Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

IDEOLOGI PANCASILA MEMPERKUAT WAWASAN IDEOLOGI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Tutorial 1


Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :
Eko Puji Sumaryanto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Sri Rejeki
NIM : 042978757
Kelas : MKDU4111.323

PROGAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TERBUKA
2021.1

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena atas
rahmat karunia serta kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
Ideologi Pancasila Memperkuat Wawasan Ideologi Indonesia ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi terakhir, penutup para nabi
sekaligus satu-satunya Uswatun Hasanah kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Eko Puji Sumaryanto,
S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Adapun maksud dan
tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen pengajar juga untuk memperluas pengetahuan para pembaca khususnya bagi
penulis penulis.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian inilah usaha maksimal saya selaku penulis. Oleh karena itu
jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi penulisan, maupun dari isi
makalah, maka saya memohon maaf dan kritik yang membangun. Serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan bagi saya untuk dapat
menyempurnakan makalah ini, semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………...…………..………………..ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………....…………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………….………………………………………………………..……………... 1
A. Latar Belakang Masalah………….………………………………………………..…………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………….………………………………………………..……………….... 3
C. Tujuan Masalah………...................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..……………. 5
A. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi………………………………………………..…………. 5
B. Tujuan Ideologi Pancasila…………………..…………………………….………………………..…. 7
C. Fungsi Dan Kedudukan Ideologi Pancasila Di Indonesia……….…..………………….... 8
D. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ketahanan Nasional……………………………. 9
E. Perkembangan Ideologi Pancasila di Era Reformasi………………………………………. 12
F. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Aspek Pancagatra……………….……………….. 16
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...…………………….. 18
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………….. 18
B. Saran……………………………………………………………………………….……………………………19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……………………………..20
G.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara etimologi, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas 2 kata,
yaitu idea dan logos. Idea yang berarti gagasan, cita-cita atau konsep; Logos yang
berarti pemikiran. Jadi, secara etimologi, ideologi berarti ilmu yang meliputi kajian
tentang asal usul dan hakikat ide atau gagasan. Selain secara asal katanya,
pandangan mengenai arti ideologi sendiri juga dikemukakan oleh para ahli, seperti
Drs. Moerdiono, yang mengemukakan bahwa ideologi adalah a system of ideas, akan
mensistematisasikan seluruh pemikiran mengenai kehidupan ini dan
melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan strategi dengan tujuan
menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat yang
menjadi induknya.
Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah suatu
pemikiran yang berisi nilai nilai tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang ingin
dicapai. Ideologi sendiri memiliki fungsi yang sangat sentral bagi suatu negara, di
mana fungsi dari ideologi sendiri adalah sebagai sesuatu yang memperkuat dan
memperdalam identitas rakyatnya (Prof. W. Howard Wriggins). Dari pernyataan
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ideologi adalah identitas dari suatu bangsa.
Sama seperti identitas yang dimiliki oleh setiap orang sebagai tanda pengenal,
ideologi dapat dikatakan sebagai tanda pengenal dari suatu bangsa.Selain menjadi
identitas,ideologi juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi kognitif dan orientasi dasar.
Fungsi kognitif memiliki artian bahwa ideologi dapat menjadi suatu landasan bagi
suatu bangsa dalam memandang dunia, sedangakan fungsi orientasi dasar berarti
ideologi tersebut memberikan wawasan dan makna bagi rakyat dan juga
memberikan tujuan bagi rakyatnya.
Ideologi memiliki posisi yang sangat penting bagi setiap bangsa. Posisi
penting ini dikarenakan ideologi peranan sebagai arah atau pedoman bagi bangsa

iv
untuk mencapai tujuannya masing-masing. Selain itu, peran lain yang dimiliki oleh
ideologi adalah sebagai alat untuk mencegah terjadinya konflik sosial dalam
masyarakat agar setiap masyarakat dapat hidup dalam ketentraman dan juga
memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Peranan lain dari ideologi adalah sebagai alat
pemersatu suatu bangsa. Setiap bangsa tentu saja memiliki keberagaman baik
dalam suku,bahasa,adat-istiadat,kebudayaan, dan lain sebagainya. Ideologi memiliki
peran dalam mempersatukan keberagaman yang ada dalam masyarakat supaya
dapat terbentuknya kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.Dari paparan
tersebut, maka dapat terlihat betapa pentingnya ideologi bagi setiap bangsa.
Identitas bangsa Indonesia sendiri tertuang kedalam ideologi yang dianut oleh
bangsa Indonesia, yaitu Ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila sendiri dirumuskan
oleh Panitia Sembilan dan berdasar atas pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945. Ideologi Pancasila menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia karena
Pancasila memiliki beberapa kedudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia.Kedudukan itu seperti Pancasila sebagai jiwa bangsa
Indonesia,Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila menjadi dasar negara,Pancasila
sebagai sumber dari segala hukum yang ada di Indonesia,Pancasila sebagai
perjanjian luhur bangsa Indonesia ketika mendirikan negara, dan Pancasila sebagai
cita-cita bangsa. Kedudukan inilah yang menjadikan Pancasila menjadi sangat
penting bagi bangsa Indonesia. Kedudukan ini juga dapat diartikan bahwasannya
Pancasila merupakan suatu landasan bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan
segala aspek yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegera.
Selain itu, Pancasila juga berfungsi sebagai penunjuk arah dalam kehidupan
bernegara Indonesia. Sama seperti kapal tanpa kompas, yang tidak tahu akan
kemana arah arus membawanya, Republik ini juga akan sama seperti itu apabila
tidak adanya penunjuk arah,yaitu Pancasila.Pancasila juga mengandung nilai-nilai
sejarah di dalamnya karena Pancasila merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh
para pendiri bangsa ini ketika mendirikan Republik Indonesia ini. Hal-hal inilah
yang membuat Pancasila memiliki fungsi dan juga kedudukan yang sangat penting
bagi bangsa Indonesia. Dengan fungsi dan juga kedudukan yang sangat penting

v
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila haruslah dapat dilestarikan
oleh setiap komponen bangsa Indonesia.Pelestarian nilai nilai Pancasila dapat
dilakukan dengan meimplementasikan nilai nilai yang terkandung di dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai Pancasila sendiri tercermin dalam
setiap sila yang ada di dalamnya. Nilai-nilai itu adalah nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan,nilai persatuan, nilai kerakyatan dan juga nilai keadilan.Nilai
ketuhanan dapat diimplementasikan dengan menghargai setiap umat beragama di
Indonesia. Setiap rakyat di Indonesia memiliki agama yang berbeda-beda, sehingga
setiap rakyat haruslah menghargai perbedaan yang ada sebagai bentuk dari
implementasi nilai ketuhanan. Nilai kemanusiaan dapat dipraktekan dengan
tindakan tidak melakukan diskriminasi terhadap suku lain yang terdapat di
Indonesia.Nilai persatuan dapat dipraktikkan dengan menunjukkan sikap cinta
terhadap tanah air Indonesia. Nilai kerakyatan dapat dipraktikkan dengan tindakan
menghargai pendapat orang lain ketika mengemukakan pendapat. Nilai keadilan
dapat dipraktikan dengan menjaga hak dan kewajiban dari setiap rakyat. Uraian
tersebut hanyalah sebagian kecil dari praktik nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari dan masih ada banyak hal yang dapat dilakukan dalam usaha
melestarikan nilai nilai Pancasila di Ibu Pertiwi ini. Ideologi Pancasila haruslah tetap
dilestarikan karena ideologi ini merupakan ideologi yang mencerminkan
kepribadian bangsa ini

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pancasila sebagai Ideologi ?


2. Apa tujuan dari Ideologi Pancasila ?
3. Apa fungsi dan kedudukan Pancasila di Indonesia ?
4. Apa kaitannya Ideologi Pancasila dengan Ketahanan Nasional ?
5. Bagaimana perkembangan Ideologi Pancasila di era reformasi ?
6. Apa kaitannya Ideologi Pancasila dengan Aspek Pancagatra ?

vi
C. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan pengertian Pancasila sebagai Ideologi di Indonesia.


2. Mendeskripsikan tujuan dari Ideologi Pancasila.
3. Mendeskripsikan fungsi dan kedudukaan Pancasila di Indonesia.
4. Mendeskripsikan keterkaitan antara Ideologi Pancasila dengan Ketahanan
Nasional.
5. Mendeskripsikan perkembangan Ideologi Pancasila di era reformasi.
6. Mendeskripsikan keterkaitan Ideologi Pancasila dengan aspek pancagatra.

vii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi

Pengertian Pancasila sebagai ‘ideologi negara’ adalah nilai-nilai yang terkandung di


dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas,
pengertian Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia adalah visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan
kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung tinggi nilai keadilan. Keputusan bangsa
Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam Ketetapan MPR
Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pencabutan dari Ketetapan MPR Nomor 2 Tahun 1978
mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR
tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia kedudukan Pancasila adalah sebagai ideologi
negara, selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional
aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam Ketetapan MPR tersebut
dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten
dalam kehidupan bernegara. Pada awalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai
common platform atau platform bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang
saat itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan
ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Soekarno pada waktu

viii
itu yaitu sebagai asas bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok yang terdapat di
Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut.
Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi Pancasila sebagai
ideologi negara. Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi
semua golongan di Indonesia. Perkembangan doktrinal Pancasila telah mengubahnya dari
fungsi awal Pancasila sebagai platform bersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran
sesuai dengan rumusan pertama yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang
komprehensif integral. Ideologi Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan
ideologi lain. Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Notonagoro. Beliau melalui interpretasi filosofis
memberi status ilmiah dan resmi tentang ideologi bagi masyarakat Indonesia, yang pada
mulanya Pancasila sebagai ideologi terbuka sebuah konsensus politik menjadi ideologi
yang benar-benar komprehensif. Interpretasi ini berkembang luas, masif, dan bahkan
monolitik pada masa pemerintahan Orde Baru.
Pancasila dilihat dari sudut pandang politik merupakan sebuah konsensus politik,
yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan
masyarakat di Negara Indonesia. Dengan diterimanya Pancasila oleh berbagai golongan
dan aliran pemikiran, maka mereka bersedia bersatu dalam negara kebangsaan Indonesia.
Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan common platform masyarakat Indonesia
yang plural. Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang
ini. Jadi, sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang
khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi bangsa
Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah yang
harus kita pertahankan dan ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural
ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
Negara Indonesia yaitu:
1. Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari penyelenggaraan
bernegara di Indonesia.

ix
2. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan oleh
karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat Indonesia.
Perwujudan Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita
penyelenggaraan bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun 2001
mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas tiga visi, yaitu:
1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea kedua dan alinea keempat.
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN).
Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi,
demokratis, bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-
nilai Pancasila sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari
masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai Pancasila diambil dimensi
idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggaraan negara hendaknya berupaya
bagaimana menjadikan kehidupan bernegara Indonesia ini semakin dekat dengan nilai-
nilai ideal tersebut.
Nilai integratif Pancasila mengandung makna bahwa Pancasila dijadikan sebagai
sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik. Masyarakat
Indonesia telah menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang artinya sebagai suatu
kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui sebagai
milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethic dalam masyarakat yang heterogen.

B. Tujuan Ideologi Pancasila

1) Menghendaki seluruh rakyat Indonesia untuk memiliki sikap religius, memeluk


agama sesuai dengan keyakinan, dan taat kepada Tuhan.
2) Menanamkan dan menjunjung tinggi rasa saling menghargai dan menghormati HAM
(Hak Asasi Manusia).

x
3) Menciptakan bangsa yang nasionalis dan menanamkan rasa cinta tanah air kepada
seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
4) Menciptakan bangsa yang demokrasi, yaitu mendahulukan kepentingan umum
untuk kesejahteraan bersama.
5) Menciptakan bangsa yang adil, baik secara sosial maupun ekonomi, sehingga
seluruh rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan
usaha tanpa membeda-bedakan.

C. Fungsi dan Kedudukan Ideologi Pancasila di Indonesia


 
Para pendiri Republik Indonesia sudah menetapkan Dasar Negara adalah Pancasila pada
tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila dalam bahasa Sansekerta berarti panca (lima) dan sila (sendi
atau asas). Artinya pancasila adalah pelaksanaan kesusilaan yang lima. Dalam buku Memahami
Pancasila (2019) karya Fais Yonas, pancasila dalam kehidupan kenegaraan dikenal pertama kali
oleh Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Baginya, Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang sudah turun
sekian abad lamanya terpendam oleh kebudayaan Barat. Sehingga, Pancasila tidak hanya falsafah
negara, tetapi juga falsafah bangsa Indonesia. Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan mengenai tingkah laku yang penting dan baik. Seperti yang tertuang dalam alinea
keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1944, Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Hal tersebut berarti kedudukan Pancasila digunakan sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan negara yang meliputi bidang idiologi, politik, ekonomi,
sosial buaya, dan pertahanan keamanan.
Fungsi dan peranan Pancasila sebelumnya dikenal sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila sebagai jiwa bangsa artinya agar Indonesia tetap hidup dalam Jiwa
Pancasila. Setiap bangsa dan negara tentu memiliki jiwa. Dalam hal ini, Pancasila menjadi
jiwa Bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak Bangsa Indonesia ada atau tepatnya sejak
Proklamasi Kemerdekaan.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

xi
Pancasila sebagai pribadi bangsa Indonesia memiliki fungsi, yaitu sebagai hal yang
memberikan corak khas bangsa Indonesia dan menjadi pembeda yang membedakan bangsa
kita dengan bangsa yang lain.
3. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
Dalam hal ini Pancasila berfungsi sebagai sumber hukum yang mengatur segala hukum
yang berlaku di Indonesia. Semua hukum tunduk dan bersumber dari Pancasila. Setiap
hukum tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Setiap sila Pancasila merupakan
nilai dasar, sedanghkan hukum adalah nilai instrumental.
4. Pancasila sebagai perjanjian luhur
Pancasila berfungsi dan disepakati melalui sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Di mana panitia tersebut adalah suatu badan yang mewakili suara rakyat.
Sehingga Pancasila merupakan hasil perjanjian bersama rakyat.
5. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia
Pancasila memiliki fungsi untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
6. Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dalam hal ini, Pancasila berarti sebagai konsekuensi ditetapkannya dasar negara dan juga
merupakan perwujudan melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen.
7. Pancasila sebagai moral pembangunan
Pancasila dijadikan kerangka, acuan, tolak ukur, parameter, arah, dan tujuan dari
pembangunan.

D. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional di bidang ideologi atau ketahanan ideologi, dapat diartikan


sebagai kondisi dinamis suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kehidupan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari dalam
atau luar, yang membahayakan kelangsungan ideologi bangsa dan negara. Ideologi atau
falsafah bangsa dan negara Indonesia adalah Pancasila yang terdapat di dalam Pembukaan
UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, serta digali dari kehidupan bangsa
dan diterima oleh PPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi
negara bergantung kepada nilai yang dikandung yang dapat memenuhi serta menjamin
xii
segala aspirasi hidup dan kehidupan, secara pribadi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai
warga negara sesuai dengan kodrat dan iradat Tuhan Yang Maha Esa.
1. Agar Pancasila dapat dihayati dan diamalkan secara baik maka ditetapkan oleh MPR RI
Ketetapan No. II/MPR/1983 tanggal 22 Maret 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) atau yang kita kenal dengan Eka Prasetia Pancakarsa, yang
artinya monoloyalitas atau satu kesetiaan terhadap 5 kehendak.
2. P4 tidak merupakan tafsir Pancasila sebagai dasar negara.
3. P4 merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggaraan negara, serta setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah, dan
dilaksanakan secara bulat dan utuh.
4. Pancasila telah diterima dan ditetapkan sebagai Dasar Negara seperti tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, Pancasila merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, keampuhan dan kesaktian sehingga
tidak ada satu kekuatanpun yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
5. Untuk memenuhi kewajiban sebagai warga negara dan warga masyarakat, manusia
Indonesia dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila secara bulat dan utuh,
menggunakan pedoman sebagai berikut.

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Maha Esa)


Sila pertama ini merupakan nilai yang tertinggi, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Rangkaian nilai itu tidak identik dengan agama, melainkan berkaitan erat, serta merupakan
perwujudan (konkretisasi) dari semua agama untuk mempersatukan (bukan sinkritisme)
kehidupan beragama, dalam menegakkan tannas. Di dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat Indonesia mengembangkan sikap hidup hormat-menghormati dan bekerja
sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-
beda sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Masalah agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan antara pribadi
dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini. Oleh karena itu, perlu

xiii
dikembangkan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
tanpa memaksa agama dan kepercayaan itu kepada orang lain.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan,
gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan
keadilan. Sehubungan dengan sila ini maka perlu dikembangkan sikap saling mencintai
sesama manusia, sikap tenggang rasa dan “tepo sliro”.
c. Sila Persatuan Indonesia
Manusia Indonesia menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan keseluruhan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, serta sanggup dan rela
berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa. Persatuan dikembangkan atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika dengan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk itu, perlu adanya rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia dalam
rangka memelihara ketertiban dunia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dan
Permusyawaratan/Perwakilan.
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan anggota masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban yang sama. Hal ini berarti bahwa pada dasarnya tidak boleh
ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan,
terlebih dahulu diadakan musyawarah sehingga keputusan itu diusahakan secara mufakat.
Setiap hasil keputusan musyawarah harus dihormati dan dijunjung tinggi serta
dilaksanakan dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dengan kedudukan, hak dan kewajiban yang sama maka diciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Selanjutnya, perlu dipupuk sikap suka memberikan
pertolongan kepada orang yang memerlukan, tidak menggunakan hak miliknya untuk
usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain dan merugikan orang lain.
Manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan dan pengamalannya harus dimulai dari setiap
warga negara. Manusia dan bangsa Indonesia harus menjamin kelestarian dan
kelangsungan hidup negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila maka

xiv
ketahanan dibidang ideologi merupakan penentu di dalam aspek-aspek kehidupan
nasional, hal ini terbukti dengan adanya peristiwa-peristiwa pada masa yang lampau.
Pihak-pihak tertentu mencoba mengganti Pancasila sebagai ideologi atau falsafah bangsa
dan negara RI dengan ideologi atau falsafah lain, akan tetapi selalu gagal. Pada akhirnya,
kita tetapkan tanggal 1 Oktober sebagai hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu,
ketahanan di bidang ideologi ini harus dibina, dihayati dan diamalkan secara benar dan
utuh.

E. Perkembangan Ideologi Pancasila di Era Reformasi

Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform, sedangkan secara
harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat ulang, menata
ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau
bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga
diartikan pembaruan dari paradigma pola lama ke paradigma pola baru untuk menuju ke
kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.
Untuk melakukan reformasi, ada beberapa syarat yang harus terpenuhi, antara lain
yaitu:
1. Adanya suatu penyimpangan.
2. Berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu.
3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem negara demokrasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih baik.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Reformasi memiliki beberapa tujuan, antara lain yaitu:
1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk konstitusi dan perundang-
undangan yang menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh rakyat.
3. Melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi,
sosial-budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

xv
4. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat
yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan yang
otoriter, penyimpangan, dan penyelewengan lainnya.
Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan
negara di masa lampau, mengoreksi segala kekurangannya, sambil merintis pembaruan
untuk menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara
di masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang
harus diperbaiki. Pada awal reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,
sama dengan konfigurasi politik yang dihasilkan melalui pemilu 1997, yang tetap
didominasi oleh Golkar dan ABRI. Tetapi, karena adanya reformasi disertai penggantian
Presiden, maka merubah sifat lama anggota MPR dan DPR tersebut dan mengikuti tuntutan
reformasi, antara lain keterbukaan, demokratisasi, peningkatan perlindungan HAM,
pemeberantasan KKN, reformasi sistem politik dan ketatanegaraan, termasuk amandemen
atas Undang-Undang Dasar 1945.
Pascapemilu 1999, peranan partai politik di Indonesia kembali menguat, karena
tidak adanya satu partaipun yang menguasai suara mayoritas di parlemen yakni MPR dan
DPR, dan juga karena iklim demokrasi sudah menyelimuti kehidupan politik di Indonesia
sejak Era Reformasi bergulir di Indonesia. Tatanan politikpun berubah seiring dengan
semakin berkurangnya peran dan dwifungsi ABRI dalam ketatanegaraan. Pengangkatan
anggota ABRI yang terdiri dari TNI dan Polri sudah kurang dari periode sebelumnya. Dari
75 kursi yang tersedia menjadi 38 kursi di parlemen. Di MPR tidak ada lagi pengangkatan
tambahan selain yang berasal dari DPR, yaitu melalui utusan daerah. Jumlah anggota DPR
pascapemilu 1999 sebanyak 500 orang, 462 orang duduk melalui pemilihan umum
sedangkan 38 orang merupakan pengangkatan wakil ABRI. Sedangkan, anggota MPR
berjumlah 700 orang, 500 orang dari anggota DPR, 125 orang utusan daerah, dan 75 orang
utusan golongan.
Dari konfigurasi politik yang demokratis tetapi tidak ada satu partai yang
menguasai mayoritas di parlemen (dalam DPR), seperti yang telah diuraikan di atas, maka
akan sulit bagi suatu fraksi untuk menggolkan programnya tanpa berkoalisi dengan fraksi-
fraksi lainnya sampai tercapai mayoritas di kedua lembaga negara tersebut. Demikian juga
halnya dengan eksekutif adalah sulit bagi presiden untuk menggolkan rancangan undang-

xvi
undang yang diajukan ke DPR. Dan di sisi lain, demikian pula terjadi dalam setiap sidang
tahunan MPR, presiden harus dapat pula menampung aspirasi-aspirasi fraksi-fraksi di MPR
agar ia tidak kesulitan dalam meloloskan program dan pertanggungjawabannya. Sesudah
tahun 2002, presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR seperti pada masa
sebelumnya. Presiden dapat diberhentikan MPR hanya bila melanggar hukum, bukan
karena masalah politik. Dengan konfigurasi politik seperti itu, peranan partai politik
menguat kembali seperti pada masa liberal dulu. DPR dan pemerintah telah menetapkan
undang-undang tentang pemilu dan susunan DPR, DPRD, DPD dan pemilu langsung
sebagaimana pada masa terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil
Presiden M. Jusuf Kalla.
Pancasila yang pada dasarnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi negara
dan aparat pelaksana negara digunakan sebagai alat legitimasi politik. Semua tindakan dan
kebijakan mengatasnamakan Pancasila, kenyataannya tindakan dan kebijakan tersebut
sangat bertentangan dengan Pancasila. Klimaks dari keadaan tersebut ditandai dengan
hancurnya ekonomi nasional, sehingga muncullah gerakan masyarakat yang dipelopori
oleh mahasiswa, cendekiawan, dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang
menuntut adanya reformasi di segala bidang, terutama di bidang hukum, politik, ekonomi,
dan pembangunan. Awal dari gerakan reformasi bangsa Indonesia yakni ditandai dengan
mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh
Wakil Presiden B.J. Habibie. Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia telah salah
mengartikan makna dari sebuah kata ‘reformasi’, yang saat ini menimbulkan gerakan yang
mengatasnamakan reformasi, padahal gerakan tersebut tidak sesuai dengan pengertian
dari reformasi itu sendiri. Contohnya, saat masyarakat hanya bisa menuntut dengan
melakukan aksi-aksi anarkis yang pada akhirnya terjadilah pengrusakan fasilitas umum,
sehingga menimbulkan korban yang tak bersalah. Oleh karena itu, dalam melakukan
gerakan reformasi, masyarakat harus tahu dan paham akan pengertian dari reformasi itu
sendiri, agar proses menjalankan reformasi sesuai dengan tujuan reformasi tersebut.
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Indonesia, sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, namun ternyata Pancasila tidak diletakkan pada kedudukan dan
fungsinya. Pada masa Orde Lama, pelaksanaan negara mengalami penyimpangan dan
bahkan bertentangan dengan Pancasila. Presiden diangkat seumur hidup yang bersifat

xvii
diktator. Pada masa Orde Baru, Pancasila hanya dijadikan sebagai alat politik oleh
penguasa. Setiap warga negara yang tidak mendukung kebijakan penguasa dianggap
bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu, gerakan reformasi harus dimasukkan
dalam kerangka Pancasila, sebagai landasan cita-cita dan ideologi bangsa agar tidak terjadi
anarkisme yang menyebabkan hancurnya  bangsa dan negara.
Eksistensi Pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang
substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung dengan
baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak
masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila tetapi belum memahami makna yang
sesungguhnya. Pada Era Reformasi, Pancasila sebagai re-interpretasi, yaitu Pancasila harus
selalu diinterpretasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam
menginterpretasikannya harus relevan dan kontekstual, serta harus sinkron atau sesuai
dengan kenyataan pada zaman saat itu. Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila.
Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi
dan peranan Pancasila dalam reformasipun dipertanyakan. Pancasila di Era Reformasi
tidak jauh berbeda dengan Pancasila di masa Orde Lama dan Orde Baru, karena saat ini
debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi.
Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun
masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Pancasila banyak
diselewengkan dan dianggap sebagai bagian dari pengalaman buruk di masa lalu, dan
bahkan ikut disalahkan menjadi sebab kehancuran. Pancasila pada Era Reformasi tidaklah
jauh berbeda dengan Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu tetap ada
tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) yang sampai hari ini tidak ada habisnya. Pada masa ini, korupsi benar-benar
merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka
justru merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan
melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru terkenal. Selain itu,
globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia karena semakin lama
ideologi Pancasila semakin tergerus oleh liberalisme dan kapitalisme. Apalagi tantangan
pada saat ini bersifat terbuka, bebas, dan nyata.

xviii
F. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Aspek Pancagatra

a. Pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila (ideologi)


Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ke arah itu telah
dilakukan melalui penataran P4, Pembentukan BP7 di tingkat Pusat dan Daerah. Penataran
dan pengajaran Pancasila dimasyarakat dan sekolah-sekolah masih dianggap kurang efektif
karena cenderung berorientasi kepada keterampilan kognitif dan formalitas. Dalam
pelaksanaan P4 ini keteladanan dan panutan masih dibutuhkan bagi masyarakat. Agaknya
terlalu sulit mencari panutan dalam pelaksanaan P4. Ini sebuah tantangan yang harus
dihadapi dan hambatan yang harus disingkirkan dalam upaya pelaksanaan P4 dalam
kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Dalam konteks ini suatu hal
yang perlu dan harus Anda ingat bahwa P4 adalah norma yang mengandung nilai-nilai
luhur dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, tanpa diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh para penganutnya (warga negara Indonesia) dia akan
kehilangan makna sebagai norma. Dan kalaupun ada kelemahan, kekurangan dalam
pengamalannya, itu adalah kesalahan oknum, bukan kesalahan P4-nya. Oleh karena itu, kita
harus bersikap rasional. Jangan sampai kita mau membunuh seekor tikus di lumbung padi,
lalu lumbung padinya dibakar atau dihancurkan.

b. Penghayatan budaya Pancasila


Budaya politik (political culture) merupakan landasan dilaksanakan sistem politik.
Oleh karena sistem pemerintahan Indonesia, strukturnya terdapat dalam UUD 1945 yang
berlandaskan Pancasila maka yang menjadi, political culture Indonesia adalah Pancasila.
Masalahnya, sejauh mana pemerintah dan rakyat Indonesia, baik yang berada di
suprastruktur, infrastruktur maupun substruktur menghayati dan mengamalkan budaya
politik Pancasila dalam praktik kehidupan politik sehari-hari. Peningkatan dan pengamalan
budaya politik Pancasila ini sangat mutlak untuk memantapkan stabilitas politik di negeri

xix
tercinta ini. Hubungan dua arah antarlembaga negara, antarpemerintah dan rakyat perlu
ditingkatkan. Suasana harmonis, terpadu dan bersinergi perlu diciptakan sehingga setiap
keputusan politik yang diambil sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat
berlandaskan hukum-hukum yang berlaku. Jika keputusan yang diambil sesuai dengan aspirasi
yang berkembang dalam masyarakat maka itulah pencerminan dari demokrasi. Salah satu karakter
negara demokrasi adalah adanya UU atau hukum yang ditegakkan (Rule of law) yang
mengendalikan sistem politik, agar politik atau kekuasaan tidak disalahgunakan (lihat penjelasan
UUD 1945). Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechstaat) tidak berdasar kekuasaan belaka
(machhstaat). Rule of law berasaskan supremacy of law, persamaan di muka hukum atau equality
before the law (lihat Pasal 27 ayat (1) UUD 1945). Hak Asasi manusia (Human right) dan social
equality atau kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat. Dalam supremacy of law, hukum
atau UU menjadi yang tertinggi, dengan demikian kekuasaan tunduk pada hukum atau undang-
undang. Apabila hukum tunduk kepada kekuasaan maka kekuasaan dapat membatalkan hukum
atau mengubah hukum, dan hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Dengan
demikian, segala tindakan penguasa walaupun melanggar hak asasi manusia dapat dibenarkan oleh
hukum atau undang-undang. Dalam negara hukum kedudukan warga negara adalah sama di muka
hukum. Apabila tidak ada persamaan di muka hukum maka orang yang mempunyai kekuatan atau
kekuasaan akan mempunyai kekebalan hukum sehingga dapat merusak atau menindas orang yang
lemah. Dalam hak asasi manusia (human right) mempunyai pokok yaitu hak kemerdekaan pribadi,
hak kemerdekaan berdiskusi dan hak berapat. Hak kemerdekaan pribadi adalah hak-hak untuk
melakukan apa yang dianggap baik oleh dirinya tanpa merugikan orang lain dan menimbulkan
gangguan terhadap masyarakat sekelilingnya. Hak kemerdekaan berdiskusi adalah hak untuk
melahirkan pendapat dan mengkritik, tetapi harus bersedia mendengar atau memperhatikan
pendapat dan kritik orang lain. Bagi bangsa Indonesia penyampaian pendapat atau kritik tersebut
harus sesuai dengan aturan atau moral etika budaya politik Pancasila. Hak untuk berrapat, hak ini
ada yang membatasinya, yaitu apabila rapat itu menyebabkan kekacauan sehingga perdamaian
menjadi rusak maka rapat itu merupakan tindakan melawan atau melanggar hukum (unlaw full).
Jadi, dalam human right itu ada batasnya, yaitu hak-hak orang lain. Pelanggaran terhadap hak-hak
orang lain merupakan pelanggaran terhadap hak-hak dirinya karena hak kemerdekaan dirinya
dengan hak kemerdekaan orang lain adalah sama. Dalam asas social equality di mana kedudukan
setiap anggota masyarakat adalah sama. Apabila masih ada perbedaan kedudukan sosial, yang
disebabkan oleh jenis pekerjaan, jenis kelamin, warna kulit atau ras maka rule of law akan
mengalami hambatan karena yang membentuk masyarakat itu adalah orang-orang yang

xx
mempunyai asal yang sama (warga negara) dan wujud yang sama pula. Jika rule of law dengan
asas-asasnya dapat kita lakukan dengan baik diiringi dengan makin meningkatnya “kecerdasan”
rakyat, pemerintahan yang bersih dan berwibawa maka “partisipasi” politik rakyat akan
meningkat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi mengandung pengertian bahwa Pancasila merupakan


ajaran, gagasan, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan dijadikan
pandangan hidup bangsa Indonesia serta menjadi pentunjuk dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian ideologi Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau ilmu
tentang cita-cita/ide bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya dan disusun secara
sistematis serta diberi petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas. Pancasila sebagai Dasar
Negara Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila dipergunakan
sebagai dasar (fundamen) untuk mengatur pemerintah negara atau sebagai dasar untuk
mengatur penyelengaraan negara. Dengan demikian Pancasila merupakan kaidah negara
yang fundamental, yang berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia
wajib bersumber dan bernaung dibawah kaidah fundamendal Negara tersebut. Pancasila
sebagai Pandangan Hidup Bangsa Istilah ini sering dikenal dengan way of life atau jalan
hidup / pedoman hidup. Pancasila sebagai petunjuk hidup berbangsa dan bernegara
merupakan pedoman bagi setiap arah dan kegiatan bangsa Indonesia di segala bidang.
Dengan demikian, setiap warga Negara harus melaksanakan setiap kegiatan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegaranya dengan bersandar dan tidak melenceng dari nilai-
nilai Pancasila. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa ini berarti, seperti halnya bendera
merah putih sebagai ciri khas bangsa atau negara Indonesia yang membedakan dengan
bangsa atau negara lain, Pancasila juga merupakan ciri khas bang Indonesia yang tercermin

xxi
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang senantiasa selaras, serasi dan seimbang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

B. Saran

1. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus menjunjung tinggi Ideologi Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari demi tercapainya tujuan bersama.
2. Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita harus melestarikan nilai-nilai Pancasila
untuk menghadapi tantangan globalisasi di masa ini.
3. Sebagai bangsa Indonesia selayaknya menanamkan dan menjunjung tinggi rasa
saling menghargai dan menghormati setiap hak asasi manusia sesuai dengan tujuan
dari Ideologi Pancasila.

xxii
Daftar Pusataka

https://media.neliti.com/media/publications/240592-meneguhkan-pancasila-sebagai-
ideologi-be-fe05f315.pdf
https://kumparan.com/berita-hari-ini/ideologi-pancasila-sejarah-tujuan-dan-fungsinya-
1ugow0UGbnk
https://www.bola.com/ragam/read/4346684/memahami-nilai-nilai-pancasila-dalam-
penyelenggaraan-pemerintahan
https://mediaindonesia.com/read/detail/329736-pancasila-ideologi-dan-filosofi-terbaik-
bangsa
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/download/20171/9563
Materi pokok pendidikan kewarganegaraan; 1 – 9/MKDU4111/ 3 sks/ Zainul Ittihad Amin.
-- Cet. 24; Ed.1. --Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.

xxiii

Anda mungkin juga menyukai