TUGAS 3
Bahasa Inggris yang lazimnya digunakan untuk penulisan abstrak adalah British English dan American
English. Kedua versi bahasa Inggris ini mempunyai perbedaan yang cukup signifikan terutama dalam
penulisan kata. Jika peneliti ingin menggunakan British English, dia harus konsisten menggunakannya
di seluruh kalimat dalam abstrak yang ditulisnya, tidak mencampurnya dengan American English.
Dalam penulisan abstrak, penggunaan tenses dalam bahasa Inggris juga perlu diperhatikan. Pada
dasarnya, jenis tenses yang lumrah digunakan adalah simpe present tense untuk menggambarkan
informasi umum atau fakta. Namun, untuk bagian abstrak yang menjelaskan metode maupun hasil
penelitian, past tense sebaiknya digunakan karena berkaitan dengan hal/perisitiwa yang terjadi di masa
lampau, terutama jika penelitian sudah dilakukan sebelumnya.
Karena merupakan salah satu komponen utama dari karya tulis ilmiah dengan bahasa yang formal,
grammar adalah faktor penting yang tidak boleh diabaikan dalam penulisan abstrak. Grammar sendiri
memang tidak terlalu penting dalam bahasa lisan selama informasi yang disampaikan bisa diterima
secara utuh dan lawan bicara bisa memahami maknanya. Karya tulis ilmiah menuntut penulisan
grammar yang sempurna layaknya bahasa akademik pada umumnya. Kesalahan yang umumnya
dilakukan adalah menggunakan fasilitas alat penerjemah otomatis seperti Google Translate untuk
menerjemahkan abstrak dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Padahal, tejemahan yang dihasilkan
mesin masih bersifat ‘mentah’ dan perlu dipoles lagi untuk mengindari kesalahan dalam penyamapian
makna atau tata bahasa (grammar) itu sendiri. Meskipun terasa lebih mahal, mempercayakan
penerjemahan abstrak kepada jasa penerjemah profesional adalah pilihan bijak. Selain hasil
terjemahannya lebih terjamin, peneliti tidak perlu direpotkan dengan revisi berulang kali hanya karena
penulisan abtraknya kurang sesuai.
Fungsi Abstrak
Penulisan abstrak tentunya memiliki tujuan yang jelas karena merupakan salah satu komponen wajib
dalam setiap karya tulis ilmiah. Pada dasarnya, abstrak memiliki fungsi sebagai berikut:
Abstrak ditulis singkat, kurang lebih setengah-satu halaman, sekitar 250 kata
Fungsi abstrak sendiri adalah sebagai ringkasan dari keseluruhan karya tulis ilmiah yang menyertainya.
Jadi, penulisannya pun harus ringkas dan menggunakan kalimat padat serta informatif yang mampu
menggambarkan keseluruhan karya tulis.
Latar belakang
Hal pertama yang mengawali sebuah abstrak adalah latar belakang atau pokok permasalahan yang
menjadi bahasan utama untuk diteliti. Dengan menjabarkan pokk permasalahan di awal, pembaca bisa
mengetahui arah penelitiannya.
Metode penelitian
Setelah menjelaskan pokok permasalahan secara singkat, metode penelitian yang digunakan juga perlu
dijelaskan secara garis besarnya saja. Peneliti bisa menjelaskan jenis metodologi yang digunakan,
pengumpulan data, pemilihan sampel, dan hal lainnya terkait penelitian. Jadi, pembaca bisa
mengetahui cara dan langkah yang sesuai untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dalam sebuah
penelitian ilmiah.
Hasil penelitian
Hasil penelitian yang didapat setelah melakukan penelitian perlu dijelaskan secara umum, bisa berupa
data kuantitatif atau kualitatif sesuai dengan jenis metodologi yang dipilih. Hasil penelitian tidak perlu
dijelaskan secara detail dalam abstrak karena terlalu panjang untuk ditulis satu per satu. Untuk
mengetahui informasi lebih lanjut, pembaca bisa membaca teks aslinya.
Kesimpulan
Dalam kesimpulan, peneliti bisa menawarkan solusi serta saran atau menyatakan bahwa penelitian
yang dilakukannya menyelesaikan permasalahan.
Format Penulisan Abstrak
Berikut ini adalah contoh struktur penulisan abstrak yang lazim digunakan. Format penulisan abstrak
di setiap institusi pendidikan bisa berbeda sesuai dengan syarat yang diminta.
Judul
Penulisan judul menggunakan huruf kapital dengan font Times New Roman, ukuran 14, center text,
dan bold (cetak tebal)
Subjudul
Subjudul penelitian (jika ada) ditulis dengan font Times New Roman, ukuran 12, center text, dan bold
(cetak tebal)
Nama peneliti/penulis
Nama peneliti yang terlibat dalam penulisan karya tulis ilmiah ditulis dengan font Times New Roman,
ukuran 12, center text, dan bold (cetak tebal). Jika penulisnya lebih dari satu, penulisan nomor urut
bisa menggunakn superscript. Dalam penulisan skripsi, tesis, atau disertasi, nama dosen pembimbing
biasanya juga disertakan dengan penelitinya.
Konten
Penulisan konten abstrak sendiri biasanya menggunakan font Times New Roman, ukuran 12, dengan
rata kanan kiri (justify). Format ini juga berlaku untuk penulisan kata kunci (keyword) di bagian akhir
abstrak. Konten abstrak sendiri idealnya ditulis kurang lebih 250 kata.
(2) Beberapa faktor yang mempengaruhi lahirnya motif-motif batik antara lain adalah letak geografis,
misalnya didaerah pesisir akan menghasilkan batik dengan motif yang berhubungan dengan laut, begitu
pula dengan yang tinggal di pegunungan akan terinspirasi oleh alam sekitarnya; sifat dan tata
penghidupan daerah; kepercayaan dan adat di suatu daerah; serta keadaan alam sekitar termasuk flora
dan fauna.
(6) Kedua, Batik Indonesia juga digunakan sebagai bagian dari kehidupan manusia. Ketiga, batik juga
kerap digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
3.
Ketika seorang dilahirkan pada dasarnya sudah terikat secara alamiah untuk mempelajari
bahasa dalam kurun waktu selama orang tersebut hidup. Subyanto dan Nababan (1992:124)
memaparkan bahwa bahasa merupakan berbagai bentuk komunikasi yang berasal dari pemikiran dan
persaaan seseorang yang kemudian dilambangkan untuk menyampaiakan ujaran atau pesan yang
memilki arti kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
menjadi bagian terpenting dalam interaski sosial setiap orang, tanpa adanya bahasa interkasi sosial tidak
akan pernah terjalin dan seseorang akan mengalami kesuliatan dalam mengekspresikan diri dalam
menyampaikan pesan atau ujaran terhadap orang lainseperti yang diaparkan Devitt & Hanley dalam
(Noermanzah, 2019:307).
Subyanto dan Nababan (1992:76) yang mengutip Chomsky mengemukakan bahwasanya setiap
seseorang sejak lahir telah memiliki alat yang memungkinyanya mendapatkan suatu bahasa.
Alat yang dimaksud dapat juga disebut dengan peralatan untuk pemerolehan bahasa.
Kosakata pada suatu bahasa merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan, dari
kosakata dapat berbentuk bahasa yang berisi ujaran atau pesan dari seseorang. Kosakata merupakan segala
bagian penting dalam bahasa. Pemahaman terhadap kosakata
sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang. Begitu pula dengan bahasa
yang digunakan dan dipelajari oleh seseorang memiliki banyak pengaruh dari kosakata yang dimiliki
hal tersebut dipaparkan oleh Owens dalam (Ariawan & Pratiwi, 2018:80). Fungsi bahasa dapat terjadi
apabila keterampilan dalam berbahasa mengalami peningkatan. Ukuran keberhasilan keterampilan
berbahasa seseorang dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas kosakatanya(Pramunati, 2014:1).
Pemahaman atau pengusaaan terhadap kosakata terdiri dari dua macam seperti yang di paparkan
oleh Haris dalam Nurgiyantoro (1995:209) yakni, (a) Penguasaan reseptif yang dapat diaratikan sebagai
pengusaan yang sifatnya pasif, pasif disini artinya pemahaman hanya ada dalam proses berfikir.
Kegiaatan yang sifatnya reseptif ini terdiri dari membaca dan menyimak. Pengusaan ini biasa disebut
dengan decoding, decoding sendiri dapat diartikan sebagi proses pemberian makna terhadap suatu
kata(vocabulary), intonasi (voice), dan gerak tubuh (visual) yang diterima. (b) penguasaan produktif,
keterampilan dalam pengusaan ini terdiri dari berbicara dan menulis atau bisa disbut encoding, yakni
proses yang berusaha mengomunikasikan ide, pikiran, persaaan melalaui bahasa yang berarti
penguasaan secara lisan maupun berbicara
4. a. Ketidakjujuran atau rendahnya sikap integritas masih banyak terjadi di kalangan akademisi, kalangan
yang seharusnya menjunjung tinggi etika dan norma yang berlaku. Rendahnya sikap integritas tersebut
mengarah pada implementasi korupsi dalam dunia pendidikan. Apabila hal ini dibiarkan, maka sangat
dimungkinkan perilaku ketidakjujuran ini akan berlanjut, meski sedang tidak berada dalam sistem pendidikan.
Melihat hal ini, tentu menjadi hal yang sangat penting mencari solusi untuk meminimalkan terjadinya perilaku
ketidakjujuran, khususnya pada konteks akademik.
Terdapat banyak faktor yang dianggap turut mempengaruhi ketidakjujuran akademik. McCabe dan
Trevino (1997) memaparkan bahwa terdapat dua faktor utama yang memengaruhi perilaku ketidakjujuran
akademik, yakni faktor individu dan faktor kontekstual. Faktor individu mencakup usia, gender, prestasi
akademik, pendidikan orangtua, partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan religiusitas. Sementara itu,
faktor kontekstual mencakup perilaku kelompok di lingkungan (peer behavior), ketidaksetujuan lingkungan
teman sebaya (peer disapproval), pengaduan teman sebaya (peer reporting), serta berat-ringannya hukuman
yang diterima (McCabe & Trevino, 1997). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada dua
faktor yang dianggap turut mempengaruhi ketidakjujuran akademik pada mahasiswa, yakni faktor religiusitas
dan faktor teman sebaya.
b. *McCabe, D. L., & Trevino, L. K. (1997). Individual and Contextual Influences on Academic Dishonesty: A
Multicampus Investigation. Research in Higher Education, 379-396.
*McCabe, D. L., Feghali, T., & Abdallah, H. (2008). Academic Dishonesty in the Middle East: Individual and
Contextual Factors. Research in Higher Education by Springer, 451-467.
* McCabe, D. L., Trevino, L. K., & Butterfield, K. D. (2001). Cheating in Academic Institutions: A Decade of
Research. Ethics & Behavior, 219-232