada tahap prabaca memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
dan mencoba kebiasaan untuk memecahkan suatu masalah dan langsung termotivasi
untuk menguji kebenaranya dari bacaan. Di samping itu, siswa akan dapat mengaktifkan
skemata untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan topik yang akan
dibaca. Aktivitas yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Guru mengelompokan siswa menjadi empat kelompok yang terdiri atas lima siswa.
Pengelompokan siswa berdasarkan perbedaan kemampuan.
2. Guru memperkenalkan topik bacaan. Guru memberikan penjelasan atau pernyataan
yang akan membantu metakognisi siswa dengan cara menghubungkan judul bacaan
dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini akan
membantu meningkatkan pengetahuannya.
3. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan membaca yang akan dilaksanakan.
4. Guru menjelaskan langkah-langkah belajar yang akan dilaksanakan. Penjelasan
langkah-langkah mengajar ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mempersiapkan
mental dan kerangka kerja terhadap metakognisi yang telah dimiliki. Guru memfokuskan
perhatian siswa pada judul bacaan. Dari judul bacaan ini siswa diminta mencoba
memprediksi isi bacaan. Judul bacaan dapat dihubungkan dengan petunjuk-petunjuk yang
ada dalam bacaan seperti gambar dan kata-kata yang menghubungkan dengan
pengalaman siswa. Apabila siswa menemui hambatan dalam memprediksi guru
melaksanakan pengajaran mini yaitu memberi penjelasan singkat cara memprediksi.
5. Guru mencatat di papan tulis semua prediksi yang dikemukakan siswa.

Kegiatan Pembelajaran Saatbaca


Periode membaca dalam hati merupakan waktu yang ditetapkan guru yang harus
dilaksanakan. Pelaksanaanya dapat perorangan, berpasangan, maupun kelompok. Banyak
hal yang harus dibaca dapat ditentukan oleh guru atau kelompok, misalnya sejumlah bab,

83
halaman atau paragraf. Sewaktu membaca dalam hati siswa dapat menentukan ide pokok
dan ide penjelas dalam setiap paragraf, menemukan alasan tujuan penulis, dan
menyimpulkan isi bacaan.
Membaca dalam hati biasanya untuk penikmatan atau kesenangan. Oleh karena itu,
membaca dalam hati sering juga disebut membaca rekreasional, yang memerlukan
ketenangan dan terbebas dari rasa tertekan. Dalam kegiatan membaca dalam hati, siswa
dan guru harus membaca. Guru harus turut serta membaca karena ia sebagai model
membaca bagi siswa (Holaway, 1980). Bila pada waktu membaca dalam hati siswa
disuruh membaca tetapi gurunya tidak ikut serta membaca bahkan tidak berada di kelas,
maka ada kemungkinan siswa menganggap kegiatan membaca sesuatu yang kurang
penting.
Kegiatan Pembelajaran Pascabaca
Aktivitas pascabaca adalah aktivitas pengajaran setelah siswa melakukan kegiatan
membaca. Kegiatan pascabaca ini sangat membantu siswa mengintegrasikan informasi
yang baru dalam menghidupkan skematanya. Dan juga penghadiran pengalaman
belajarnya pada tahapan yang dilaluinya.
Pengajaran pada tahap pascabaca dilakukan dengan cara membaca ulang prediksi
awal yang dikemukakan pada tahap prabaca, bertanya-jawab untuk merevisi/menguji
prediksi awal, melakukan sharing hasil dalam diskusi kelas, serta menjawab pertanyaan
tingkat literal, inferensial, kritis, dan kreatif secara individu.
Proses pengolahan membaca secara kritis dimaksudkan bahwa di dalamnya berisi
usaha-usaha memahami secara kritis makna yang tersirat (implisit), menganalisis,
mengorganisasikan bahan bacaan, menyusun kesimpulan atau bahkan mengadakan
penilaian-penilaian. Menurut Nurhadi (1987: 145), bahwa untuk meningkatkan sikap
kritis itu meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Kemampuan mengingat dan mengamati, yang meliputi kemampuan mengenali
ide pokok paragraf, mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menyatakan
kembali ide pokok paragraf, menyatakan kembali fakta-fakta detail bacaan, serta
menyatakam kembal unsur-unsur perbandingan hubungan sebab akibat, karakter
tokoh-tokoh dan sebagainya.

84
2. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat yang meliputi kemampuan
menafsirkan ide pokok, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide
penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bcaan, memahami secara kritis
hubungan sebab akibat serta memahani secara kritis unsur-unsur perbandingan.
3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan yang meliputi
kemampuan mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan, menerpkan konsep atau
gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang lebih problematik serta
menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
4. Kemampuan menganalisis isi bacaan, yakni kemampuan pembaca melihat
komponen atau unsur yang membentuk kesatuan yang meliputi gagasan utama,
simpulan, pernyataan dan sebagainya.
5. Kemampuan membuat sintesis yakni kemampuan membuat simpulan bacaan,
mengorganisasoikan isi bacaan, menyusun kerangka bacaan, serta membuat
ringkasan.
6. Kemampuan menilai isi bacaan, yang meliputi kemampuan menilai kebenaran
gagasan secara keseluruhan, menilai atau menemukan bahwa suatu bacaan
diangkat dari realita atau fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang,
menentukan relevansi antara tujuan dengan pengemnbangan gagasan .
Untuk membina minat baca anak dilakukan dalam jangka waktu panjang dan
menanmkan pembiasaan, kemauan, dan kesenangan karena minat baca tidak
timbul secara langsung tetapi harus diawali:
1. Kebiasaan orang tua membaca
2. Memperkenalkan buku bacaan kepada anak sedini mungkin.
3. Penyediaan bahan bacaan yang tepat dan baik pada anak
4. Ciptakan suasan di rumah agar anak menjadi gemar membaca
5. Menanmkan rasa cinta pada buku
6. Menunjukkan bahwa buku sebagai sumber informasi yang diperlukan
7. Dukungan dari berbagai pihak seperti: guru, masyarakat, pemerintah, penerbit
buku, toko buku dan sebagainya
8. Memberikan dasar-dasar arah studi yang mandiri.

85
F.Teknik dan Strategi Pengembangan
Pengembangan pembelajaran membaca dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.      Perkembangan Struktur Kognitif Berorientasi pada pandangan Piaget,
Perkembangan struktur kognitif anak meliputi tahap-tahap :
a.       Sensori Motor Tahap sensori motor, yakni usia 0-2 tahun, anak mulai merasakan
dan memahami dunia dan lingkungannya dengan berdasarkan hubungan-hubungan
langsung.
b.      Praoperasional Pada tahap praoperasional, usia 3-7 tahun, anak dapat memikirkan
obyek-obyek tertentu, kemungkinan manipulasinya, memilah dan menyusun obyek
tertentu secara konkret, dan membentuk presepsi hingga membuahkan informasi
tertentu. Meskipun pada tahap-tahap tersebut perkembangan bahasa anak mulai
tumbuh bagi Piaget perkembangan struktur kognitif anak tidak bergantung pada
perkembangan bahasanya.
c.       Konkret. Tahap ini usia 8-11 tahun, anak mampu memusatkan perhatian pada
sebuah aspek maupun problem dan menghubungkannya. Dan terdapat kemampuan
memilah dan membedakan ciri aspek yang satu dengan yang lain serta
membandingkan dunia pengalaman dan kenyataan yang dihadapi secara timbal balik.
d. Operasiformal (Operasional) Pada tahap ini usia anak 11 tahun keatas, anak sudah
mampu berfikir secara abstrak dan simbolis, membentuk pemahaman secara
komprehensif, dan membandingkan berbagai pengertian untuk kemudian mengambil
kesimpulan secara tentatif. Secara umum tingkat perkembangan struktur kognitif
anak dan tingkat perkembangan bahasanya akan menentukan tingkat kesiapan anak
dalam menyerap dan menampilkan sesuatu yang dipelajari.

G. Membaca Puisi

86
“Puisi adalah seni dari segala seni,” adalah kutipan dari perkataan Popo
Iskandar seorang pelukis dan budayawan dari Bandung Puisi adalah pernyataan dari
keadaan atau kualitas hidup manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri
sampai ke intinya. Apabila seseorang ingin menikmati puisi, ia harus memiliki
kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai penyair.

Ada sebuah cerita. Tersebut sang penyair Moh. Iqbal kelahiran Sialkot –
Punjab 22 Februari 1873, keturunan dari Brahmana yang berasal dari Kashmir. Ia
membacakan sebuah puisi karyanya di depan seorang filosof besar Prancis, yang
ketika itu sakit lumpuh dan ia dapat terlompat berdiri dari kursinya, karena tergugah
oleh keadaan isi puisi sang penyair (judul: LA TASUBU DZAHRA-Jangan
Melalaikan Waktu). Isi puisi itu mengambil tema dari hadist Nabi.

Timbul pertanyaan pada diri kita, mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawabnya
tidak lain adalah, karena karya cipta sastra (terutama puisi) lebih dekat dengan
kehidupan kita. Puisi digali dari kehidupan. Jadi, antara hidup dan puisi tak ada jarak
pemisah, hidup adalah manifestasi puitis.

“Saya mencintai puisi,” kata sang penyair, “sebagaimana saya mencintai


hidup ini.” Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan
makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa
tahapan yang harus diperhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:

a. Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)

Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan
membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan
oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari
untaian kata yang tersurat.

87
b. Vokal

Adalah hal pertama yang paling urgen dalam membacakan puisi. Suara yang
lantang,

bersih dan jerni akan sangat berpengaruh dalam mengucapkan sebuah puisi.
Vokal mencakup hal berikut:

1) Artikulasi: Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
2) Diksi: Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi sesuai rasa.
3) Tempo: Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus
menyambung atau mencuri nafas.

c. Dinamika:

Lemah dan kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama
pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan
mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang
penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
1) Modulasi: Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
2) Intonasi: Tekanan dan laju kalimat harus diperhatikan
3) Jeda: Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi, akan sangat membantu
mengungkapkan keseluruhan isi puisi
4) Pernafasan: Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan
perut.

d. Penampilan

Adalah faktor lain untuk keberhasilan seseorang dalam membaca puisi.


Penampilan ini berkaitan dengan kepribadian atau performance seseorang di atas

88
pentas saat mempersembahkan sebuah puisi. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah,
tak gugup, berwibawa dan meyakinkan serta mengasyikkan (tidak demam panggung).
Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penampilan, antara lain:

1) Gerak: Gerakan seseorang dalam membaca puisi harus dapat mendukung isi dari
puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
2) Komunikasi: Pada saat kita membaca puisi harus bisa memberikan sentuhan,
bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton (Komunikatif)
3) Ekspresi: Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas
pentas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
4) Konsentrasi: Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.

Dengan pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi


bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus
menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif
sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.

Dengan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca puisi bukan


sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tetapi harus pula menghadirkan jiwa
sang penyair. Pembaca harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair,
bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.

Pahamilah isi puisi berikut ini lalu berlatih membacanya,

KRAWANG BEKASI
Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang Bekasi


Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

89
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang-kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai belum bisa
Memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami Cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan

atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan


kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa
kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
kaulah sekarang yang berkata

kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

kenang-kenanglah kami
teruskan jiwa kami
mengjaga Bung Karno
mengjaga Bung Hatta
mengjaga Bung Syahrir

kami sekarang mayat


berikan kami arti
berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Keng-kenanglah kami
Yang tinggal tulang diliputi debu
Beribu kami berbaring antara Krawang Bekasi.

PAHLAWAN TAK DIKENAL


Toto Sudarto Bahtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring


tetapi bukan tidur, sayang

90
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang


Kedua legannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring tapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadah


Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujanpun mulai turun


Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak wajah-wajah sendiri
Yang tak dikenalnya

10 tahun yang lalu dia terbaring


Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, aku sangat muda.

H.Hubungan Membaca dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya


Membaca merupakan salah satu keterampilan yang bersifat reseptif dan kegiatan
membaca banyak dilakukan dalam kehidupan kita misalnya membaca koran, majalah,
petunjuk perjalanan, buku-buku referensi ,atau yang lainnya. Tentu hal itu dilakukan
dengan tujuan untuk menambah wawasan atau mencari informasi. Apa yang dibaca itu
merupakan produk dari aktivitas menulis yang dihasilkan oleh seorang penulis. Banyak
membaca berarti memiliki pengetahuan yang luas. Orang yang berpengatahuan luas tentu
lebih mudah mengungkapkan gagasannya dalam berbicara karana memiliki pengetahuan
dan kosakata yang banyak. Selain itu lebih mudah pula dalam melakukan aktivitas
menyimak.
Kegiatan membaca ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tanpa harus
melibatkan orang lain. Semakin sadar seseorang tentang pentingnya membaca dan mau

91
melakukan kegiatan membaca, maka orang tersebut akan mengalami kemajuan. Ingat
perintah Agung dari Allah untuk melakukan kegiatan membaca diturunkan melalui
perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi besar Muhammad saw. Jadi kegiatam membaca
memiliki makna yang sangat dalam sebagai sumber ilmu pengetahuan

9.Tugas
a. Kemukakan pengertian membaca menurut Anda dengan mendasari beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli!
b. Mengapa membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa sangat penting
dilakukan bagi peserta didik? jelaskan pendapat Anda!
c. 1) Apa perbedaan membaca sebgai proses dan membaca sebagai produk ?
2) aspek-aspek apa saja yang dituntut dari pembaca, ketika membaca dilihat sebagai
suatu produk Jelaskanlah!
d. Roe dan Rubin mentayakan bahwa ada empat tingkatan pemahaman membaca yaitu:
pembaca literal, pembaca inferensial, pembaca kritis, dan pembaca kreatif. Jelaskan
keempat tingkatan pemahaman tersebut !
e. Bacalah salah satu wacana dengan mengikuti salah satu teknik berikut: SQ3R,
OK5R, dan AMBT, lalu laporkan hasilny.!

92
BAB V
KETERAMPILAN MENULIS
(Writing Skills)

Kompetensi Dasar:

Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan keterampilan


berbahasa Indonesia di bidang menulis yang mendukung
pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI

A. Pengertian Menulis
Ada beberapa definisi tentang menulis yang dikemukakan oleh para penulis di
antaranya:

93
Tarigan (1982: 23) mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Selanjutnya Ahmadi (1990: 24) menyatakan bahwa menulis atau mengarang
adalah suatu proses menyusun, mencatat dan mengomunikasikan makna dalam
tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat (dibaca).
Akhadiah dkk. (1998) menyatakan pula pendapatnya, bahwa menulis
merupakan suatu bentuk komunikasi. Menulis merupakan suatu proses pemikiran
yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, menulis
merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan
tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, menulis merupakan ragam
komunikasi yang perlu dilengkapi dengan tanda-tanda penjelas yaitu aturan ejaan
serta tanda baca, dan menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan
gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
Berdasarkan pengetian menulis yang telah dipaparkan di atas, maka
disimpulkanlah bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak
langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca dengan
menggunakan media bahasa yang dilengkapi dengan unsur suprasegmental. Oleh
karena itu menulis perlu dipelajari dan dilatihkan secara intensif.
B. Tujuan Menulis

Menulis digunakan oleh orang terpelajar untuk berbagai tujuan


seperti:mencatat, merekam, meyakinkan, memberi tahu, dan mempengaruhi.
Hugo Hartig dalam Tarigan (1984) merangkum tujuan penulisan sebagai
berikut: tujuan penugasan (assignment purpose), tujuan altruistik (altruistic purpese),
tujuan persuasif (persuasive purpose), tujuan penerangan (informational purpose),

94
tujuan pernyataan diri ( self expresssive purpose), tujuan kreatif (creative purpose),
dan tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose).
Menulis dapat pula dipergunakan dalam berbagai tujuan pedagogis antara lain:
(a) beberapa aktivitas menulis membuat guru mampu menyajikan berbagai macam
dan gaya pengajaran. Siswa yang sulit belajar sendiri melalui oral practice, merasa
lebih aman, jika diberi kesempatan untuk membaca dan menulis, (b) tulisan
memberikan kepada siswa beberapa bukti nyata terhadap kemajuan dalam berbahasa,
dan (c) pengungkapan bahasa asing yang dilakukan melalui lebih dari satu media,
tampaknya lebih efektif, daripada hanya menggunakan satu media, terutama kalau
keterampilan benar-benar dipadukan, dan (4) menulis memberikan berbagai aktivitas
siswa di kelas, yang dapat berfungsi sebagai aktivitas antara, setelah keterampilan
oral.
Jelaslah bahwa menulis adalah hal yang kompleks karena selain harus
mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapkan kaidah
bahasa tulis dengan tepat.
C. Menulis sebagai Proses
Untuk dapat memahami proses menulis perhatikan tahapan proses menulis
berikut ini,

Perencanaan Menulis Revisi Tulisan


Akhir
Diagram Tahapan Menulis

Seorang penulis merencanakan tulisannya, kemudian menulis, melakukan


revisi, kemudian tulisan selesai. Tetapi berdasarkan berbagai observasi yang
dilakukan terhadap penulis menunjukkan bahwa proses menulis tidaklah bersifat
linear dan sesederhana itu. Ternyata, hasil observasi menunjukkan bahwa sering
kali proses menulis terjadi seperti diagram berikut ini,

95
Perencanaan
Perencanaan Menulis Revisi Tulisan Akhir

Diagram Proses Menulis

Dalam menulis seseorang memulai dengan membuat perencanaan.


Kemudian mungkin yang bersangkutan langsung memulai menulis, kemudian
merevisinya, lalu menulis lagi, merevisi lagi, dan menulis lagi. Tahapan tersebut
dilakukannya berulang-ulang sampai dihasilkan suatu tulisan akhir. Tetapi ada
pula orang yang menulis dimulai dengan membuat perencanaan, kemudian
rencana tulisan itu direvisi, lalu menulis, kemudian merevisi rencana tulisan,
kemudian menulis lagi, lalu melakukan revisi. Proses menulis tampak bolak-
balik dari membuat rencana tulisan, merevisi rencana tersebut, menulis, kemudian
melakukan revisi terhadap rencana atau terhadap tulisan sampai akhirnya tulisan
selesai (Adams, dalam Mulyati, dkk. 2008).
Selain yang dikemukakan Adams, ada juga aktivitas menulis mengikuti alur
proses, Yunus (1988) menjelaskan dalam menulis ada tiga fase yang dilalui
yaitu: (1) prapenulisan, (2) penulisan, dan (3) pascapenulisan.
Fase Prapenulisan
Fase ini meliputi:
1. menentukan topik
2. mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan
3. memperhatikan sasaran karangan
4. mengumpulkan informasi pendukung
5. mengorganisasikan ide dan informasi dalam bentuk
outline (Kerangka karangan).
Fase Penulisan

96
Pada tahap ini penulis diharapkan dapat menuangkan idenya ke dalam
formulasi bahasa yang menyatu ke dalam lima kemampuan yang muncul hampir
secara bersamaan yakni:
1. kemampuan penulis mengembangkan isi karangan
2. kemampuan penulis mengorganisasikan ide ke dalam paragraf yang tepat
3. kemampuan penulis dalam penggunaan kalimat efektif
4. kemampuan penulis dalam memilih kata secara tepat (kemampuan
penggunaan diksi)
5. kemampuan penulis dalam menerapkan penggunaan ejaan dan tanda baca.
Fase Pascapenulisan
Fase pascapenulisan merupakan fase penghalusan dan penyempurnaan.
Kegiatan pada fase ini adalah perbaikan (revisi) dan penyuntingan. Penyuntingan
dimaksudkan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti
ejaan, pungtuasi, diksi, pengalimatan, pengalineaan, kepustakaan dan konvensi
penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih menitikberatkan pada
pemeriksaan dan perbaikan isi karangan.
Bahasan selanjutnya akan dipelajari tentang menulis kebahasaan, karena
ketika seseorang menulis, ada lima kemampuan yang harus dikuasai oleh penulis,
kelima kemampuan tersebut yaitu: kemampuan penggunaan ejaan dan tanda baca,
kemampuan penggunaan/pemakaian kata, kemampuan penggunaan/pemakaian
kalimat, kemampuan pengorganisasian paragraf, dan kemampuan pengembangan isi
karangan. Untuk itu, akan diuraikan satu persatu.
1.Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Akhadiah (1998) menjelaskan bahwa peranan ejaan dan tanda baca dalam
karangan atau tulisan amat penting. Dengan adanya ejaan dan tanda baca, jelas akan
memantapkan keberadaan bahasa tulis.
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah dan
lebih cepat dipahami daripada gagasan yang dikemukakan secara tertulis. Hal tersebut
demikian, karena di dalam bahasa lisan terdapat faktor gerak- gerik, mimik, intonasi,

97
irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya yang turut memperlancar
komunikasi. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat dalam bahasa tulis.
Ketiadaan unsur tersebut dapat menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang
timbulnya kesalahpahaman.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut , Yunus (1988) menegaskan bahwa
fungsi ejaan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan semua cakupan unsur
bahasa, terutama bahasa tulis, ejaan dan tanda baca memberikan arti penting dengan
memperjelas penulisan, sehingga penampakan dan pemaknaannya dapat dengan
mudah dipahami oleh pembaca. Kejelasan bentuk (huruf, kata, dan kalimat) dalam
sebuah tulisan akan menghindarkan kesalahpahaman pembaca dalam memahami
suatu gagasan.
Komponen ejaan dan tanda baca yang terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, meliputi:

a.Pemakaian huruf
Pemakaian huruf yang dimaksud dalam EYD mencakup: huruf abjad, huruf
vokal dan konsonan, serta pemenggalan kata. Huruf abjad yang digunakan adalah 26
terdiri atas 5 vokal dan 21 konsonan. Selain itu terdapat pula tiga diftong (ai, au, dan
oi) dan konsonan rangkap sebanyak empat (kh, ng,ny, dan sy).
b.Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Penulisan huruf mencakup penulisan huruf kapital atau huruf besar dan
penulisan huruf miring. Penulisan huruf kapital digunakan pada awal kalimat dan
petikan langsung, ungkapan atau kata yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan,
kitab suci dan nama Tuhan termasuk kata ganti nama Tuhan. Selain itu, huruf kapital
digunakan pula sebagai huruf pertama nama diri yang meliputi gelar kehormatan,
keagamaan, jabatan, dan nama pangkat yang diikuti nama orang. Huruf awal nama
bangsa, suku, dan bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Demikian pula huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi, nama
resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Kata

98
utama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. Selain itu, dipakai pula
sebagai huruf pertama dalam singkatan, nama dan gelar, serta huruf awal kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata sapaan.
Untuk penulisan huruf miring berlaku untuk mesin cetak yang memiliki huruf
miring. Sedangkan tulisan tangan atau ketikan yang tidak memiliki huruf miring
diberi garis bawah. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk: (1) menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, (2) menegaskan atau
mengkhususkan huruf bagian kata atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama
ilmiah, ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
c.Penulisan kata
Penulisan kata yang dimaksud dalam EYD mencakup: penulisan kata dasar,
kata turunan, kata ulang, kata gabungan, kata ganti, kata depan, kata sandang,
partikel, angka, dan penulisan lambang bilangan.
d. Penulisan unsur serapan
Perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat. Dalam perkembangannya itu,
bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa
daerah maupun bahasa Asing seperti: bahasa Sangsekerta, Arab, Portugis, Belanda,
dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan ini ada yang sudah
disesuaikan dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun
penulisannya, dan masih ada yang sepenuhnya belum disesuaikan.
Penulisan unsur serapan bahasa Asing mencakup tiga hal yaitu: (1) gabungan
vokal; vokal tunggal, (2) gabungan konsonan; konsonan tunggal, dan (3) gabungan
vokal konsonan atau konsonan vokal yang berupa akhiran. Penerimaan unsur-unsur
bahasa daerah dan bahasa Asing ke dalam bahasa Indonesia menunjukkan bahwa
bahasa Indonesia memiliki sifat fleksibel dan dinamis yang merupakan salah satu ciri
bahasa yang berkembang dan sekaligus sebagai upaya pemantapan dan kestabilan
yang luwes.
e. Pemakaian tanda baca

99
Seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia pun
menggunakan tanda baca atau pungtuasi yang di dalam EYD mencakup 15
penandaan yaitu: titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda hubung (-), tanda
pisah (--), tanda tanya (?), tanda setru (!), tanda kurung {()}, tanda kurung siku ([ ])
tanda petik dua (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), tanda
apostrof (‘), dan tanda elipsis (…).
2.Penggunaan Kata
Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Pemilihan
kata atau diksi yang baik memungkinkan penulis menyatakan pikiran dan
perasaannya dalam suatu cara yang sesuai dengan maksudnya. Untuk itu, Keraf
(1991) menegaskan bahwa seseorang yang memiliki kosakata yang luas dan
mengetahui secara tepat batasan pengertiannya akan mengungkapkan pula secara
tepat hal yang dimaksudkan.
Untuk mencapai ketepatan pilihan kata dalam menulis seseorang penulis
perlu meperhatikan beberapa petunjuk:
a.Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Bila dua kata memiliki makna
yang mirip, penulis harus menetapkan yang mana harus digunakan untuk
mengungkapkan maksudnya. Kalau pengertian dasar yang diinginkan, maka
sebaiknya memilih kata yang denotatif. Kalau menghendaki reaksi emosional, maka
harus memilih kata yang konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang
bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu,
penulis harus berhati-hati memilih kata untuk menyampaikan hal yang diinginkannya,
sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan. Contoh
cara, metode
besar, agung, raya, raksasa
lihat, pantau, observasi
periksa, selidiki, teliti
dan sebagainya

100
c.Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan. Penulis sangat perlu membedakan
kata-kata yang mirip agar tidak terjadi salah paham Misalnya preposisi – proposisi.
d.Hindari kata-kata ciptaan sendiri. Perkembangan bahasa tampak pada
bertambahnya jumlah kata baru. Namun tidak berarti bahwa setiap orang boleh
seenaknya menciptakan kata baru. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali
karena dipakai oleh orang terkenal atau pengarang terkenal.
e.Waspadalah terhadap penggunaan akhiran Asing, terutama kata-kata Asing yang
mengandung akhiran Asing. Misalnya kultur – kultural idiom – idiomatik dan
sebagainya.
f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
Contoh ingat akan bukan ingat terhadap,mengharpkan bukan mengharap akan,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu, dan sebagainya.
g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis harus membedakan kata umum dan kata
khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
h. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
i. Meperhatikan kelangsungan pilihan kata.
3.Penggunaan kalimat
Akhadiah, dkk. (1998) menyatakan bahwa setiap gagasan atau konsep yang
dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat.
Kalimat yang baik haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Kalimat yang benar
dan jelas akan mudah dipahami. Kalimat yang demikian itu, disebut kalimat efektif.
Suatu kalimat efektif haruslah meninggalkan gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Kalimat efektif memang mutlak dalam tulisan atau karangan yang bersifat
ekspositoris dan argumentatif. Namun untuk tulisan yang bersifat naratif dan puitis
syarat kalimat efektif tidak dapat dijadikan pegangan secara menyeluruh.
Selanjutnya dikemukakan ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut: (1)
kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran (3) penekanan, (4) kehematan, dan (5)
kevariasian.

101
a.Kesepadan dan Kesatuan
Suatu kalimat harus memperlihatkan unsur kesepadanan. Yang dimaksud
dengan kesepadanan adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat,
antara predikat dengan objek atau dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan
unsur-unsur kalimat tersebut. Kesatuan adalah adanya suatu ide pokok atau kesatuan
pikiran dalam satu kalimat. Jadi, kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat adalah
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat
tersebut (Syafi’ie, 1990). Contoh: Ia menunaikan ibadah haji, ketika masih
mahasiswa.
b.Kesejajaran
Suatu kalimat harus memperhatikan unsur kesejajaran. Kesejajaran yang
dimaksud adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa dalam penulisan dengan
konstruksi yang sama dalam susunan serial. Kesejajaran bentuk-bentuk itu
memberikan kejelasan dalam kalimat secara keseluruhan. Contoh: Harga kertas
meningkat, upah kerja dinaikkan, biaya cetak meningkat, terpaksa harga buku
dinaikkan juga.
c.Penekanaan
penekanan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara: (1) pengutamaan
bagian kalimat, (2) urutan yang logis dan (3) pengulangan kata.
1)Pengutamaan bagian kalimat.
Ide yang dipentingkan dalam suatu kalimat diletakkan di bagian depan.
Contoh Ibu guru memerintahkan murid-murid menggambar pemandangan. Bagian
kalimat yang diutamakan adalah “Ibu guru”
2)Urutan yang logis.
Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, urutan yang makin lama
makin penting atau menggambarkan suatu proses. Contoh: Kehidupan di desa
kadang-kadang sulit,susah, dan merana.
3)Pengulangan kata.

102
Pengulangan kata dalam suatu kalimat kadang-kadang diperlukan untuk
menegaskan bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian
dapat memperjelas maksud kalimat. Contoh: Dalam pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya, haruslah seimbang antara pembangunan materil dan spritual, seimbang
antara pembangunan fisik dan nonfisik.
d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian kata, dan
kehematan frase atau bentuk lainnya. Kehematan itu, menyangkut soal gramatika, dan
makna kata. Contoh: Anak muda itu berlari-lari pulang, setelah dia dinyakan lulus.
Kalimat tersebut tidak hemat. seharusnya anak muda itu berlari-lari pulang, setelah
dinyatakan lulus.
e. kevariasian
Variasi kalimat diperlukan untuk menghindarkan pembaca dari suasana
momoton dan kebosanan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan cara: (1) variasi
urutan, (2) variasi aktif, (3) variasi panjang – pendek, dan (4) variasai berita—tanya--
perintah.
4.Penggunaan Paragraf
a.Pengertian paragraf
Muchlisoh (1992: 304) mengemukakan bahwa paragraf merupakan sebuah
kalimat atau gabungan dari beberapa kalimat yang hanya mengandung satu ide pokok
atau gagasan atau satu pokok pikiran.
Soedjito (1991: 3) menyatakan bahwa paragraf adalah bagian-bagian
karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu
serta merupakan satu kesatuan pikiran.
Kridalakasan (1983: 120) juga menjelaskan bahwa paragraf adalah: (1) satuan
bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan
dengan isi seluruh wacana, dapat terjadi dari satu kalimat atau kelompok kalimat
yang berkaitan.

103
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf
adalah suatu rangkaian kalimat yang terdiri atas satu ide pokok.
b. Unsur-unsur paragraf
Unsur paragraf adalah unsur yang membangun paragraf. Sehingga paragraf
tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur tersebut adalah:
1)Taransisi
Transisi adalah penanda hubungan yang menghubungkan antara paragraf satu
dengan paragraf lainnya yang berdekatan. Kehadiran transisi dalam suatu karangan
tidak mutlak bergantung pada penulis.
2)Kalimat topik
Kalimat topik adalah kalimat yang di dalamnya mengandung gagasan pokok
pembicaraan. Ciri kalimat topik adalah biasanya bersifat umum. Letak kalimat topik
di dalam paragraf memiliki beberapa kemungkinan, yakni di awal pargraf, di akhir
paragraf, dan yang jarang ditemukan di tengah paragraf.
3)Kalimat pengembang
Kalimat pengembang adalah kalimat yang memperjelas pemaparan gagasan
pokok yang terdapat dalam paragraf. Susunan kalimat pengembang tidak boleh
sembarang, harus mengikuti hakikat gagasan pokok. Misalnya, pengembangan
kalimat topik yang memerlukan pengembangan secara kronologis, maka urutan
kalimat pengembangnya harus dimulai dari urutan masa lalu, kini, dan masa yang
akan datang.
4)Kalimat penegas
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak.
Kalimat tersebut dihadirkan apabila penulis merasa perlu mempertegas gagasan yang
telah disampaikan terlebih dahulu. Namun apabila informasi atau gagasan yang
disampaikan itu cukup jelas, maka kehadiran kalimat penegas tidak perlu.
c.Syarat-syrat pengembangan paragraf
Dalam mengembangkan paragrap penulis harus menyajikan dan
mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan.

104
Persyaratan itu adalah: kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Selanjutnya Keraf
(1980) mengemukakan bahwa paragraf atau alinea yang efektif harus memenuhi tiga
syarata yakni: kesatuan, kepaduan, dan perkembangan alinea.
1)Kesatuan
Tiap paragraf mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi
paragraf adalah mengembangkan topik. Oleh karena itu, dalam pengembangannya
tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik
tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh
mengandung satu gagasan pokok atau satu kalimat topik. Paragraf dianggap
mempunyai kesatuan, kalau kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya.
Contoh:
Setiap negara pada dasrnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari
kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi tidak setiap wilayah
kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai potensi yang
cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu,
sehingga harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut
kepentingan negara lain. Untuk itu dibinalah hubungan internasional yang
memungkinkan terbukanya peluang bagi setiap negara untuk mencukupi
kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai. Namu, untuk mencukupi
kebutuhan ini tidak jarang pula ditempuh jalan kekerasan. Oleh sebab itu, masalah
utama setiap negara selalu meningkatkan kesejahteraan negaranya, juga
mempertahankan eksistensinya yang meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan
bangsa, dan kebutuhan wilayahnya.
2) kepaduan
Suatu paragraf bukanlah merupakan tumpukan atau kumpulan kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat yang mempunyai
hubunngan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya
kepaduan. Kepaduan dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Contoh:

105
Dalam mengajarkan sesuatu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan tujuan.Mengajarkan sesuatu tanpa ada tujuan yang telah ditetapkan,
materi yang diberikan, metode yang digunakan, dan evaluasi yang disusun tidak akan
memberikan manfaat yang banyak kepada peserta didik dalam menerapkan hasil
proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, dapat ditentukan
materi yang akan diajarkan, metode yang akan digunakan, serta bentuk evaluasinya,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, kalau berisi kalimat penjelas yang
berfungsi menunjang kejelasan kalimat topik. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan
tidak lengkap kalau tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan.
Contoh:
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini adalah tidak adanya peminat atau
penggemar ikan laut, seperti halnya penggemar penghuni darat atau burung-burung
yang indah. Tidak ada penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima atau
tiram mutiara sebagaimana halnya panda dan harimau. Jenis makhluk laut tertentu
tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan
Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram
hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati, mudah ditemukan.
Demikian juga halnya kepiting kelapa dan kepiting begal yang menyebar dari pantai
barat Afrika sampai pantai barat laut teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang
terpencil. Dari mana dana diperoleh untuk melindungi semuanya ini?
d.Pengembangan Paragraf
Ada tiga cara atau teknik dalam mengembangakan paragraf yaitu:
1)Secara alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan
waktu. urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik
ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang
menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.

106
2) Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan urutan ini, didasarkan anggapan bahwa posisi
tertentu dari satu rangkaian merupakan posisi yang tertinggi atau paling menonjol.
Bila posisi yang tertinggi itu diletakkan pada bagian akhir disebut klimaks.
Sebaliknya, bila penulis menulis rangkaian dengan memulai dari posisi paling
menonjol dan makin lama makin tidak menonjol disebut urutan antiklimaks.
3) Umum Khusus-Khus umum
Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengembangan
paragraf. Dalam bentuk umum khusus, gagasan utama diletakkan di awal paragraf.
Dalam bentuk khusus umum, gagasan utama dilatakkan di bagian akhir paragraf.
Bentuk paragraf yang pertama disebut paragraf deduktif, sedangkan bentuk paragraf
yang kedua adalah paragraf induktif.
5.Isi Karangan
Menurut Keraf isi karangan merupakan inti karangan. Isi karangan terdiri atas
tiga bagian yaitu: (1) pendahuluan, (2) tubuh karangan, dan (3) kesimpulan. Bagian
pendahuluan bertujuan menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian
pembacanya terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang
sebenarnya dari uaraina itu, sedangkan bagian tubuh merupakan bagian utama
karangan. Dalam tubuh karangan terletak segala masalah yang akan dibahas secara
sistematis. Jika pemahaman dan pemecahan masalah berlangsung tidak sistematis
sulit bagi pembaca menangkap isi karanngan. Bagian penutup atau kesimpulan
merupakan bagian terakhir dari isi karangan. Penulis menyatakan kembali secara
padat dan tegas hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya. \

D.Strategi Menulis Naskah Pidato

Naskah pidato seperti juga naskah dialog, ditulis untuk ditampilkan.


Perbedaannya, naskah dialog ditampilkan oleh beberapa orang, sedangkan pidato
ditampilkan oleh seorang saja. Selain itu, komunikasi dalam dialog dilakukan di antara

107
pemeran, sedangkan di dalam pidato, komunikasi terjadi antara yang berpidato dengan
pendengar.
Sebenarnya, pidato tidak selalu harus menggunakan naskah lengkap, bahkan ada
pidato yang sama sekali tidak menggunakan naskah. Bila Anda akan berpidato dengan
menggunakan naskah, maka Anda harus menyiapkan naskah tersebut terlebih dahulu.
Dengan demikian, Anda harus memiliki keterampilan menulis naskah pidato.
Sebelum Anda berlatih menulis naskah pidato, ada baiknya terlebih dahulu Anda
memahami jenis-jenis pidato dan hal-hal yang berkenaan dengan naskah pidato.
Jenis-jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: (1)
pidato informasi; (2) pidato persuasi; dan (3) pidato aksi.
1. Pidato Informasi adalah pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan,
memberitahukan, atau menjelaskan sesuatu. Suasana yang serius dan tertib benar-benar
dibutuhkan pada jenis pidato ini, perhatian akan dipusatkan pada pesan yang akan
disampaikan. Dalam hal ini, orang yang berpidato haruslah orang yang dapat berbicara
dengan jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi yang disampaikan benar-benar
terjaga keakuratannya. Dengan demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi
dengan sungguh-sunguh. Beberapa contoh pidato informasi antara lain: (a) pidato Ketua
Umum Pemilu tentang hasil pemilihan suara; dan (b) pidato Mensekneg sehabis sidang
kabinet.
2. Pidato Persuasi adalah pidato yang bertujuan menyakinkan pendengar tentang sesuatu.
Pada jenis pidato ini, orang yang berpidato benar-benar dituntut memiliki keterampilan
berbicara yang baik, karena bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya dari tidak
setuju menjadi setuju, dan tidak mau membantu menjadi mau membantu, dari tidak
percaya menjadi percaya. Dalam pidato ini, si pembicara atau orang yang berpidato harus
melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Beberapa contoh pidato persuasi antara lain: (1) pidato pimpinan partai di daerah yang
kurang menyenangi partai tersebut; (2) pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih

108
senang berhubungan dengan tengkulak; atau (3) pidato calon kepala desa di daerah yang
massanya belum simpati kepadanya.
Pidato Aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan. Pidato aksi memiliki
persamaan dengan pidato persuasi. Perbedaannya pada pidato persuasi hasil yang
diharapkan ditujukan pada kepentingan pribadi atau lembaga, sedangkan pidato aksi
bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Pada pidato jenis ini, orang yang berpidato
haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola, atau panutan masyarakat yang memiliki
keterampilan berbicara dan pandai membangkitkan semangat.
Beberapa contoh pidato aksi antara lain: (1) pidato presiden Soekarno pada saat
menggerakkan rakyat Indonsia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan
penjajah; atau (2) pidato Bung Tomo saat menggerakkan para pemuda dengan cara
membangkitkan semangat juang mereka pada Peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya.
Persiapan Pidato

109
Untuk mempersiapkan sebuah pidato yang baik, perlu diperhatikan tujuh langkah
berikut.
1. merumuskan tujuan pidato;
2. menganalisis pendengar dan situasi;
3. memilih dan menyampaikan topik;
4. mengumpulkan bahan.
5. membuat kerangka;
6. menguraikan isi pidato secara terperinci; dan
7. berlatih dengan suara nyaring.
Ketujuh langkah persiapan pidato tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
kegiatan, yaitu:

1. meneliti masalah, yang terdiri atas langkah-langkah (1), (2), dan (3);

2. menyusun atau menulis naskah pidato, yang terdiri atas langkah-langkah (4), (5), dan
(6);
3. latihan oral, yaitu langkah (7).
Urutan kelompok kegiatan dalam persiapan pidato tersebut di atas tidak boleh diubah.
Perubahan urutan dalam hal ini hanya dimungkinkan mengubah urutan langkah yang
terdapat pada tipe kelompok, misalnya kelompok kegiatan (1) yang seharusnya terdiri
atas kegiatan a, b, dan c, menjadi kegiatan b, a kemudian c, begitu pula pada kelompok
kegiatan (2).
Menulis Naskah Pidato
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa pidato dapat dilakukan dengan tanpa
menggunakan naskah atau dengan menggunakan kerangka sebagai pedoman atau
pegangan, dan atau dengan menggunakan naskah baik dihafal maupun dibacakan. Bila
anda melakukan pidato dengan menggunakan naskah, maka yang pertama kali harus
Anda lakukan adalah menyiapkan naskah pidato tersebut.
Untuk dapat menulis naskah pidato secara efektif, Anda harus memiliki pengetahuan
tentang teknik menyusun atau menulis naskah pidato. Untuk itu ikutilah uraian berikut.
Teknik Menulis Naskah Pidato

110
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa menulis/menyusun naskah pidato harus
melalui tiga kegiatan yaitu, mengumpulkan bahan, membuat kerangka, dan menguraikan
isi naskah pidato secara terperinci. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Mengumpulkan Bahan
Setelah Anda meneliti persoalan dan merumuskan tujuan pidato serta menganlisis
pendengar, maka Anda sudah siap untuk menggarap naskah pidato. Anda boleh mulai
menulis naskah pidato dengan menggunakan hal apa yang telah Anda ketahui mengenai
persoalan yang akan Anda bicarakan/sampaikan. Jika hal ini Anda anggap kurang cukup,
maka Anda harus mencari bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau
pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan pidato ini. Tidak ada salahnya Anda
bertanya kepada orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan Anda bicarakan.
Buku-buku, perturan-peraturan, majalah-majalah, dan surat kabar merupakan sumber
informasi yang kaya yang dapat Anda gunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan
isi pidato Anda.
b. Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat Anda buat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan
menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci
baru dapat Anda buat setelah bahan-bahan selesai Anda kumpulkan. Dengan bahan-
bahan itu Anda dapat menyusun pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang
baik, di bawah pokok-pokok utama tadi. Di dalam kerangka ini harus terlihat adanya
kesatuan dan koherensi antarbagian Sebagai gambaran perhatikanlah contoh kerangka
pidato di bawah ini.
Contoh Kerangka Pidato topik yang memperjelas atau menghubungkan dengan topik
utama; (3) Penutup: bagian penutup memuat kesimpulan, harapan (bila ada), dan
salam penutup. . Menguraikan isi pidato
Dengan menggunakan kerangka yang telah Anda buat, ada dua hal yang Anda lakukan:
(1) Anda dapat mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, yaitu berpidato
dengan menggunakan metode ekstemporan, dan (2) menulis atau meyusun naskah pidato
secara lengkap yang Anda bacakan atau Anda hafalkan.

111
Bagian-bagian yang terdapat dalam dalam kerangka pidato di atas akan dijelaskan lebih
lanjut pada uraian berikut ini.
Butir (1) dan butir(3), yaitu bagian pendahuluan dan bagian penutup tidak memuat inti
pembicaraan atau isi pidato, sehingga tidak diuraikan secara terperinci di sini tetapi dapat
dilihat langsung pada contoh naskah pidato setelah bahasan ini selesai dibicarakan. Jadi,
yang akan diperjelas secara rinci adalah bagian isi. pidato
d. Struktur Isi Pidato
Struktur isi pidato adalah rangkaian isi pidato dari awal hingga akhir. Rangkaian ini
disusun agar pidato berlangsung menarik dan tujuan pidato tercapai dengan baik. Ada
beberapa cara merangkai isi pidato, antara lain: (1) mengikuti alur dasar pidato, dan (2)
mengikuti pola organisasi pidato.
(1) Alur dasar pidato, yaitu rangkaian isi pidato yang mengikuti alur dasar pidato yang
bergerak melalui tiga tahap: (a) tahap perhatian, yaitu tahap pertama yang dilakukan
pembicara dengan baik; (b) tahap kebutuhan, yaitu tahap yang dilakukan pembicara
dalam menjelaskan pentingnya masalah yang akan dibicarakan sehingga pendengar akan
berusaha memahami masalah atau hal-hal penting yang disampaikan pembicara. (c) tahap
penyajian, yaitu merupakan tahap pembicara menyajikan materi pidato yang telah
dipersiapkan melalui naskah kerangka pidato.
Itulah tahap-tahap yang dilalui seorang pembicara dalam menyelesaikan pidatonya, tetapi
penjelasan tahap-tahap di atas adalah tahap yang dilalui pada jenis pidato informasi.
Sekarang mari kita lihat beberapa pola organisasi pidato yang dapat Anda pilih! (2) Pola
Organisasi Pidato, pola organisasi pidato dapat digolongkan ke dalam tiga tipe besar,
yaitu (a) pola uraian; (b) pola sebab, dan (c) pola topik. Baiklah mari ikuti uraiannya.
(a) pola uraian; ada dua macam urutan yang digunakan untuk menyusun/menulis isi
pidato, yaitu: urutan kronologis dan urutan ruang. Urutan kronologis, adalah susunan isi
yang dimulai dari periode atau data tertentu, bergerak maju atau mundur secara
sistematis. Sementara itu, urutan ruang adalah susunan isi yang berurutan berdasarkan
kedekatan fisik satu dengan yang lainnya. Umpamanya, membicarakan mulai dari SD A
kemudian menunjuk ke SD B yang letaknya paling dekat dengan SD A tadi, dan
seterusnya.

112
(b) pola sebab; sebagaimana terlihat dari namanya, organisasi pidato yang menggunakan
pola sebab yang bergerak dari satu analisis sebab di saat ini bergerak ke arah analisis
akibat di masa yang akan datang, atau dari deskripsi kondisi di saat ini bergerak ke arah
analisis sebab-sebab yang memunculkannya.
(c) pola topik; pola organisasi pidato yang menggunakan pola topik dilakukan apabila
materi yang dibicarakan lebih dari satu periode atau kelompok. Oleh karena itu, di dalam
isi pidato akan terdapat beberapa subtopik.
Tahap-tahap Menyusun/Menulis Naskah Pidato
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menulis naskah pidato
Memilih Subjek dan Membatasi Tujuan Umum Pidato
(a) Membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan
kepaduan pidato
(b) Menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato (perhatian,
kebutuhan, kepuasan, dan lain-lain) atau menurut salah satu pola organisasi.
(c) Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap pokok.
(d) Mengisi materi pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide.
(e) Memeriksa draft kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan
mencerminkan tujuan khusus pidato.
E. Surat-Menyurat

Zaman dahulu bentuk surat sangat sederhana. Penulisan, bahan atau cara


mengirimkannya pun juga sangat sederhana. Dan kini zaman sudah maju dengan
pesat. Sedikit demi sedikit cara lama mulai ditinggalkan. Keberadaan surat itu sendiri
kini dihubungkan dengan adanya alat canggih yang bernama komputer.

113
1. Pengertian Surat
urat adalah sarana komunikasi tertulis antara satu pihak dengan pihak lain yang
saling berkepentingan Nurjamal (2011: 120) sementara Mulyati Surat adalah alat
komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan di atas lembaran kertas yang
sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Surat menurut Wursanto dapat diartikan dengan berbagai cara , antara lain :
a.      Surat adalah helai kertas dalam bentuk ataupun dalam wujud apapun yang
isinya berupa keterangan-keterangan tertulis untuk disampaikan kepada pihak lain
yang membutuhkannya.
b.      Surat merupakan media komunikasi secara tertulis guna disampaikan kepada
pihak lain dalam rangka mendapatkan pengertian dan kerja sama antar kedua belah
pihak.
c.      Surat merupakan suatu pernyataan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan
suatu informasi maupun keterangan dari satu pihak kepada pihak lain.

2. Fungsi Surat
Fungsi surat dalam kehidupan bermasyarakat yaitu: alat komunikasi, bukti
otentik, bukti historis, duta wakil, duta wakil, pedoman pelaksanaan tugas dan
sebagai pengikat, pemandu berpkir. (Nurjamal dkk. 2011, Mulyaty, 2014) Untuk
lebih jelasnya perhatikan penjelasan yang telah disarikan berikut ini:

a. Sebagai alat Komunikasi

114
Dengan surat orang dapat saling berbicara, saling tukar informasi dan saling
menyampaikan pesan. Dengan surat orang dapat saling memberi kabar, meskipun
jaraknya berjauhan. Dengan surat orang dapat berbicara secara panjang lebar dengan
menggunakan tulisan sehingga dapat menyampaikan pesan lebih banyak dengan
biaya yang lebih murah.

b. Sebagai wakil atau Duta

Surat dapat mewakili diri sendiri atau orang lain sebagai tenaga suruhan untuk
mendatangi seseorang yang berada di tempat yang jauh dengan pembicaraan panjang
lebar hingga tuntas. Dengan demikian Anda dapat menyelesaikan suatu masalah
tanpa harus datang sendiri. Dengan surat Anda dapat menekan biaya daripada
berkomunikasi melalui telepon jarak jauh atau interlokal apalagi harus datang sendiri.

c. Sebagai bahan bukti

Surat dalam arti yang luas mencakup dunia bisnis. Sebagai bahan bukti, surat
dapat berbentuk, tanda terima, kwitansi, surat jalan pengiriman barang` resi atau bukti
pengiriman uang, faktur, surat perjanjian dan berbagai surat bisnis lainnya banyak
yang berfungsi sebagai bukti. Semua itu adalah sebagai bukti hitam di atas putih.

d. Pedoman pengambil keputusan

Betapa pentingnya arsip surat untuk disimpan walaupun dalam waktu relatif


singkat, sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan dapat dibaca kembali sebagai
pedoman untuk mengambil suatu keputusan lebih lanjut.

e. Alat memperpendek jarak ,penghemat tenaga dan waktu

115
Bila suatu kunjungan tidak begitu penting, atau sesuatu yang dibicarakan
tidak harus bertatap muka, maka cukup diwakili dengan surat. Dengan demikian
Anda akan menghemat waktu, tenaga dan biaya.

f. Sebagai alat pengingat

Surat-surat yang dianggap penting sangat perlu untuk disimpan. Sebab bukan


tidak mungkin suatu saat akan diperlukan lagi untuk dibaca Anda Sudah lupa
mengingat-ingat isi atau bunyi surat tersebut.

g. Sebagai bukti sejarah dan kegiatan

Surat dapat berfungsi sebagai bukti sejarah perjalanan dan perjuangan suatu


bangsa. Sebagai bukti kegiatan, bagi suatu organisasr perusahaan atau badan usaha.

3 Bagian-bagian surat
a. Kepala Surat/ Kop Surat

Kepala surat atau yang bisa juga disebut dengan kop surat merupakan bagian teratas
dalam sebuah surat. Fungsi penyertaan kepala surat tersebut tidak terlepas dari
pemberian informasi mengenai nama, alamat, kegiatan dari lembaga tersebut serta
juga bisa menjadi alat promosi. Bagian surat yang pertama ini berisi:

1) Logo atau lambang dari sebuah instansi, lembaga, perusahaan atau organisasi,

2) Nama instansi, lembaga, perusahaan, atau organisasi tersebut, 

3) Alamat instansi, lembaga, perusahaan, atau organisasi tersebut, 

4) Nomor telepon, kode pos, alamat email atau alamat web.

116
Biasanya setelah penulisan kepala surat atau kop surat terdapat sebuah garis
horizontal pemisah yang memisahkan antara kepala surat dengan bagian-bagian surat
yang lain seperti tempat dan tanggal pembuatan.

b. Tempat dan Tanggal Surat


Pencantuman tempat dan tanggal surat tersendiri ditujukan untuk memberikan
informasi mengenai tempat dan tanggal penulisan surat tersebut. Untuk tempat
biasanya tidak dicantumkan kembali jika tempat sudah ditulis di kepala surat yang
berupa alamat instansi. Tapi bagi surat bukan resmi yang tidak memiliki kepala surat,
wajib menuliskan tempat di bagian surat ke 2 ini.
Contoh:
Jakarta,3Januari2014
Cirebon, 18 Mei 1990

c. Nomor Surat
Sebuah surat resmi yang mewakili sebuah lembaga, instansi, perusahaan atau
organisasi biasanya menggunakan penomoran terhadap surat yang dikeluarkan atau
yang diterima. Nomor surat biasanya meliputi nomor urut penulisan surat, kode surat,
tanggal, bulan dan tahun penulisan surat. Penomoran surat tersebut berfungsi untuk:

1) Memudahkan pengaturan, baik untuk penyimpanan maupun penemuannya kembali


apabila diperlukan

2) Mengetahui jumlah surat yang diterima dan yang dikeluarkan oleh organisasi,
lembaga atau perusahaan

3) Memudahkan pengklasifikasian surat berdasarkan isinya

4) Penunjukan secara akurat sumber dalam hubungan surat menyurat.

117
Contoh:
Nomor:023/PMR/05/12/2013
Nomor: 042/PRMK/28/08/2013
d. Lampiran
Bagian lampiran merupakan bagian penjelas yang menginformasikan bahwa ada
sejumlah berkas atau dokumen yang disertakan dalam surat tersebut. Jika tidak
terdapat berkas atau dokumen yang dilampirkan, maka bagian lampiran bisa
ditiadakan.
e. Hal
Pada bagian surat ke lima ini berisi hal atau perihal. Hal berfungsi memberikan
petunjuk bagi pembaca mengenai pokok isi surat tersebut.

f. Alamat Dalam

Terdapat dua alamt yang dituliskan dalam surat, yaitu alamat luar (yang ditulis di
sampul surat) dan alamat dalam (yang ditulis di dalam surat). Alamat yang dimaksud
dalam bagian ini merupakan alamat dalam. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menulis alamat dalam ini, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kata "kepada" pada alamat dalam sebenarnya tidak harus ada. Kata "kepada"
dirasa berlebihan karena sudah ada kata "YTH/ yang terhormat"

2) Menggunakan kata "Yang terhormat" yang bisa disingkat menjadi "YTH"

3) Menggunakan kata "Bapak", "Ibu" atau "Sdr" jika yang dituju adalah seseorang
bukan nama instasi. Kata "Bapak, Ibu, Sdr" selalu ditulis dengan huruf kapital diawal
kata dan diikuti oleh nama orang.

4) Di setiap bari pada bagian alamat dalam tidak diakhiri oleh tanda titik.

5) Menuliskan alamat orang atau lembaga yang dituju, lengkap lebih bagus.

118
Contoh:
Yth. Bapak Sugiono
Kepala Sekolah SMA Karang Tengah 01
Jalan Mawar, Losari Lor
Brebes, 52255
g. Salam Pembuka
Bagian surat yang ke 7 adalah salam pembuka yang berfungsi sebagai sapaan dalam
surat. Salam pembuka ditulis dengan huruf kapital di awal dan diakhiri oleh tanda
koma.
Contoh:
Dengan hormat,
Salam pramuka,
Assalamualaikum wr.wb.
h. Isi Surat

1) Pembuka

Pembuka merupakan alinea pertama yang berfungsi sebagai pengantar atau


pendahuluan terhadap infomrasi yang disampaikan di alinea isi.

2) Isi

Alinea isi berisi informasi yang akan disampaikan.

3) Penutup

Sedangkan alinea penutup ini berisi ucapan terima kasih atau harapan dari
penulis surat kepada pembaca surat.
i. Salam Penutup

119
Salam penutup merupakan penutup surat yang biasanya menggunakan kata: "Hormat
saya, Hormat kami, Wassalam". Penulisan salam penutup tersebut seperti salam
pembuka, diawali oleh huruf kapital dan diakhiri oleh tanda koma.
j.Nama Jelas Pengirim dan Tanda tanganSetelah salam penutup, terdapat nama
jelas pengirim surat beserta tanda tangannya.
k. Tembusan
Tembusan merupakan bagian surat yang menunjukkan pihak atau orang lain yang
juga berhak mendapatkan surat tersebut.
Contoh:
Tembusan:
1. Kepala SMA Negeri 01Bone
2. Pembina OSIS SMA Negeri 01 Bone
Posisi ke 12 bagian surat resmi tersebut di atas bisa saja berubah, tergantung format
atau bentuk surat. Ke 12 bagian tersebut di atas merupakan bagian-bagian surat resmi,
sedangkan jika ingin menulis surat yang sifatnya kurang atau tidak resmi ada bagian-
bagian yang dihilangkan seperti, kepala surat/ kop surat. Untuk lebih memahami
penjelasan bagian-bagian surat di atas mari kita lihat contoh surat di bawah ini:

5. Ciri-ciri Surat Resmi

Ciri-ciri Surat Resmi adalah sebagai berikut:

a. Surat menggunakan bahasa yang baku

b. Terdapat Kop Surat

c. Tanggal Surat alamat tujuan

d. Memiliki Nomor Pengarsipan

e. Hal, yaitu pemberitahuan mengenai isi surat

f. Harus ditandatangani dan dibubuhi stempel instansi/badan.perusahaan

120
g. Terdapat tembusan surat (bila perlu)

Contoh Dari Instansi/sekolah ke individu

SMA Negeri 1 Watampone


Jalan Ir. H. Juanda No. 17 Watampone
No. Telp. (0251) 8321798
_____________________________________________________________

Watampone,  11 Juni 2015


No : 11/SMAN 1 Watampone/06/2015                                      
Lampiran : -
Perihal : Undangan

Yth.
Orang tua/Wali Murid Kelas XII
SMA Negeri 1 Watampone

Dengan hormat,

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan para siswa siswi SMAN 1


Watampone Khususnya kelas XII. Maka pada surat kali ini kami
selaku badan pendidikan sekolah kami tercinta, bermaksud
mengadakan studi lapangan bagi siswa siswi baik IPS maupun IPA di
luar sekolah. Adapun acara tersebut akan kami laksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Juni  2015
Pukul : 08.45 s.d. 12.45
Tempat : Malino
Acara :  Penelitian tumbuhan Langka
Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, atas segala
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
                                                                                             
Kepala Sekolah
SMAN 1 Watampone
Ttd, 

121
Amalia Rahman, S.Pd,
M.Pd.

6. Surat Pribadi

a. Ciri-ciri Surat Pribadi


Surat pribadi setidaknya memiliki 5 ciri sebagai berikut:
1. Tidak memiliki kop surat
2. Tidak memiliki nomor surat
3. Salam pembuka ataupun penutup sangat bervariasi dan lebih bersifat santai, non
formal
4. Penggunaan bahasa bebas (tidak baku) sesuai keinginan penulis
5. Format surat bebas

Bagian-Bagian Surat Pribadi:


Coba perhatikan contoh berikut ini:
Makassar, 21 Februari 2016
Sahabatku
Rina Rabina
Di Jakarta
Salam Persahatan.
7. mmm
Hai! apa Khabarmu Rin? Sehat dan bahagia bukan? Kita sudah lama tak
jumpa, pasti Rina tambah cantik, pintar, langsing atau sebaliknya.
Apa kegiatanmu di hari Minggu Rin? Rina masih suka menanam bunga?
Seperti dulu waktu di Makassar? Sejak kepergianmu Makassar sekarang
sudah banyak perubahan gedung-gedung super mewah sudah banyak
menghiasi kota kita. Sayang sekali Studio tempat kita berlatih tari dan teater
dulu, kini sudah dijual pemiliknya dan sekarang menjadi rumah makan khas
Makassar.
Saya tidak ada kegiatan lain sekarang, kecuali hanya fokus di kegiatan
kuliah. Ngomong-ngomong IPS mu berapa Rin? Kalau saya 3,98. Doakan ya!
Agar lancar-lancar tulisanku, semester ini tinggal Skripsi yang
kuprogramkan. Kamu pasti demikian juga.
Sekian dulu ya! Rin? Balasannya kutunggu , sampaikan salamku pada
bapak dan Ibu begitu juga pada kak Bayu dan adik Ayu. Daaa Sampai Jumpa
1. libur
di Alamat dan tempat tanggal PembuatanSurat
mendatang.
Sahabatmu,

Andi Dinda Batari


122
1. Alamat dan tempat tanggal PembuatanSurat

Bagian ini menjelaskan posisi serta waktu ditulisnya surat. Lihat contoh:
Makassar, 21Februari 2016
Sahabatku
Rina Rabina
Di Jakarta

2. Salam Pembuka

Salam pembuka adalah sapaan seseorang sebelum menulis surat. Anda bisa
menggunakan kaimat seperti dalam contoh di atas ( Salam persahabatan) atau dengan
salam yang lain seperti:

 Asalamualaikum
 Salam manis
 salam sejahtera
 dll

3.Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka dapat berupa pertanyaan mengenai kabat, kesehatan, keadaan atau
sekedar basa-basi. Contoh:
Hai! apa Khabarmu Rin? Sehat dan bahagia bukan? Kita sudah lama tak jumpa, pasti
Rina tambah cantik, pintar, langsing atau sebaliknya.

4. Paragraf Isi

Paragraf ini berisi inti atau tujuan dibuatnya surat. Walaupun yang anda tulis adalah
surat pribad,bagian ini tetap harus anda tulis jelas dan mudah dimengerti.Hal ini
bertujuan agar pesan anda dapat tersampaikan dengan baik pula:

123
Apa kegiatanmu di hari Minggu Rin? Rina masih suka menanam bunga? Seperti dulu
waktu di Makassar? Sejak kepergianmu Makassar sekarang sudah banyak perubahan
gedung-gedung super mewah sudah banyak menghiasi kota kita. Sayang sekali Studio
tempat kita berlatih tari dan teater dulu, kini sudah dijual pemiliknya dan sekarang
menjadi rumah makan khas Makassar.

5. Paragraf Penutup

Paragraf penutup digunakan untuk mengakhiri isi surat. Biasanya paragraf ini berisi
permohonan maaf, mohon diri, harapan dan sebagainya.
Sekian dulu ya! Rin? Balasannya kutunggu , sampaikan salamku pada bapak dan Ibu
begitu juga pada kak Bayu dan adik Ayu. Daaa Sampai Jumpa di libur mendatang.
Tentu dengan contoh tersebut bagian-bagian surat pribadi sudah jelas.
silahkan anda mencoba menulis sebuah surat pribadi untuk sahabat atau keluarga.

F.Artikel (Artikel ilmiah dan Artikel Ilmiah populer)

A. Pengertian Artikel

Artikel adalah karangan pendek, berkisar antara 300 sampai 1.000 kata, yang
membahas tema tertentu yang ditujukan untuk menyampaikan pikiran terhadap
sebuah realitas, baik berupa fakta, atau konsep tertentu.
Artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tatacara ilmiah atau sesuai dengan
pedomam yang disepakati.
Langkah-langkah menulis artikel ilmiah populer – Tulisan ilmiah populer
merupakan salah satu dari beberapa jenis karya tulis atau karya ilmiah. Artikel ilmiah
populer dihargai dengan 2 angka kredit. Guru dapat memilih jenis tulisan ini sebagai
karya tulis dalam rangka memenuhi angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan
profesi.

124
Namun demikian karya ilmiah ini tidak hanya sekadar untuk ditulis sehingga
menjadi dokumen pribadi. Melainkan harus disebarkan melalui media massa. Harus
dikirim dan dimuat dalam surat kabar atau majalah, tabloid, jurnal dan lain
sebagainya. Guntingan koran artikel yang dimuat di media cetak menjadi bukti fisik
ketika mengajukan bahan kenaikan pangkat guru.

Kegiatan menulis ilmiah/karya ilmiah sudah menjadi keharusan bagi guru. Ini
terbukti dengan adanya Permen PAN dan Reformasi BirokrasiNomor 16 Tahun
2009 yang diberlakukan Oktober 2013 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Untuk naik pangkat/golongan ke tingkat yang lebih tinggi, guru harus
mengumpulkan angka kredit tertentu dari kegiatan pengembangan profesi.
Berikut ini adalah 8 langkah penting yang perlu dilakukan:

1.Memilih tema tulisan

Tema tulisan adalah pokok pembahasan dalam artikel. Pilihlah tema yang mudah dan
dikuasai. Misalnya, motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa, strategi dan metode
mengajar, dan lain sebagainya.

2.Menulis dengan kerangka

125
Biasakan menulis dengan membuat kerangka tulisan. Menyajikan deretan kalimat
penting secara garis besar. Hal-hal apa saja yang ingin ditulis. Misalnya, tema artikel
prestasi belajar. Maka poin-poin yang dibuat menjadi kerangka artikel adalah: ada
apa dengan prestasi belajar siswa? Mengapa prestasi belajar siswa menurun?
Bagaimana cara mengatasinya? Tiga kalimat kerangka ini coba diperdalam lagi
masing-masingnya.

3.Membuat paragraf pembuka dengan baik

Kalimat pada paragaf pembuka, ibarat sebuah etalase toko yang memamerkan
barang-barang bagus dan disusun sangat rapi. Tujuannya adalah menarik perhatian
calon pembeli. Begitu pula halnya dengan fungsi paragraf pembuka sebuah artikel
ilmiah.

4.Menuliskan gagasan pokok secara gamblang

Tulisan ilmiah popular hanya berkisar 2,5 sampai 3,5 halaman. Oleh sebab itu
kemukakan gagasan pokok tulisan di bagian awal paragraf. Dengan demikian
pembaca dapat menangkap apa yang hendak disampaikan oleh penulis.

5.Memberikan ilustrasi yang wajar

Jika di sebuah blog, ilustrasi yang menarik di tampilkan berupa gambar atau foto
yang mendukung ulasan dalam artikel, Namun dalam tulisan ilmiah popular, segala
ilustrasi ditampilkan dalam rangkaian kalimat pada paragraf. Ilustrasi yang dibuat
haruslah yang wajar, tidak mengada-ada dan logis.

6. Mempelajari cara dan gaya penulisan

Sebenarnya bahasa yang baik dan benar itu bersifat relatif. Namun sebagai panduan
bagi penulis adalah, media cetak mana yang kita pilih untuk mengirim tulisan. Setiap

126
media cetak itu mempunyai cara dan gaya penyajian yang berbeda. Maka pelajari
cara dan gaya penulisan media yang dituju.

7.Menutup artikel dengan paragraf yang kuat

Yang tak kalah penting adalah membuat paragraf penutup yang kuat. Artinya, semua
gagasan pada paragraf sebelumnya harus diperkuat pada paragraf terakhir. Biasanya
boleh dipergunakan kalimat berupa kesimpulan dari apa yang telah dibahas.

8.Menyunting artikel dengan seksama

Tahap yang paling lama membutuhkan waktu adalah menyunting artikel yang sudah
berhasil dibuat. Periksa kembali segala kata, kalimat dan paragraf yang ada. Begitu
pula ejaan dan tanda baca. Biasanya editor media cetak enggan mengedit artikel
kiriman yang terlalu banyak kesalahan pada ejaan dan tanda baca.
Dalam menyunting artikel, bisa juga minta bantuan pada teman. Namun kalau
disunting sendiri, anggaplah kita sendiri, orang lain yang sedang membaca artikel itu.

Artikel Hasil Penelitian


Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel yang kemudian diterbitkan
dalam majalah ilmiah atau jurnal biasanya dituntut berisi hal penting karena setiap
kali terbit sebuah jurnal memuat beberapa artikel.
Laporan dalam bentuk artikel ilmiah, hal yang menjadi perhatian yaitu
bahan, dan prosedur Penulisan
A. Bahan
Artikel hasil penelitian untuk jurnal hanya berisi hal yang penting saja.
Bagian dianggap penting adalah: temuan hasil penelitian, pembahasan hasil/temuan,
dan simpulan. Hal lain cukup disajikan serba singkat. Kajian pustaka disajikan untuk
membahas mengenai rasional pentingnya masalah yang diteliti.
B. Prosedur Penulisan

127
1. Judul. judul hendaknya inovatif, lengkap, tidak terlalu panjang ataupun pendek (5-
20 kata). Judul artikel memuat variabel yang diteliti atau kata kunci yang
menggambarkan masalah yang diteliti.
2. Nama-nama penulis. Nama penulis ditulis tampa gelar akademik atau gelar lain apa
pun.
3. Abstrak dan kata kunci. Abstrak berisi pernyataan singkat tentang ide-ide penting.
Abstrak berisi tentang: Masalah, tujuan penelitian, metode, hasil, dan simpulan.
Hipotesis, pembahasan, dan saran tidak perlu ditulis. Abstrak biasanya ditulis
dalam bahasa Inggris. Panjang Abstrak 75-100 kata yang ditulis dalam satu
paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal, pengetikannnya masuk (margin
kanan dan kiri menjorok 1-2 cm).
Kata kunci adalah pokok-pokok kata yang menggambarkan masalah yang diteliti
atau dasar pemikiran gagasan dapat berupa kata tunggal atau gabungan
kata.Jumlah kata kunci sekitar 3-7 kata

4. Pendahuluan. Pendahuluan ditulis langsung sesudah abstrak. Berisi tiga hal pokok:
(1) latar belakang atau rasional penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana
pemecahan masalah , dan (3) tujuan penelitian.
5. Metode. Uraian pokok pada bgian ini adalah bagaimana data dikumpulkna/siapa
dan apa sumber data, dan bagaimana data dianalis. Atau muatlah secara singkat
apa yang terdapat pada bab III.
6. Hasil. Bagian ini merupakan bagian utama artikel ilmiah oleh karena itu biasanya
merupakan bagiann yang terpanjang. Hal-hal yang disajikan adalah hasil analisi
data dan hasil kajian hipoitesis.
Hasil analisis boleh disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Tabel dan grafik
harus diberi komentar atau dibahas. Untuk penelitian kualitatif bagian hasil
memuat bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopik yang berkaitan langsung
dengan fokus penelitian.

128
7. Pembahasan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel
ilmiah. Tujuan pembahasan adalah: (1) menjawab masalah penelitian atau
menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai, (2) menafsirkan temuan-
temuan, (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan
yang telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada.

8. Simpulan dan Saran. Simpulan disajikan dalam bentuk esei, bukan dalam bentuk
numerikal.
Saran disusun berdasarkan simpulan. Saran dapat mengacu kepada tindakan
praktuis, pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan.
9. Daftar Rujukan. Daftar rujukan harus lengkap, sesuai dengan rujukan yang
disajikan dalam batang tubuh artikel. Semua rujukan yang dimasukkan dalam
batang tubuh artikel wajib disajikan dalam daftar pustaka.

Artikel pada umumnya memuat bagian-bagian sebagai berikut:


1. Judul (head).
2. nama penulis (by line).
3. prolog, pembuka tulisan, atau intro.
4. bridge, pengail, atau jembatan antara intro dan pokok bahasan. Hal ini bisa berupa
dua-tiga pertanyaan.
5. isi (Body), paparan masalah, biasanya berupa susb-sub judul.
6. penutup (Closing), bisa berupa kesimpulan atau ajakan.
7. keterangan atau identitas penulis.

Cara mudah menulis Artikel


Untuk menuliskan artikel dapat dilakukan trik dan sebagi berikut, pada dasarnya
dapat dilakukan tahap-tahapan menulis artikel sebagai berikut :
1. Menemukan ide
2. Mencari bahan-bahan referensi untuk mengembangkan ide.

129
3. Membuat outline untuk mengorganisasikan paduan antara ide dan referensi
sehingga sistematis..
4. Free writing atau menulis bebas,berupa penulisan naskah awal (first draft).
5. Menulis ulang naskah (rewriting) atau revisi tulisan.
6. Menyunting naskah (editing), yakni memperbaiki naskah secara redaksional dan
substansial. Dalam tahap ini, diperlukan kecermatan sehingga tidak ada substansi
yang tidak akurat, tidak faktual, dan dan tidak ada kata atau kalimat yang sulit
dipahami.

Sistematika Artikel

1. Artikel Hasil Penelitian

a. Judul

judul sebaiknya lengkap tidak terlalu panjang maupun pendek yaitu antara 5-15 kata.
Jelah judul tersebut memuat variabel-variabel yang diteliti atau kata kunci yang
menggambarkan masalah yang diteliti.

b. Nama-nama penulis

Nama penulis ditulis tanpa disertai gelar, diikuti nama lembaga tempat bekerja.

c. Isi seperti sistematika yang telah dijelaskan sebelumnya.

G. Menulis Kesastraan (Puisi)


Menulis puisi tidaklah sulit. Yang penting adalah penulis harus terlebih
dahulu menentukan tema puisi. Tentang apa yang akan dituliskan dalam puisinya.
Penulis dapat menulis puisi berdasarkan pengalaman yang berkesan atau sesuai isi

130
hati saat itu. Dalam suasana hati yang sangat emosional ( kecewa, sedih, jengkel,
marah, bahagia) lebih mudah menulisnya menjadi suatu puisi.
Apa sebenarnya puisi itu? Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang
menggunakan bahasa yang indah dan ditulis dalam bentuk larik dan bait. Sementara
puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. atau Puisi
bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh larik dan bait dan aturan lainnya.
Aturan yang dimaksud misalnya jumlah kata, jumlah baris, jumlah bait, dan
persamaan bunyi atau rima. Dalam puisi bebas, aturan-aturan itu boleh diikuti boleh
tidak, yang terpenting adalah bagaimana pikiran dan perasaan itu dapat diekspresikan
dengan pilihan kata yang tepat sehingga menghasilkan makna yang tajam dan
mendalam.
Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi anak di SD, menurut

Nadeak (1985) adalah: (a) isinya harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai

umur dan taraf perkembangan jiwa anak, (b) puisi itu memiliki daya tarik terhadap

anak, (c) puisi itu harus memiliki keindahan lahiria bahasa, misalnya irama yang

hidup tekanan kata yang nyata, permainan bunyi dan sebagainya, (d) diksi harus

sesuai dengan dunia anak-anak.

Sementara Sutawijaya dkk, (1992) mengatakan, bahwa puisi anak-anak hendaknya


memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) ciri keterbacaan meliputi: kosakata yang
digunakan dapat dipahami dan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana, (b)
ciri kesesuaian, yaitu kesesuaian dengan kelompok usia anak. Pada usia sekolah dasar
anak menyukai puisi tentang masalah kehidupan sehari-hari, petualangan,
keberanian, kejujuran, kehidupan keluarga nyata. Selain itu, kesesuaian dengan
lingkungan tempat tinggal. Misalnya, anak yang tinggal di pinggir pantai akan lebih
bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara
tentang pantai.

131
Zulela (2012) mengemukakan pendapatnya tentang langkah-langkah dalam
menulis puisi anak-anak sebagai berikut:
a) Menentukan tema;
b) Merenung/ menghayati tentang pesan yang akan disampaikan;
c) Memilih kata kunci yang pas untuk mengembangkan pesan;
d) Mengimplementasikan pesan dalam pilihan kata yang pas;
e) Perhatikan tema/nada permainan bunyi bahasa;
f) Baca dengan cermat atau ungkapkan.
Perhatikan contoh puisi anak-anak di bawah ini:

Tamanku
Oleh: R.A. Badjid

Tamanku indah berhias kupu-kupu


Terbang berputar dengan lucu
Bunga mewangi aroma madu
memanggil kupu mendekat selalu
Aneka warna sayapmu
Tidak jenuh mata menatapmu
Kau lincah dan lucu
Bergerak ke sana ke mari mencari madu
Oh! Kupu-kupuku
Kehadiranmu penghias tamanku
Kehadiranmu membantu penyerbukan
Diranting bunga kau berayun-ayun
Melepas segala kepenatan.

UNTUKMU GURUKU
R.A. Badjid

Guru
Setiap pagi kau mengajarku
Niat suci dalam benak
Jiwa raga kau patrikan

Satu tekad
Mencerdaskan anak-anak negeri

132
Wahai sang guru
Aku datang menyambutmu
Aku datang menantimu
Kau datang di saat kuhaus
Kau datang di saat kulapar
Ilmu yang berguna slalu kau limpahkan

Kau menerangi kami


laksana rembulan di malam hari
Nasihatmu lantera penerang hati
Akan kujadikan bekal di esok hari
Prasasti baktimu tertancap di sanubari

Oh Tuhan
Hanya doa kupanjatkan
Semoga guruku diberi kekuatan
Pahala pengadian cermin keagungan
Abadilah corak hidup dalam keteguhan

H. Menulis Kasastraan (narasi/cerita)


Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa
atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu
disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau
alur.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi
ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi
ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman, dan kisah
perjalanan. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun
cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.

133
1.. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh.
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.

2. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu
diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks,
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.

3. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada
yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk
menebaknya sendiri.

Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan


melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H.

1. (What) Apa yang akan diceritakan,


2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan

1. Ciri-ciri Karangan Narasi


Menurut Keraf (2000:136)
a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
b. Dirangkai dalam urutan waktu.
c. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
d. Ada konflik.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada

134
konflik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih
lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar
terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
c. Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.
d. Memiliki nilai estetika.
e. Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi
memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke
waktu dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang
menonjolkan pelaku.
2. Langkah-langkah menulis karangan narasi
a. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan
b. tetapkan sasaran pembaca kita
c rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
d. bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
e. Rincian peristia-peristiwa uatama ke dalam detail-detail peristiwasebagai
pendukung cerita
f. susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

I.Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa Lainnya

Hubungan menulis dengan membaca. Menulis dan membaca adalah kegiatan


berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dan diterima olehpembaca
dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Menurut Goodman dkk. (1987)
dan Tierney (1983) baca –tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis
sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis. Penulis sebagai pembaca. Artinya
ketika aktivitas menulis berlangsung si penulis membaca karangannya. Ia

135
membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat dan menilai karangannya.
Apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada yang tidak
layak dimuat, apakah tulisan baik dan menarik dibaca.

Pembaca sebagai penulis artinya. Artinya ketika berlangsung kegiatan


membaca, pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan penulis. Pembaca
menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan antar gagasan, kejelasan
uarian dan mengorganisasikan bacaan. Pembaca menganalisis atau merekonstruksi
bacaan dengan membayangkan apa yang dimaksudkan/diinginkan penulisnya,
sehingga pesan yang penulis sampaikan dapat ditangkap dengan baik.

Sebelum penulis akan menyampaikan gagasannya butuh inspirasi. atau ide,


dan informasi. Hal tersebut dapat diperoleh melalui berbagai sumber apakah bahan
cetak seperti: buku, majalah, surat kabar, jurnal laporan dan juga sumber tak tercetak
seperti radio, televisi, ceramah, pidato,wawancara, dan diskusi. Informasi dari bahan
cetak tentu diperoleh melalui membaca dan informasi dari bahan noncetak diperoleh
melalui menyimak yang berarti melibatkan pembicara yang menyampaikan gagasan
kepada pendengarnya. Menulis dan berbicara merupakan dua keterampilan yang
bersifat aktif – produktif. Artinya penulis dan pembicara keduanya berperan sebagai
penyampai dan pengirim pesan kepada kepada pihak lain.(pembaca dan penyimak).

J.Tugas/Latihan

1. Jelaskan proses menulis secara singkat!


2. Jelaskan fase menulis menurut Yunus!
3. Seandainya Anda akan menulis dan telah ada topik yang tersedia tinggal
mengembangkannya. Bagimanakah proses yang Anda lalui Jelskanlah!
4. Jelaskan unsur-unsur paragraf beserta contohnya !
5. Ada lima kemampuan yang harus dikuasai oleh penulis yaitu: kemampuan
penggunaan ejaan dan tanda baca, kemampuan penggunaan kata. Kemampuan

136
penggunaan kalimat efektif, kemampuan pengorganisasian paragraf, dan
kemampuan mengembangkan topik ke dalam bentuk isi karangan. Jelaskan
mengapa kelima hal tersebut penting? Dan apa konsekuensi yang bisa timbul
apabila penulis tidak menguasai kelima hal tersebut berikan argumen!
6. Apa perbedaan pola surat pribadi dan surat resmi.
7. jelaskan fungsi bagian-bagian surat!
8. Buatlah puisi dengan menimplementasikan unsur-unsur menulis puisi
9. Tulislah suatu cerita dengan memperhatikan langkah-langkah!

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan


Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Muclisoh., dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Modul Jakarta:
Depdikbud Proyek Pembinaan tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Mulyati, Yeti dkk. 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Mulyati. 2014. Terampil Berbahasa Indonesia. Palembang: Prenadamedia Group.

Nadiaa, Aisyah. 2013. Cara Membuat Teks Sambutan.(Online)


http://blogspot.co.id/2013/08/ (Diakses) 17 Februari 2016.

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmat, Jalaluddin. 1982. Retorika Modern. Bandung: Akademika


Sudarsana, Undang dan Bastiano.2009. Pembinaan Minat BacaJakarta: Universitas Terbuka.

Soedjiatno, 1982. Menyimak suatu Aspek Keterampilan Berbahasa.Malang: FPBS UN


Malang.

Soedjito, dan Hasan Mansur. 1991. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

137
Syafi’ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta. Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

138

Anda mungkin juga menyukai