Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN


(SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL)

Dosen Pengempu:Rizal Sopian Pratama ,S,pd.,M.Ed

Disusun oleh:

1.SANIA ALFIA

KHAIRUNNISA (2207060037)

2.NITAYANI ( 2207060037)

PRODI S1 PENDIDIKAN SOSIOLOGI

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA

2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Saya sebagai penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 16 Oktober 2022


DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I ..................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................2
BAB II .................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................................3

A. sejarah kurikulum di Indonesia................................................................................3


B. pengertian Pendidikan Nasional...............................................................................4
C. pengertian sistem dan sistem pendidikan Nasional..................................................7
D. unsur-unsur pokok pendidikan Nasional....................................................................
E. kelembagaan, program, dan pengelolaan pendidikan Nasional
F. tujuan dan fungsi pendidikan Nasional

BAB III................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................9
A. KESIMPULAN........................................................................................................9
B. SARAN....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Theodore Brameld dalam karyanya “Cultural Foundation of Education” (1957)
menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dengan kebudayaan berkenaan
dengan satu urusan yang sama, dalam hal ini ialah pengembangan nilai. Selain itu, Edward
B. Tylor dalam karyanya “Primitive Culture” (1929) menulis apabila kebudayaan
mempunyai tiga komponen strategis, yaitu sebagai tata kehidupan (order), suatu proses
(process), serta bervisi tertentu (goals), maka pendidikan merupakan proses pembudayaan.
Menurut Tylor, tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa adanya
masyarakat. Sebaliknya, tidak ada kebudayaan dalam pengertian proses tanpa adanya
pendidikan. (Supriyoko, 14 - 18 Juli 2003)
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan
kebudayaan saling mempengaruhi. Selain itu, pendidikan mempengaruhi proses terjadinya
perubahan kebudayaan. Sedangkan kebudayaan menjadi dasar dari proses pendidikan.
Menurut Umar Tirtarahardja (2005 : 263), Pendidikan merupakan usaha sadar dalam
rangka menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya
sekarang dan yang akan datang. Sedangkan Kebudayaan (KBBI) merupakan hasil kegiatan
dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.
Kebudayaan sebagai suatu hasil penciptaan yang sarat dengan nilai – nilai setiap bangsa
merupakan dasar dan jiwa dari pendidikan nasional bangsa. Oleh karena itu, pendidikan
nasional setiap bangsa akan berbeda-beda bergantung pada kebudayaan bangsa tersebut.
Pendidikan nasional Indonesia yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
disusun dalam sebuah sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional Indonesia
disusun berlandaskan kepada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar pada Pancasila
dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Penyelenggaraan
Sistem Pendidikan Nasional disusun sedemikian rupa, meskipun secara garis besar terdapat
persamaan dengan sistem pendidikan nasional bangsa lain. Hal ini dimaksudkan supaya
sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa Indonesia yang secara geografis,
demografis, historis, dan kultural memiliki ciri khas. (Tirtarahardja & Sulo, 2005)
Sistem pendidikan nasional (sisdiknas) yang sudah dibangun sejak dahulu hingga
sekarang ini, pada kenyataannya belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan
tantangan global untuk masa mendatang. Era reformasi yang sudah berupaya merekontruksi
sisdiknas pun harus berhadapan dengan kepentingan-kepentingan kekuasaan. Selain itu,
program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang disampaikan masih menjadi
masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan Indonesia. (Kadir & dkk, 2012)
B. Rumusan masalah
1. Apa sejarah kurikulum di Indonesia?
2. Apa pengertian Pendidikan Nasional?
3. Apa pengertian sistem dan sistem pendidikan Nasional?
4. Apa unsur-unsur pokok pendidikan Nasional?
5. Apa Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan Nasional?
6. Apa tujuan dan fungsi pendidikan Nasional?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui sejarah kurikulum di Indonesia
2. Mengetahui pengertian pendidikan Nasional
3. Mengetahui pengertian sistem dan pendidikan Nasional
4. Mengatahui unsur-unsur pokok pendidikan Nasional
5. Mengetahui kelembagaan, program, dan pengelolaan pendidikan Nasional
6. Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan Nasional

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kurikulum Di Indonesia

Bagi kebanyakan masyarakat kita, barangkali sebagian besar dari mereka pada
umumnya belum mengetahui secara rinci bagaimana sejarah perjalanan kurikulum yang
digunakan pada sistem pendidikan di negara kita. Pemahaman mereka pada umumnya
hanya terbatas pada pengertian bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah saat ini
adalah kurikulum yang tidak pernah mengalami perubahan. Padahal selama ini Indonesia
telah melakukan beberapa kali pergantian kurikulum yang digunakan. Dalam artikel ini
akan digambarkan secara singkat kronologis pemberlakuan kurikulum pendidikan di
Indonesia sejak kemerdekaan hingga saat ini.

Berikut adalah deskripsi singkat sejarah perjalanan kurikulum yang pernah digunakan
dalam dunia pendidikan di tanah air.

1. Kurikulum 1947

Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah


pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Saat itu mulai ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum ini juga
disebut dengan Rencana Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada tahun 1950.

Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran
1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

2. Kurikulum 1952

Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya,


dengan merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti
setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang
dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.

4. Kurikulum 1968

Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.

Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan


permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat
dan kuat.

5. Kurikulum 1975

Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975.


Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito,
Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir
karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
dengan Kurikulum 1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar, yaitu dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

7. Kurikulum 1994

Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan


kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak kritik
berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan
nasional sampai muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan
lain-lain.

8. Kurikulum 2004

Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai


pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan
pengembangan pembelajaran.

KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa


baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

9. Kurikulum 2006

Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol


terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat.
Kurikulum ini juga dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

10. Kurikulum 2013


Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.

Kurikulum 2013 hingga saat ini masih berlaku dan diterapkan di sekolah-sekolah
Indonesia.

B. Pengertian Pendidikan Nasional


Pendidikan, sebagaimana yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1
ayat 1, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Adapun dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan nasional sebagai usaha untuk mengembangkan potensi diri peserta
didik harus tanggap terhadap dinamika perkembangan zaman. Hal ini supaya pendidikan
nasional tetap bisa eksis dan lebih jauh survive untuk menghadapi tantangan dunia yang
semakin global dan kompetitif. Akan tetapi, apabila dicermati secara lebih mendalam,
pendidikan nasional yang berlangsung saat ini dalam dataran filososfis masih menjadi
objek tarik menarik dari berbagai pihak. Pihak tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Kelompok yang menjadikan pendidikan sebagai sistem. Kelompok ini berasumsi
bahwa pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan kesatuan yang bulat dari
input, proses, dan output. Berdasarkan sisdiknas, pendidikan nasional
diselenggarakan sebagai kesatuan sistemik dengan sistem terbuka dan sistem
multimakna. Maksudnya adlah pendidikan dijadikan sebagai sebuah siklus yang
bersifat mekanis dengan berorientasi pada kualitan output.
Pendidikan yang demikian memiliki nilai positif berupa hasil didik yang berkualitas
dalam hal intelektualitas. Akan tetapi, terdapat pula sisi negatif, yakni lemah dalam
hal skill dan sifat humanisnya.
2. Kelompok yang menjadikan pendidikan sebagai tujuan. Kelompok ini berasumsi
bahwa pendidikan nasional dijadikan sebagai tujuan dari proses pendidikan itu
sendiri. Oleh sebab itu, pendidikan nasional menjadi sebuah entitas atau wujud
yang seolah-olah tidak menginjak bumi Indonesia yang sarat problem-problem
nasional. Hal ini berakibat pendidikan nasional tidak mampu menyentuh kehidupan
masyarakat luas.
3. Kelompok yang menjadikan pendidikan sebagai proses. Kelompok ini berasumsi
bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang tidak terlepas dari kegiatan
kehidupan manusia Indonesia dan berlangsung secara terus menerus. Apabila
pendidikan nasional dianggap sebagai sebuah proses, maka dengan sendirinya
pendidikan nasional akan berlangsung selama bangsa Indonesia “eksis” dan akan
berlangsung terus menerus. (Kadir & dkk, 2012)
C. Pengertian sistem dan sistem pendidikan nasional
Secara etimologi sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang
berartihimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur
danmerupakan satu keseluruhan.Kazik (1969:1) mendefinisikan sistem sebagai “organism
yang dirancang dandibangun strukturnnya secara sengaja, yang terdiri
darikomponenkomponen,yang berhubungan dan berinteraksi satu sama lain yang harus
berfungsi sebagaisuatu kesatuan yang utuh untuk mencapai suatu tujuan khusus yang
telahditerapkan sebelumnnya”.Dengan demikian, sistem merupakan suatu totalitas dari
seluruh unsur yangsaling berhubungan. Mengacu pada pendapat di atas, pengertian sistem
merujukpada kedua hal pokok :
1). Sistem fisik, yaitu kumpulan unsur unsur yang saling berinteraksi satusama lain dan
secara fisik dapat di definisikan secara nyata tujuantujuannya. Misalnnya, sistem
transportasi.
2). Sistem abstrak, yaitu sistem yang dibentuk akibat ketergantungan ide dantidak dapat
didefinisikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemenelemennya. Misalnya sistem
teologi.
UU No. 4 Tahun 1950 yang merupakan produk pertama undang-undangPendidkan
dan pengajaran sesudah masa kemerdekaan tidak memberikan definisitentang konsep
pendidikan, konsep pendidikan nasional, maupun konsep sistempendidikan nasional.
Namun demikian, dalam pembukaannya, Mr Muh.Yamin.Materi Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan pada waktu itu, menyebutkanbahwa pendidikan nasional merupakan
landasan pembangunan masyarakatnasional, yaitu masyarakat yang berkesusilaan
nasional. Oleh karena itu, sistem
pendidikannya harus diganti dengan sistem pendidikan nasional yang demokratiskarena
sistem pendidikan colonial bersifat diskriminatif dan elitis.Pengertian mengenai
Pendidikan, Pendidikan Nasional, dan SistemPendidikan Nasional tercantum pada UU
No.20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Dalam UU ini pendidikan
didefinisikan sebagai “ usahasadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaranagar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara” (Pasal 1, ayat 1). Pendidikan nasional didefinisikan sebagai “Pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2). Adapun sistem pendidikan
nasional adalah “Keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional” (Pasa 1 ayat 3). Sistem pendidikan
nasional dapat dikatakan sebagai jaringan satuan-satuan pendidikan yang dihimpun secara
komprehensif untuk mencapai tujuanpendidikan nasional.
D. Unsur-unsur pokok sistem pendidikan nasional
Pendidikan nasional merupakan sebuah sistem yang pelaksanaannya secara
keseluruhan di arahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.Philip H.
Coombs yang dikutip oleh Depdikbud (1984/1985: 68)mengidentifikasikan adanya 12
komponen pokok sistem pendidikan sebagaiberikut.
a. Tujuan dan prioritas. Fungsinya adalah untuk mengarahkan kegiatan sistem
b. Anak didik (siswa). Fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuanpendidikan.
c. Pengelolaan. Fungsinya adalah merencanakan, mengordinasikan,mengarahkan dan
menilai sistam
d. Struktur dan jadwal. Fungsi dari struktur dan jadwal adalah mengatur Waktu dan
mengelompokan anak didik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.
e. Isi (Kurikulum), Fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari anak didik.
f. Pendidik (guru). Pendidik atau guru memiliki fungsi untuk menyediakan bahan,
menciptakan kondisi belajar, dan menyelenggarakan pendidikan.
g. Alat bantu belajar. Fungsinya memungkinkan proses belajar mengajar sehingga
menarik, lengkap dan bervariasi.
h. Fasilitas. Fungsinya sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan.
i. Teknologi. Komponen ini berfungsi mempermudah atau memperlancarpendidikan.
E. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan Nasional
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-
lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar
(dalam bahasa UUSPN No. 2 Tahun 1989) atau melalui pendidikan formal, nonformal,
dan informal (dalam bahasa UUSPN No. 20 Tahun 2003).

1. Kelembagaan Pendidikan
Dalam kelembagaan pendidikan,hal yang akan dibahas yaitu jalur pendidikan dan
jenjang pendidikan. Pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas berdasarkan UU RI No. 2 Tahun 1989 dibedakan
menjadi dua jalur yaitu:
 Jalur Pendidikan Sekolah
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi). Ciri-ciri jalur pendidikan formal
yaitu : Sifatnya formal; Diatur berdasarkan ketentuan pemerintah; dan Mempunyai
keseragaman pola yang bersifat nasional.
 Jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
Jalur pendidikan luar sekolah (PLS) merupakan pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan yang dilaksanakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan, seperti kepramukaan, berbagai
kursus, dan lain-lain. PLS memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural
seperti bahasa dan kesenian, keagamaan, dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan oleh
anggota asyarakat untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya.
Pendidikan Luar Sekolah memiliki sifat tidak formal – dalam arti tidak ada
keseragaman pola yang bersifat nasional – dan modelnya sangat beragam. Dalam
hubungan ini, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur PLS yang
diselenggarakan dalam keluarga yang fungsi utamanya menanamkan keyakinan agama,
nilai budaya dan moral, serta keterampilan praktis. (Kadir & dkk, 2012)
Sedangkan menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 13, jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Pendidikan tersebut diselenggarakan dengan sistem
terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
b. Jenjang Pendidikan
Berdasarkan UUSPN No. 2 Tahun 1989, Jenjang pendidikan adalah suatu tahap
dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik serta keluasan dan kedalaman dalam pengajaran. Sedangkan menurut
UUSPN No. 20 Tahun 2003, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan.
Dalam Sisdiknas terdapat tiga jenjang pendidikan yaitu:
1) Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberi bekal dasar yang diperlukan
untuk hidup dalam masyarakat. Bekal tersebut berupa pengembangan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan dasar. Berdasarkan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 17, Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain sederajat.
Oleh karena itu, pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara
untuk memperoleh pendidika dasar. Selain itu, setiap warga negara diwajibkan
menempuh pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Berdasarkan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 18, Pendidikan Menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umu dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
3) Jenjang Pendidikan Tinggi
Berdarkan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 19, Pendidikan tinggi merupakan
jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkandan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian. Oleh karena itu, dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut,
lembaga pendidikan tinggi melaksanakan misi “Tridarma” pendidikan tinggi yang
meliputi : pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dalam
ruang lingkup tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional. (Kadir
& dkk, 2012).
Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa
dan kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Untuk itu, dengan tujuan
kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti
perkembangan kebudayaan yang terjadi diluar Indonesia untuk diambil manfaatnya bagi
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat mencapai tujuan dan
kebebasan akademik, dalam melaksanakan misisnya di lembaga pendidikan tinggi
berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuwan dan otonomi dalam
pengelolaan lembaganya sebagaimana termaktub dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003
Pasal 24.
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
Program Pendidikan dan Pengelolaan Pendidikan di tuangkan dalam jenis
program pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan sekolah serta kurikulum
program pendidikan.
a) Jenis Program Pendidikan
Program pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan sekolah terdiri atas :
1. Pendidikan Umum, merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang di wujudkan
pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai
acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya. Pendidikan ini berorientasi pada
kecakapan hidup general, eksistensi diri, potensi diri, berpikir kritis, kreatif, dan
kecakapan akademik. Pendidikan umum meliputi SD, SMP, SMA, dan Universitas.
2. Pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. Seperti bidang teknik, tata boga dan
busana, perhotelan, kerajinan, administrasi perkantoran, dll. Pendidikan kejuruan
berorientasi pada kecakapan vokasional. Bentuk lembaganya meliputi STM/SMK,
SMTK, SMIP, SMIK.
3. Pendidikan Luar Biasa, merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Bentuk lembaga
pendidikannya berupa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sedang untuk pengadaan
gurunya disediakan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) setara dengan
Diploma III.
4. Pendidikan Kedinasan, merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau
calon pegawai suatu departemen pemerintahan atau lembaga pendidikan
nondepartemen. Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat menengah
seperti SPK dan pendidikan tingkat tinggi seperti IPDN (Institut Pemerintahan Dalam
Negeri).
5. Pendidikan Keagamaan. Berdasarkan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 30 disebutkan
bahwa :
 Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahli ilmu agama.
 Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.
 Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhajasamanera, dan bentuk lain yang sejenis.
 Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Jadi, pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan yang menurut
penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama. Pendidikan keagamaan dapat
terdiri dari tingkat pendidikan dasar (MI), tingkat pendidikan menengah (Tsanawiyah,
Aliyah), dan tingkat pendidikan tinggi (seperti IAIN sekarang UIN, Institut Hindu
Darma, dsb). Berdasarkan ini berarti pendidikan keagamaan ada yang sepenuhnya
memberikan pendidikan agama dan pendidikan umum yang setara dengan pendidikan
umum yang setingkat. (Kadir & dkk, 2012)
b) Kurikulum Program Pendidikan
Berdasarkan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
F. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional
a. Tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, agar
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis  serta bertanggung jawab.

b. Fungsi pendidikan nasional sebagai berikut:


1. Alat membangaun pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan
kebudayaan, dan pengembangan bangsa Indonesia.
2. Menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 3 “Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat bangsa Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujuan nasional”.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang sejarah kurikulumDalam perspektif kebijakan


pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalamUndang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) isi/materi; (3) metode atau
strategi pencapain tujuan pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi.

Berdasarkan pembahasan tentang pengertian pendidikan nasional, maka dapat


disimpulkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.
Berdasarkan pembahasan tentang pengertian sistem pendidikan nasional, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah adalah struktur fungsional pada
pendidikan nasional dalam rangka mencapai tujuan nasional Indonesia.
Berdasrkan pembahasan Pendidikan Nasional memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Tujuan dan prioritas. Fungsinya adalah untuk mengarahkan kegiatan sistem
b. Anak didik (siswa). Fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuanpendidikan.
c. Pengelolaan. Fungsinya adalah merencanakan, mengordinasikan,mengarahkan dan menilai
sistam
d. Struktur dan jadwal. Fungsi dari struktur dan jadwal adalah mengatur waktudan
mengelompokan anak didik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.
e. Isi (Kurikulum), Fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari anak didik.
f. Pendidik (guru). Pendidik atau guru memiliki fungsi untuk menyediakanbahan,
menciptakan kondisi belajar, dan menyelenggarakan pendidikan.
g. Alat bantu belajar. Fungsinya memungkinkan proses belajar mengajarsehingga menarik,
lengkap dan bervariasi.
h. Fasilitas. Fungsinya sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan.
i. Teknologi. Komponen ini berfungsi mempermudah atau memperlancarpendidikan.
Berdasarkan pembahasan tentang kelembagaan, program, dan pengelolaan sistem
pendidikan nasional, maka dapat disimpulkan bahwa kelembagaan sistem pendidikan
nasional mencakup jalur pendidikan dan jenjang pendidikan. Sedangkan program dan
pengelolaan sistem pendidikan nasional mencakup program pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan dan kurikulum.
Berdasarkan pembahasan tentang tujuan
Berdasarkan pembahasan tentang tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
B. SARAN
Sistem Pendidikan Nasional yang terus diperbaharui seiring dengan Amandemen
UUD 1945 memantapkan dan menegakkan sistem pendidikan nasional perlu terus
diupayakan, sehingga sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila mampu
mencerdaskan kehidupan rakyat, yang pada akhirnya mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa Indonesia, karena sistem pendidikan nasional mampu menghasilkan insan yang
beriman, bertaqwa, beradab, cerdas, produktif, dan mampu memberikan manfaat, baik bagi
dirinya sendiri, sesama manusia, bangsa, maupun lingkungan pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum
Indonesia.https://binus.ac.id/character-building/2020/12/sejarah-perjalanan-kurikulum-
pendidikan-indonesia/

Qomariyah Nurul Sitti. Makalah Sistem Pendidikan Nasional.


https://www.academia.edu/resource/work/11623370

Rudin Sabar. Makalah pengantar Pendidikan Sistem.


https://www.academia.edu/resource/work/13883287

Anda mungkin juga menyukai