HAKIKAT BAHASA
Kompetensi Dasar:
Menguasai hakikat bahasa dan keterampilan berbahasa serta
hubungannya yang mendukung pembelajaran bahasa
Indonesia di SD/MI
A. Pengertian Bahasa
Ada berapa pengertian bahasa yang dikemukakan oleh para ahli, yakni:
1. Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk
komunikasi manusia (Wardhaugh, 1972)
2. Bahasa adalah sebuah alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan
secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda
yang disepakati, yang memiliki makna yang dipahami (Webster’s New
Collegiate Dictionary, 1981)
3. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
para anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama dan
mengidentifikasikan diri (Kentjono 1984).
4. Bahasa adalah sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk
budaya manusia (Halliday dan Hasan, 1991).
1
Sebagai sebuah sistem bahasa terdiri atas sejumlah unsur yang saling terkait
dan tertata secara beraturan, serta memiliki makna.
Sebagai sebuah sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
artinya bahasa itu dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang
berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Seandainya
bahasa itu tidak sistematis, maka bahasa itu akan kacau, tidak bermakna, dan
tidak dapat dipelajari. Sistemis artinya bahasa terdiri atas sejumlah subsistem
yang satu sama lain saling terkait dan membentuk satu kesatuan utuh yang
bermakna. Subsistem bahasa: fonologi (bunyi-bunyi bahasa) gramatika
(morfologi, sintaksis, dan wacana) serta leksikon (perbendaharaan kata).
Ketiga subsistem itu menghasilkan bunyi dan makna yang membentuk
sistem bahasa.
2. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer dan Konvensional
Bahasa merupakan sistem simbol yang berupa bunyi maupun tulisan yang
dipergunakan dan disepakati oleh suatu kelompok sosial. Sebagai contoh
Ikan adalah jenis binatang air yang bersirip dan bernapas dengan insang.
Dalam menuturkan hewan tersebut disimbolkan dengan bunyi /I k a n/. Coba
bayangkan andaikan kata ikan tidak memiliki simbol, dan ketika seorang
anak meminta ikan mungkin saja akan mengatakan “Bu mau hewan yang
suka berenang dan ada siripnya serta bisa dimakan.
3. Bahasa bersifat produktif
Fonem dan pola dasar bahasa sangat terbatas. Dari keterbatasan itu kita dapat
membentuk ribuan kata kalimat, dan wacana dengan segala variasinya, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pengguna bahasa tersebut.
4. Bahasa memilki fungsi dan variasi
Apa yang akan terjadi seandainya kita tidak memiliki bahasa? Tentu hidup
ini akan sulit? Bahasa tercipta karena kebutuhan manusia dan sebagai upaya
untuk mempertahankan kelangsungan dan eksistensi hidup manusia. Dengan
bahasa kita dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang
2
dianut sehingga dapat dipahami dan memahami orang lain. Dengan bahasa
dapat saling memahami dan bekerja sama. Jadi bahasa memiliki fungsi
sebagai alat komunikasi.
Keragaman berbahasa terjadi karena adanya kelompok dan individu
pemakainya. Kelompok manusia sangat beragam seperti kelompok profesi
guru, dokter, pedangan, pemuka agama, orang yang tiggal di kota, di desa,
yang berpendidikan tinggi, dan yang tidak berpendidikan , kelompok pria,
wanita kelompok usia tua, muda , anak-anak dan sebagainya. Perbedaan
penggunaan bahasa itu sisebut variasi atau ragam bahasa.
Bahasa merupakan produk kebudayaan, juga merupakan simbol kelompok
yang mencerminkan identitas masyarakat penggunanya. Bahasa Indonesia
adalah jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas
tersendiri yang berbeda dan tidak sama dengan bahasa lain. Bahkan bahasa
Melayu yang digunakan di Malaysia dan Brunei Darussalam.
C. Fungsi Bahasa
Secara umum bahasa memiliki fungsi personal dan fungsi sosial.
Fungsi personal mengacu pada peranan bahasa sebagai alat untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri manusia sebagai makhluk
individu. Melalui bahasa manusia menyatakan keinginan, cita-cita,
kesetujuan, dan ketidaksetujuan, serta rasa suka dan tidak suka. Adapun
fungsi sosial mengacu pada peranan bahasa sebagai alat komunikasi.
Dengan menggunakan bahasa mereka saling menyapa, saling
mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan bekerja sama.
Halliday (Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus
mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa sebagai berikut:
1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
pendapat, pikiran, sikap atau perasaan pemakainya,
3
2. Fungsi regulator, penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau
pikiran, pendapat orang lain, seperti bujukan, rayuan , permohonan, dan
perintah,
3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak
dan menjaga hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau
hiburan,
4. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan
informasi, ilmu pengetahuan atau budaya,
5. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau
memperoleh informasi, seperti pertanyaan atau permintaan, penjelasan
atau sesuatu hal.
6. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan
menyalurkan rasa estetis (keindahan) seperti digunakan dalam lagu dan
bersastra,
7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
keinginan atau kebutuhan pemakainya.
Dalam praktiknya, fungsi bahasa tersebut dalam pemakaiannya jarang
berdiri sendiri antara satu fungsi dengan fungsi yang lainnnya. Tetapi
fungsi tersebut saling terkait, saling mendukung dalam melakukan tindak
bahasa.
Tugas
4
BAB II
KETERAMPILAN MENYIMAK
(Listening Skills)
Kompetensi Dasar:
Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan
keterampilan berbahasa Indonesia di bidang menyimak yang
mendukung pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI
A. Pengertian Menyimak
5
satu kegiatan komunikasi (berbahasa) untuk sanggup dan mampu atau terampil
menerima sejumlah informasi dari orang lain.
Mendengar adalah salah satu kegiatan menangkap suara atau bunyi tanpa
direncanakan oleh orang yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia (Moeliono, 1989) menyatakan mendengar artinya menangkap
suara atau bunyi dengan telinga. Hal tersebut sejalan pendapat Akhadiah (1992) yang
menyatakan bahwa mendengar merupakan kegiatan menangkap suara atau bunyi
dengan telinga secara kebetulan atau tidak direncanakan.
6
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa
sebagai sasarannya. Sedangkan mendengar dan mendengarkan sasrannya dapat
berupa bunyi apa saja. Untuk lebih jelas perbedaan ketiga istilah tersebut akan
diperlihatkan dalam bentuk carta di bawah ini:
Kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat, hanya tiga
per empat jumlah orang dewasa yang dapat memusatkan perhatiaannya pada lima
belas menit pertama. Lima belas menit kedua jumlah itu menyusust menjadi
seperduanya (setengahnya) lima belas menit ketiga jumlah itu hanya tinggal
seperempatnya. Lewat darilima menit keempat pekerjaan itu merupakan suatu
pekerjaan yang sia-sia karena pendengar tidak dapat lagi memusatkan perhatiaannya.
B. Hakikat Menyimak
7
dihindari, yaitu bahwa guru-guru pada umumnya berasumsi keterampilan menyimak
dengan sendirinya dapat berkembang dari belajar berbicara saja. Dengan kata lain,
pembelajaran menyimak itu sendiri tidak perlu diberikan di sekolah.
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung
atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh
telinga kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima
kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima
tidaknya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan,
menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa
menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai
alat komunikasi.
Menyimak harus dikaitkan dengan berbicara. Kedua kegiatan ini merupakan
proses interaksi antarwarga dalam masyarakat yang ditopang oleh alat komunikasi yang
disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Komunikasi dengan menggunakan
bahasa sebagai alatnya disebut komunikasi verbal. Ada pula komunikasi lain dengan
menggunakan gerak-gerik, isyarat atau bendera sebagai alatnya. Kegiatan komunikasi
dengan menggunakan alat bukan bahasa seperti itu dinamakan komunikasi nonverbal.
Pada kenyataannya, komunikasi verbal itulah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Komunikasi verbal itulah yang kita ajarkan di sekolah-sekolah.
Secara sederhana dapat kita katakan, menyimak merupakan proses memahami
pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaiknya, berbicara adalah proses
penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh
peyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian
dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang
dimaksudkan oleh pembicara. Di situ kita temukan adanya kaitan antara menyimak
dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara
termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seseorang menyampaikan
8
informasi melalui ujaran kepada kita. Dengan menyimak kita menerima informasi dari
seseorang. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa
menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam
kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian,
komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan
menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi.
Dengan uraian di atas kita tahu bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan
penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran
secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak
menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi
atau saling melengkapi. Tidak ada gunanya kita berbicara tanpa penyimak dan tidak
mungkin terjadi peristiwa menyimak jika pada saat yang tidak sama tidak ada yang
berbicara. Dari situlah kita tahu bahwa berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
yang bersifat resiprokal.
C. Proses Menyimak
Faris (1993) menguraikan proses menyimak ada tiga tahapan yaitu: (1)
menerima masukan auditori (audotory input) penyimak menerima pesan lisan.
Mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman, (2)
memperhatikan masukan auditori. Penyimak berkonsentrasi (secara fisik dan mental)
pada apa yang disajikan penutur, (3) menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan
auditori. Penyimak tidak sekedar mengumpulkan dan menyimpan pesan tetapi juga
mengklasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan
awal (previous knowledge) Penyimak juga menggunakan strategi prediksi
konfirmasi secara cepat.
9
dalam pikiran.Oleh karena itu untuk dapat memahami isi bahan simakan diperlukan
suatu proses. Menurut Tarigan (1993) Proses tersebut terdiri atas enam tahap yaitu:
- Mendengarkan
- Mengidentifikasi
- Menginterpretasi atau menafsirkan
- Memahami
- Menilai
- Menanggapi atau mereaksi
Keenam proses menyimak tersebut akan diuraikan satu persatu di bawah ini:
10
Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengalaman dan
pengetahuan penyimak.
Menanggapi, makna pesan yang telah selesai dinilai akan ditanggapi. Tanggapan
tersebut dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk, tanda setuju,
atau tidak setuju, mengeleng , mencibir, mengacungkan jempol, tepuk tangan dsb.
D. Tujuan Menyimak
Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh fakta. Cara yang
pertama adalah dengan mengadakan eksperimen, penelitian, membaca buku, surat
kabar, majalah, dan sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan dengan
mendengarkan radio, melihat televisi, berdiskusi, menghadiri seminar, dan
sebagainya. Dari uraian di atas, maka menyimak merupakan suatu media untuk
mendapatkan mendapatkan fakta dan informasi
Poses menganalisis fakta adalah proses menafsir kata-kata atau informasi sampai
pada tingkat unsur-unsurnya dan menafsir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-
fakta tersebut.
11
Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan muncul beberapa
pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya terhadap suatu bahan simakan.
Dalam mengevaluasi fakta, penyimak perlu mempertimbangkan bahan simakan
dengan menggunakan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Pada dasarnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan Hiburan dapat
diperoleh melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan menyimak.
Manusia jaman sekarang sering menyimak radio, televisi, film, dan sebagainya untuk
menghibur diri.
Seorang pembicara yang baik harus mampu menciptakan suatu suasana yang gembira
dan menyenangkan. Hal ini akan membantu penyimak dalam mencapai tujuannya,
yaitu menyampaikan materi agar dapat diterima dengan baik karena akan merangsang
penyimak lebih berminat dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan.
12
pengucapan kata-kata asing.Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya tujuan menyimak dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu (a)
Menyimak bertujuan untuk belajar, (b) Menyimak bertujuan untuk menikmati, (c)
Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi, (d) Menyimak bertujuan untuk
mengapresiasi, (e) Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide,
(f) Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi, (g) Menyimak bertujuan
untuk memecahkan masalah, dan (h) Menyimak bertujuan untuk meyakinkan
Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang
pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum.
13
psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor sikap, (5) faktor motivasi, (6) faktor
jenis kelamin, (7) faktor lingkungan, dan (8) faktor peranan dalam masyarakat.
1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan
keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali
mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan
ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang
normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta
kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak.
Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas,
lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang
melakukan kegiatan menyimak.
2. Faktor Psikologis
3) Faktor Pengalaman
14
bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa
tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta
pemahaman mereka.
4) Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-
pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak
disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima
pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak
pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.
5) Faktor Lingkungan
“Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi
kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil
mencapai tujuan” (Tarigan, 1987: 103).
Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan
wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka
memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria
pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau
15
tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat
menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih
subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah
dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak
berdikari), dan emosional (dalam Tarigan, 1987:104).
7.Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi
kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-
sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa
ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja
dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk menyimak.
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka
didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa
sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai
kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang
mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi
ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
16
berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebagai seorang
mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian daripada
sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah betapa
pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak.
1.Keegosentrisan
Sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup bagi
sebagian orang. Orang yang egois tidak akan bergaul dalam masyarakat dengan baik.
Dia lebih senang didengar oleh orang daripada mendengarkan pendapat orang lain.
Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak.
17
2.Keengganan ikut terlibat.
Perubahan dapat saja terjadi, tetapi perubahan yang kita harapkan adalah perubahan
yang membawa keinginan. Orang yang takut akan perubahan, takkan bisa menjadi
penyimak yang efektif. Apabila ingin menjadi seorang penyimak yang baik, jangan
takut dan harus rela mengubah pendapat, bila perlu harus berani mengubah dan
menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau gagasan partisipan
lainnya yang lebih unggul dan lebih dapat diandalkan. Orang yang takut akan
perubahan tidak akan dapat mengalami kemajuan, karena dia sendiri hidup dalam
suasana yang selalu berubah.
Malu bertanya, sesat di jalan. Jika isi peribahasa ini kita pahami benar-benar, maka
tidak akan ada alasan bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab
pertanyaan orang lain. Dapat memberikan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan
orang lain, berarti kita telah membantu dia. Keinginan menghindari pertanyaan,
dengan alas an takut nanti jawaban yang diberikan akan memalukan, jelas merupakan
kendala dalam kegiatan diskusi, kegiatan berbicara, dan kegiatan menyimak. Kondisi
internal ini harus diperbaiki kalau memang kita ingi menjadi penyimak yang efektif.
18
5.Puas terhadap penampilan eksternal
Pada saat kita mengemukakan suatu pendapat, kita melihat partisipan mengangguk-
anggukkan kepala sambil tersenyum. Kalau kita terus merasa puas dengan tanda
simpatik dan pengertian seperti itu, maka kita akan gagal menyimak lebih intensif
lagi untuk kalau pengertian itu memang benar-benar wajar. Orang yang cepat merasa
puas telah mengetahui maksud sang pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak
baik. Sifat lekas merasa puas terhadap penampilan eksternal, jelas merupakan suatu
kendala atau rintangan dalam kegiatan menyimak efektif.
Kalau ada sesuatau yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar.
Segala sesuatu yang akan diutarakan para pembicara telah diketahui oleh penyimak
yang mempunyai pertimbangan dan keputusan yang prematur. Ini adalah contoh
penyimak yang jelek, dan sifat seperti ini justru menghalanginya untuk menjadi
seorang penyimak yang efektif.
7.Kebingungan semantik
Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi
tertentu dan waktu yang tertentu juga. Kalau seorang penyimak yang tidak memahami
hal ini, maka dia akan kebingungan dalam mengartikan kata-kata yang dipakai oleh
sang pembicara. Kebingungan semantik ini jelas merupakan kendala serius bagi
seorang penyimak. Bagaimana mungkin seseorang menyimak dengan baik, dapat
menangkap, menyerap, memahami, apalagi menguasai isi ujaran, kalau dia tidak
memahami makna kata-kata atau wacana yang dipergunakan oleh sang pembicara.
Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosa kata
yang memadai.
19
G. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya
belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar.
Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat
ditarik beberapa garis panduan umum seperti:
20
secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan
(Rost, 1991: 7)
(4) Merangkum, guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu
disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai
menyimak, siswa disuruh membuat rangkuman.
(5) Identifikasi kalimat topik, setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung
dua unsur, yaitu (1) kalimat topik dan (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik
dapat di awal, tengah, dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari
kalimat topiknya.
(6) Menjawab pertanyaan, untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.
(7) Bisik berantai, suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru
membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya
sampai siswa terakhir. Siswa yang terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring.
21
Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika
belum sesuai, bisikan dapat diulang, dan jika sudah sesuai bisikan dapat diganti
dengan topik yang lain.
(8) Menyelesaikan cerita, guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah
siswa menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan
kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi
dan menggantikan dengan cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
H. Jenis Menyimak
Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi menyimak menjadi dua macam:
(1) menymak Intensif dan (2) menyimak ekstensif kedua jenis menyimak tersebut
sangat berbeda. Perbedaan tersebut tampak dalam cara melakukan kegiatan
menyimak. Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh masyarakat umum.
Misalnya orang tua, remaja, dan anak-anak. Untuk itu, ikutilah uraian perbedaan
kedua jenis menyimak di bawah ini:
22
siswanya, agar dapat bertindak santun kepada orang lain utamanya yang lebih
tua.
b. Menyimak sekunder
c. Menyimak estetika
23
d. Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar.
Misalnya dalam kehidupan sehari-hari seorang mendengarkan bahasa daerah,
setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah yang selalu disimaknya.
2. Menyimak Intensif
24
menekankan pada hiburan, konteks sosial, ketidaksengajaan dan sebagainya. Jadi
prioritas menyimak intensif adalah memahami makna pmbicaraan.
Konsentrasi adalah memusatkan semua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, dan
ingatan, perhatian dan sebagainya kepada salah satu objek. Dalam menyimak
intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa secara menyeluruh terhadap bahan yang
disimak. Agar pemyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terbagi,
(b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang
disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat
mengganggu kegiatan menyimak, baik internal maupun eksternal.
Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Yang
dimaksud dengan situasi formal adalah situasi komunikasi resmi. Misalnya
diskusi, berdebat, temu ilmiah, kegiatan belajar mengajar dan sebagainya. Bahsa
yang digunakan dalam kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku.
25
Tarigan (1983: 26) membagi jenis menyimak intesif yaitu: “menyimak kritis,
menyimak konsentratif,menyimak eksploratif, menyimak kreatif, menyimak
interogatif, dan menyimak selektif. “ jenis-jenis menyimak tersebut akan
diuraikan di bawah ini:
26
menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang
akan datang, (d) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
27
bahasa yang sedang dipelajarinya. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu
sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri
menyimak selektif adalah: (a) menyimak dengan seksama untuk
menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan (b) menyimak
dengan memperhatikan topik-topik tertentu (c) menyimak dengan
memusatkan pada tema tertentu.
Jenis menyimak yang kedua ialah menyimak kreatif, yaitu menyimak yang
bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas peserdik.
Krfeativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi
bahasa Asing atau bahasa Daerah mengemukakan gagasan yang sama dengan
pembicara, namun struktur dan pilihan katanya berbeda, merekonstruksi pesan
yang disampaikan, menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasarkan materi
yang disimak.
28
kegiatan, seorang penyimak eploratif diharapkan menemukan gagasan baru,
informasi baru, dan informasi tambahan dari bidang tertentu, menemukan unsur-
unsur bahasa yang bersifat baru.
Dengan kesamaan sifat tersebut maka dalam melakukan kegiatan menyimak dan
membaca keduanya memerlukan kesiapan yang sama yaitu harus memiliki
penguasaan terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan dengan
materi simakan atau bacaan, pengetahuan tentang diksi, serta kemampuan menangkap
makna tersirat dan tersurat.
Keterampilan menyimak sesorang akan memiliki pengetahuan yang banyak, baik dari
segi bahasa seperti kosakata struktur kalimat maupun pengetahuan bidang ilmu lain
seperti sejarah ,IPA, psikologi, agama, dan sebagainya. Pengetahuan tersebut dapat
29
dimanfaatkan ketika berlatih menulis, membaca, dan berbicara. Demikian pula
sebaliknya.
30
J. Tugas
2.Apa perbedaan proses menyimak yang dikemukakan oleh Faris dan proses
menyimak yang dukemukakan oleh Tarigan!
31
BAB III
KETERAMPILAN BERBICARA
(Speaking skills)
Kompetensi Dasar:
A. Pengertian Berbicara
ide, dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud 1984: 7).
Pengertian secara khusus dikemukakan oleh Tarigan (1983: 15) bahwa berbicara
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kegiatan berbahasa lisan
32
secara produktif. Atau berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan.
pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi dapat
Chanel/ saluran
Simbol/lambang
Message / pesan
Pembicara penyimak
Produktif Reseptif
33
Dalam proses komunikasi terjadi proses pemindahan pesan dari komunikator
terlebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak
speaker).
B. Proses Berbicara
34
Berbicara sebagai suatu proses. Suhendar dan Supinah (1992) menyatakan
bahwa berbicara merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau perasaan
menjadi wujud bunyi bahasa yang diterima oleh si penyimak, lalu diubahnya
ke dalam berbagai makna yang saling bertalian antar satu dengan yang lainnya
dan melahirkan suatu kesan sebagai wujud penerimaan si penyimak.
PIKIRAN
BERBICARA
Menurut beberapa pakar public speaking, seorang pembicara di depan umum perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
35
b. Mengatasi kegugupan di depan panggung
Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap pembicara
di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah mengalami gugup atau demam
panggung pada saat mereka pertama kali berbicara di depan umum. Rasa gugup dan
demam panggung hanya bisa diatasi dengan proses latihan.
Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengar pembicara adalah: hal-
hal baru (materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk akal; jangan pernah
minta maaf kepada para pendengar sebab itu tidak menarik (jadi pandanglah bahwa
pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda); Segar, aktual, dan kadang-
kadang diselingi humor.
Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup kuat
agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan jelas. Bicara secara tepat,
tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat - memudahkan pendengar menerima ide
Anda. Suara Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness) seperti halnya jika
Anda berbicara kepada sahabat karib Anda.
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang Anda miliki
untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian dan latihan.
36
Penguasaan perbendaharaan kata-kata yang banyak dan pemilihan kata-kata yang
tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan berbicara. Isi pembicaraan
bertambah variatif sehingga tidak membosankan.
Semua gerakan Anda - mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara - haruslah
Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh semangat. Anda harus selalu
tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide Anda.
Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara setengah-
setengah, bimbang, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara bicara yang tepat
adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik.
h. Menepati waktu
Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks, dan
tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada sedikit unsur
humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan hati sehingga dapat menimbulkan
tertawa.
Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit, Jika mulut Anda berbusa atau
Anda berkeringat dan Anda perlu mengelapnya, gunakanlah saputangan, itu untuk
menjaga agar Anda tetap berbicara dengan menyenangkan. Kemudian, Anda perlu
37
bersikap wajar atau tidak berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau informasi.
Hal yang juga penting, pada umumnya pendengar menginginkan seseorang berbicara
dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang tidak jelas
artinya.
Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau alami akan
melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih menarik untuk dipandang.
Gerakan tubuh adalah bahasa non-verbal. Untuk penyampaian pikiran dan perasan
tertentu, gerakan tubuh juga sangat berarti.
D. Komunikasi Efektif
Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah seni
berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami
dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback)
38
sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal (menurut Stewat L. Tubbs dan
Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi, 1993):
E. Jenis-jenis Berbicara
a. Pidato
Pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal di hadapan
massa. Atau dapat pula dikatakan pidato adalah sejenis kegiatan
berkomunikasi lisan yang tidak dapat disamakan dengan bercakap-cakap
biasa.
b) menganalisis pendengar
39
c) memilih dan menyempitkan topik
Kemahiran berpidato bukan hanya menuntut penguasaan yang baik, melainkan juga
menghendaki persyaratan lain, seperti: keberanian, ketenangan menghadapi massa,
kecepatan bereaksi, dan kesanggupan menyampaikan secara lancar dan sistematis.
b.Bercerita
Manfaat yang bisa dipetik dalam bercerita yaitu: memberikan hiburan, mengajarkan
kebenaran, dan memberikan keteladanan atau model.
Untuk menjadi pencerita yang baik persyaratan yang perlu diperhatikan antara
lain: (1) penguasaan dan penghayatan cerita, (2) penyesuaian situasi dan kondisi, (3)
pemilihan dan penyusunan kalimat, (4) pengekspresian yang alami, dan (5)
keberanian.
40
Lanjut dijelaskan Mulyati bahwa ada enam jurus bercerita yaitu: (1)
menciptakan suasana akrab, (2) menghidupkan cerita dengan cara memiliki
kemampuan teknik membuka cerita, menciptakan suasana dramatik, menutup dan
membuat pendengar penasaran, (3) kreatif, (4) tanggap dengan situasi dan kondisi (5)
konsentrasi total, dan (6) ikhlas
Sejak zaman dahulu orang tua mempunyai kebiasaan bercerita ketika sedang
meninabobokkan anaknya di tempat tidur. Ibu atau orang tua yang mahir bercerita
akan disenangi anak-anaknya. Melalui bercerita antara ibu dan anak dapat menjalin
hubungan yang akrab.
Berikut ini ada contoh dongeng, pahamilah isinya lalu cobalah ceritakan di
depan teman-temanmu dengan kata-kata sendiri!
Dahulu ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai seorang putri
yang amat cantik yang bernama putri Kencana. Ia sangat disayang karena merupakan
anak tunggal. Oleh karena itu, ia dilarang bermain jauh.
Pada suatu malam, Tuan Putri bermimpi bertemu dengan seorang pangerang
yang tampan rupawan. Sejak saat itu tuan Putri selalu gelisah ingin bertemu dengan
Pangerang yang dijumpai dalam mimpinya. Pada suatu hari tuan putri bermohon
kepada ayahandanya agar diperkenangkan berjalan-jalan ke luar istana. Permohonan
itu dikabulkan asalkan selalu diiringi para dayang dan pegawai istana.
Dalam perjalanan, sampailah tuan putri di suatu tempat yang sangat indah
pemandangannya dan sejuk udaranya. Di sana pun terdapat kolam yang jernih airnya.
Di tempat itu tuan putri bercengkerama amat gembiranya, seolah-olah tidak ingin
kembali ke istana.
41
Ketika sedang bermain-main, selendang tuan putri diterbangkan angin dan
jatuh ke dalam kolam. Meskipun para dayang dan pegawai istana berusaha untuk
mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga. Tuan putri amat sedih, tidak henti-hentinya
menangis. Para dayang dan pegawai bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba melompatlah seekor katak amat besar dari dalam
kolam itu. Binatang itu menghadap tuan putri dan bercakap-cakap layaknya manusia.
“Mengapa tuan putri menangis?” tanyanya, jawab tuan putri, “Selendangku jatuh ke
bawah dan tidak ditemukan kembali”, “Tolong carikan,”pintanya. “Baiklah tuan
putri, tetapi apa upahnya jika aku dapat menemukan kembali? Kata katak itu. “Akan
kuberi engkau makanan yang lezat dan emas berlian”, jawab tuan putri. Tawaran tuan
putri ditolaknya. “Tuanku bukan intan permata atau makanan yang lezat yang
kuminta, tetapi aku ingin selalu bersamamu.” “Baikalah kalau demikian”, jawab tuan
putri.
Seketika itu juga menyelamlah katak itu ke dasr kolam dan sesaat kemudian
muncul kembali sambil membawa selendang tuan putri. Melihat hal itu, putri sangat
gembira, lalu disambutnya selendang itu. Namun setelah itu, tuan putri segera
meninggalkan tempat itu, tanpa menghiraukan lagi katak yang menemukan
selendangnya. Katak itu sangat kecewa karena putri telah ingkar janji. Dengan
melompat-lompat disusulnya rombaongan tuan putri itu sampai ke istana. Pada
malam harinya katak itu segera mencari kamar tuan putri. Di sana didapatnya putri
sedang bercakap-cakap dengan baginda. Sang katak mengetuk pintu, lalu
dibukakannya pintu itu oleh tuan putri. Dengan jengkel putri menanyakan maksud
kedatangannya. Dijawabnya bahwa ia hendak menuntut janji agar dapat hidup
bersama putri. Namun karena malu diketahui hal itu oleh ayahandanya, pintu itupun
ditutupnya kembali dengan rapat.
42
Berkali-kali katak itu mengetuknya tetapi putri pura-pura tidak
mendengarnya.tuan putri kesal, sedih, dan selalu gelisah sebab selalu didatangi katak
yang menangih janjinya.
Pada suatu hari baginda bertanya, mengapa putri selalu sedih dan tampak
gelisah setiap saat. Tuan putri tidak bisa berbohong lagi, lalu diceritakannya semua
kejadian yang menimpa dirinya. Setelah baginda mendengarkan cerita itu, iapun
berkata, “Penuhilah janjumu, sebab janji adalah utang.”
Sejak saat itu sang katak selalu kelihatan bersama-sama putri, ia tidak bisa
menghindar lagi siang malam ia selalu bersama-sama dengan katak itu. Ketika tuan
putri naik keperaduan. Katak pun selalu berbaring di sampingnya. Pada suatu malam
putri bertanya kepada katak, “Hai katak mengapa kamu berlaku demikian?” katak pun
bercerita sejak awal sampai akhir mengenai pengalamanya menjelma menjadi seekor
katak. Ternyata katak itu adalah seorang pengerang yang telah disihir untuk menjadi
seekor katak. Dan nanti bisa bebas setelah beberapa lama diizinkan tinggal bersama
dengan seorang putri. Setelah selesai becerita sang katak itu pun melepaskan baju
kataknya dan berubah menjadi pangerang yang gagah perkasa.
Keesokan harinya pangerang diajak oleh putri menghadap baginda. Sang raja
sangat gembira mendengar cerita bahwa sebenarnya sang pangrang tidak lain putra
raja Kuripan yang masih sanak saudaranya sendiri. Kejadian itu segera disampaikan
kepada raja Kuripan. Tidak beberapa lama kemudian. Dilangsungkanlah perkawinan
agung anatara kedua orang itu.
43
c.Berdialog
Mulyati dkk. (2008: 3.3) Dialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran
atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang atau lebih.Dialog
secara umum diartikan kegiatan berbicara dua arah, maksudnya para partisipan saling
berbicara, bertanya jawab, dan menanggapi mitra bicara. Dialog dalam pengertian
khusus adalah percakapan yang terjadi antar pelaku dalam suatu drama. Berbagai
bentuk dialog seperti tegur sapa, wawancara, diskusi, dan bertelpon. Dalam kajian ini
dialog diartikan secara sederhana yaitu, percakapan yang terjadi antara dua orang atau
lebih. Dialog seperti ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja. Topik pembicaraannya
pun sangat bervariasi dari hal yang ringan sampai pada persoalan yang berat.
Dialog dapat dilakukan diberbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi
dialog misalnya di rumah, di pasar, di jalan raya, di kamar, di sekolah , di rumah sakit,
dan di tempat umum lainnya.
Hal yang perlu mendapat perhatian (1) bagaimana seseorang dapat menarik
perhatian, (2) bagaimana cara memulai dan memprakarsai pembicaraan atau
percakapan, (3) bagaimana cara menginterupsi, menyela, memotong pembicaraan,
mengoreksi, memperbaiki kesalahan, dan mencari kejelasan, serta (4) bagaimana
mengakhiri suatu percakapan.
d.Berdiskusi
Arsyad (1988: 37) Diskusi berasal dari bahasa Latin yaitu discutio atau
discusium yang artinya bertukar pikiran. Akan tetapi belum tentu setiap kegiatan
tukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya merupakan suatu
bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah baik dalam kelompok kecil maupun
kelompok besar dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,
dan keputusan bersama mengenai suatu masalah dengan demikian bertukar pikiran
44
baru dapat dikatakan berdikusi apabila: (1) ada masalah yang dibicarakan, (2) ada
seorang yang bertindak sebagai pmimpin diskusi, (3) ada peserta sebagai anggota
diskusi, (4) setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur, dan (5) kalau
ada kesimpulan atau keputusan hal itu disetujui semua anggota( Arsyad, 1988: 37).
Diskusi atau tukar pikiran merupakan bentuk berbicara dalam kelompok, yang
banyak digunakan dalam masyarakat. Penerapannya dapat ditemukan dalam berbagai
kegiatan, misalnya rembuk desa, musyawarah, rapat, belajar kelompok. Diskusi
sering diartikan sebagai pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu
masalah. Selanjutnya Nio (1981) mengatakan bahwa diskusi adalah proses pelibatan
dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka dengan tujuan
yang sudah jelas dilakukan melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan
masalah. Sementara Brihart (1973: 2) mengemukakan bahwa diskusi adalah
pembicaraan dua orang atau beberapa orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih
dari satu orang, (2) dilaksanakan dengan bersemuka,(3) menggunakan bahasa lisan
(4) tujuannya untuk mendapatkan kesepakatan bersama, (5) dilakukan melalui tukar
menukar informasi atau tanya jawab.
45
(7) tidak menopoli pembicaraan
(8) menghasilkan suatu kesimpulan
(1) pertanyaan dan sanggahan yang diajukan harus jelas (tidak berbelit-belit)
(2) pertanyaan dan sanggahan, diajukan dengan santun, menghindari pertanyaan
yang berupa perintah langsung,
(3) diusahakan agar pertanyaan dan sangggahan tidak ditafsirkan sebagai
bantahan atau debat, sementara itu dalam menjawab pertanyaan atau
memberikan tanggapan balik, sebaiknya memperhatikan empat hal yaitu: (1)
jawaban dan tanggapan sehubungan dengan pertanyaan dan tanggapan, (2)
jawaban harus objektif dan diharapkan dapat memuaskan berbagai pihak, (3)
prasangka dan emosi harus dihindarkan, (4) bersikap jujur dan terus terang
apabila tidak bisa menjawab.
Menurut Arsyad (1988: 38) diskusi yang sifatnya melibatkan sejumlah massa
sehingga terjadi interaksi massa, bentuknya dapat bermacam-macam antara lain:
diskusi panel, simposium, seminar, lokakarya, dan brainstorming.Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan satu persatu di bawah ini:
46
1) Diskusi Panel
Tidak selalu para panelis satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat lebih
merangsang para pendengar. Dengan mendengarkan beberapa pendapat para ahli,
pendengar akan dibimbing ke arah berpikir secara kritis dan melatih kemampuan
menganalisis masalah. Berhasil atau tidaknya panel sangat tergantung kepada
kelincahan moderator.
Tidak selalu para panelis satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat para
panelis lebih merangsang para pendengar. Dengan mendengar beberapa pendapat
para ahli, pendengar akan dibimbing ke arah bepikir secara kritis dan melatih
kemampuan menganalisis masalah. Berhasil atau tidaknya panel sangat tergantung
kelincahan moderator
2) Simposium
47
sanggahan itu disusun secara tertulis.Para peserta dapat menemukan pendapatnya
secara langsung kepada pemrasaran melalui moderator. Dalam simposium tidak
diambil suatu keputusan, tatapi hanya untuk mendapat petrbandingan tentang suatu
masalah.
3) Seminar
4) Lokakarya
48
Masalah yang dibahas dalam lokakarya atau istilah lainnya workshop,
mempunyai ruang lingkup tertentu dan dibahas secara mendalam. Pesertanya adalah
orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut. Dalam lokakarya masalah dibahas
melalui prasaran dan tanggapan, serta diskusi secara mendalam. Kalau perlu diikuti
dengan demonstrasi atau peragaan.Biasanya lokakarya ini diikuti oleh sekelompok
orang yang bergerak dalam lingkungan kerja yang sejenis atau seprofesi.Lokakarya
biasanya diadakan bila:
5) Brainstorming(Curah Pendapat)
(a) Ingin menentukan informasi semacam apa yang diperlukan dan bagaimana
mendapatkan informasi tersebut;
(b) Ingin menentukan kriteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya sebuah
gagasan;
(c) Ingin menentukan gagasan yang mana yang mungkin dilakukan;
(d) Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan keputusan setepat-tepatnya.
49
menggabungkan dan meningkatkan gagasan-gagasan, karena itu, bentuk ini sangat
berguna bagi orang yang sudah berpengalaman untuk meningkatkan keterampilannya
dalam berdiskusi dan yang belum berpengalaman dapat mencontoh cara berdiskusi.
e.Debat
50
(1) Pembicara satu dari kelompok A diberi kesempatan kira-kira empat menit
untuk mengajukan pendapat dan alasannya menyetujui hal itu.
(2) Pembicara satu dari kelompok B diberi kesempatan kira-kira empat menit
untuk mengutarakan pendiriannya yang menolak masalah yang diperdebatkan.
(3) Pembicara dua dari kelompok A diberi kesempatan kira-kira empat menit
untuk menambah alasan-alasan mengenai pendirian kelompoknya.
(4) Pembicara dua dari kelompok B diberi kesempatan selama kira-kira empat
menit untuk memperjelas dan menambah alasan-alasan yang menolak masalah
yang diperdebatkan.
(5) Pembicara satu dari kelompok B diberi kesempatan untuk menanggapi
pendapat kelompok A. Sifat pembicaraannya menangkis apa yang diutarakan
kelompok A. kesempatan kelemahan dan alasan kelompok A diserang. Sementara
itu pembicara akan lebih menunjukkan alasan-alasan yang menolak masalah yang
diperdebatkan. Kelompok penyanggah (B) yang diwakili pembicara satu harus
berusaha mempengaruhi khalayak supaya berpihak pada kelompoknya.
Kesempatan yang diberikan kepada pembicara satu dari kelompok B kira-kira
empat menit.
(6) Pembicara satu dari kelompok A diberi kesempatan untuk menangkis
alasan-alasan yang diutarakan kelompok B dengan alasan dan bukti yang kuat.
Waktu yang diberikan kepada pembicara satu dari kelompok A kira-kira empat
menit.
(7) Kesempatan kira-kira empat menit terakhir bagi pembicara dua dari
kelompok B digunakan untuk membuat simpulan dan sekaligus menolak serta
menandaskan alasan-alasan kelompoknya.
(8) Kesempatan kira-kira empat menit bagi pembicara dua dari kelompok A
digunakan untuk menangkis, menambah alasan, menunjukkan kelemahan lawan,
membuat simpulan dan menunjukkan bahwa pendirian kelompoknya adalah benar.
F. Teknik Moderator
51
1. Pengertian Moderator
a. Membuka
b. Memperkenalkan
52
memperkenalkan namanya dengan jabatan atau profesinya. Bila ada tokoh yang hadir
dalam forum seminar perkenalkan pula sebagai rasa hormat kepadanya.
3. Menjelaskan
4. Mempersilakan
5. Mengarahkan
53
Tugas moderator mengarahkan diskusi adalah mendapatkan kesepahaman dan
kesepakatan atau simpulan yang komprehensif dari diskusi.
6. Menyimpulkan
7. Menutup
Bapak, Ibu yang berbahagia, marilah kita awali membuka seminar ini
dengan bersama-sama mengucapkan basmalah Bismillahirohmanirohim.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang tengah mempertemukan kita
dalam keadaan sehat walafiat, sehingga insyaAllah kita akan mengikuti
acara seminar dengan topik “Prospek dan Tantangan Bisnis Kuliner
Kota Makassar” dari awal sampai akhir.
54
acara seminar ini.
Kedua nara sumber kita Prof. Dr. Rida Riyani, M.S. dan Prof. Dr. H.
Achmad Supardi, M. T telah hadir di tengah kita. Untuk itu kita segera
memasuki sesi seminar. Kepada nara sumber pertama Ibu Prof. Dr. Rida
Riyani, M.S. dengan hormat kami undang untuk menempati kursi di
depan. Kepada nara sumber mari kita berikan aplaus yang meriah.
Untuk 2 jam pertama akan diisi oleh pembicara pertama yang akan
memaparkan makalah berjudul “Kuliner Makassar sebagai Daya Tarik
Wisata Kota Makassar.” Setelah itu, disambung oleh Prof. Achmad juga
selama dua jam. Adapun judul makalahnya “Prospek dan Tantangan
Kuliner sebagai Daya Tarik Wisata”
Mempersilakan
55
Mengarahkan-Mempersilakan
Peserta seminar yang berbahagia dua makalah telah kita simak dari dua
pakar kita hari ini, tibalah saatnya untuk meresponsnya dengan
menyampaikan tanggapan pertanyaan atau sanggahan atas paparan dari
kedua nara sumber.
Untuk sesi pertama kami buka lima orang penanya, tiap penanya boleh
menyampaikan dua pertanyaan. Bagi yang mau bertanya diharapkan
angkat tangan, jangan lupa sebut nama dan asal lembaga. Kami akan
memilih lima orang di antaranya : satu orang di sebelah kiri, satu orang
di sebelah kanan, satu orang di bagian belakang, satu orang di bagian
tengah, dan satu orang bagian depan.
Mempersilakan-Mengarahkan-Mengonfirmasi Penanya
G. Teknik MC
1. Pengertian Pewara/MC
57
Master of Ceremony (MC) adalah orang yang menjadi penentu sukses
tidaknya suatu acara. MC (baca emsi) bertanggung jawab sejak acara dimulai
sampai berakhir.
2. Syarat menjadi MC
Berikut ini adalah beberapa persyaratan utama yang harus dimiliki oleh seorang
Master of Ceremony:
a. Pengetahuan dan pengalaman luas
b. Cerdas
c. Rasa Humor
d. Sabar
e. Imajinasi
f. Antusiasme
g. Rendah hati dan bersahabat
h. Kemampuan bekerjasama
3. Tugas Pewara/MC
58
a. Praacara, merancang skenario susunan acara
1) Membuka acara
2) Mengarahkan acara
59
laporan, mempersilakan ketua prodi untuk menyampaikan sambutan dan sterusnya
sampai yang berperan telah semua diberkan kesempatan.
3) Menutup acara
4. Tips Pewara/MC
1. Pastikan Anda tampil rapi, berbusana sopan, dan menarik perhatian. Tidak
glamor atau berlebihan. Hargailah audiens melalui penampilan Anda
60
2. Berdiri tegak, jangan kaku seperti berbaris, tetapi rileks tidak membungkuk.
Jangan bersandar karena akan membuat pernafasan terganggu. Bertelekan
atau menekankan tangan pada meja atau mimbar, terkesan menantang dan
tidak sopan.
3. Tujukan pandangan anda ke seluruh audiens selama 2 atau 3 detik bangun
kontak mata. Pandangan yang mengesankan akan memberikan kesan terbaik
pada audiens. Ekspresikan wajah dengan ceria dan menebar senyum ramah
pertanda bersahabat dengan pendengar.
4. Pastikan Anda tidak mendongak dari naskah atau catatan. Jangan keasyikan
menatap naskah apalagi lantai, langit-langit atau salah satu sudut ruangan.
5. Pastikan kalimat Anda lancar keluar dari hati melalui lisan Anda jangan
sekali-kali mulai pembicaraan dengan membaca naskah atau catatan.
6. Kalau menggunakan mikrofon, letakkan agak ke atas atau jangan ragu
meminta bantuan kepada teknisi untuk meletakkan ke posisi yang pas.
Lakukan cek suara sebelum acara dimulai.
7. Pelajarilah pemenggalan, hentian kata, dan perubahan suara yang akan
dilakukan.
8. Berlatilah secara serius sebelum pelaksanaan acara, jangan lupa berdoa karena
kesuksesan pewara/MC tentu atas bimbingan dan izin Allah.
Narasi MC
Prapembukaan
Mohon perhatian acara akan segera dimulai, hadirin dipersilalakan
untuk menenpati tempat duduk yang telah kami sediakan
Pembukaan
Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Alhamdulillahitobbil ‘alamin wasolatu wasalamu ala as-rofil ambiyai
walmursalim waala alihi wasohbihi aj-main.
Bapak, Ibu pimpinan, pejabat struktural fungsional UNM yang kami
61
hormati
Bapak Ibu pengurus dan Tim Pengawas Koperasi Teratai yang kami
hormati
Bapak Ibu seluruh anggota koperasi Teratai serta para undangan yang
kami banggakan.
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt. karena berkat
rahmat dan karunia- Nyalah, kita pada hari dapat berkumpul di Aula
Petta Rani dalam pelaksanaan acara Khitanan “Masal Keluarga Besar
Koperasi Teratai”
Kami sebagai panitia, tidak lupa mengucapkan selamat datang dan
terima kasih serta penghargaan kami atas kehadiran Bapak, Ibu semua
yang telah meluangkan waktunya menghadiri acara kami.
Susunan Acara
Bapak, Ibu adapun susunan acara kita hari ini adalah sebagai berikut
Pertama pembukaan, kedua laporan ketua panitia, ketiga sambuta ketua
umum Koperasi Teratai, keempat sambuta Rektor UNM, kelima
pembacaan doa, keenam penyerahan cinderamata, dilanjutkan dengan
ramah tamah, santap siang bersama, dan acara ketujuh penutupan.
Sambutan Ketua
Sambutan terakhir adalah sambutan Rektor UNM, yang dalam
kesempatan ini akan disampaikan oleh pembantu Rektor dua Bapak
Prof Dr. Sofyan Kepada Bapak Prof. Dr. H. Sofyan kami persilakan
Pembacaan Doa
Bapak, Ibu dan saudara yang berbahagia, acara selanjutnya pembacaan
doa yang akan dipimpin oleh Bapak Zainal Hidayat, S,Ag. M.Ag.
kepada bapak kami persilakan
Pemberian cinderamata
62
Bapak, Ibu sekalian, acara selanjutnya adalah penyerahan cenderamata
kepada keluarga anak khitan
Kepada para orang tua/wali anak yang dikhitan kami undang untuk ke
depan menerima cenderamata dari panitia. Cenderamata akan
diserahkan langsung oleh Bapak Pembantu Rektor I UNM, Ketua
Koperasi Teratai, Badan Pengawas, dan Sekretaris Koperasi Teratai
UNM. Kepada Bapak disilakan untuk menyerahkan hadiah
1. Ayahanda ananda Fahri Jaelani
2. Ibunda ananda Muh Taufik
3. Ayahanda ananda Fatur Rahman
4. Ibunda ananda Yayat Hidayat
5. dst.
1. Usahakan teks pidato dihapal (tidak dibaca), sehingga terlihat lebih lentur (tidak
kaku).
2. Berlatihlah di depan cermin untuk mengeksplorasi keterampilan berbicara.
termasuk pemilihan gesture (gerakan) dan intonasi (tinggi rendah suara).
3. Interaksi mata (contact eyes).
jangan menunduk, atau hanya memandang pada satu titik saja ketika berpidato.
pandanglah semua hadirin secara menyeluruh untuk menguasai audiens.
63
4. Lakukan latihan secara berulang hingga benar-benar lancar. bila perlu, ajak teman
dan kerabat terdekat ketika latihan agar menghindari nervous di hari H.
5. (A smile is the light in your window that tells others that there is a caring and
sharing, –Denis Waitley). artinya: senyum seperti cahaya di jendela yang
memberitahu oranglain ada perhatian dan keinginan berbagi. Hal kecil tapi
penting. senyum adalah salahsatu cara jitu untuk mendapatkan empati dari
audiens.
6. Kesan pertama yang memesona
Salam menjadi indikator apakah sambutan yang disampaikan akan ‘menarik’ atau
tidak. misal, jika menggunakan “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
atau “Selamat Pagi para Hadirin” maka katakan dengan PD (percaya Diri) dan
Lantang. tidak perlu teriak berlebihan, intinya salam pembuka harus diucapkan
dengan jelas dan Keras.
7. Berdoa pada Tuhan YME, dan jangan lupa meminta restu dari orangtua sebelum
naik mimbar.
Sebelum menyampaikan sambutan, sebaiknya kita merancang dulu pokok-
pokok isisambutan. Pokok-pokok sambutan itu sendiri terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:
1. Pendahuluan
Bagian-bagian pendahuluan:
a. Salam
b. Kalimat mukadimah ( Pembukaan )
c. Kata sapaan : Dibuat secara sistematis, dari jabatan tertinggi hingga jabatan
terendah.
d. Panjatan puji syukur
e.Ucapan terima kasih
f. Tujuan Kegiatan
2. Isi Sambutan
64
a. Latar belakang kegiatan / permasalahan
b. Materi pokok
3 Penutup
a. Kesimpulan
b. Harapan-harapan
c. Permohonan maaf
d. Salam
Berdasarkan pokok-pokok sambutan tersebut dikembanngkanlah menjadi
suatu teks sambutan secara sistematis mulai dari pendahuluan hingga penutup. Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh teks sambutan berikut ini,
س ِّي ِد َن َاو َم ْوالَ َنا ُم َح َّم ِد ْبن َِع ْبدِالل ِهأ َ َّما َب ْع َد ُه
َ س ْواِل لل ِه َ سالَ ُم َع َل
ُ ىر َّ صالَ ُة َوال
َّ ا ْل َح ْم ُدِلل ِه َوال
Yang saya hormati Bapak Kepala Sekolah MAN I Watampone
Yang saya hormati Bapak dan Ibu Guru MAN I Watampone
Serta teman-teman kelas 12 Angkatan 2014 khususnya kelas 12 IPA 6 yang saya
cintai.
Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah swt. Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari yang cerah
ini kita dapat berkumpul ditempat ini untuk merayakan “Kelulusan dan Perpisahan
Siswa/Siswi MAN I Watampone Angkatan 2014.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada panitia Kelulusan dan Perpisahan
Siswa/Siswi MAN I Watampone Angkatan 2014 yang telah mengizinkan saya berdiri
di sini untuk menyampaikan kata sambutan mewakili teman-teman yang akan
meninggalkan sekolah kita tercinta ini dan memberikan salam perpisahan di depan
para hadirin.
Saya ingin mengucapkan selamat kepada teman-teman semua atas keberhasilan kita
mengikuti ujian yang sangat menegangkan hingga kita berhasil lulus. Itu semua tak
65
luput dari do'a orangtua kita, usaha yang keras dari Bapak dan Ibu Guru yang telah
mendidik kita selama 3 tahun di sekolah yang sangat kita cintai ini.
Oleh karena itu, tiada kata yang paling pantas untuk kita ucapkan kepada Bapak dan
Ibu Guru, orangtua dan semua yang telah membantu dan mendoakan kita selain
ucapan terima kasih yang tak terhingga. Semoga Allah swt. membalas budi baik dan
jasa kalian semua.
Sesaat lagi kita bukan anak SMA lagi, bagi yang teman yang akan melanjutkan kuliah
ke perguruan tinggi kalian akan dipanggil mahasiswa atau mahasiswi. Perjuangan
belumlah berakhir, tantangan masih terbentang luas dihadapan kita, masih dituntut
keseriusan dan kesungguhan kita untuk belajar di jenjang yang lebih tinggi yaitu
bangku kuliah.
Suka duka yang kita alami selama kita mengikuti pelajaran di sekolah ini tidak akan
pernah kita lupakan, bahagaia, sedih, ceria, serius semua menjadi kenangan yang
sangat berharga yang akan selalu terpatri dalam ingatan kita, dan suatu saat nanti
entah 1 tahun, 10 tahun bahkan 50 tahun yang akan datang akan menjadi sejarah
perjalanan hidup kita. Kita akan bercerita tentang kebersamaan kita selama ini.
Kepada Bapak dan Ibu Guru, Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu TU pada
kesempatan ini saya mewakili teman-teman menyampaikan maaf yang sebesar-
besarnya kalau selama kami belajar disini banyak melakaukan kesalahan dan
kealfaan. Kadang kami tidak bisa membedakan mana saat-saat serius dan mana saat
bercanda. Semoga jerih payah Bapak dan Ibu Guru serta semua yang bertugas di
sekolah ini tidak sia-sia, dan akan dicatat oleh Allah sebagai amal ibadah. Amiin.
Di akhir kata saya ingin menyampaikan sebuah pantun, bila ada sumur diladang boleh
kami menumpang mandi, bila ada umur panjang suatu saat kita akan berjumpa lagi
menjadi seorang yang berarti bagi negeri yang kita cintai.
Demikian sambutan saya atas nama teman-teman yang telah lulus Angkatan 2014
atas segala kekurangannya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
66
disampaikan. Keterampilan berbicara menunjang pula keterampilan menulis sebab
pada hakikatnya antara berbicara dan menulis terdapat kesamaan dan perbedaan .
keduanya bersifat produktif, berfungsi sebagai penyampai dan penyebar informasi.
Perbedaannya terletak pada media. Bila berbicara menggunakan media bahasa
lisan,maka menulis menggunakan media bahasa tulis. Namun keterampilan
menggunakan bahasa lisan akan menunjang keterampilan bahasa tulis. Begitu juga
kemampuan menggunakan bahasa dalam berbicara jelas pula bermanfaat dalam
memahami bacaan. Pengorganisasian isi pembicaraan hampir sama dengan
pengorganisasian bahan bacaan.
Tugas
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pembicara, ketika hendak berbicara di
depan umum, jelaskan secara singkat.
67
6. Jelaskan tugas-tugas moderator!
BAB IV
KETERAMPILAN MEMBACA
(Reading Skills)
Kompetensi Dasar:
Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan
keterampilan dasar berbahasa Indonesia di bidang
membaca yang mendukung pembelajaran bahasa
Indonesia di SD/MI
68
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak,
berbicara dan menulis. Dalam membaca seseorang dituntut untuk berinteraksi melalui
teks ( tulisan ). Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pesan yang ditulis
dalam sistem tanda baca (graphophonic knowledge). Apabila seseorang tidak
memiliki keterampilan membaca yang memadai, hampir dipastikan ia tidak mampu
berkomunikasi melalui teks. Apabila dihubungkan dengan tuntutan kehidupan saat
ini, tentu orang tersebut akan mendapatkan hambatan dalam memperoleh pesan/
infornasi yang disampaikan melalui teks /tulisan.
Istilah " membaca" sering dipakai , bukan saja dalam kaitannya dengan kajian
disiplin ilmu melainkan juga dipakai oleh orang kebanyakan, seperti dalam
ungkapan membaca alam, membaca hati, membaca mimik muka, dan lain - lain.
Dengan memadukan kedua sudut pandang itu, hakikat membaca dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok pandangan, yakni (a) sebagai interpretasi
pengalaman, (b) interpretasi lambang grafis, (c) paduan dari interpretasi pengalaman
dan lambang grafis. Dalam kaitannya dengan kajian disiplin ilmu , hakikat membaca
dapat ditelusuri dari definisi -definisi berikut.
A. Pengertian Membaca
Said (1991: 2) menyatakan bahwa membaca adalah alat untuk belajar dan alat
untuk mencapai tujuan, membaca dapat mengisi waktu senggang dan pelerai duka
yang akan mengantar pembaca pada kesenangan.
69
pisah, meliputi: pembaca harus menggunakan pemahaman dan khayali, mengamati,
dan mengit-ingat.
70
mencoba membongkar dan merekam ulang apa yang tersaji dalam teks sesuai dengan
sumber penyampaiannya (penulis).
4. Membaca merupakan suatu proses rekontruksi makna melalui interaksi yang dinamis
antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan
konteks bacaan (Anthony, Pearson & Raphael, 1993:284)
5. Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialih kodekan dalam tulisan.
Apabila seseorag dapat berinteraksi dengan bahasa yang sudah dialih kodekan dalam
tulisan, orang tersebut dipandang memiliki keterampilan membaca. Apabila itu
dihubungkan dengan siswa di SD berati tujuan pembelajaran membaca adalah agar
siswa memiliki keterampilan berinteraksi dengan bahasa yang dialih kodekan dalam
tulisan.
Kelima definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, memperlihatkan rentangan
definisi membaca dari yang paling sederhana yang bertumpu pada kemampuan melek
huruf hingga kemampuan sesungguhnya yang bertumpu pada melek wacana.Yang
dimaksud dengan melek huruf adalah kemampuan mengenali lambang-lambang
bunyi bahasa dan dapat melafalkan dengan benar. Kemampuan melek huruf
merupakan sasaran pembelajaran membaca permulaan yang harus berakhir minimal
di kelas 2 sekolah dasar. Sementara yang dimaksud dengan melek wacana adalah
kemampuan mengenali, memahami, dan memetik makna / maksud dari lambang-
lambang yang tersaji dalam bahasa tulis itu dalam artian yang sesungguhnya.
kempuan melek wacana merupakan sasaran dari pembelajaran pembaca tingkat
lanjut. Bahasa yang dialih kodekan disebut teks. Menurut Pappas (1995) :
Teks merupakan area isi pembelajaran menulis. artinya, peningkatan kemampuan
siswa untuk terampil membaca hanya bisa dilakukan apabila siswa belajar
berinteraksi melalui teks.Melalui teks siswa dapat mengetahui
1. Sistem penulisan dalam suatu bahasa,
2. Konteks komunikasi,apa yang terjadi, siapa yang terlibat (pelaku), dan kaidah bahasa
yang digunakan, proses berinteraksi pengetahuan dan pengalaman,4. Pesan sosial
71
yang dikemas dalam tulisan Membaca merupakan aktivitas (kegiatan) memahami
bahasa tulis (teks), ada 2 aktivitas yang dilakukan oleh pembaca, yakni :
1. Membaca sebagai proses,
2. Membaca sebagai Produk.
Membaca sebagi proses mengacu pada kegiatan fisik dan mental. Adapun
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan yang dilakukan
pada saat proses membaca, misalnya ; membaca menjadi mengetahui bahwa
meningkatkan keterampilan membaca itu penting, atau setelah dia membaca berita
pada koran dia akan mengetahui informasi - informasi yang telah diberitakan pada
koran tersebut. Ada sejumlah aspek yang dituntut dari sejumlah pembaca. Aspek-
aspek itu adalah ;
1. Aspek sensori, yakni kemampuan membaca untuk memahami simbol-simbol teks
2. Aspek perseptual, yakni kemampuan membaca untuk menginterpretasikan simbol -
simbol teks (apa yang di lihat dan yang tersirat),
3. Aspek skemata, yakni kemampuan pembaca untuk menghubungkan pesan tertulis
dengan struktur pengetahuan dan pengalaman yang ada,
4. Aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat inverensi dan evaluasi
dari teks.
5. Aspek Afektif, yakni kemampuan pembaca untuk membangkitkan dan
menghubungkan minat dengan motivasi dengan teks yang dibaca. Kelima aspek
tersebut harus berhubungan yang seimbang (harmonis) pada saat proses membaca,
sehingga itu membentuk interaksi dengan penulis melalui teks yang dibacanya
Tahap-tahap kegiatan pembaca saat berinteraksi dengan penulis melalui teks.Tahap-
tahap itu adalah ;
1. Kegiatan pembaca sebelum membaca (tahap sebelum membaca) Kegiatan pembaca
pada tahap ini adalah ;
a. Pembaca menggunakan pengetahuan (skemata) topik, bahasa yang digunakan dalam
teks sistem tanda baca serta pola retorika atau struktur teks.
72
b. Pembaca sudah memiliki "bekal” untuk membaca, pengalaman membaca
sebelumnya, penyajian teks, tujuan membaca dan sasaran atau fokus untuk membaca.
2. Kegiatan membaca dalam proses membaca. Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah
: Pembaca melakukan kegiatan ;
a. Pembaca melakukan kegiatan skiming dan scanning
b. Pembaca melakukan kegiatan pencarian pengertian
c. Pembaca melakukan kegiatan Peramalan inplikatur
d. Pembaca melakukan kegiatan Pemaknaan kembali
e. Pembaca melakukan kegiatan; Pengujian Hipotesis
f. Pembaca melakukan kegiatan Menyusun kembali (melanjutkan hasil bacaan).
3. Kegiatan pembaca setelah membaca (Kegiatan pasca baca) Kegiatan pembaca pada
tahap ini adalah:
a. Pembaca merespons dalam berbagai cara (membicarakan, menulis atau
mengerjakan).
b. Pembaca merefleksi berdasarkan apa yang dibaca
c. Merasa sukses dan ingin membaca lagi
d. Mengkreasikan apa yang dibaca.
Kegiatan pembaca pada masing-masing tahap itu dapat terlaksana apabila
pembaca sudah memiliki keterampilan mengubah lambang-lambang tertulis atau teks
menjadi lambang bermakna. Apabila pembaca sudah memiliki keterampilan tersebut
dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam masing-masing tahap
membaca berarti pembaca dipandang memiliki kemampuan komunikasi bahasa tulis.
Seseorang memiliki kemampuan komunikatif apabila orang tersebut sudah mampu
menggunakan kebahasaan, struktur kemampuan strategi produktif, mekanisme
psikofisik dan konteks (Bachman, 1990).
B. Proses Membaca
73
Pada hakikatnya, tindakan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu membaca
sebagai proses dan membaca sebagai produk (Burns dan Roe, 1996: 13, Syafiie 1993:
42). Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas, baik yang bersifat mental maupun
fisik, sedang membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang
Proses membaca sangat kompleks dan rumit. Proses ini melibatkan sejumlah
aktivitas, baik yang meliputi kegiatan mental maupun fisik. Menurut Burns (1996:7-17)
dan Syai’ie (1993 : 42-45) proses membaca terdiri atas delapan aspek. Kedelapan aspek-
aspek tersebut adalah (1) aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-
simbol tertulis; (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa
yang dilihatnya sebagai simbol atau kata; (3) aspek sekuensial, yakni kemampuan
mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks; (4) aspek asosiasi, yakni aspek
kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dan yang
kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna pada teks itu; (6)
aspek berpikir, yakni kemampuan untuk membuat interferensi dan evaluasi dari materi
yang dipelajari; (7) aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang
telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajari;
(8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh
terhadap keinginan membaca. Aspek-aspek ini tidak selalu dilaksanakan dengan cara
74
Interaksi antara kedelapan aspek secara harmonis akan menghasilkan hasil
membaca yang baik, yakni komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca.
1.dari bawa keatas (botton up). Proses pemahaman botton up dilakukan dengan
2.dari atas ke bawah (top-down). Proses pemahaman top down dilakukan melalui
pemahaman wacana secara utuh yang bersifat prediktif kemudian ditelaah makna
proses tersebut.
Kegiatan membaca seperti di atas merupakan kegiatan membaca sebagi suatu proses.
pikiran dan perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi yang terjadi bergantung
pada pemahaman yang dirasakan melalui semua proses membaca. Oleh karena itu,
membaca sering disebut proses konstruktif. (menyusun gagasan atau maksud penulis).
C.Tujuan Membaca
bersifaf reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh
menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan
75
Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu
dikemukakan oleh Wells (dalam Joni, 1995:7), yakni kemahirwacanaan modus kritis dan
diharapkan, antara lain: (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas
berbagai hal; (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi
dari bacaan; serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat
dari bacaan.
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam Burns
dan Roe (1996:225), Rubin (19820; dan Syafi’ie (1993) menyebutkan empat tingkatan
atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif.
Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe
secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling
rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena
merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225).
76
Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang
dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial
secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang
dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman
kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca
emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar
berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca (Hafni, 1981).
Penetapan tujuan membaca bagi siswa harus memenuhi dua syarat, yaitu (1)
menggunakan pernyataan yang jelas dan tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau
dicari oleh siswa ketika membaca dan (2) memberi gambaran yang mudah ditangkap oleh
siswa tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setelah selesai membaca.
Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh guru, siswa akan berpikir sungguh-sungguh
untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang
77
ditujukan oleh guru akan menjadi model bagi siswa pada setiap saat ia akan membaca,
yaitu merumuskan tujuan lebih duhulu, baru kemudian menyesuaikan strategi membaca
D.Jenis Membaca
teknis)
2. membaca lanjutan diajarkan di kls. III – VI terbagi : membaca teknis, membaca dalam
hati, membaca cepat atau memindai, dan membaca bahasa, Untuk lebih jelasnya
Membaca Teknis (bersuara) yaitu membaca dengan melafalkan kata demi kata, kalimat
demi kalimat dari bahan bacaan dengan pengucapan, intonasi, dan tempo suara dengan
tepat.
Membaca Dalam Hati ialah jenis membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan apa
membaca dalam hati jauh lebih banyak dilakukan karena. Kegiatan membaca dalam hati
tidak mengganggu orang yang ada di sekitar pembaca. Waktu yang ditempuh juga dapat
Membaca Bahasa ialah jenis membaca yang mengutakan keterampilan murid dalam hal
menggunakan kaidah bahasa serta makna suatu kalimat atau kata yang sesuai dengan
konteksnya. Jadi dalam pelajaran membaca bahasa sasarannya bukan lagi ditujukan
78
kepada makna bahan yang dibaca atau pemahaman isi bacaan melainkan pada
Membaca Memindai ialah membaca dengan cepat sesuatu bahan bacaan untuk
mendapatkan suatu kesan awal atau untuk menemukan sesuatu yang dicari dan mungkin
ada di dalamnya. Jenis kegiatan membaca seperti ini sebagian pakar menyebutnya
skimming. Ada dua jenis membaca memindai yaitu scanning dan skimming.
yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Oleh karena itu, jenis
kegiatan membaca seperti ini pembaca tidak perlu membaca secara keseluruhan isi teks
bacaan dengan teliti. Yang dibutuhkan adalah kemampuan mata menjangkau sebanyak-
banyaknya kelompok kata yang dibutuhkan dan kemampuan berpindah dari jangkauan
scanning dalam hal sebagai berikut bahwa scanning merupakan jenis membaca cepat
dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus dalam suatu teks. Sementara
skimming menuntut pembaca memiliki kemampuan memproses teks dengan cepat guna
E.Teknik Membaca
Teknik membaca yang akan dibicarakan adalah teknik SQ3R, OK5R, dan teknik
AMBT. Untuk lebih jelasnya ikuti kedua uraian di bawah ini:
1. Teknik SQ3R
79
Membaca dengan metode SQ3R sangat baik untuk kepentingan membaca intensif
dan relasional. Metode pembacaan cara ini dianjurkan untuk digunakan. SQ3R
singkatan dari: Survey, Question, Read, Recite, dan Review.
Survey. (menyelidiki)
Dalam langkah pertama ini, pembaca diharapkan memeriksa halaman-halaman
bab yang akan dipelajari. Pembaca hendaknya memeriksa judul, paragraf atau bagiannya,
gambar-gambar, grafik, diagram, peta (kalau ada) lalu baca pertanyaan-pertanyaan atau
rangkuman pada akhir bab kalau ada. Semua itu bertujuan untuk memperoleh kesan atau
gagasan umum tentang isinya . kegiatan ini dilakukan dengan membaca selintas.
Question (menanyakan)
Dalam langkah kedua ini pembaca mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum
membaca seluruh bab. Pertanyaan-pertanyaan didasarkan atas bahan yang sudah dibaca
secara selintas. Misalnya mengubah judul paragraf kedalam bentuk pertanyaan (cukup
dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu akan membangkitkan keingintahuan,
membantu pula pembaca mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan) dan akhirnya
akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab.
Read (membaca)
Pada langkah ketiga ini pembaca, membaca untuk mencari jawaban pertanyaan.
Pembaca dapat melakukannya dengan cepat karena telah mengetahui apa yang dicari dan
di mana mencari jawabannya. Kalau telah dilaksanakan langkah pertama dan kedua di
atas maka kita dapat melakukan kegiatan membaca dengan lebih cepat.
Recite (mendaras)
Pada langkah ini pembaca dapat meperkuat perolehan bacaannya. Apa yang telah
diperoleh dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya. Dan kita bersiap
untuk melakukan pembacaan selanjutnya. Pada akhir tiap paragraf atau bagian dari bab
buatlah ringkasan isi paragraf/bagian itu dan darslah hal-hal yang penting (jawaban-
jawaban yang telah anda peroleh).
Review (mengulangi)
Setelah tiap paragraf atau bagian dalam bab yang dipelajari selesai dibaca
menurut langkah ketiga dan keempat pembaca diharapkan mengulangi dan menginngat-
80
ingat kembali segenap isi ringkasan yang penting dari seluruh bab tersebut.dengan
langkah kelima ini pembaca berusaha mempetroleh penguasaan yang bulat dan kokoh
tentang bahan bacaan. Kalau perlu lembar catatan tentang bab tersebut dijajarkan di atas
meja, hubungan butir-butirnya kita lihat dan diingat kembali.
2.Metode OK5R
Teknik OK5R merupakan variasi dari SQ3R yang dikembangkan oleh Water
Pauk direkturReadingStudyCenter dari CornellUniversity.
Teknik OK5R singkatan dari:
Overview : menyelidiki
Key Ideas : ide-ide kunci
Read : membaca
Record : mencatat
Recite : mendaras
Review : mengulangi
Reflect : merenungkan
Overview sama dengan survey dalam langkah ini pembaca berusaha memperoleh
gambaran besar mengenai ide-ide yang dibahas, problem yang diungkap dan pertanyaan
yang diajukan.
Key Ideas mengarahkan pembaca kepada usaha untuk memisahkan ide-ide (pikiran
utama) dari kumpulan pikiran pengembang.
Readmembawa pembaca untuk memahami gagasan pokok karangan dan pikiran utama
yang menjabarkannya dan untuk memahami tiap pikiran utama paragraf dan pikiran
pendukung dan penjelas yang menjabarkannya.
Recordmeminta pembaca untuk membuat catatan menandai bacaan, membuat ringkasan
ide-ide pokok artikel atau bab. Ringkasan itu dapat berupa tulisan ringkas atau garis besar
(outline).
Recite dan Review sama pelaksanaannya dengan metode SQ3R pada langkah recite dan
review.
81
Reflect mengajak pembaca untuk mengadakan perenungan; ide-ide pokok, artikel atau
bab dipikirkan lebih mendalam, membandingkannya satu dengan yang lain , melihat
persamaan dan perbedaannnya lalu dihubungkan atau dibandingkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki dari sumber lain kemudian disusun menjadi suatu kebulatan yang
lebih besar. Bila mengadakan renungan pembaca dapat bertanya pada diri sendiri.
Petanyaan yang diajukan berupa:?
- Apakah arti penting fakta-fakta dan ide itu?
- Apakah ada prinsip yang mendasarinya ?
- Dapatkahditerapkan faktadan ide-ide itu pada hal lain?
- Apakah ide dan fakta sesuai dengan yang saya ktahui
- dst.
82
dan pengetahuan pendahuluan (prior knowledge) yang dimilki siswa (Aminuddin
1995:4). Selain itu, pengajaran mini yang bertujuan membangkitkan skemata ini
dianggap penting karena aktivitas tersebut akan membantu guru dalam menciptakan
iklim yang lebih kuat bagi pengembangan afektif minat, sikap positif, dan motivasi.
Aktivitas pada tahap prabaca memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
dan mencoba kebiasaan untuk memecahkan suatu masalah dan langsung termotivasi
untuk menguji kebenaranya dari bacaan. Di samping itu, siswa akan dapat mengaktifkan
skemata untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan topik yang akan
dibaca. Aktivitas yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Guru mengelompokan siswa menjadi empat kelompok yang terdiri atas lima siswa.
Pengelompokan siswa berdasarkan perbedaan kemampuan.
2. Guru memperkenalkan topik bacaan. Guru memberikan penjelasan atau pernyataan
yang akan membantu metakognisi siswa dengan cara menghubungkan judul bacaan
dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini akan
membantu meningkatkan pengetahuannya.
3. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan membaca yang akan dilaksanakan.
4. Guru menjelaskan langkah-langkah belajar yang akan dilaksanakan. Penjelasan
langkah-langkah mengajar ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mempersiapkan
mental dan kerangka kerja terhadap metakognisi yang telah dimiliki. Guru memfokuskan
perhatian siswa pada judul bacaan. Dari judul bacaan ini siswa diminta mencoba
memprediksi isi bacaan. Judul bacaan dapat dihubungkan dengan petunjuk-petunjuk yang
ada dalam bacaan seperti gambar dan kata-kata yang menghubungkan dengan
pengalaman siswa. Apabila siswa menemui hambatan dalam memprediksi guru
melaksanakan pengajaran mini yaitu memberi penjelasan singkat cara memprediksi.
5. Guru mencatat di papan tulis semua prediksi yang dikemukakan siswa.
83
halaman atau paragraf. Sewaktu membaca dalam hati siswa dapat menentukan ide pokok
dan ide penjelas dalam setiap paragraf, menemukan alasan tujuan penulis, dan
menyimpulkan isi bacaan.
Membaca dalam hati biasanya untuk penikmatan atau kesenangan. Oleh karena itu,
membaca dalam hati sering juga disebut membaca rekreasional, yang memerlukan
ketenangan dan terbebas dari rasa tertekan. Dalam kegiatan membaca dalam hati, siswa
dan guru harus membaca. Guru harus turut serta membaca karena ia sebagai model
membaca bagi siswa (Holaway, 1980). Bila pada waktu membaca dalam hati siswa
disuruh membaca tetapi gurunya tidak ikut serta membaca bahkan tidak berada di kelas,
maka ada kemungkinan siswa menganggap kegiatan membaca sesuatu yang kurang
penting.
Kegiatan Pembelajaran Pascabaca
Aktivitas pascabaca adalah aktivitas pengajaran setelah siswa melakukan kegiatan
membaca. Kegiatan pascabaca ini sangat membantu siswa mengintegrasikan informasi
yang baru dalam menghidupkan skematanya. Dan juga penghadiran pengalaman
belajarnya pada tahapan yang dilaluinya.
Pengajaran pada tahap pascabaca dilakukan dengan cara membaca ulang prediksi
awal yang dikemukakan pada tahap prabaca, bertanya-jawab untuk merevisi/menguji
prediksi awal, melakukan sharing hasil dalam diskusi kelas, serta menjawab pertanyaan
tingkat literal, inferensial, kritis, dan kreatif secara individu.
Proses pengolahan membaca secara kritis dimaksudkan bahwa di dalamnya berisi
usaha-usaha memahami secara kritis makna yang tersirat (implisit), menganalisis,
mengorganisasikan bahan bacaan, menyusun kesimpulan atau bahkan mengadakan
penilaian-penilaian. Menurut Nurhadi (1987: 145), bahwa untuk meningkatkan sikap
kritis itu meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Kemampuan mengingat dan mengamati, yang meliputi kemampuan mengenali
ide pokok paragraf, mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menyatakan
kembali ide pokok paragraf, menyatakan kembali fakta-fakta detail bacaan, serta
menyatakam kembal unsur-unsur perbandingan hubungan sebab akibat, karakter
tokoh-tokoh dan sebagainya.
84
2. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat yang meliputi kemampuan
menafsirkan ide pokok, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide
penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bcaan, memahami secara kritis
hubungan sebab akibat serta memahani secara kritis unsur-unsur perbandingan.
3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan yang meliputi
kemampuan mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan, menerpkan konsep atau
gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang lebih problematik serta
menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
4. Kemampuan menganalisis isi bacaan, yakni kemampuan pembaca melihat
komponen atau unsur yang membentuk kesatuan yang meliputi gagasan utama,
simpulan, pernyataan dan sebagainya.
5. Kemampuan membuat sintesis yakni kemampuan membuat simpulan bacaan,
mengorganisasoikan isi bacaan, menyusun kerangka bacaan, serta membuat
ringkasan.
6. Kemampuan menilai isi bacaan, yang meliputi kemampuan menilai kebenaran
gagasan secara keseluruhan, menilai atau menemukan bahwa suatu bacaan
diangkat dari realita atau fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang,
menentukan relevansi antara tujuan dengan pengemnbangan gagasan .
Untuk membina minat baca anak dilakukan dalam jangka waktu panjang dan
menanmkan pembiasaan, kemauan, dan kesenangan karena minat baca tidak
timbul secara langsung tetapi harus diawali:
1. Kebiasaan orang tua membaca
2. Memperkenalkan buku bacaan kepada anak sedini mungkin.
3. Penyediaan bahan bacaan yang tepat dan baik pada anak
4. Ciptakan suasan di rumah agar anak menjadi gemar membaca
5. Menanmkan rasa cinta pada buku
6. Menunjukkan bahwa buku sebagai sumber informasi yang diperlukan
7. Dukungan dari berbagai pihak seperti: guru, masyarakat, pemerintah, penerbit
buku, toko buku dan sebagainya
8. Memberikan dasar-dasar arah studi yang mandiri.
85
F.Teknik dan Strategi Pengembangan
Pengembangan pembelajaran membaca dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Perkembangan Struktur Kognitif Berorientasi pada pandangan Piaget,
Perkembangan struktur kognitif anak meliputi tahap-tahap :
a. Sensori Motor Tahap sensori motor, yakni usia 0-2 tahun, anak mulai merasakan
dan memahami dunia dan lingkungannya dengan berdasarkan hubungan-hubungan
langsung.
b. Praoperasional Pada tahap praoperasional, usia 3-7 tahun, anak dapat memikirkan
obyek-obyek tertentu, kemungkinan manipulasinya, memilah dan menyusun obyek
tertentu secara konkret, dan membentuk presepsi hingga membuahkan informasi
tertentu. Meskipun pada tahap-tahap tersebut perkembangan bahasa anak mulai
tumbuh bagi Piaget perkembangan struktur kognitif anak tidak bergantung pada
perkembangan bahasanya.
c. Konkret. Tahap ini usia 8-11 tahun, anak mampu memusatkan perhatian pada
sebuah aspek maupun problem dan menghubungkannya. Dan terdapat kemampuan
memilah dan membedakan ciri aspek yang satu dengan yang lain serta
membandingkan dunia pengalaman dan kenyataan yang dihadapi secara timbal balik.
d. Operasiformal (Operasional) Pada tahap ini usia anak 11 tahun keatas, anak sudah
mampu berfikir secara abstrak dan simbolis, membentuk pemahaman secara
komprehensif, dan membandingkan berbagai pengertian untuk kemudian mengambil
kesimpulan secara tentatif. Secara umum tingkat perkembangan struktur kognitif
anak dan tingkat perkembangan bahasanya akan menentukan tingkat kesiapan anak
dalam menyerap dan menampilkan sesuatu yang dipelajari.
G. Membaca Puisi
86
“Puisi adalah seni dari segala seni,” adalah kutipan dari perkataan Popo
Iskandar seorang pelukis dan budayawan dari Bandung Puisi adalah pernyataan dari
keadaan atau kualitas hidup manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri
sampai ke intinya. Apabila seseorang ingin menikmati puisi, ia harus memiliki
kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai penyair.
Ada sebuah cerita. Tersebut sang penyair Moh. Iqbal kelahiran Sialkot –
Punjab 22 Februari 1873, keturunan dari Brahmana yang berasal dari Kashmir. Ia
membacakan sebuah puisi karyanya di depan seorang filosof besar Prancis, yang
ketika itu sakit lumpuh dan ia dapat terlompat berdiri dari kursinya, karena tergugah
oleh keadaan isi puisi sang penyair (judul: LA TASUBU DZAHRA-Jangan
Melalaikan Waktu). Isi puisi itu mengambil tema dari hadist Nabi.
Timbul pertanyaan pada diri kita, mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawabnya
tidak lain adalah, karena karya cipta sastra (terutama puisi) lebih dekat dengan
kehidupan kita. Puisi digali dari kehidupan. Jadi, antara hidup dan puisi tak ada jarak
pemisah, hidup adalah manifestasi puitis.
Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan
membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan
oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari
untaian kata yang tersurat.
87
b. Vokal
Adalah hal pertama yang paling urgen dalam membacakan puisi. Suara yang
lantang,
bersih dan jerni akan sangat berpengaruh dalam mengucapkan sebuah puisi.
Vokal mencakup hal berikut:
1) Artikulasi: Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
2) Diksi: Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi sesuai rasa.
3) Tempo: Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus
menyambung atau mencuri nafas.
c. Dinamika:
Lemah dan kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama
pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan
mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang
penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
1) Modulasi: Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
2) Intonasi: Tekanan dan laju kalimat harus diperhatikan
3) Jeda: Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi, akan sangat membantu
mengungkapkan keseluruhan isi puisi
4) Pernafasan: Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan
perut.
d. Penampilan
88
pentas saat mempersembahkan sebuah puisi. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah,
tak gugup, berwibawa dan meyakinkan serta mengasyikkan (tidak demam panggung).
Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penampilan, antara lain:
1) Gerak: Gerakan seseorang dalam membaca puisi harus dapat mendukung isi dari
puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
2) Komunikasi: Pada saat kita membaca puisi harus bisa memberikan sentuhan,
bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton (Komunikatif)
3) Ekspresi: Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas
pentas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
4) Konsentrasi: Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
KRAWANG BEKASI
Chairil Anwar
89
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang-kenanglah kami
kenang-kenanglah kami
teruskan jiwa kami
mengjaga Bung Karno
mengjaga Bung Hatta
mengjaga Bung Syahrir
Keng-kenanglah kami
Yang tinggal tulang diliputi debu
Beribu kami berbaring antara Krawang Bekasi.
90
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
91
melakukan kegiatan membaca, maka orang tersebut akan mengalami kemajuan. Ingat
perintah Agung dari Allah untuk melakukan kegiatan membaca diturunkan melalui
perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi besar Muhammad saw. Jadi kegiatam membaca
memiliki makna yang sangat dalam sebagai sumber ilmu pengetahuan
9.Tugas
a. Kemukakan pengertian membaca menurut Anda dengan mendasari beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli!
b. Mengapa membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa sangat penting
dilakukan bagi peserta didik? jelaskan pendapat Anda!
c. 1) Apa perbedaan membaca sebgai proses dan membaca sebagai produk ?
2) aspek-aspek apa saja yang dituntut dari pembaca, ketika membaca dilihat sebagai
suatu produk Jelaskanlah!
d. Roe dan Rubin mentayakan bahwa ada empat tingkatan pemahaman membaca yaitu:
pembaca literal, pembaca inferensial, pembaca kritis, dan pembaca kreatif. Jelaskan
keempat tingkatan pemahaman tersebut !
e. Bacalah salah satu wacana dengan mengikuti salah satu teknik berikut: SQ3R,
OK5R, dan AMBT, lalu laporkan hasilny.!
92
BAB V
KETERAMPILAN MENULIS
(Writing Skills)
Kompetensi Dasar:
A. Pengertian Menulis
Ada beberapa definisi tentang menulis yang dikemukakan oleh para penulis di
antaranya:
93
Tarigan (1982: 23) mengemukakan bahwa menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Selanjutnya Ahmadi (1990: 24) menyatakan bahwa menulis atau mengarang
adalah suatu proses menyusun, mencatat dan mengomunikasikan makna dalam
tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat (dibaca).
Akhadiah dkk. (1998) menyatakan pula pendapatnya, bahwa menulis
merupakan suatu bentuk komunikasi. Menulis merupakan suatu proses pemikiran
yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, menulis
merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan
tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, menulis merupakan ragam
komunikasi yang perlu dilengkapi dengan tanda-tanda penjelas yaitu aturan ejaan
serta tanda baca, dan menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan
gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
Berdasarkan pengetian menulis yang telah dipaparkan di atas, maka
disimpulkanlah bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang tidak
langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca dengan
menggunakan media bahasa yang dilengkapi dengan unsur suprasegmental. Oleh
karena itu menulis perlu dipelajari dan dilatihkan secara intensif.
B. Tujuan Menulis
94
tujuan pernyataan diri ( self expresssive purpose), tujuan kreatif (creative purpose),
dan tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose).
Menulis dapat pula dipergunakan dalam berbagai tujuan pedagogis antara lain:
(a) beberapa aktivitas menulis membuat guru mampu menyajikan berbagai macam
dan gaya pengajaran. Siswa yang sulit belajar sendiri melalui oral practice, merasa
lebih aman, jika diberi kesempatan untuk membaca dan menulis, (b) tulisan
memberikan kepada siswa beberapa bukti nyata terhadap kemajuan dalam berbahasa,
dan (c) pengungkapan bahasa asing yang dilakukan melalui lebih dari satu media,
tampaknya lebih efektif, daripada hanya menggunakan satu media, terutama kalau
keterampilan benar-benar dipadukan, dan (4) menulis memberikan berbagai aktivitas
siswa di kelas, yang dapat berfungsi sebagai aktivitas antara, setelah keterampilan
oral.
Jelaslah bahwa menulis adalah hal yang kompleks karena selain harus
mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapkan kaidah
bahasa tulis dengan tepat.
C. Menulis sebagai Proses
Untuk dapat memahami proses menulis perhatikan tahapan proses menulis
berikut ini,
95
Perencanaan
Perencanaan Menulis Revisi Tulisan Akhir
96
Pada tahap ini penulis diharapkan dapat menuangkan idenya ke dalam
formulasi bahasa yang menyatu ke dalam lima kemampuan yang muncul hampir
secara bersamaan yakni:
1. kemampuan penulis mengembangkan isi karangan
2. kemampuan penulis mengorganisasikan ide ke dalam paragraf yang tepat
3. kemampuan penulis dalam penggunaan kalimat efektif
4. kemampuan penulis dalam memilih kata secara tepat (kemampuan
penggunaan diksi)
5. kemampuan penulis dalam menerapkan penggunaan ejaan dan tanda baca.
Fase Pascapenulisan
Fase pascapenulisan merupakan fase penghalusan dan penyempurnaan.
Kegiatan pada fase ini adalah perbaikan (revisi) dan penyuntingan. Penyuntingan
dimaksudkan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti
ejaan, pungtuasi, diksi, pengalimatan, pengalineaan, kepustakaan dan konvensi
penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih menitikberatkan pada
pemeriksaan dan perbaikan isi karangan.
Bahasan selanjutnya akan dipelajari tentang menulis kebahasaan, karena
ketika seseorang menulis, ada lima kemampuan yang harus dikuasai oleh penulis,
kelima kemampuan tersebut yaitu: kemampuan penggunaan ejaan dan tanda baca,
kemampuan penggunaan/pemakaian kata, kemampuan penggunaan/pemakaian
kalimat, kemampuan pengorganisasian paragraf, dan kemampuan pengembangan isi
karangan. Untuk itu, akan diuraikan satu persatu.
1.Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Akhadiah (1998) menjelaskan bahwa peranan ejaan dan tanda baca dalam
karangan atau tulisan amat penting. Dengan adanya ejaan dan tanda baca, jelas akan
memantapkan keberadaan bahasa tulis.
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah dan
lebih cepat dipahami daripada gagasan yang dikemukakan secara tertulis. Hal tersebut
demikian, karena di dalam bahasa lisan terdapat faktor gerak- gerik, mimik, intonasi,
97
irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya yang turut memperlancar
komunikasi. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat dalam bahasa tulis.
Ketiadaan unsur tersebut dapat menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang
timbulnya kesalahpahaman.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut , Yunus (1988) menegaskan bahwa
fungsi ejaan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan semua cakupan unsur
bahasa, terutama bahasa tulis, ejaan dan tanda baca memberikan arti penting dengan
memperjelas penulisan, sehingga penampakan dan pemaknaannya dapat dengan
mudah dipahami oleh pembaca. Kejelasan bentuk (huruf, kata, dan kalimat) dalam
sebuah tulisan akan menghindarkan kesalahpahaman pembaca dalam memahami
suatu gagasan.
Komponen ejaan dan tanda baca yang terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, meliputi:
a.Pemakaian huruf
Pemakaian huruf yang dimaksud dalam EYD mencakup: huruf abjad, huruf
vokal dan konsonan, serta pemenggalan kata. Huruf abjad yang digunakan adalah 26
terdiri atas 5 vokal dan 21 konsonan. Selain itu terdapat pula tiga diftong (ai, au, dan
oi) dan konsonan rangkap sebanyak empat (kh, ng,ny, dan sy).
b.Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Penulisan huruf mencakup penulisan huruf kapital atau huruf besar dan
penulisan huruf miring. Penulisan huruf kapital digunakan pada awal kalimat dan
petikan langsung, ungkapan atau kata yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan,
kitab suci dan nama Tuhan termasuk kata ganti nama Tuhan. Selain itu, huruf kapital
digunakan pula sebagai huruf pertama nama diri yang meliputi gelar kehormatan,
keagamaan, jabatan, dan nama pangkat yang diikuti nama orang. Huruf awal nama
bangsa, suku, dan bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Demikian pula huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi, nama
resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Kata
98
utama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. Selain itu, dipakai pula
sebagai huruf pertama dalam singkatan, nama dan gelar, serta huruf awal kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata sapaan.
Untuk penulisan huruf miring berlaku untuk mesin cetak yang memiliki huruf
miring. Sedangkan tulisan tangan atau ketikan yang tidak memiliki huruf miring
diberi garis bawah. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk: (1) menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, (2) menegaskan atau
mengkhususkan huruf bagian kata atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama
ilmiah, ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
c.Penulisan kata
Penulisan kata yang dimaksud dalam EYD mencakup: penulisan kata dasar,
kata turunan, kata ulang, kata gabungan, kata ganti, kata depan, kata sandang,
partikel, angka, dan penulisan lambang bilangan.
d. Penulisan unsur serapan
Perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat. Dalam perkembangannya itu,
bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa
daerah maupun bahasa Asing seperti: bahasa Sangsekerta, Arab, Portugis, Belanda,
dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan ini ada yang sudah
disesuaikan dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun
penulisannya, dan masih ada yang sepenuhnya belum disesuaikan.
Penulisan unsur serapan bahasa Asing mencakup tiga hal yaitu: (1) gabungan
vokal; vokal tunggal, (2) gabungan konsonan; konsonan tunggal, dan (3) gabungan
vokal konsonan atau konsonan vokal yang berupa akhiran. Penerimaan unsur-unsur
bahasa daerah dan bahasa Asing ke dalam bahasa Indonesia menunjukkan bahwa
bahasa Indonesia memiliki sifat fleksibel dan dinamis yang merupakan salah satu ciri
bahasa yang berkembang dan sekaligus sebagai upaya pemantapan dan kestabilan
yang luwes.
e. Pemakaian tanda baca
99
Seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia pun
menggunakan tanda baca atau pungtuasi yang di dalam EYD mencakup 15
penandaan yaitu: titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda hubung (-), tanda
pisah (--), tanda tanya (?), tanda setru (!), tanda kurung {()}, tanda kurung siku ([ ])
tanda petik dua (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), tanda
apostrof (‘), dan tanda elipsis (…).
2.Penggunaan Kata
Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Pemilihan
kata atau diksi yang baik memungkinkan penulis menyatakan pikiran dan
perasaannya dalam suatu cara yang sesuai dengan maksudnya. Untuk itu, Keraf
(1991) menegaskan bahwa seseorang yang memiliki kosakata yang luas dan
mengetahui secara tepat batasan pengertiannya akan mengungkapkan pula secara
tepat hal yang dimaksudkan.
Untuk mencapai ketepatan pilihan kata dalam menulis seseorang penulis
perlu meperhatikan beberapa petunjuk:
a.Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Bila dua kata memiliki makna
yang mirip, penulis harus menetapkan yang mana harus digunakan untuk
mengungkapkan maksudnya. Kalau pengertian dasar yang diinginkan, maka
sebaiknya memilih kata yang denotatif. Kalau menghendaki reaksi emosional, maka
harus memilih kata yang konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang
bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu,
penulis harus berhati-hati memilih kata untuk menyampaikan hal yang diinginkannya,
sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan. Contoh
cara, metode
besar, agung, raya, raksasa
lihat, pantau, observasi
periksa, selidiki, teliti
dan sebagainya
100
c.Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan. Penulis sangat perlu membedakan
kata-kata yang mirip agar tidak terjadi salah paham Misalnya preposisi – proposisi.
d.Hindari kata-kata ciptaan sendiri. Perkembangan bahasa tampak pada
bertambahnya jumlah kata baru. Namun tidak berarti bahwa setiap orang boleh
seenaknya menciptakan kata baru. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali
karena dipakai oleh orang terkenal atau pengarang terkenal.
e.Waspadalah terhadap penggunaan akhiran Asing, terutama kata-kata Asing yang
mengandung akhiran Asing. Misalnya kultur – kultural idiom – idiomatik dan
sebagainya.
f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
Contoh ingat akan bukan ingat terhadap,mengharpkan bukan mengharap akan,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu, dan sebagainya.
g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis harus membedakan kata umum dan kata
khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
h. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
i. Meperhatikan kelangsungan pilihan kata.
3.Penggunaan kalimat
Akhadiah, dkk. (1998) menyatakan bahwa setiap gagasan atau konsep yang
dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat.
Kalimat yang baik haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Kalimat yang benar
dan jelas akan mudah dipahami. Kalimat yang demikian itu, disebut kalimat efektif.
Suatu kalimat efektif haruslah meninggalkan gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Kalimat efektif memang mutlak dalam tulisan atau karangan yang bersifat
ekspositoris dan argumentatif. Namun untuk tulisan yang bersifat naratif dan puitis
syarat kalimat efektif tidak dapat dijadikan pegangan secara menyeluruh.
Selanjutnya dikemukakan ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut: (1)
kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran (3) penekanan, (4) kehematan, dan (5)
kevariasian.
101
a.Kesepadan dan Kesatuan
Suatu kalimat harus memperlihatkan unsur kesepadanan. Yang dimaksud
dengan kesepadanan adalah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat,
antara predikat dengan objek atau dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan
unsur-unsur kalimat tersebut. Kesatuan adalah adanya suatu ide pokok atau kesatuan
pikiran dalam satu kalimat. Jadi, kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat adalah
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan ide yang dikandung kalimat
tersebut (Syafi’ie, 1990). Contoh: Ia menunaikan ibadah haji, ketika masih
mahasiswa.
b.Kesejajaran
Suatu kalimat harus memperhatikan unsur kesejajaran. Kesejajaran yang
dimaksud adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa dalam penulisan dengan
konstruksi yang sama dalam susunan serial. Kesejajaran bentuk-bentuk itu
memberikan kejelasan dalam kalimat secara keseluruhan. Contoh: Harga kertas
meningkat, upah kerja dinaikkan, biaya cetak meningkat, terpaksa harga buku
dinaikkan juga.
c.Penekanaan
penekanan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara: (1) pengutamaan
bagian kalimat, (2) urutan yang logis dan (3) pengulangan kata.
1)Pengutamaan bagian kalimat.
Ide yang dipentingkan dalam suatu kalimat diletakkan di bagian depan.
Contoh Ibu guru memerintahkan murid-murid menggambar pemandangan. Bagian
kalimat yang diutamakan adalah “Ibu guru”
2)Urutan yang logis.
Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, urutan yang makin lama
makin penting atau menggambarkan suatu proses. Contoh: Kehidupan di desa
kadang-kadang sulit,susah, dan merana.
3)Pengulangan kata.
102
Pengulangan kata dalam suatu kalimat kadang-kadang diperlukan untuk
menegaskan bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian
dapat memperjelas maksud kalimat. Contoh: Dalam pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya, haruslah seimbang antara pembangunan materil dan spritual, seimbang
antara pembangunan fisik dan nonfisik.
d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian kata, dan
kehematan frase atau bentuk lainnya. Kehematan itu, menyangkut soal gramatika, dan
makna kata. Contoh: Anak muda itu berlari-lari pulang, setelah dia dinyakan lulus.
Kalimat tersebut tidak hemat. seharusnya anak muda itu berlari-lari pulang, setelah
dinyatakan lulus.
e. kevariasian
Variasi kalimat diperlukan untuk menghindarkan pembaca dari suasana
momoton dan kebosanan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan cara: (1) variasi
urutan, (2) variasi aktif, (3) variasi panjang – pendek, dan (4) variasai berita—tanya--
perintah.
4.Penggunaan Paragraf
a.Pengertian paragraf
Muchlisoh (1992: 304) mengemukakan bahwa paragraf merupakan sebuah
kalimat atau gabungan dari beberapa kalimat yang hanya mengandung satu ide pokok
atau gagasan atau satu pokok pikiran.
Soedjito (1991: 3) menyatakan bahwa paragraf adalah bagian-bagian
karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu
serta merupakan satu kesatuan pikiran.
Kridalakasan (1983: 120) juga menjelaskan bahwa paragraf adalah: (1) satuan
bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi yang masih berkaitan
dengan isi seluruh wacana, dapat terjadi dari satu kalimat atau kelompok kalimat
yang berkaitan.
103
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf
adalah suatu rangkaian kalimat yang terdiri atas satu ide pokok.
b. Unsur-unsur paragraf
Unsur paragraf adalah unsur yang membangun paragraf. Sehingga paragraf
tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur tersebut adalah:
1)Taransisi
Transisi adalah penanda hubungan yang menghubungkan antara paragraf satu
dengan paragraf lainnya yang berdekatan. Kehadiran transisi dalam suatu karangan
tidak mutlak bergantung pada penulis.
2)Kalimat topik
Kalimat topik adalah kalimat yang di dalamnya mengandung gagasan pokok
pembicaraan. Ciri kalimat topik adalah biasanya bersifat umum. Letak kalimat topik
di dalam paragraf memiliki beberapa kemungkinan, yakni di awal pargraf, di akhir
paragraf, dan yang jarang ditemukan di tengah paragraf.
3)Kalimat pengembang
Kalimat pengembang adalah kalimat yang memperjelas pemaparan gagasan
pokok yang terdapat dalam paragraf. Susunan kalimat pengembang tidak boleh
sembarang, harus mengikuti hakikat gagasan pokok. Misalnya, pengembangan
kalimat topik yang memerlukan pengembangan secara kronologis, maka urutan
kalimat pengembangnya harus dimulai dari urutan masa lalu, kini, dan masa yang
akan datang.
4)Kalimat penegas
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak.
Kalimat tersebut dihadirkan apabila penulis merasa perlu mempertegas gagasan yang
telah disampaikan terlebih dahulu. Namun apabila informasi atau gagasan yang
disampaikan itu cukup jelas, maka kehadiran kalimat penegas tidak perlu.
c.Syarat-syrat pengembangan paragraf
Dalam mengembangkan paragrap penulis harus menyajikan dan
mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan.
104
Persyaratan itu adalah: kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Selanjutnya Keraf
(1980) mengemukakan bahwa paragraf atau alinea yang efektif harus memenuhi tiga
syarata yakni: kesatuan, kepaduan, dan perkembangan alinea.
1)Kesatuan
Tiap paragraf mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi
paragraf adalah mengembangkan topik. Oleh karena itu, dalam pengembangannya
tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik
tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh
mengandung satu gagasan pokok atau satu kalimat topik. Paragraf dianggap
mempunyai kesatuan, kalau kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya.
Contoh:
Setiap negara pada dasrnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari
kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi tidak setiap wilayah
kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai potensi yang
cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu,
sehingga harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut
kepentingan negara lain. Untuk itu dibinalah hubungan internasional yang
memungkinkan terbukanya peluang bagi setiap negara untuk mencukupi
kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai. Namu, untuk mencukupi
kebutuhan ini tidak jarang pula ditempuh jalan kekerasan. Oleh sebab itu, masalah
utama setiap negara selalu meningkatkan kesejahteraan negaranya, juga
mempertahankan eksistensinya yang meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan
bangsa, dan kebutuhan wilayahnya.
2) kepaduan
Suatu paragraf bukanlah merupakan tumpukan atau kumpulan kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat yang mempunyai
hubunngan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya
kepaduan. Kepaduan dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Contoh:
105
Dalam mengajarkan sesuatu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan tujuan.Mengajarkan sesuatu tanpa ada tujuan yang telah ditetapkan,
materi yang diberikan, metode yang digunakan, dan evaluasi yang disusun tidak akan
memberikan manfaat yang banyak kepada peserta didik dalam menerapkan hasil
proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, dapat ditentukan
materi yang akan diajarkan, metode yang akan digunakan, serta bentuk evaluasinya,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, kalau berisi kalimat penjelas yang
berfungsi menunjang kejelasan kalimat topik. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan
tidak lengkap kalau tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan.
Contoh:
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini adalah tidak adanya peminat atau
penggemar ikan laut, seperti halnya penggemar penghuni darat atau burung-burung
yang indah. Tidak ada penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima atau
tiram mutiara sebagaimana halnya panda dan harimau. Jenis makhluk laut tertentu
tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan
Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram
hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati, mudah ditemukan.
Demikian juga halnya kepiting kelapa dan kepiting begal yang menyebar dari pantai
barat Afrika sampai pantai barat laut teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang
terpencil. Dari mana dana diperoleh untuk melindungi semuanya ini?
d.Pengembangan Paragraf
Ada tiga cara atau teknik dalam mengembangakan paragraf yaitu:
1)Secara alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan
waktu. urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik
ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang
menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
106
2) Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan urutan ini, didasarkan anggapan bahwa posisi
tertentu dari satu rangkaian merupakan posisi yang tertinggi atau paling menonjol.
Bila posisi yang tertinggi itu diletakkan pada bagian akhir disebut klimaks.
Sebaliknya, bila penulis menulis rangkaian dengan memulai dari posisi paling
menonjol dan makin lama makin tidak menonjol disebut urutan antiklimaks.
3) Umum Khusus-Khus umum
Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengembangan
paragraf. Dalam bentuk umum khusus, gagasan utama diletakkan di awal paragraf.
Dalam bentuk khusus umum, gagasan utama dilatakkan di bagian akhir paragraf.
Bentuk paragraf yang pertama disebut paragraf deduktif, sedangkan bentuk paragraf
yang kedua adalah paragraf induktif.
5.Isi Karangan
Menurut Keraf isi karangan merupakan inti karangan. Isi karangan terdiri atas
tiga bagian yaitu: (1) pendahuluan, (2) tubuh karangan, dan (3) kesimpulan. Bagian
pendahuluan bertujuan menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian
pembacanya terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang
sebenarnya dari uaraina itu, sedangkan bagian tubuh merupakan bagian utama
karangan. Dalam tubuh karangan terletak segala masalah yang akan dibahas secara
sistematis. Jika pemahaman dan pemecahan masalah berlangsung tidak sistematis
sulit bagi pembaca menangkap isi karanngan. Bagian penutup atau kesimpulan
merupakan bagian terakhir dari isi karangan. Penulis menyatakan kembali secara
padat dan tegas hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya. \
107
pemeran, sedangkan di dalam pidato, komunikasi terjadi antara yang berpidato dengan
pendengar.
Sebenarnya, pidato tidak selalu harus menggunakan naskah lengkap, bahkan ada
pidato yang sama sekali tidak menggunakan naskah. Bila Anda akan berpidato dengan
menggunakan naskah, maka Anda harus menyiapkan naskah tersebut terlebih dahulu.
Dengan demikian, Anda harus memiliki keterampilan menulis naskah pidato.
Sebelum Anda berlatih menulis naskah pidato, ada baiknya terlebih dahulu Anda
memahami jenis-jenis pidato dan hal-hal yang berkenaan dengan naskah pidato.
Jenis-jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: (1)
pidato informasi; (2) pidato persuasi; dan (3) pidato aksi.
1. Pidato Informasi adalah pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan,
memberitahukan, atau menjelaskan sesuatu. Suasana yang serius dan tertib benar-benar
dibutuhkan pada jenis pidato ini, perhatian akan dipusatkan pada pesan yang akan
disampaikan. Dalam hal ini, orang yang berpidato haruslah orang yang dapat berbicara
dengan jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi yang disampaikan benar-benar
terjaga keakuratannya. Dengan demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi
dengan sungguh-sunguh. Beberapa contoh pidato informasi antara lain: (a) pidato Ketua
Umum Pemilu tentang hasil pemilihan suara; dan (b) pidato Mensekneg sehabis sidang
kabinet.
2. Pidato Persuasi adalah pidato yang bertujuan menyakinkan pendengar tentang sesuatu.
Pada jenis pidato ini, orang yang berpidato benar-benar dituntut memiliki keterampilan
berbicara yang baik, karena bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya dari tidak
setuju menjadi setuju, dan tidak mau membantu menjadi mau membantu, dari tidak
percaya menjadi percaya. Dalam pidato ini, si pembicara atau orang yang berpidato harus
melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Beberapa contoh pidato persuasi antara lain: (1) pidato pimpinan partai di daerah yang
kurang menyenangi partai tersebut; (2) pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih
108
senang berhubungan dengan tengkulak; atau (3) pidato calon kepala desa di daerah yang
massanya belum simpati kepadanya.
Pidato Aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan. Pidato aksi memiliki
persamaan dengan pidato persuasi. Perbedaannya pada pidato persuasi hasil yang
diharapkan ditujukan pada kepentingan pribadi atau lembaga, sedangkan pidato aksi
bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Pada pidato jenis ini, orang yang berpidato
haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola, atau panutan masyarakat yang memiliki
keterampilan berbicara dan pandai membangkitkan semangat.
Beberapa contoh pidato aksi antara lain: (1) pidato presiden Soekarno pada saat
menggerakkan rakyat Indonsia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan
penjajah; atau (2) pidato Bung Tomo saat menggerakkan para pemuda dengan cara
membangkitkan semangat juang mereka pada Peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya.
Persiapan Pidato
109
Untuk mempersiapkan sebuah pidato yang baik, perlu diperhatikan tujuh langkah
berikut.
1. merumuskan tujuan pidato;
2. menganalisis pendengar dan situasi;
3. memilih dan menyampaikan topik;
4. mengumpulkan bahan.
5. membuat kerangka;
6. menguraikan isi pidato secara terperinci; dan
7. berlatih dengan suara nyaring.
Ketujuh langkah persiapan pidato tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
kegiatan, yaitu:
1. meneliti masalah, yang terdiri atas langkah-langkah (1), (2), dan (3);
2. menyusun atau menulis naskah pidato, yang terdiri atas langkah-langkah (4), (5), dan
(6);
3. latihan oral, yaitu langkah (7).
Urutan kelompok kegiatan dalam persiapan pidato tersebut di atas tidak boleh diubah.
Perubahan urutan dalam hal ini hanya dimungkinkan mengubah urutan langkah yang
terdapat pada tipe kelompok, misalnya kelompok kegiatan (1) yang seharusnya terdiri
atas kegiatan a, b, dan c, menjadi kegiatan b, a kemudian c, begitu pula pada kelompok
kegiatan (2).
Menulis Naskah Pidato
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa pidato dapat dilakukan dengan tanpa
menggunakan naskah atau dengan menggunakan kerangka sebagai pedoman atau
pegangan, dan atau dengan menggunakan naskah baik dihafal maupun dibacakan. Bila
anda melakukan pidato dengan menggunakan naskah, maka yang pertama kali harus
Anda lakukan adalah menyiapkan naskah pidato tersebut.
Untuk dapat menulis naskah pidato secara efektif, Anda harus memiliki pengetahuan
tentang teknik menyusun atau menulis naskah pidato. Untuk itu ikutilah uraian berikut.
Teknik Menulis Naskah Pidato
110
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa menulis/menyusun naskah pidato harus
melalui tiga kegiatan yaitu, mengumpulkan bahan, membuat kerangka, dan menguraikan
isi naskah pidato secara terperinci. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Mengumpulkan Bahan
Setelah Anda meneliti persoalan dan merumuskan tujuan pidato serta menganlisis
pendengar, maka Anda sudah siap untuk menggarap naskah pidato. Anda boleh mulai
menulis naskah pidato dengan menggunakan hal apa yang telah Anda ketahui mengenai
persoalan yang akan Anda bicarakan/sampaikan. Jika hal ini Anda anggap kurang cukup,
maka Anda harus mencari bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau
pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan pidato ini. Tidak ada salahnya Anda
bertanya kepada orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan Anda bicarakan.
Buku-buku, perturan-peraturan, majalah-majalah, dan surat kabar merupakan sumber
informasi yang kaya yang dapat Anda gunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan
isi pidato Anda.
b. Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat Anda buat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan
menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci
baru dapat Anda buat setelah bahan-bahan selesai Anda kumpulkan. Dengan bahan-
bahan itu Anda dapat menyusun pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang
baik, di bawah pokok-pokok utama tadi. Di dalam kerangka ini harus terlihat adanya
kesatuan dan koherensi antarbagian Sebagai gambaran perhatikanlah contoh kerangka
pidato di bawah ini.
Contoh Kerangka Pidato topik yang memperjelas atau menghubungkan dengan topik
utama; (3) Penutup: bagian penutup memuat kesimpulan, harapan (bila ada), dan
salam penutup. . Menguraikan isi pidato
Dengan menggunakan kerangka yang telah Anda buat, ada dua hal yang Anda lakukan:
(1) Anda dapat mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, yaitu berpidato
dengan menggunakan metode ekstemporan, dan (2) menulis atau meyusun naskah pidato
secara lengkap yang Anda bacakan atau Anda hafalkan.
111
Bagian-bagian yang terdapat dalam dalam kerangka pidato di atas akan dijelaskan lebih
lanjut pada uraian berikut ini.
Butir (1) dan butir(3), yaitu bagian pendahuluan dan bagian penutup tidak memuat inti
pembicaraan atau isi pidato, sehingga tidak diuraikan secara terperinci di sini tetapi dapat
dilihat langsung pada contoh naskah pidato setelah bahasan ini selesai dibicarakan. Jadi,
yang akan diperjelas secara rinci adalah bagian isi. pidato
d. Struktur Isi Pidato
Struktur isi pidato adalah rangkaian isi pidato dari awal hingga akhir. Rangkaian ini
disusun agar pidato berlangsung menarik dan tujuan pidato tercapai dengan baik. Ada
beberapa cara merangkai isi pidato, antara lain: (1) mengikuti alur dasar pidato, dan (2)
mengikuti pola organisasi pidato.
(1) Alur dasar pidato, yaitu rangkaian isi pidato yang mengikuti alur dasar pidato yang
bergerak melalui tiga tahap: (a) tahap perhatian, yaitu tahap pertama yang dilakukan
pembicara dengan baik; (b) tahap kebutuhan, yaitu tahap yang dilakukan pembicara
dalam menjelaskan pentingnya masalah yang akan dibicarakan sehingga pendengar akan
berusaha memahami masalah atau hal-hal penting yang disampaikan pembicara. (c) tahap
penyajian, yaitu merupakan tahap pembicara menyajikan materi pidato yang telah
dipersiapkan melalui naskah kerangka pidato.
Itulah tahap-tahap yang dilalui seorang pembicara dalam menyelesaikan pidatonya, tetapi
penjelasan tahap-tahap di atas adalah tahap yang dilalui pada jenis pidato informasi.
Sekarang mari kita lihat beberapa pola organisasi pidato yang dapat Anda pilih! (2) Pola
Organisasi Pidato, pola organisasi pidato dapat digolongkan ke dalam tiga tipe besar,
yaitu (a) pola uraian; (b) pola sebab, dan (c) pola topik. Baiklah mari ikuti uraiannya.
(a) pola uraian; ada dua macam urutan yang digunakan untuk menyusun/menulis isi
pidato, yaitu: urutan kronologis dan urutan ruang. Urutan kronologis, adalah susunan isi
yang dimulai dari periode atau data tertentu, bergerak maju atau mundur secara
sistematis. Sementara itu, urutan ruang adalah susunan isi yang berurutan berdasarkan
kedekatan fisik satu dengan yang lainnya. Umpamanya, membicarakan mulai dari SD A
kemudian menunjuk ke SD B yang letaknya paling dekat dengan SD A tadi, dan
seterusnya.
112
(b) pola sebab; sebagaimana terlihat dari namanya, organisasi pidato yang menggunakan
pola sebab yang bergerak dari satu analisis sebab di saat ini bergerak ke arah analisis
akibat di masa yang akan datang, atau dari deskripsi kondisi di saat ini bergerak ke arah
analisis sebab-sebab yang memunculkannya.
(c) pola topik; pola organisasi pidato yang menggunakan pola topik dilakukan apabila
materi yang dibicarakan lebih dari satu periode atau kelompok. Oleh karena itu, di dalam
isi pidato akan terdapat beberapa subtopik.
Tahap-tahap Menyusun/Menulis Naskah Pidato
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menulis naskah pidato
Memilih Subjek dan Membatasi Tujuan Umum Pidato
(a) Membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan
kepaduan pidato
(b) Menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato (perhatian,
kebutuhan, kepuasan, dan lain-lain) atau menurut salah satu pola organisasi.
(c) Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap pokok.
(d) Mengisi materi pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide.
(e) Memeriksa draft kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan
mencerminkan tujuan khusus pidato.
E. Surat-Menyurat
113
1. Pengertian Surat
urat adalah sarana komunikasi tertulis antara satu pihak dengan pihak lain yang
saling berkepentingan Nurjamal (2011: 120) sementara Mulyati Surat adalah alat
komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan di atas lembaran kertas yang
sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Surat menurut Wursanto dapat diartikan dengan berbagai cara , antara lain :
a. Surat adalah helai kertas dalam bentuk ataupun dalam wujud apapun yang
isinya berupa keterangan-keterangan tertulis untuk disampaikan kepada pihak lain
yang membutuhkannya.
b. Surat merupakan media komunikasi secara tertulis guna disampaikan kepada
pihak lain dalam rangka mendapatkan pengertian dan kerja sama antar kedua belah
pihak.
c. Surat merupakan suatu pernyataan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan
suatu informasi maupun keterangan dari satu pihak kepada pihak lain.
2. Fungsi Surat
Fungsi surat dalam kehidupan bermasyarakat yaitu: alat komunikasi, bukti
otentik, bukti historis, duta wakil, duta wakil, pedoman pelaksanaan tugas dan
sebagai pengikat, pemandu berpkir. (Nurjamal dkk. 2011, Mulyaty, 2014) Untuk
lebih jelasnya perhatikan penjelasan yang telah disarikan berikut ini:
114
Dengan surat orang dapat saling berbicara, saling tukar informasi dan saling
menyampaikan pesan. Dengan surat orang dapat saling memberi kabar, meskipun
jaraknya berjauhan. Dengan surat orang dapat berbicara secara panjang lebar dengan
menggunakan tulisan sehingga dapat menyampaikan pesan lebih banyak dengan
biaya yang lebih murah.
Surat dapat mewakili diri sendiri atau orang lain sebagai tenaga suruhan untuk
mendatangi seseorang yang berada di tempat yang jauh dengan pembicaraan panjang
lebar hingga tuntas. Dengan demikian Anda dapat menyelesaikan suatu masalah
tanpa harus datang sendiri. Dengan surat Anda dapat menekan biaya daripada
berkomunikasi melalui telepon jarak jauh atau interlokal apalagi harus datang sendiri.
Surat dalam arti yang luas mencakup dunia bisnis. Sebagai bahan bukti, surat
dapat berbentuk, tanda terima, kwitansi, surat jalan pengiriman barang` resi atau bukti
pengiriman uang, faktur, surat perjanjian dan berbagai surat bisnis lainnya banyak
yang berfungsi sebagai bukti. Semua itu adalah sebagai bukti hitam di atas putih.
115
Bila suatu kunjungan tidak begitu penting, atau sesuatu yang dibicarakan
tidak harus bertatap muka, maka cukup diwakili dengan surat. Dengan demikian
Anda akan menghemat waktu, tenaga dan biaya.
3 Bagian-bagian surat
a. Kepala Surat/ Kop Surat
Kepala surat atau yang bisa juga disebut dengan kop surat merupakan bagian teratas
dalam sebuah surat. Fungsi penyertaan kepala surat tersebut tidak terlepas dari
pemberian informasi mengenai nama, alamat, kegiatan dari lembaga tersebut serta
juga bisa menjadi alat promosi. Bagian surat yang pertama ini berisi:
1) Logo atau lambang dari sebuah instansi, lembaga, perusahaan atau organisasi,
116
Biasanya setelah penulisan kepala surat atau kop surat terdapat sebuah garis
horizontal pemisah yang memisahkan antara kepala surat dengan bagian-bagian surat
yang lain seperti tempat dan tanggal pembuatan.
c. Nomor Surat
Sebuah surat resmi yang mewakili sebuah lembaga, instansi, perusahaan atau
organisasi biasanya menggunakan penomoran terhadap surat yang dikeluarkan atau
yang diterima. Nomor surat biasanya meliputi nomor urut penulisan surat, kode surat,
tanggal, bulan dan tahun penulisan surat. Penomoran surat tersebut berfungsi untuk:
2) Mengetahui jumlah surat yang diterima dan yang dikeluarkan oleh organisasi,
lembaga atau perusahaan
117
Contoh:
Nomor:023/PMR/05/12/2013
Nomor: 042/PRMK/28/08/2013
d. Lampiran
Bagian lampiran merupakan bagian penjelas yang menginformasikan bahwa ada
sejumlah berkas atau dokumen yang disertakan dalam surat tersebut. Jika tidak
terdapat berkas atau dokumen yang dilampirkan, maka bagian lampiran bisa
ditiadakan.
e. Hal
Pada bagian surat ke lima ini berisi hal atau perihal. Hal berfungsi memberikan
petunjuk bagi pembaca mengenai pokok isi surat tersebut.
f. Alamat Dalam
Terdapat dua alamt yang dituliskan dalam surat, yaitu alamat luar (yang ditulis di
sampul surat) dan alamat dalam (yang ditulis di dalam surat). Alamat yang dimaksud
dalam bagian ini merupakan alamat dalam. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menulis alamat dalam ini, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kata "kepada" pada alamat dalam sebenarnya tidak harus ada. Kata "kepada"
dirasa berlebihan karena sudah ada kata "YTH/ yang terhormat"
3) Menggunakan kata "Bapak", "Ibu" atau "Sdr" jika yang dituju adalah seseorang
bukan nama instasi. Kata "Bapak, Ibu, Sdr" selalu ditulis dengan huruf kapital diawal
kata dan diikuti oleh nama orang.
4) Di setiap bari pada bagian alamat dalam tidak diakhiri oleh tanda titik.
5) Menuliskan alamat orang atau lembaga yang dituju, lengkap lebih bagus.
118
Contoh:
Yth. Bapak Sugiono
Kepala Sekolah SMA Karang Tengah 01
Jalan Mawar, Losari Lor
Brebes, 52255
g. Salam Pembuka
Bagian surat yang ke 7 adalah salam pembuka yang berfungsi sebagai sapaan dalam
surat. Salam pembuka ditulis dengan huruf kapital di awal dan diakhiri oleh tanda
koma.
Contoh:
Dengan hormat,
Salam pramuka,
Assalamualaikum wr.wb.
h. Isi Surat
1) Pembuka
2) Isi
3) Penutup
Sedangkan alinea penutup ini berisi ucapan terima kasih atau harapan dari
penulis surat kepada pembaca surat.
i. Salam Penutup
119
Salam penutup merupakan penutup surat yang biasanya menggunakan kata: "Hormat
saya, Hormat kami, Wassalam". Penulisan salam penutup tersebut seperti salam
pembuka, diawali oleh huruf kapital dan diakhiri oleh tanda koma.
j.Nama Jelas Pengirim dan Tanda tanganSetelah salam penutup, terdapat nama
jelas pengirim surat beserta tanda tangannya.
k. Tembusan
Tembusan merupakan bagian surat yang menunjukkan pihak atau orang lain yang
juga berhak mendapatkan surat tersebut.
Contoh:
Tembusan:
1. Kepala SMA Negeri 01Bone
2. Pembina OSIS SMA Negeri 01 Bone
Posisi ke 12 bagian surat resmi tersebut di atas bisa saja berubah, tergantung format
atau bentuk surat. Ke 12 bagian tersebut di atas merupakan bagian-bagian surat resmi,
sedangkan jika ingin menulis surat yang sifatnya kurang atau tidak resmi ada bagian-
bagian yang dihilangkan seperti, kepala surat/ kop surat. Untuk lebih memahami
penjelasan bagian-bagian surat di atas mari kita lihat contoh surat di bawah ini:
120
g. Terdapat tembusan surat (bila perlu)
Yth.
Orang tua/Wali Murid Kelas XII
SMA Negeri 1 Watampone
Dengan hormat,
121
Amalia Rahman, S.Pd,
M.Pd.
6. Surat Pribadi
Bagian ini menjelaskan posisi serta waktu ditulisnya surat. Lihat contoh:
Makassar, 21Februari 2016
Sahabatku
Rina Rabina
Di Jakarta
2. Salam Pembuka
Salam pembuka adalah sapaan seseorang sebelum menulis surat. Anda bisa
menggunakan kaimat seperti dalam contoh di atas ( Salam persahabatan) atau dengan
salam yang lain seperti:
Asalamualaikum
Salam manis
salam sejahtera
dll
3.Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka dapat berupa pertanyaan mengenai kabat, kesehatan, keadaan atau
sekedar basa-basi. Contoh:
Hai! apa Khabarmu Rin? Sehat dan bahagia bukan? Kita sudah lama tak jumpa, pasti
Rina tambah cantik, pintar, langsing atau sebaliknya.
4. Paragraf Isi
Paragraf ini berisi inti atau tujuan dibuatnya surat. Walaupun yang anda tulis adalah
surat pribad,bagian ini tetap harus anda tulis jelas dan mudah dimengerti.Hal ini
bertujuan agar pesan anda dapat tersampaikan dengan baik pula:
123
Apa kegiatanmu di hari Minggu Rin? Rina masih suka menanam bunga? Seperti dulu
waktu di Makassar? Sejak kepergianmu Makassar sekarang sudah banyak perubahan
gedung-gedung super mewah sudah banyak menghiasi kota kita. Sayang sekali Studio
tempat kita berlatih tari dan teater dulu, kini sudah dijual pemiliknya dan sekarang
menjadi rumah makan khas Makassar.
5. Paragraf Penutup
Paragraf penutup digunakan untuk mengakhiri isi surat. Biasanya paragraf ini berisi
permohonan maaf, mohon diri, harapan dan sebagainya.
Sekian dulu ya! Rin? Balasannya kutunggu , sampaikan salamku pada bapak dan Ibu
begitu juga pada kak Bayu dan adik Ayu. Daaa Sampai Jumpa di libur mendatang.
Tentu dengan contoh tersebut bagian-bagian surat pribadi sudah jelas.
silahkan anda mencoba menulis sebuah surat pribadi untuk sahabat atau keluarga.
A. Pengertian Artikel
Artikel adalah karangan pendek, berkisar antara 300 sampai 1.000 kata, yang
membahas tema tertentu yang ditujukan untuk menyampaikan pikiran terhadap
sebuah realitas, baik berupa fakta, atau konsep tertentu.
Artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tatacara ilmiah atau sesuai dengan
pedomam yang disepakati.
Langkah-langkah menulis artikel ilmiah populer – Tulisan ilmiah populer
merupakan salah satu dari beberapa jenis karya tulis atau karya ilmiah. Artikel ilmiah
populer dihargai dengan 2 angka kredit. Guru dapat memilih jenis tulisan ini sebagai
karya tulis dalam rangka memenuhi angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan
profesi.
124
Namun demikian karya ilmiah ini tidak hanya sekadar untuk ditulis sehingga
menjadi dokumen pribadi. Melainkan harus disebarkan melalui media massa. Harus
dikirim dan dimuat dalam surat kabar atau majalah, tabloid, jurnal dan lain
sebagainya. Guntingan koran artikel yang dimuat di media cetak menjadi bukti fisik
ketika mengajukan bahan kenaikan pangkat guru.
Kegiatan menulis ilmiah/karya ilmiah sudah menjadi keharusan bagi guru. Ini
terbukti dengan adanya Permen PAN dan Reformasi BirokrasiNomor 16 Tahun
2009 yang diberlakukan Oktober 2013 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Untuk naik pangkat/golongan ke tingkat yang lebih tinggi, guru harus
mengumpulkan angka kredit tertentu dari kegiatan pengembangan profesi.
Berikut ini adalah 8 langkah penting yang perlu dilakukan:
Tema tulisan adalah pokok pembahasan dalam artikel. Pilihlah tema yang mudah dan
dikuasai. Misalnya, motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa, strategi dan metode
mengajar, dan lain sebagainya.
125
Biasakan menulis dengan membuat kerangka tulisan. Menyajikan deretan kalimat
penting secara garis besar. Hal-hal apa saja yang ingin ditulis. Misalnya, tema artikel
prestasi belajar. Maka poin-poin yang dibuat menjadi kerangka artikel adalah: ada
apa dengan prestasi belajar siswa? Mengapa prestasi belajar siswa menurun?
Bagaimana cara mengatasinya? Tiga kalimat kerangka ini coba diperdalam lagi
masing-masingnya.
Kalimat pada paragaf pembuka, ibarat sebuah etalase toko yang memamerkan
barang-barang bagus dan disusun sangat rapi. Tujuannya adalah menarik perhatian
calon pembeli. Begitu pula halnya dengan fungsi paragraf pembuka sebuah artikel
ilmiah.
Tulisan ilmiah popular hanya berkisar 2,5 sampai 3,5 halaman. Oleh sebab itu
kemukakan gagasan pokok tulisan di bagian awal paragraf. Dengan demikian
pembaca dapat menangkap apa yang hendak disampaikan oleh penulis.
Jika di sebuah blog, ilustrasi yang menarik di tampilkan berupa gambar atau foto
yang mendukung ulasan dalam artikel, Namun dalam tulisan ilmiah popular, segala
ilustrasi ditampilkan dalam rangkaian kalimat pada paragraf. Ilustrasi yang dibuat
haruslah yang wajar, tidak mengada-ada dan logis.
Sebenarnya bahasa yang baik dan benar itu bersifat relatif. Namun sebagai panduan
bagi penulis adalah, media cetak mana yang kita pilih untuk mengirim tulisan. Setiap
126
media cetak itu mempunyai cara dan gaya penyajian yang berbeda. Maka pelajari
cara dan gaya penulisan media yang dituju.
Yang tak kalah penting adalah membuat paragraf penutup yang kuat. Artinya, semua
gagasan pada paragraf sebelumnya harus diperkuat pada paragraf terakhir. Biasanya
boleh dipergunakan kalimat berupa kesimpulan dari apa yang telah dibahas.
Tahap yang paling lama membutuhkan waktu adalah menyunting artikel yang sudah
berhasil dibuat. Periksa kembali segala kata, kalimat dan paragraf yang ada. Begitu
pula ejaan dan tanda baca. Biasanya editor media cetak enggan mengedit artikel
kiriman yang terlalu banyak kesalahan pada ejaan dan tanda baca.
Dalam menyunting artikel, bisa juga minta bantuan pada teman. Namun kalau
disunting sendiri, anggaplah kita sendiri, orang lain yang sedang membaca artikel itu.
127
1. Judul. judul hendaknya inovatif, lengkap, tidak terlalu panjang ataupun pendek (5-
20 kata). Judul artikel memuat variabel yang diteliti atau kata kunci yang
menggambarkan masalah yang diteliti.
2. Nama-nama penulis. Nama penulis ditulis tampa gelar akademik atau gelar lain apa
pun.
3. Abstrak dan kata kunci. Abstrak berisi pernyataan singkat tentang ide-ide penting.
Abstrak berisi tentang: Masalah, tujuan penelitian, metode, hasil, dan simpulan.
Hipotesis, pembahasan, dan saran tidak perlu ditulis. Abstrak biasanya ditulis
dalam bahasa Inggris. Panjang Abstrak 75-100 kata yang ditulis dalam satu
paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal, pengetikannnya masuk (margin
kanan dan kiri menjorok 1-2 cm).
Kata kunci adalah pokok-pokok kata yang menggambarkan masalah yang diteliti
atau dasar pemikiran gagasan dapat berupa kata tunggal atau gabungan
kata.Jumlah kata kunci sekitar 3-7 kata
4. Pendahuluan. Pendahuluan ditulis langsung sesudah abstrak. Berisi tiga hal pokok:
(1) latar belakang atau rasional penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana
pemecahan masalah , dan (3) tujuan penelitian.
5. Metode. Uraian pokok pada bgian ini adalah bagaimana data dikumpulkna/siapa
dan apa sumber data, dan bagaimana data dianalis. Atau muatlah secara singkat
apa yang terdapat pada bab III.
6. Hasil. Bagian ini merupakan bagian utama artikel ilmiah oleh karena itu biasanya
merupakan bagiann yang terpanjang. Hal-hal yang disajikan adalah hasil analisi
data dan hasil kajian hipoitesis.
Hasil analisis boleh disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Tabel dan grafik
harus diberi komentar atau dibahas. Untuk penelitian kualitatif bagian hasil
memuat bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopik yang berkaitan langsung
dengan fokus penelitian.
128
7. Pembahasan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel
ilmiah. Tujuan pembahasan adalah: (1) menjawab masalah penelitian atau
menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai, (2) menafsirkan temuan-
temuan, (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan
yang telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada.
8. Simpulan dan Saran. Simpulan disajikan dalam bentuk esei, bukan dalam bentuk
numerikal.
Saran disusun berdasarkan simpulan. Saran dapat mengacu kepada tindakan
praktuis, pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan.
9. Daftar Rujukan. Daftar rujukan harus lengkap, sesuai dengan rujukan yang
disajikan dalam batang tubuh artikel. Semua rujukan yang dimasukkan dalam
batang tubuh artikel wajib disajikan dalam daftar pustaka.
129
3. Membuat outline untuk mengorganisasikan paduan antara ide dan referensi
sehingga sistematis..
4. Free writing atau menulis bebas,berupa penulisan naskah awal (first draft).
5. Menulis ulang naskah (rewriting) atau revisi tulisan.
6. Menyunting naskah (editing), yakni memperbaiki naskah secara redaksional dan
substansial. Dalam tahap ini, diperlukan kecermatan sehingga tidak ada substansi
yang tidak akurat, tidak faktual, dan dan tidak ada kata atau kalimat yang sulit
dipahami.
Sistematika Artikel
a. Judul
judul sebaiknya lengkap tidak terlalu panjang maupun pendek yaitu antara 5-15 kata.
Jelah judul tersebut memuat variabel-variabel yang diteliti atau kata kunci yang
menggambarkan masalah yang diteliti.
b. Nama-nama penulis
Nama penulis ditulis tanpa disertai gelar, diikuti nama lembaga tempat bekerja.
130
hati saat itu. Dalam suasana hati yang sangat emosional ( kecewa, sedih, jengkel,
marah, bahagia) lebih mudah menulisnya menjadi suatu puisi.
Apa sebenarnya puisi itu? Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang
menggunakan bahasa yang indah dan ditulis dalam bentuk larik dan bait. Sementara
puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. atau Puisi
bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh larik dan bait dan aturan lainnya.
Aturan yang dimaksud misalnya jumlah kata, jumlah baris, jumlah bait, dan
persamaan bunyi atau rima. Dalam puisi bebas, aturan-aturan itu boleh diikuti boleh
tidak, yang terpenting adalah bagaimana pikiran dan perasaan itu dapat diekspresikan
dengan pilihan kata yang tepat sehingga menghasilkan makna yang tajam dan
mendalam.
Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi anak di SD, menurut
Nadeak (1985) adalah: (a) isinya harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai
umur dan taraf perkembangan jiwa anak, (b) puisi itu memiliki daya tarik terhadap
anak, (c) puisi itu harus memiliki keindahan lahiria bahasa, misalnya irama yang
hidup tekanan kata yang nyata, permainan bunyi dan sebagainya, (d) diksi harus
131
Zulela (2012) mengemukakan pendapatnya tentang langkah-langkah dalam
menulis puisi anak-anak sebagai berikut:
a) Menentukan tema;
b) Merenung/ menghayati tentang pesan yang akan disampaikan;
c) Memilih kata kunci yang pas untuk mengembangkan pesan;
d) Mengimplementasikan pesan dalam pilihan kata yang pas;
e) Perhatikan tema/nada permainan bunyi bahasa;
f) Baca dengan cermat atau ungkapkan.
Perhatikan contoh puisi anak-anak di bawah ini:
Tamanku
Oleh: R.A. Badjid
UNTUKMU GURUKU
R.A. Badjid
Guru
Setiap pagi kau mengajarku
Niat suci dalam benak
Jiwa raga kau patrikan
Satu tekad
Mencerdaskan anak-anak negeri
132
Wahai sang guru
Aku datang menyambutmu
Aku datang menantimu
Kau datang di saat kuhaus
Kau datang di saat kulapar
Ilmu yang berguna slalu kau limpahkan
Oh Tuhan
Hanya doa kupanjatkan
Semoga guruku diberi kekuatan
Pahala pengadian cermin keagungan
Abadilah corak hidup dalam keteguhan
133
1.. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh.
Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
2. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu
diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks,
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
3. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada
yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha
menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk
menebaknya sendiri.
134
konflik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih
lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar
terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
c. Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.
d. Memiliki nilai estetika.
e. Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi
memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke
waktu dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang
menonjolkan pelaku.
2. Langkah-langkah menulis karangan narasi
a. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan
b. tetapkan sasaran pembaca kita
c rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
d. bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
e. Rincian peristia-peristiwa uatama ke dalam detail-detail peristiwasebagai
pendukung cerita
f. susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
135
membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat dan menilai karangannya.
Apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada yang tidak
layak dimuat, apakah tulisan baik dan menarik dibaca.
J.Tugas/Latihan
136
penggunaan kalimat efektif, kemampuan pengorganisasian paragraf, dan
kemampuan mengembangkan topik ke dalam bentuk isi karangan. Jelaskan
mengapa kelima hal tersebut penting? Dan apa konsekuensi yang bisa timbul
apabila penulis tidak menguasai kelima hal tersebut berikan argumen!
6. Apa perbedaan pola surat pribadi dan surat resmi.
7. jelaskan fungsi bagian-bagian surat!
8. Buatlah puisi dengan menimplementasikan unsur-unsur menulis puisi
9. Tulislah suatu cerita dengan memperhatikan langkah-langkah!
DAFTAR PUSTAKA
Muclisoh., dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Modul Jakarta:
Depdikbud Proyek Pembinaan tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Mulyati, Yeti dkk. 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Soedjito, dan Hasan Mansur. 1991. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
137
Syafi’ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta. Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
138