Anda di halaman 1dari 11

Nama : Josephine Amelia Putri Tertia

Nim : 045312985

Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya maupun dari segi
penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian dengan jumlah lebih dari 17.000 yang
sudah cukup dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
Oleh karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang otonomi daerah. Bersamaan dengan
bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang memunculkan tuntutan dari masyarakat tentang
perlunya managemen pemerintahan yang baru. Hal tersebut disebabkan bahwa pemerintahan
yang sentralistik pada kenyataannya masih banyak kekurangan. Tuntutan tersebut kemudian
ditindak lanjuti dengan disahkannya UU No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah daerah.

Soal 1 (skor 25)

Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi keberhasilan
otonomi daerah di Indonesia!

(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang otonomi daerah yang ada dalam
BMP MKDU4111)

Jawaban : Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan berbagai harapan baik bagi masyarakat,
swasta bahkan pemerintah sendiri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Daerah,
terutama Kabupaten dan atau Kota dalam menjalankan kebijakan otonominya. Pemberian
otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta
memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, pelaksanaan
otonomi daerah dikatakan berhasil atau sukses jika mampu mencapai (mewujudkan) tujuan-
tujuan tersebut.

Keberhasilan suatu daerah menjadi daerah otonomi dapat dilihat dari beberapa hal yang
mempengaruhi (Kaho, 1998), yaitu faktor manusia, faktor keuangan, faktor peralatan, serta
faktor organisasi dan manajerial. Pertama, manusia adalah faktor yang esensial dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah karena merupakan subyek dalam setiap aktivitas
pemerintahan, serta sebagai pelaku dan penggerak proses mekanisme dalam sistem
pemerintahan. Kedua, keuangan yang merupakan bahasan pada lingkup penulisan ini sebagai
faktor penting dalam melihat derajat kemandirian suatu daerah otonom untuk dapat mengukur,
mengurus dan membiayai urusan rumah tangganya. Ketiga, peralatan adalah setiap benda atau
alat yang dipergunakan untuk memperlancar kegiatan pemerintah daerah. Keempat, untuk
melaksanakan otonomi daerah dengan baik maka diperlukan organisasi dan pola manajemen
yang baik.

Kaho (1998) menegaskan bahwa faktor yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan otonomi
daerah ialah manusia sebagai pelaksana yang baik. Manusia ialah faktor yang paling esensial
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai pelaku dan penggerak proses mekanisme
dalam sistem pemerintahan. Agar mekanisme pemerintahan dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka manusia atau subyek harus baik pula.

Atau dengan kata lain, mekanisme pemerintahan baik daerah maupun pusat hanya dapat berjalan
dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang diinginkan apabila manusia sebagai subyek
sudah baik pula.

Selanjutnya, faktor yang kedua ialah kemampuan keuangan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Mamesah mengutip
pendapat Manulang (1995: 23) yang menyebutkan bahwa dalam kehidupan suatu negara,
masalah keuangan negara sangat penting. Semakin baik keuangan suatu negara, maka semakin
stabil pula kedudukan pemerintah dalam negara tersebut. Sebaliknya kalau kondisi keuangan
negara buruk, maka pemerintah akan menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan dalam
menyelenggarakan segala kewajiban yang telah diberikan kepadanya.

Faktor ketiga ialah anggaran, sebagai alat utama pada pengendalian keuangan daerah, sehingga
rencana anggaran yang dihadapkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) harus
tepat dalam bentuk dan susunannya. Anggaran berisi rancangan yang dibuat berdasarkan
keahlian dengan pandangan ke muka yang bijaksana, karena itu untuk menciptakan pemerintah
daerah yang baik untuk melaksanakan otonomi daerah, maka mutlak diperlukan anggaran yang
baik pula.
Faktor peralatan yang cukup dan memadai, yaitu setiap alat yang dapat digunakan untuk
memperlancar pekerjaan atau kegiatan pemerintah daerah. Peralatan yang baik akan
mempengaruhi kegiatan pemerintah daerah untuk mencapai tujuannya, seperti alat-alat kantor,
transportasi, alat komunikasi dan lain-lain. Namun demikian, peralatan yang memadai tersebut
tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki daerah, serta kecakapan dari aparat yang
menggunakannya.

Faktor organisasi dan manajemen baik, yaitu organisasi yang tergambar dalam struktur
organisasi yang jelas berupa susunan satuan organisasi beserta pejabat, tugas dan wewenang,
serta hubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Soal 2 (skor 25)

Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan otonomi
daerah di Indonesia!

(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang pelaksanaan otonomi yang ada di
BMP MKDU4111)

Jawaban : Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

PERBEDAAN KONSEP DAN PARADIGMA OTONOMI DAERAH

Perbedaan Konsep

Terdapat perbedaan persepsi di kalangan cendekiawan, dan para pejabat birokrasi. Di antara
mereka ada yang mempersepsikan otonomi daerah sebagai prinsip penghormatan, terhadap
kehidupan masyarakat sesuai riwayat adat-istiadat dan sifat-sifatnya dalam konteks negara
kesatuan. Ada juga yang mempersepsikan otonomi daerah sebagai upaya berperspektif Ekonomi-
Politik, di mana daerah diberikan peluang untuk berdemokrasi dan untuk berprakarsa memenuhi
kepentingannya sehingga mereka dapat menghargai dan menghormati kebersamaan dan
persatuan dan kesatuan dalam konteks NKRI.
Oleh karena itu, otonomi daerah ini harus disempurnakan sambil berjalan. Uraian tentang konsep
otonomi di atas sangat variatif, seperti kebebasan dan kemerdekaan, strategi organisasi, otoritas
mengurus diri sendiri, mengambil keputusan sendiri power untuk melakukan
kontrol, empowerment, dan kemandirian dalam pengaturan diri. Variasi konsep ini menimbulkan
interpretasi beragam. Oleh karena itu, di masa datang perlu kesepakatan tentang konsep otonomi
daerah di kalangan elit politik sebagai pengambil keputusan atas kebijakan.

Perbedaan Paradigma

Variasi makna tersebut berkaitan pula dengan paradigma utama dalam kaitannya dengan
otonomi, yaitu paradigma politik dan paradigma organisasi yang bernuansa pertentangan.

Menurut paradigma politik, otonomi birokrasi publik tidak mungkin ada dan tidak akan
berkembang karena adanya kepentingan politik dari rezim yang berkuasa. Rezim ini tentunya
membatasi kebebasan birokrat level bawah dalam membuat keputusan sendiri. Pemerintah
daerah (kabupaten, kota) merupakan subordinasi pemerintah pusat, dan secara teoretis
subordinasi dan otonomi bertentangan. Karena itu menurut paradigma politik, otonomi tidak
dapat berjalan selama posisi suatu lembaga merupakan subordinasi dari lembaga yang lebih
tinggi.

Berbeda dengan paradigma politik, paradigma organisasi justru mewujudkan betapa pentingnya
“otonomi tersebut untuk menjamin kualitas birokrasi yang diinginkan”. Untuk menjamin kualitas
birokrasi maka inisiatif, terobosan, inovasi, dan kreativitas harus dikembangkan dalam hal ini
akan dapat diperoleh apabila institusi birokrasi itu memiliki otonomi

Kedua paradigma di atas benar adanya. Otonomi diperlukan bagi suatu organisasi untuk dapat
tumbuh dan berkembang mempertahankan eksistensi dan integritasnya, akan tetapi “otonomi”
juga sulit dilaksanakan karena birokrasi daerah merupakan subordinasi birokrasi pusat (negara).
Oleh karena itu kompromi harus ditemukan agar otonomi tersebut dapat berjalan.

KUATNYA PARADIGMA BIROKRASI


 

Paradigma ini ditandai dengan ciri organisasi yang berstruktur sangat hierarkis dengan tingkat
diferensiasi yang tinggi, dispersi otoritas yang sentrali dan formalisasi yang tinggi (standarisasi,
prosedur, dan aturan yang ketat).

Dalam praktik di Indonesia, penentuan hierarki dan pembagian unit organisasi, standarisasi,
prosedur dan aturan-aturan daerah sangat ditentukan oleh pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah harus loyal terhadap aturan tersebut. Dalam bidang manajemen telah disiapkan oleh
pemerintah pusat, berbagai pedoman, petunjuk dalam menangani berbagai tugas pelayanan dan
pembangunan di daerah. Dalam bidang kebijakan publik, program dan proyek-proyek serta
kegiatan-kegiatan yang diusulkan harus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Implikasinya
masih banyak pejabat di daerah harus menunggu perintah dan petunjuk dari pusat

LEMAHNYA KONTROL WAKIL RAKYAT DAN MASYARAKAT

Selama orde baru tidak kurang dari 32 tahun peranan wakil rakyat dalam mengontrol eksekutif
sangat tidak efektif karena terkooptasi oleh elit eksekutif. Birokrasi di daerah cenderung
melayani kepentingan pemerintah pusat, dari pada melayani kepentingan masyarakat lokal.
Kontrol terhadap aparat birokrasi oleh lembaga legislatif dan masyarakat tampak artifisial dan
fesudo demokratik. Kelemahan ini kita sadari bersama, perubahan telah dilakukan segera setelah
pergantian rezim “orde baru” orde reformasi. UU..

KESALAHAN STRATEGI

. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk melakukan sendiri apa yang mereka butuhkan,
tetapi dengan kemampuan yang sangat marjinal. Hal ini akibat dominasi pemerintah pusat di
daerah yang terlalu berlebihan, dan kurang memberikan peranan dan kesempatan belajar bagi
daerah. Model pembangunan yang dilakukan selama ini sangat sentralistik birokratis yang
berakibat penumpulan kreativitas pemerintah daerah dan aparatnya.
Lebih dari itu, ketidaksiapan dan ketidakmampuan daerah yang dahulu dipakai sebagai alasan
menunda otonomi kurang diperhatikan. Padahal untuk mewujudkan otonomi daerah merupakan
masalah yang kompleksitasnya tinggi dan dapat menimbulkan berbagai masalah baru, seperti
munculnya konflik antara masyarakat lokal dengan pemerintah dan hal ini dapat berdampak
sangat buruk pada integritas lembaga pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.

Soal 3 (skor 25)

Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan UU No.
22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun amsih banyak hal
yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi kebijakan
otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnya kewenangan
dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku eksekutif dan
semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan dalam hal pengambilan
keputusan dan penagwasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah. Namun,
keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-raja kecil di
daerah dan banyak kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga menyebabkan
anggaran yang seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan pembangunan menjadi
terhambat.

Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai masyarakat untuk
menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!

(Petunjuk: silahkan baca dan pahami terlebih dahulu tentang hambatan otonomi daerah yang ada
di dalam BMP MKDU4111)

Jawaban : hambatan-hambatan tersebut seterusnya akan menjadi persoalan tersendiri, terlepas


dari keberhasilan implementasi otonomi daerah. Pilihan kebijakan yang tidak populer melalui
intensifikasi pajak dan perilaku koruptif pejabat daerah sebenarnya sudah ada sejak lama dan
akan terus berlangsung. Jika kini keduanya baru muncul dipermukaan sekarang, tidak lain karena
momentum otonomi daerah memang memungkinkan untuk itu. Untuk menyiasati beratnya beban
anggaran, pemerintah daerah semestinya bisa menempuh jalan alternatif, selain intensifikasi
pungutan yang cenderung membebani rakyat dan menjadi disinsentif bagi perekonomian daerah,
yaitu (1) efisiensi anggaran, dan (2) revitalisasi perusahaan daerah. Saya sepenuhnya yakin
bahwa banyak pemerintah daerah mengetahui alternatif ini. Akan tetapi, jika keduanya bukan
menjadi prioritas pilihan kebijakan maka pemerintah pasti punya alasan lain. Pemerintah tidak
mempunyai keinginan kuat (strong will) untuk melakukan efisiensi anggaran karena upaya ini
tidak gampang. Di samping itu, ada keengganan (inertia) untuk berubah dari perilaku boros
menjadi hemat. Upaya revitalisasi perusahaan daerah pun kurang mendapatkan porsi yang
memadai karena kurangnya sifat kewirausahaan pemerintah. Sudah menjadi hakekatnya bahwa
pemerintah cenderung melakukan kegiatan atas dasar kekuatan paksa hukum, dan tidak
berdasarkan prinsip-prinsip pasar, sehingga ketika dihadapkan pada situasi yang bermuatan
bisnis, pemerintah tidak bisa menjalankannya dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi hal
ini pemerintah daerah bisa menempuh jalan dengan menyerahkan pengelolaan perusahaan daerah
kepada swasta melalui privatisasi. Pemeritah juga seharusnya merevisi UU yang dipandang dapat
menimbulkan masalah baru. Di bawah ini penulis merangkum solusi untuk keluar dari masalah
Otonomi Daerah tanpa harus mengembalikan kepada Sentralisasi. Jika pemerintah dan
masyarakat bersinergi mengatasi masalah tersebut. Pasti kesejahteraan masyarakat segera
terwujud.

Dari bacaan di atas solusi yang dapat menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah
yaitu :

Memperbaiki Kualitas Pemimpim

Solusi yang dapat diberikan antara lain tentang kualifikasi/kualitas pimpinan atau kepala
daerahnya. Tidak bisa dipungkiri, peran kepala daerah dalam menentukan arah pembangunan
daerah sangatlah besar. Jika  tidak ada political will dari pimpinan, usaha-usaha perbaikan tidak
bisa dilaksanakan. Diperlukan kepala daerah yang memang mampu dibidangnya, tanggap, kritis,
mempunyai kreatifitas dan inovasi yang tinggi serta kemauan yang kuat untuk merubah
daerahnya lebih baik.

Karena itu diperlukan pembinaan kader-kader politik dengan cara membekali pendidikan dan
pengetahuan yang luas tentang kearifan lokal serta pentingnya daya saing daerah. Selama ini
sebagian besar kepala daerah berasal dari parpol, dengan demikian pembinaan kader politik bisa
dilakukan oleh partai yang bersangkutan dan juga memberikan mereka tanggungjawab untuk
melahirkan kader-kader politik yang berkualitas.

Memperbanyak Peranan Masyarakat

Selain dari segi kepemimpinan yang harus diperbaiki, peningkatan keterlibatan masyarakat di
berbagai kalangan, bukan hanya pada golongan masyarakat elit saja. Peningkatan keterlibatan
bisa dilakukan melalui pemberian akses seluas-luasnya pada seluruh masyarakat tanpa
menimbulkan diskriminiasi bagi beberapa pihak serta dengan memberikan tata cara partisipasi
mereka secara jelas dan juga tersosialisasi.

Pemberian hak seluas-luasnya pada masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang


penyelenggaraan pemerintah daerah juga sebagai kewajiban pemerintah. Menyediakan tempat
dan juga mekanisme pengaduan masyarakat, bukan hanya dengan melalui kotak pengaduan, via
email, call center ataupun surat pos, namun menyediakan wadah/lembaga yang secara khusus
melayani pengaduan masyarakat disertai usaha merealisasikannya.

Pemerintah juga harus cerdas, kreatif serta inovatif dalam merumuskan suatu kebijakan,
terutama kemampuan untuk memprioritaskan program-program di daerah, supaya jangan sampai
menimbulkan kecemburuan social di lingkungan masyarakat sendiri.

Memperketat Rekrutmen Pegawai Pemerintah

Solusi lain dari masalah otonomi daerah yakni tentang perekrutan pegawai pemerintahan. Selama
ini rekrutmen PNS di daerah, hanya melalui seleksi secara umum saja, belum ada sistem
perekrutan sesuai dengan spesialisasi kerja (disesuaikan formasi dan latar belakang pendidikan),
sehingga ketika mereka ditempatkan di pemerintahan, kinerja yang dimiliki hanya sebatas tugas
yang dibebankan sebagai pegawai tanpa adanya kontribusi dan inovasi yang lebih dalam
menentukan atau pelaksanaan program-program pemerintah.

Selain itu, banyak terjadi kasus KKN di daerah ketika perkrutan PNS. Tidak sedikit dari mereka
membayar uang ratusan juta pada calo supaya bisa diterima sebagai PNS. Jadi, dampak buruknya
dirasakan oleh masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan dengan baik.
Soal 4 (skor 25)

Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparasi merupakan konsep yang penting
yang mengringi kuatnyakeinginan untuk praktek good governance. Masyarakat diberikan
kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian keberpihakan pemerintah terhadap
kepentingan public. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah menetukan apakah akan
memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah sebaliknya.

Dari uaraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan
praktek good governance!

Jawaban : good governance merupakan pemerintahan yang bersih. Namun bukanlah sesuatu
yang mudah untuk mewujudkan good governance yang bersih, dibutuhkan komitmen yang kuat
dari para pelaku yang terlibat dan pemangku kepentingan, seperti pemerintah, masyarakat
maupun swasta.

Mahasiswa merupakan kelompok kaum intelektual muda yang nantinya akan menjadi generasi
penerus bangsa, sehingga mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting untuk mewujudkan
good governance di lingkungan masyarakat. Mahasiswa juga memiliki kewajiban untuk
memberikan upaya terbaik mereka di sela-sela waktu perkuliahan demi mewujudkan perubahan
yang baik di lingkungan masyarakat sekitarnya. Tiga peranan penting yang harus dilakukan
mahasiswa terhadap masyarakat untuk mewujudkan good governance, diantaranya yaitu Agent
of Change, Agent of Control, dan Iron Stock. 

Sebagai Agent of Change mahasiswa tidak boleh hanya diam saja melihat kondisi lingkungan
sekitarnya, namun mahasiswa dituntut dapat melakukan suatu perubahan dan merubah kondisi
lingkungan sekitarnya menuju kearah yang lebih baik. Mahasiswa harus bisa bertindak sebagai
katalis atau bisa disebut sebagai pemicu terjadinya sebuah perubahan yang nantinya akan
berdampak positif serta memperjuangkan perubahan-perubahan yang mengarah pada perbaikan
di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai mahasiswa yang benar, yaitu harus bisa bertindak
sebagai katalis atau bisa disebut sebagai pemicu terjadinya sebuah perubahan dan
mengakselerasi perubahan tersebut. Perubahan ini tidak hanya akan dirasakan oleh mahasiswa
saja tetapi juga bisa menyebar ke seluruh masyarakat yang berdampak.

Mahasiswa juga sangat berperan penting untuk mewujudkan good governance dalam sistem
pemerintahan sebagai kontrol terhadap kebijakan yang telah dibuat atau Agent of Control.
Seperti mengkritisi dan mengamati keadaan yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat
sekitarnya, baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat luas. Sebagai Agent of
Control, mahasiswa diharuskan untuk terlibat sebagai pelaku di dalam lingkungan masyarakat
agar dapat menjadi panutan dalam masyarakat, bukannya hanya sebagai pengamat yang hanya
bisa duduk manis.

Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang anti kritik. Artinya hal ini juga berlaku untuk
organisasi-organisasi yang ada di mahasiswa sendiri yang harus mengedepankan demokrasi.
Selain itu, sebagai mahasiswa, Kalian harus bisa menjadi kontrol sosial dan juga kontrol
pemerintah apabila ada kebijakan yang tidak sesuai dengan lapangan dan menyengsengsarakan
rakyat.

Agen penggerak tidak hanya mengkritik dan menyuarakan saja dengan demo atau malah duduk-
duduk manis bak penguasa. Akan tetapi, juga harus bisa bercengkrama dan terjun langsung ke
masyarakat dan merasakan kondisi langsung di lapangan yang sedang terjadi.

Sebagai aset atau cadangan masa depan suatu negara (Iron Stock), mahasiswa juga diharapkan
dapat menjadi generasi yang tangguh, memiliki jiwa kepemimpinan serta memiliki moralitas
yang baik sehingga dapat menggantikan kepemimpinan generasi yang sebelumnya sudah pernah
memimpin.

peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan praktek good governance adalah dengan menjadi
iron stock untuk masa depan bangsa dan negara.
Mahasiswa sangat diharapkan bisa menjadi generasi yang berani dan kuat serta memiliki jiwa
kepemimpinan yang bermoral baik. Tujuannya adalah supaya bisa menggantikan kepemimpinan
generasi yang sebelumnya sudah pernah memimpin dan memiliki pandangan yang lebih luas dan
bisa menumpas hal-hal yang tidak adil.

Maka dari itu untuk mewujudkan ketiga peranan penting tersebut mahasiswa diharuskan untuk
peduli dan melek dengan keadaan di lingkungan sekitarnya, sehingga mahasiswa akan menyadari
semua permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Karena, yang akan
layak dan akan mampu mengusung perubahan bangsa ini di kemudian hari hanyalah para
mahasiswa yang sadar dan peduli dengan keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai