Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH, KONSEP, DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DI INDONESIA

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Kurikulum Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Heny Friantary, M.Pd

1. Elsi Meliansa 2011290044


2. Septi Intan Dwi Putri 2011290049
3. Monica Hidayah 2011290053
4. Hemi Lestari 2011290064

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI FATMAWATI SUKARNO

BENGKULU

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah “Kurikulum Bahasa
Indonesia” dengan judul “Sejarah, Konsep, dan Implementasi Kurikulum”. Penyusunan
makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami
dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat
mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada makalah-Makalah selanjutnya.

Bengkulu, 29 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Pendahuluan...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Sejarah Kurikulum di Indonesia..........................................................................2


B. Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 50-an.........................................6
C. Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1968...........................................7
D. Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1975...........................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................................12

A. KESIMPULAN......................................................................................................12
B. SARAN...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses
pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan
amburadul dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam
perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia. Kurikulum merupakan salah satu
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan
diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua
itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum
haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan
yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan.
Semua aspek pendidikan kemudian menjadi sorotan seluruh masyarakat
Indonesia. Aspek pendidikan yang dimaksud adalah guru, kurikulum, tujuan, dan
metode, pemerintah sebagai penanggung jawab, dan tentu saja sistem yang memayungi
kegiatan pendidikan tersebut. Semua aspek tersebut bagaikan mata rantai yang mana
harus di benahi terlebih dahulu.
Dalam kaitannya dengan usaha membenahi masalah-masalah tersebut mungkin
aspek kurikulum yang paling mendesak untuk mendapat sentuhan terlebih dahulu. Hal
ini bukan berarti aspek yang lain tidak mendesak untuk ditinjau ulang. Yang jadi
pertanyaan di sini mengapa kurikulum? Karena kurikulum dipandang sebagai perangkat
pendidikan yang akan membawa arah pendidikan itu sendiri. Kurikulum bagaikan
jarum kompas di tengah gelombang yang menimbulkan ketidak pastian seorang guru
dan peserta didik di tengah samudra pendidikan yang sangat luas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kurikulum di Indonesia?
2. Bagaimana Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 50-an?
3. Bagaimana Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1968?
4. Bagaimana Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1975?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Kurikulum di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 50-an.
3. Untuk mengetahui Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1968.
4. Untuk mengetahui Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1975.

BAB II
1
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kurikulum Di Indonesia

Kurikulum di Indonesia sudah banyak terjadi perubahan dari pasca


kemerdekaan hingga saat ini. Dengan berbagai alasan kurikulum setiap periode perlu
terjadi perubahan, khususnya ditentukan oleh para pemangku kebijakan. Hingga
terlontar oleh istilah “ganti menteri ganti kurikulum”. Meskipun begitu, perubahan itu
dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan kualitas Pendidikan.

1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular
dibanding istilah “curriculum” 3 (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu
dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali
dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya;
2) garis-garis besar pengajaran.

Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem


pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi
ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran.
Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952 “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar
satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”

2
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana4 , yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang
menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:


kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata
pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,” . Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di
setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata

3
pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,” . Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di
setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

6. Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya
di sekolahsekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi,
di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar
model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan
antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional
sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-
lain. Berbagai kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-
isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran
Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah
materi pelajaran saja.

8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”


Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar
(learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi
juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

4
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci
dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam
setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran
tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa
yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada
level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas
kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik
penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator
adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa
telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”

9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”

Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006,
uji terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan,
lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004.
Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan
sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat
yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP
menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas
pendidikan daerah dan wilayah setempat.

10. Kurikulum 2013


Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan
berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh
jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum
2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik
menguasai sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas

5
dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk
mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan belajar masing-
masing.7 Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran
secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan
kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

B. Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 50-an

Kurikulum 1950-an (1952)

Kurikulum 1952 merupakan kurikulum pertama yang memiliki dasar hukum


operasional. Landasan operasional kurikulum 1952 adalah UU No. 4 Tahun 1950.
Undang-undang itu telah dirancang sebelum tahun 1950. Rancangan undang-undang itu
yang awalnya dibahas oleh BPKNIP tahun 1948 tidak dapat dilakukan karena
terjadinya perselisihan. Baru pada tanggal 29 Oktober 1949, RUU itu diterima oleh
BPKNIP dan disahkan oleh pemerintah RI pada tanggal 2 April 1950.

Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu


kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran. Oleh karena
itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai Rencana Pelajaran Terurai 1952. Tujuan
pendidikan nasional berdasarkan kurikulum 1952 adalah membentuk manusia yang
susila dan cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab akan
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Peran guru pada kurikulum 1952 :

a. Guru berperan sebagai model yang menerapkan etika, moral, nilai-nilai, dan
aturan-aturan yang berlaku.
b. Guru harus menanamkan kedisiplinan, kerajinan, sopan-santun, dan jiwa
nasionalisme.

Sayangnya proses belajar mengajar berpusat pada guru (teacher oriented). Siswa
hanya ditempatkan sebagai objek yang harus menerima informasi sebanyak-banyaknya
dari guru. Siswa bersifat pasif menerima informasi. Hal itu sebagai dampak dari proses
belajar yang mengutamakan materi dan penguasaan materi.

Adapun kelebihan dan kekurangan kurikulum 1952 antara lain :

a. Kelebihan
1. Kurikulum 1952 telah mengarah pada sistem pendidikan nasional, walaupun
belum merata pada seluruh wilayah di Indonesia, namun dapat mencerminkan

6
suatu pemahaman dan cita-cita para praktisi pendidikan akan pentingnya
pemerataan pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.
2. Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan
hidup para siswa, sehingga hasil pembelajaran dapat berguna ketika ditengah
masyarakat. Karena setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka memiliki
keuntungan untuk lebih menguasai bidang pengajarannya dengan lebih baik,
dari pada mengajar berbagai mata pelajaran.
b. Kekurangan
1. Karena kurikulum 1952 baru mengarah pada sistem pendidikan nasional, maka
belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
2. Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang diajarkan
berorientasi kebutuhan untuk hidup dimasyarakat saat itu, dengan demikian
belum memiliki visi kebutuhan dimasa mendatang.
3. Kurang membangkitkan kreatifitas dan inovasi guru, karena setiap mata
pelajaran sudah terinci dalam rencana pelajaran terurai, hal ini mempersempit
kreatifitas dan inovasi guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
menentukan sumber materi pelajaran.
C. Konsep dan Implementasi Kurikulum Tahun 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu


dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan


1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuan pendidikan pada kurikulum
1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis Indonesia dihapus, pendidikan
pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran (subject matter): kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat bawah
mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan jumlah pelajarannya 9 yang
memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Bidang studi pada kurikum ini
dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat “hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja”. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

7
Struktur kurikulum 1968, atau istilah yang digunakan Rencana Pendidikan
(Depdikbud, 1996:120) mengalami perubahan mendasar. Untuk kurikulum SD,
kelompok mata pelajaran yang dulu dinamakan Perkembangan Moral diganti menjadi
Pembinaan Jiwa Pancasila dan isinya pun berubah. Kelompok lain dalam kurikulum SD
adalah Pembinaan Pengetahuan Dasar dan Pembinaan Kecakapan Khusus. Dalam
kelompok Pengembangan Moral terdapat mata pelajaran Kewargaan Negara dan
Agama sedangkan dalam kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila terdapat mata pelajaran
pendidikan agama, pendidikan kewargaan negara (ilmu bumi Indonesia, sejarah
Indonesia, dan civics), pendidikan bahasa Indonesia dan pendidikan olahraga.
Kelompok mata pelajaran Pembinaan Jiwa Pancasila, terutama materi pelajaran sejarah
Indonesia dan civic, mempunyai tugas untuk mengembangkan semangat Pancasila yang
bebas dari Manipol-USDEK dan Nasakom.

Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi mata pelajaran :


kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Sementara
itu, kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis sebagai pengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.

a. Kelebihan Kurikulum 1968


1. Kurikulum 1968 dibuat untuk diterapkan secara nasional sebagai pedoman
pendidikan dan penerapannya diberi kebebasan kepada setiap daerah sesuai
dengan kondisi dan situasi daerah tersebut.
2. Kurikulum 1968 telah dikembangkan secara otonomi yang berarti semua
komponen kurikulum dilaksanakan oleh sekolah.
3. Sistem pembelajaran di ruang kelas diserahkan kepada guru asal tujuan
pendidikan dapat tercapai.
4. Kurikulum 1968 berupaya mendorong pengembangan setiap daerah dalam hal
kreativitas dan persaingan kompetitif baik sekolah dan guru untuk
mengembangkan kurikulum.
5. Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada tamatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.

b. Kelemahan Kurikulum 1968


1. Muatan materi pada masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis.
2. Mata pelajaran belum terikat erat dengan keadaan nyata di lingkungan sekitar.
3. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja.

D. Konsep Dan Implementasi Kurikulum Tahun 1975

Kurikulum 1975 adalah suatu kurikulum yang menekankan pendidikan lebih


efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen
Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang
manajemen MBO (Management by Objective). "Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan
istilah satuan pelajaran', yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Kurikulum 1975

8
dikenal juga dengan nama Kurikulum Berbasis Tujuan. Adapun lahirnya Kurikulum
1975 sebagai tuntutan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang GBHN 1973,
dengan tujuan pendidikan “Membentuk manusia Indonesia untuk pembangunan
nasional di berbagai bidang”.

Struktur program untuk SD meliputi bidang studi (1) Agama, (2) Pendidikan
Moral Pancasila, (3) Bahasa Indonesia, (4) Ilmu Pengetahuan Sosial, (5) Matematika,
(6) Ilmu Pengetahuan Alam, (7) Olahraga dan Kesehatan, (8) Kesenian, dan (9)
Keterampilan Khusus.Untuk SMP ditambah dengan bidang studi Bahasa Daerah,
Bahasa Inggris, dan Pendidikan Keterampilan, baik yang pilihan terikat atau pilihan
bebas. · Untuk SMA sudah barang tentu ada bidang studi berdasarkan jurusan, baik
IPA dan IPS. · Untuk SMK dikenal dengan Kurikulum 1976. GBPP untuk kurikulum
1975 dikenal dengan format yang sangat rinci.

Dalam pelaksanaan kurikulum 1975 digunakan cara penyampaian


pengajaran dalam bentuk satuan pelajaran. Sebagaimana halnya modul, satuan
pelajaran ini juga berbentuk satuan-satuan program pengajaran yang lebih kecil.
Bedanya dari modul adalah bahwa satuan pelajaran disusun dan digunakan oleh
guru dalam memberikan pengajaran, sedangkan modul sebagian besar langsung
digunakan oleh murid atau siswa. Oleh karena itu program satuan pelajaran tidak
lengkap program modul, sekalipun pokok-pokok bahannya sama.

Di samping itu, mengingat satuan pelajaran digunakan oleh guru sedangkan


modul sebagian besar langsung digunakan oleh murid atau siswa, sistem satuan
pelajaran masih menggunakan sistem kelas dan guru seperti biasa, sedangkan
sebaliknya sistem modul sudah mengarah kepada sistem pengajaran secara
individual, dimana peranan guru dalam banyak hal berbeda dari sistem yang biasa.

Kurikulum 1975 memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut :

1) Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan.


2) Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan bidang
pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang
lebih akhir.
3) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulu 1975 bukan hanya dibebankan
kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapaiannya,
melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan
pendidikan agama.
4) Kurikulum1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengguna dana, daya
dan waktu yang tersedia.
5) Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi: agama, bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan,
disamping Pendidikan
6) Moral Pancasila dan integrasi pelajaran-pelajaran yang sekelompok.

9
1. Cara Penyampaian Pengajaran kurikulum 1975

Dalam pelaksanaan kurikulum 1975 digunakan cara penyampaian


pengajaran dalam bentuk satuan pelajaran. Sebagaimana halnya modul, satuan
pelajaran ini juga berbentuk satuan-satuan program pengajaran yang lebih kecil.
Bedanya dari modul adalah bahwa satuan pelajaran disusun dan digunakan oleh
guru dalam memberikan pengajaran, sedangkan modul sebagian besar langsung
digunakan oleh murid atau siswa. Oleh karena itu program satuan pelajaran tidak
lengkap program modul, sekalipun pokok-pokok bahannya sama. Di samping itu,
mengingat satuan pelajaran digunakan oleh guru sedangkan modul sebagian besar
langsung digunakan oleh murid atau siswa, sistem satuan pelajaran masih
menggunakan sistem kelas dan guru seperti biasa, sedangkan sebaliknya sistem
modul sudah mengarah kepada sistem pengajaran secara individual, dimana
peranan guru dalam banyak hal berbeda dari sistem yang biasa. Penjelasan lebih
lanjut mengenai satuan pelajaran dan perbedaannya dengan modul akan diberikan
secara khusus dalam buku yang akan datang.

Sekalipun berbeda dalam bentuk dan pelaksanaannya, baik modul maupun


satuan pelajaran disusun dengan menggunakan cara kerja yang sama yang dikenal
dengan nama PPSI, singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional,
yaitu langkah-langkah dalam mengembangkan program pengajaran. Penjelasan
yang lebih terperinci mengenai PPSI ini juga akan diberikan secara khusus dalam
bab yang akan datang. Sekalipun berbeda dalam bentuk dan pelaksanaannya, baik
modul maupun satuan pelajaran disusun dalam menggunakan cara kerja yang sama
yang dikenal dengan PPSI.

2. Cara Penilaian dalam kurikulum 1975

Cara penilaian pada kurikulum 1975 pada dasranya sama dengan cara
penilaian pada PPSP. Disamping penilaian pada cara akhir setiap catur
wulan/semester, dilakukan pula penilaian secara teratur pada akhir setiap satuan
program yang lebih kecil, dalam hal ini pada akhir setiap satuan pelajaran. Bila
banyak murid atau siswa yang belum memahami bahan yang diberikan dalam suatu
pelajaran, guru akan memperbaiki cara (metode) dalam menyajikan bahan tersebut.

Kurikulum 1975 menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan,


pendekatan integrative, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem juga merupakan
tonggak pembaharuan yang lebih nyata dan lebih mantap dalam sistem pendidikan
nasional yang dimaksudkan mencapai keselarasan, meningkatakan efisiensi dan
efektifitas pengajaran, meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan meningkatkan
relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

Adapun kelebihan dan kekurangan Kurikulum 1975 adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan dari Kurikulum 1975


a. Berorientasi pada tujuan

10
b. Mengarah pada pembentukan tingkah laku siswa
c. Relevan dengan kebutuhan masyarakat
d. Menggunakan pendekatan psikolog
e. Menekankan efektivitas dan efisiensi
f. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor – faktor ekosistem
dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
g. Prinsip berkesinambungan

2. Kelemahan dari Kurikulum 1975


a. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik
b. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di
sekolah
c. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
d. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
e. Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara
sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi
daerah.
f. Kurikulum 1975 berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa
guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan
metode dikte menonjol digunakan oleh para guru.
g. Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep
kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan
pembelajaran di kelas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa kurikulum adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan peserta


didik di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru. Dengan demikian

11
semua kegiatan yang dilakukan peserta didik memberikan pengalaman belajar, yang
selanjutnya akan menjadi kristal nilai yang akan dipraktikkan dalam kehidupan yang
lebih luas di masyarakat.

Fungsi kurikulum menjelaskan kepada kita bahwa kurikulum sangat dominan


dalam kesuksesan pendidikan. Dengan mengacu pada fungsi kurikulum, seorang
pendidik akan memiliki wawasan yang luas dalam menjalankan tugasnya. Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki
susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh
kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian
dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain

B. Saran

Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan kebutuhan


kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah atau
lembaga pendidikan menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai dengan keadaan
lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum di Indonesia. Nur El-Islam , 2.

Hasan. H.S. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia dangan Remaja Rosdakarya.

12
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai