Anda di halaman 1dari 8

Untuk mengawali tulisan, satu hal penting perlu dikemukakan, yakni kaidah

“selingkung” dalam tatatulis ilmiah. Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang


sifatnya berlaku dalam lingkungan tertentu, misalnya departemen satu berbeda
dengan departemen lainnya, pemda satu berbeda dengan pemda lainnya, majalah satu
berbeda dengan majalah lainnya, jurnal satu berbeda dengan jurnal lainnya. Dengan
demikian, apaBahasa Indonesiala kita menyusun karya tulis ilmiah, kita harus
mengikuti aturan yang ada di lingkungan yang dimaksud.
Tulisan ini tidak membahas aturan dalam “selingkung” itu. Tulisan ini hanya
memfokuskan pada aturan yang sifatnya berlaku untuk semua penulisan karya ilmiah.
Apa yang harus diperhatikan dalam menggunaan bahasa Indonesia (BAHASA
INDONESIA) untuk karya tulis ilmiah? Banyak hal yang harus dikuasai oleh seorang
penulis karya ilmiah. Berikut dikemukakan beberapa hal yang harus diperhatilkan.

1. Karakteristik Bahasa Indonesia Dalam Karya Tulis Ilmiah

1.1 Bahasa Indonesia Yang Digunakan Adalah Bahasa Indonesia Ragam Tulis.

Ragam ini mengharuskan penggunaan kata yang utuh, terutama kata yang
mengandung afiksasi atau pengimbuhan.

SESUAI TIDAK SESUAI


        Bekerja         kerja
        menjual         jual
        tidak         nggak atau tak
        bukan         ‘kan
        Memang         emang

Dalam ragam tulisan peranan tanda baca atau pungtuasi menjadi sangat penting.
Perhatikan kalimat (1) dan (2) berikut!

(1)   Peninggalan Kerajaan Majapahit, yang ada di Probolinggo, sekarang sudah rusak


parah.
(2)   Peninggalan Kerajaan Majapahit yang ada di Probolinggo sekarang sudah rusak
parah.
(3)   Istri Pak Zaini, yang ada di Blitar, sedang bekerja.—yang ada di Blitar itu satu-
satunya
(4)   Istri Pak Zaini yang ada di Blitar sedang bekerja. (yang ada di Malang ikut PLPG,
yang ada di Tulungagung sedang ....3 bulan)
(5)   Feed-back ‘balikan’

Dalam kalimat (1), anak kalimat yang ada di Probolinggo, yang ditulis di antara
dua tanda koma, hanyalah merupakan keterangan tambahan dan tidak membatasi
frasa peninggalan Kerajaan Mahapahit. Sebaliknya, pada kalimat (2) anak kalimat
yang sama membatasi pengertian peninggalan Kerajaan Mahapahit.
Implikasinya dari perbedaan ini ialah bahwa dalam kalimat (1) Kerajaan
Majapahit hanya mempunyai satu-satunya peninggalan sejarah dan peninggalan itu
ada di Probolinggo, sedangkan pada kalimat (2) Kerajaan Majapahit mempunyai
leBahasa Indonesiah dari satu peninggalan sejarah dan salah satu di antara
peninggalan itu ada di Probolinggo. Perbedaan yang dalam bahasa lisan dinyatakan
dengan menurunkan intonasi pada (1) di atas dalam bahasa tulis harus diungkapkan
dengan jelas sehingga tidak akan timbul salah mengerti.

Bahasa Indonesia Yang Digunakan Adalah Bahasa Indonesia Yang Formal.

Formal artinya resmi. Bentuk formal berlawanan dengan bentuk yang kolokial atau
bahasa sehari-hari. Bentuk formal digunakan dalam situasi berbahasa yang formal,
misalnya dalam penulisan karya ilmiah. Berikut contoh kata-kata formal dan tidak
formal.

FORMAL TIDAK FORMAL


        Daripada         ketimbang
        hanya         cuma
        berkata         Bahasa Indonesialang
        membuat         Bahasa Indonesiakin
        bagi         buat/pro/teruntuk
        memberi         kasih

Berikut contoh bentukan kata yang formal dan tidak formal.

FORMAL TIDAK FORMAL


        mencuci         nyuci
        ditemukan         diketemukan
        legalisasi         legalisir
        lokalisasi         lokalisir
        realisasi         realisir
        terbentur         kebentur
        tertabrak         ketabrak
        pergelaran         pagelaran
        metode         metoda
        mengubah         merubah/merobah/mengobah
Bahasa Ilmiah Bertolak Dari Gagasan.

Itu berarti, penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan.
Pilihan kalimatnya leBahasa Indonesiah cocok kalimat pasif.

ORIENTASI GAGASAN ORIENTASI PENULIS

        Dari uraian di atas dapat         Dari uraian tadi penulis dapat


disimpulkan bahwa menumbuhkan menyimpulkan bahwa
dan memBahasa Indonesiana anak menumbuhkan dan memBahasa
berbakat sangat penting. Indonesiana anak berbakat sangat
penting.
        Perlu diketahui bahwa pendidikan         Kita tahu bahwa pendidikan di
di lingkungan keluarga sangat penting lingkungan keluarga sangat penting
dalam penanaman moral Pancasila dalam penanaman moral Pancasila.

Peneliti mengemukakan x
Dikemukakan oleh peneliti

Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan seperti contoh (3)
dan (4) berikut.

(3)   Badudu (1985) menyatakan bahwa bahasa ilmiah merupakan suatu laras (register)


bahasa yang khusus yang memiliki coraknya sendiri.
(4)   Perkembangan perekonomian Indonesia pascareformasi berjalan sangat lambat.

Bahasa Ilmiah Bersifat Objektif. 

Syarat ini terkait dengan ciri ketiga. Dengan menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak, sifat objektif akan terwujud.

OBJEKTIF SUBJEKTIF
·  Contoh-contoh di atas telah ·  Contoh-contoh di atas telah
memberikan bukti besar peranan memberikan bukti betapa besarnya
orang tua dalam pembentukan peranan orang tua dalam
kepribadian anak. pembentukan kepribadian anak.
·  Dari paparan tersebut dapat ·  Dari paparan tersebut kiranya dapat
disimpulkan sebagai berikut. disimpulkan sebagai berikut.
Bahasa Indonesia Yang Digunakan Adalah Bahasa Yang Lugas. 

Lugas artinya ‘apa adanya’. Bahasa lugas membentuk ketunggalan arti. Dengan
bahasa yang bermakna apa adanya, salah tafsir dan salah paham terhadap paparan
ilmiah dapat dihindarkan. Dalam kalimat (5) ditemukan keamBahasa Indonesiaguan
(kemaknagandaan) karena keterangan “yang muda” dapat menerangkan hanya
“wanita” atau “pria dan wanita”.

(5)   Pria dan wanita yang muda harus ikut serta.

Kalau prianya tidak harus muda maka kalimat (6) berikut akan leBahasa Indonesiah
jelas.

(6) Wanita yang muda dan pria harus ikut serta.

Kalimat Yang Digunakan Dalam Karya Ilmiah Adalah Kalimat Hemat. 

Kalimat hemat menghindari penggunaan kata yang berleBahasa Indonesiahan.


Berikut ditampilkan kalimat hemat dan tidak hemat.

HEMAT TIDAK HEMAT


        Nilai etis tersebut menjadi pedoman         Nilai etis tersebut di atas menjadi
hidup bagi setiap warga negara pedoman dan dasar pegangan hidup
Indonesia. bagi setiap warganegara Indonesia.
        Pendidikan agama di sekolah dasar         Pendidikan agama di sekolah
tidak akan terlaksana dengan baik dasar tidak akan terlaksana dengan
tanpa dukungan dari orang tua. baik tanpa adanya dukungan dari
orang tua dalam keluarga.
        Obahorok dengan iklhas menerima         Obahorok dengan ikhlas
dan menghisap cerutu pemberian menerima dan
kepala suku yang leBahasa Indonesiah menghisap rokok cerutu pemberian
besar, Presiden RI. kepala suku yang leBahasa
Indonesiah besar, Presiden RI.

Kalimat Yang Digunakan Adalah Kalimat Lengkap. 

Kalimat lengkap adalah kalimat yang unsur-unsur wajibnya hadir dalam kalimat itu,
khususnya subjek dan predikat. Berikut ditampilkan contoh kalimat lengkap dan tidak
lengkap.

LENGKAP TIDAK LENGKAP


        Pendidikan memerlukan bahasa         Di dalam pendidikan memerlukan
sebagai alat komunikasi antara subjek bahasa sebagai alat komunikasi
didik dengan pendidik. antara subjek didik dengan pendidik.
        Kenakalan anak-anak yang kadang-         Dengan kenakalan anak-anak yang
kadang merupakan perbuatan kriminal kadang-kadang merupakan
memerlukan perhatian yang cukup perbuatan kriminal memerlukan
serius dari alat-alat negara. perhatian yang cukup serius dari
alat-alat negara.
        Bahasa Indonesia tidak mengenal         Di dalam bahasa Indonesia tidak
perubahan kata kerja karena mengenal perubahan kata kerja
perubahan kala dan persona. karena perubahan kala dan persona.
        Di dalam bahasa Indonesia tidak
dikenal perubahan kata kerja karena
perubahan kala dan persona.

Bahasa Dalam Karya Tulis Bersifat Konsisten. 

Konsisten artinya ‘taat asas’ atau ajeg. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, dan
tanda-tanda lain, serta istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutna
digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, apaBahasa Indonesiala pada bagian awal
uraian terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya
digunakan singkatan SMP, bukan SLTP. Kalimat (7) adalah tidak konsisten,
sedangkan kalimat (8) adalah konsisten.

(7)   Perlucutan senjata di wilayah Libanon Selatan itu tidak penting bagi pejuang


Hisbullah. Untuk mereka, yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(8)   Perlucutan senjata di wilayah Libanon Selatan itu tidak penting bagi pejuang
Hisbullah. Bagi mereka, yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

Merujuk pada pandangan Suparno (1988) kata tugas “untuk” digunakan untuk
mengantarkan tujuan dan kata tugas “bagi” digunakan untuk mengantarkan objek.

Papaparan di atas hanyalah sebagaian hal yang harus dipahami oleh seorang
penulis karya ilmiah. Masih banyak aspek lain yang harus dikuasai oleh penulis,
seperti (1) cara merujuk atau mengutip dari pelbagai sumber, (2) cara menuliskan
daftar rujukan dan atau daftar pustaka, (3) cara menulis abstrak, (4) cara merumuskan
masalah dan tujuan, (5) cara menjabarkan isi, (6) cara menyusun simpulan, dan
sebagainya.
Perlu dipahami bahwa penguasaan berbagai-bagai kaidah penulisan, termasuk
di dalamnya penggunaan bahasa, tidak langsung jadi begitu saja. Para penulis
memerlukan proses yang panjang untuk menguasainya. Bagi peserta seminar ini,
menurut saya, haruslah menerapkan motto 3M1—membaca, membaca, membaca—
dan 3M2—menulis, menulis, menulis. Tanpa aktivitas membaca, pengetahuan kita
akan kering sehingga bekal untuk menulis pun sangat minim. Demikian juga, menulis
perlu diBahasa Indonesiaasakan dan dilatihkan. Tanpa pemBahasa Indonesiaasaan
dan pelatihan yang intensif, kemampuan menulis kita sulit dikembangkan.

   Karakteristik Penulisan Karya Ilmiah


1.      Mengacu Pada Teori
      Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan
berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan masalah.
Fungsi teori :
a.       Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
b.      Dijadikan data sekunder / data penunjang (data utama: fakta)
c.       Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan mendeskripsikan
suatu gejala
d.      Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.
2.      Berdasarkan fakta
      Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya
dan konkret.
3.      Logis
      Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri, diselidiki
dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.
4.      Lugas
      Dengan paparan yang lugas, kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi
kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra cenderung tidak
mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).
5.      Formal
Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosakata,
bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan cenderung menggarah pada
kosakata ilmiah teknis, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. Perlu
kecermataan dalam memilih kosakata untuk artikel ilmiah. Keformalan kalimat dalam
artikel ilmiah ditandai oleh :
a.       Kelengkapan unsur wajib(subjek dan Predikat)
b.      Kebenaran isi
c.       Tampilan esai formal
6.      Jelas
      Ketidakjelasan pada umumya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
Dalam kalimat panjang, hubungan antar gagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu,
dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang.
Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat
sehingga hubungan antar gagasan dapat diikuti secara jelas. Artinya setiap informasi
dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya, gamblang, dan sejelas-
jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak
pembaca.
7.      Objektif
      Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah
subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi oleh kepentingan
baik pribadi maupun golongan.
8.      Sistematis
      Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan
secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku,
terurut, dan tertib
9.      Sahih / Valid
      Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar menurut
aturan ilmiah yang berlaku.
10.  Seksama
      Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara
cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapa pun
kecilnya.
11.  Tuntas
      Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya. Jadi, supaya
karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.
12.  Bahasanya Baku
Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yamg
dijadikan tolak ukur / standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.
13.  Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional)
      Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di lembaga
tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.

Kesalahan Umum Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmia


            Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah pada umumnya
berkaitan dengan:
1.      kesalahan penalaran,
2.      kerancuan
3.      pemborosan
4.      ketidaklengkapan kalimat,
5.      kesalahan kalimat pasif
6.      kesalahan ejaan, dan
7.      kesalahan pengembangan paragraf.

DAFTAR RUJUKAN
Basuki, I.A. 2000. Bahasa Indonesia Artikel Ilmiah. Dalam Saukah, Ali & Waseso,
Mulyadi Guntur (Eds.), Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (hlm. 65—84). Malang:
PenerBahasa Indonesiat Universitas Negeri Malang.
Dardjowidjojo, S. 1988. Prinsip dan Format dalam Penulisan Ilmiah. Majalah PemBahasa
Indonesianaan Bahasa Indonesia, 2(9): hlm. 111—134.
Johannes, H. 1983. Gaya Bahasa Keilmuan. Dalam Halim, A. & Lumintaintang, Y.B.
(Eds.), Kongres Bahasa Indonesia III (hlm. 644—659). Jakarta: Pusat PemBahasa
Indonesianaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Moeliono, A. Tanpa Tahun. Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bahasa Indonesiadang
Iptek. Makalah disampaikan pada Penataran Calon Penerjemah Buku Ajar Perguruan
Tinggi, Sub-Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Ditjen Dikti,
Depdiknas.
Rivai, M.A. 2005. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan PenerBahasa
Indonesiatan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suparno. 1998. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah. Makalah disajikan
pada Seminar-Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan IV IKIP Malang, tanggal 13
—16 Januari 1998.

Anda mungkin juga menyukai