Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KURIKULUM PENDIDIKAN

Disusun oleh :

1. Masyani Muhsin 112.16.0029 Anggota


2. Riyan Dafa 112.16.0085 Anggota
3. Abyan Muzaky 112.16.0132 Ketua
4. Nadila Ayu 112.16.0141 Sekretaris
5. JV Simanjuntak 112.16.0160 Anggota

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2017

1
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................…....................................... i
Daftar isi…................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN….......................................................................................1
1. Latar belakang…............................................................................................1
2. Rumusan Masalah…......................................................................................1
3. Tujuan ….......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN….......................................................................................2
1. Pengertian kurikulum….................................................................................2
2. Hubungan kurikulum dan pengajaran …........................................................4
3. Kurikulum ibarat pondasi rumah…...............................................................6
4. Peran penting kurikulum dan urgensi kurikulum 2013…..............................8

BAB III PENUTUP…...........................................................................................16


1. Kesimpulan...................................................................................................13
2. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............…..........…..............................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat
pendidikan. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan
metode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat.
Untuk itu, keberhasilan sistem pendidikan, ditentukan oleh semua pihak, sarana yang
baik dan kurikulum yang tepat guna. Sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan
memahami pendidikan, kurikulum, dan pengajaran serta berusaha untuk mengembangkannya.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kurikulum?


2. Apa hubungan kurikulum dan pengajaran?
3. Apa yang dimaksud kurikulum ibarat pondasi rumah?
4. Apa peran penting kurikulum dan urgensi kurikulum 2013?

3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kurikulum.


2. Mengetahui hubungan kurikulum dan pengajaran.
3. Mengetahui yang dimaksud kurikulum ibarat pondasi rumah.
4. Mengetahui peran penting kurikulum dan urgensi kurikulum 2013.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kurikulum
Sebelum membicarakan kurikulum, terlebih dahulu kita perlu memahami apa
yang dimaksud dengan kurikulum. Istilah “kurikulum berasal dari bahasa latin yakni
currir mempunyai pengertian a running course, dan dalam bahasa Prancis yakni courier
berarti to run = berlari. Istilah itu kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran
(courses) yang harus ditempuh untuk mecapai suatu gelar penghargaan dalam dunia
pendidikan, yang dikenal dengan ijazah (Abdullah, Idi: 1999, 4). Dalam
perkembangannya kurikulum juga mengalami penafsiran yang beragam dari para ahli
pendidikan, khususnyayang berkompeten membicarakan tentang kurikulum tersebut.
Karenanya hampir setiap ahli kurikulum memiliki rumusan sendiri, meskipun aspek-
aspek kesamaannya tetap nampak. Berikut ini ada beberapa pengertian kurikulum dari
beberapa ahli yang dikelompokan berdasarkan isi dari pengertiannya:
A. Kurikulum sebagai suatu program kegiatan yang terencana
Pada hakekatnya kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana
(program of planed activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk
suatu pandangan yang menyeluruh. Disuatu pihak, kurikulum dipandang sebagai
suatu dokumen tertulis, Beauchamp (1981 dalam Hamalik 2007: 5) dan dilain pihak,
kurikulum dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pihak
pendidik, Taylor (1970 dalam Hamalik 2007: 5)

B. Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan


Beberapa penulis kurikulum, Johnson dan Posner (1977,1982 dalam Hamalik,
2007: 6) menyatakan bahwa kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas,
tetapi difokuskan secara langsung pada berbagai hasil belajar yang diharapkan
(intended learning outcomes). Kajian ini menekankan perubahan cara pandang
kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang

4
akan dicapai (ends). Salah satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang
diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan
kegiatan pembelajaran.
C. Kurikulum sebagai reproduksi cultural
Sebagian ahli pendidikan berpandangan bahwa kurikulum dalam setiap
masyarakat atau budaya seharusnya menjadi refleksi dari budaya masyarakat itu
sendiri. Sekolah bertugas memproduksi pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi
penerus. Masyarakat, Negara atau bangsa bertanggung jawab mengidentifikasi
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan berbagai apresiasi yang akan
diajarka. Sementara itu, pihak pendidik professional bertanggung jawab untuk
melihat apakah skill, knowledge dan apresiasi tersebut sudah ditransformasikan ke
dalam kurikulum yang dapat disampaikan kepada anak-anak dan generasi muda
(Hamalik, Omar : 2007, 6-7).
D. Kurikulum sebagai kumpulan tugas dan konsep diskrit
Pandangan ini berpendapat bahwa kurikulum merupakan satu kumpulan tugas
dan konsep (discrete task and concept) yang harus dikuasai siswa. Dalam hal ini,
diasumsikan bahwa penugasan tugas-tugas yang saling bersifat diskrit (berdiri
sendiri)tersebut adalah untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah diciptakan
sebelumnya (Hamalik, Omar : 2007, 7).

E. Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi sosial


Sejauh mana keberanian sekolah membangun suatu tatanan sosial yang baru
(Dare the school build a new social order?) pertanyaan ini merupakan judul karya
George S. Counts (1932) yang dipandang sebagai salah seorang perintis
rekonstruksionisme sosial dalampend idikan. Ide Counts tersebut banyak
diperjuangkan oleh Theodore Brameld dalam decade 1940-an dan 1950-an, yang
banyak terinspirasi Pemikiran Dewey. Pandangan ini berpendapat bahwa sekolah
harus mempersiapkan suatu agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang diyakini dapat
menuntun siswa memperbaiki masyarakat dan institusi kebudayaan, serta berbagai
keyakinan dan kagiatan praktik yang mendukungnya (Hamalik, Omar : 2007, 8).

5
Beragamnya definisi tentang kurikulum tidak terlepas dari cara menentukan
penafsirannya. Penafsiran berkaitan erat dengan pemahaman atas tujuan pendidikan,
hakekat manusia dan masyarakat dan juga berhubungan dengan falsafah seseorang.
Namun umumnya definisi dan pemahaman tentangkurikulum mempunyai dampak
redaksinal berbeda.

2. Hubungan Kurikulum Dan Pengajaran

Seperti yang sudah kita bahas tadi bahwa, kurikulum dipandang sebagai suatu
rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan
dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan serta staf pengajarnya.
Sedangkan, Pengajaran adalah kegiatan guru untuk membelajarkan peserta didik
(Zais, 1976). Jadi pengajaran adalah interaksi antara guru dengan seseorang atau lebih
peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai kurikulum yang berlaku.
Sehingga hubungannya kurikulum dengan pengajaran merupakan dua subsistem
dari sistem yang lebih besar yaitu persekolahan dan pendidikan. Oleh karena itu antara
keduanya sangat erat kaitannya maka para ahli menganggap bahwa kurikulum dan
pengajaran adalah suatu kesatuan dengan demikian tidak perlu dibedakan karena yang
satu tidak dapat berkaitan tanpa yang lain,dan satu berpengaruh terhadap yang lain.
Berdasarkan istilah itu orang menggunakan istilah “kurikulum dan pengajaran” untuk
menghindarkan polemik yang berkepanjangan mengenai hal itu. Melihat lebih jauh hal
tersebut, hubungan antara kurikulum dan pengajaran tidak dapat dipisahkan oleh
keterlibatan guru sebagai penghubung antar kedua hal tersebut yaitu sebagai pengajar
maka kemudian kami membahas fungsi guru sebagai penghubung antara kurikulum dan
pengajaran.

Berikut adalah fungsi guru dalam hubungan kurikulum dalam pengajaran


1. Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar. Salah
satunya fungsi guru yaitu untuk memperbaiki situasi belajar. Selain itu sebagai
perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum dari pengajaran. Guru adalah
pembimbing, dinamisator, motivator, fasilitator, dan arsitek proses belajar mengajar.

6
2. Guru sebagai komunikator yaitu sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar
pembelajar meguasai materi pelajaran yang diajarkan.
3. Guru sebagai informator yaitu pelaksanaan dengan beberapa cara mengajar:
informatif, praktis, dan studi lapangan secara akademik maupuan umum.
4. Guru sebagai organisator yaitu pengelolah kegiatan akademik seperti: silabus,
workshop, jadwal pelajaran dan sebagainya.
5. Guru sebagai motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka
meningakatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar. Guru harus dapat
merangsang memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi pembelajar,
menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga yerjadi dinamika didalam proses
pembelajaran.
6. Guru sebagai pengarah/direktor yaitu jiwa kepemimpinana seorang guru dalam
peranan ini sangat menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetepkan.
7. Guru sebagai inisiator yaitu pencetus ide-ide dalam proses belajar. Dalam
pembelajaran guru perluh memberikan ide-ide yang dapat dicontoh oleh pembelajar.
8. Guru sebagai transmitter yaitu memberikan fasilitas untuk kemudahan pembelajaran,
mencipakan suasana belajar sedemikian rupa, serasi dengan pengembangan siswa
sehingga interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung secara efektif.
9. Guru sebagai mediator yaitu penengah dalam kegiatan pembelajaran. Selai itu,
mediator dapat diartikan perancang pengembang, dan penyedia media serta cara
memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.
10. Guru sebagai evaluator yaitu peranana akhir kegiatan guru dalam pembelajaran
adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini guru mempunyai otoritas untuk menilai
keberhasialan pengajaran.

3. Kurikulum Ibarat Pondasi Rumah

Menurut ilmu teknik sipil, kuatnya pondasi rumah akan menguatkan bangunan
selanjutnya dari rumah tersebut. Lebih lanjut disebutkan, pondasi diramu dengan segala

7
jenis tanah berkualitas, ditambah campuran semen yang banyak, dilengkapi pasir dengan
segala campuran lainnya, akan menjadikan pondasi tersebut siap menopang bangunan
rumah untuk tegak berdiri. Pertanyaannya adalah apakah kurikulum negeri ini menganut
konsep sedemikian? apakah kurikulum yang selama ini dijalankan dengan segala bentuk
UU memberikan pondasi yang  kuat demi menjalankan pendidikan yang berkualitas dan
baik? apakah pondasi dalam kurikulum negeri ini memang dipola dengan sedemikian
amburadul sehingga melahirkan output pendidikan yang sangat buruk? apakah kurikulum
sebelum dilaksanakan secara praktik telah diperkuat dengan perangkat luar biasa supaya
proses pendidikan yang dijalankan nantinya bisa optimal?

Yang jelas, kurikulum akan menjadi mumpuni dan kokoh apabila menyerupai
pondasi rumah. Mengandung nilai-nilai sangat mendasar dan potensial bagi keberhasilan
pendidikan yang diharapkan bersama. Menurut Oemar Hamalik, ada enam faktor yang
harus dijadikan landasan utama. Pertama, tujuan filosofis dan pendidikan nasional
merupakan piranti utama yang harus dipertegas penjabarannya. Kedua, sosial budaya dan
agama yang hidup di tengah masyarakat harus dimasukkan dalam nilai kurikulum sebagai
bagian dari penanaman nilai-nilai keribadian diri. Ketiga, perkembangan peserta didik
harus dipertimbangkan. Keempat, keadaan lingkungan baik interpersonal, kultural,
biekologi, dan geoekologis jangan sampai ditinggalkan, sebab mempengaruhi
pembentukan pendidikan terhadap peserta didik. Kelima, kebutuhan pembangunan dalam
daerah tertentu harus diperhatikan, sebab pendidikan bersinergi dengan realitas potensial
yang sedang dikembangkan dan dibutuhkan demi kemajuan sebuah daerah tertentu.
Keenam, perkembangan global mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi harus bisa
diserap dan dimasukkan dalam kurikulum supaya pendidikan yang ditanamkan terhadap
peserta didik selalu berwawasan global. Ibaratnya, mereka kemudian tidak seperti katak
dalam tempurung. Mereka mampu melihat ke depan bagaimana pendidikan di lintas
bangsa selalu mengalami perkembangan dan kemajuan pesat. Selalu muncul dinamika
yang luar biasa yang kemudian menimbulkan proses perubahan secara terus menerus.

Mencermati paparan tersebut maka menjadi sangat jelas bahwa kurikulum


merupakan bahan utama dalam melahirkan kualitas pendidikan yang baik. Kurikulum
mendapatkan posisi guna membawa proses pendidikan yang mampu memberikan arah

8
jelas dan baku ke depannya. Bila pendidikan Indonesia harus diselaraskan dengan tujuan
pendidikan nasional, kurikulum sedemikian cukup cerdas memberikan titik berangkat
yang sangat kokoh.

4. Peran Penting Kurikulum Dan Urgensi Kurikulum 2013


A. Peranan Kurikulum
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif,
peranan kritis atau evluatif, dan peranan kreatif ;
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian, sekolah
sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku
siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan
dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat
pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara siswa selaku anak
didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi
kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses tersebut.
Romine mengatakan bahwa:
“In sense the conservative role provides what may be called’social cement’. It
contributes to like mindedness and provides for behaviour which is consistent
with values already accepted. It deals with what is sometimes known as the core
of ‘relevative universals’.
Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu
berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar
sifatnya.
2. Peranan Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai
unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif
berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir

9
kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang
dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian,
kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Untuk membantu setiap
individu dalam mengembangkan semua yang ada padanya, maka kurikulum
menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan keterampilan
yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata
lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat
memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan
masa depan.

B. Urgensi Kurikulum 2013


Kurikulum harus disusun dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan
zaman. Oleh sebab itu, sejalan dengan perkembangan zaman pendidikan akan
semakin banyak menghadapi tantangan. Lebih-lebih menghadapi pasar bebas atau era
globalisasi.
Menurut Mohammad Nuh sebagai menteri pendidikan menegaskan bahwa
kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045
yaitu tepatnya 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia
produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak
menjadi bencana demografi (Muzamiroh, 2013)
Dalam hal Penguatan Tata Kelola Kurikulum pada Kurikulum 2013, penyusunan
kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan
kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah
kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan

10
kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih
diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani
dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan
memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum
total waktu pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata
pelajaran di SD, SMP, dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang
dialokasikan menurut Standar Isi. Di samping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang
dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada kemungkinan waktu yang
dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Hasil
monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang
perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai
oleh siswa. Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan
akibat sulit dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan
karena terlalu kompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan
sumber belajar.
Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan
dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu
diambil langkah penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat
pusat buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku
pegangan guru. Karena guru merupakan faktor yang sangat penting di dalam
pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting untuk menyiapkan guru supaya
memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang
dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan implementasi kurikulum
dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran pendampingan dan
pemantauan oleh pusat dan daerah.
Itulah sekelumit alasan urgensi perubahan kurikulum 2013 yang pada intinya
adalah pengembangan KTSP (kurikulum 2006) yang pada penerapannya mengalami
kendala dan tidak tepat sasaran. Jika pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran
memiliki Standar Komptensi Lulusan (SKL) masing-masing, maka di kurikulum

11
2013 memiliki SKL semua mata pelajaran sama dengan alasan apapun mata
pelajarannya dan siapapun guru yang mengajarkannya harus menghasilkan peserta
didik yang memiliki sikap keberagaman yang baik, sikap sosial yang baik, dan
memiliki pengetahuan dan keterampilan. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka
peserta didik tersebut tidak mencapai standar kompetensi lulusan atau kata lain tidak
lulus/tidak naik kelas. Tidak ada alasan lagi siswa bagus nilai UN nya, guru tidak
berani mentidakluluskan jika sikap sosial dan keagamaan/ spiritualnya amburadul.

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan
pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang
manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Apa yang dpat diwujudkan dalam
kenyataan disebut kurikulum yang real, yang tidak dapat diwujudkan ternyata tetap
menjadi idea.

2. Kurikulum merupakan bahan utama dalam melahirkan kualitas pendidikan yang baik.
Kurikulum mendapatkan posisi guna membawa proses pendidikan yang mampu
memberikan arah jelas dan baku ke depannya. Bila pendidikan Indonesia harus
diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional, kurikulum sedemikian cukup cerdas
memberikan titik berangkat yang sangat kokoh.
3. Kurikulum dan pengajaran adalah suatu kesatuan dengan demikian tidak perlu dibedakan
karena yang satu tidak dapat berkaitan tanpa yang lain,dan satu berpengaruh terhadap
yang lain.
4. Kurikulum dalam pendidikan yang  berbasis pada kompetensi yang  mengarahkan peserta
didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3)
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab merupakan suatu keharusan
dikembangkan sesuai kebutuhan. Hal tersebut diharapkan dapat tercapai dengan hadirnya
kurikulum 2013 sebagai penyempurna kurikulum yang sudah ada.
5. Pendidikan IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif,
analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan
lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial
budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

13
B. SARAN

Pentingnya peranan Guru IPS yang aktif dalam tatanan kerja dimana saat ini sedang 
dalam kemajuan belajar melalui Informasi Teknologi, paling tidak guru IPS harus
dipertautkan kembali dalam keterlibatan filosofis atau filsafat yang berkembang khususnya
dalam bidang pendidikan. Ada dua aliran filsafat ekstreminitas ; pertama sikap reaksioner ;
adalah aliran yang paling hati-hati dan takut kepada pembaharuan; dan kedua sikap
Radikal ;adalah sikap paling keranjingan  atau mendukung pembaharuan. Dengan dua sikap
ekstreminitas diatas, maka guru IPS dalam pendekatan pribadi dapat menempati salah satu 
titik utama  yang terletak diantara dua ekstreminitas tersebut. Agar jangan sampai dinilai oleh
siswa sebagai guru yang kolot dan ketinggalan, sebaiknya guru atau pengajar harus banyak
belajar seiring dengan kemajuan Informasi dan teknologi, karena perkembangan informasi
Global membuka seluas-luasnya pelajaran di dunia maya, internet dan media massa, paling
tidak guru mampu mengimbangi proses-belajar mengajar dengan memanfaatkan  peralatan
teknologi sebagai alat pengajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Rezky fausi. 2012. (http://rezkyfausi.blogspot.com/2012/11/materi-kurikulum-


dan-pengajaran.html Diakses 25,03,2014)

Fajar,Dhia.2013(http://berkilaulah.wordpress.com/2013/05/09/pendidikankurikulum-dan-
pengajaran/ Diakses 25,03,2014)

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Hasan, Said Hamid. 2013( http://www.uny.ac.id/berita/nasib-pendidikan-ips-di-


kurikulum-2013.html Diakses 25,03,2014)

Idi, Abdullah. 1999. Pengembangan kurikulum : teori dan praktek. Jakarta: Gaya Media
Pratama.

Purwandari, Elice. 2013(http://www.slideshare.net/elcepurwandarie/pendapat-guru-


terhadap-penerapan-kurikulum-2013 Diakses25,03,2014)

Rosmaya, Dita. 2013(http://ditarosmaya.wordpress.com/2013/03/08/makalah-


perencanaan-dan-model-pengembangan-kurikulum/ Diakses25,03,2014)

Ruhyana. 2013. http://agpaiikabogor.blogspot.com/2013/09/alasan-rasional-perubahan-


kurikulum-2013.html Diakses25,03,2014)

Simanjuntak,Juliper.2013(http://lpmpsumut.or.id/1/wpcontent/uploads/2013/04/juliper-
simanjuntak-.KURIKULUM..pdf Diakses25,03,2014)

15

Anda mungkin juga menyukai