Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas berkat rahmat, karunia, hidayah dan kehendak-Nyalah Makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan fungsi kurikulum?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi kurikulum.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia.
4
BAB II
5
kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:
a) Fungsi penyesuaian
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan
siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
b) Fungsi integrasi
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang utuh.
c) Fungsi diferensiasi
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu memberikann
pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
d) Fungsi persiapan.
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum
sebaga alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi
kejenjang pendidikan berikutnya.
e) Fungsi pemilihan
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan
dan minatnya.
f) Fungsi diagnostik
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu membantu
dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
6
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya.
7
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri
dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada
yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan
daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan
dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964,
yakni dilakukan perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari
pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan
perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat
politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia
Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.
“Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
8
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan.
4. Kurikulum Periode 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh
konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan
tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan
Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang
disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik
lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya
di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi
dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
9
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar
model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan
yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994
bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata
Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum
berhasil karena beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari
muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.
7. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis
kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi
10
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan
pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal, berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
b) Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi.
c) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
d) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
e) Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam
komponen aspek, kelas dan semester.
f) Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata
pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari
mata pelajaran tersebut.
g) Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap
aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-
tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu
pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai
pedoman pembelajaran.
8. Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran) 2006.
11
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.
Disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22,
23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun
2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi,
penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta
peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurang-
kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi
satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat
satuan pendidikan yang bersangkutan.
12
9. Kurikulum Periode 2013
Kurikulum 2013 merupan penyempurna dari kurikulum
2004/2006. Dan pemerintah berharap kurikulum 2013 ini dapat
berjalandengan baik, meskipun masih terdapat beberapa kendala
yang memang harus segera di atasi dan juga di selesaikan.
Adapun ciri kurikulum 2013 yangg paling mendasar ialah:
a) Menuntut pengetahuan Guru dalam berpengetahuan
dan mencari tahu pengetahuan sebanyak –
banyaknya karena siswa zaman sekarang telah
mudah mencari informasi dengaan bebas melalui
perkembangan teknologi dan informasi.
b) Siswa lebih didorong untukk memiliki tanggung
jawab kepada lingkungan, kemampuan
interpersonal, antar personal, maupun memiliki
kemampuan berpikir kritis.
c) Memiliki tujuan agar terbentuknya genenrasi
produktif, kreatif, inovativ, dan avektif.
d) Khusus tingkat SD, pendekatan tematik integrative
memberi kesempatan siswa untukk mengenal dan
memahami suatu tema dalam berbagai pelajaran.
Tujuan kurikulum 2013 adalah untukk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yangg beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari masa kemasa sudah sering kali kurikulum di Indonesia ini
berganti dan berkembang darii Masa Awal Kemerdekaan /Masa Orde
Lama (Kurikulum 1947, 1952 dan 1964), Kurikulum Orde Baru (1968,
1975, 1984, 1994), dan Kurikulum Masa Reformasi (Kurikulum Tahun
2004, 2007 dan 2013) darii semua kurikulum ini memiliki memilki tujuan
sama yakni untukk memajukan pendidikan di Indonesia dan mencetus
generasi yang baik.
B. SARAN
Dengan pergantian kurikulum untuk masa ke masa, diharapkan
menjadikan pendidikan di Indonesia lebih maju dan lebih baik
kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetesi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Salinan-Lampiran-Permendikbud-No.-68-th-2013-ttg-Kurikulum-SMP-MTs
http://www.rumahpintarr.com/2016/11/makalah-perkembangan-kurikulum-
dari.html
Gunawan, H. I. (2016, Maret 2). Perkembangan kurikulum. Retrieved Maret 7,
2017, from guru: http://www.gurungapak.com/2016/03/perkembangan-
kurikulum-1947-sampai.html
15