Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

OLEH
PAULUS DIAN KURNIA
NIM: 20103192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SD


UNIVERSITAS KHATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS
RUTENG, MANGGARAI, NTT
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Pengembangan Kurikulum” sebagaimana mestinya.
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini dapat diselesaikan berkat
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang berlimpah kepada semua
pihak yang dengan caranya masing-masing sudah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, maka dari itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun agar penulisan makalah ini menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat menamba wawasan dari para pembaca.

Ruteng, November 2021


DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
2.1 Definisi Kurikulum...................................................................................................4
2.2 Unsur-Unsur Kurikulum.................................................................................................4
2.3 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum.......................................................5
2.4 Fungsi Pengembangan Kurikulum.................................................................................8
2.5 Peranan Pengembangan Kurikulum............................................................................11
BAB III....................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 


Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran adalah kesatuan proses, cara, dan tindakan untuk membuat
seseorang belajar. Pembelajaran lahir dari proses interaksi antara peserta
didik, pendidik, dan sumber belajar pada suatu kondisi dan lingkungan
belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan secara substansial adalah untuk
mempersiapkan peserta didik seutuhnya sehingga dapat memaknai hidup dan
menjawab tantangan kehidupan yang dihadapinya. Oleh karena itu, sasaran
pendidikan tidak saja pada pengembangan aspek kognitif, namun juga
emosional-spiritual dan sosial. Daya nalar, kedewasaan emosi, empati sosial,
dan spiritualitas merupakan sasaran yang harus terus dilibatkan pada proses
transformasi peserta didik di dalam pendidikan. 
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. 
Pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai kegiatan
menghasilkan kurikulum; atau proses mengaitkan suatu komponen dengan
yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik dan/atau
kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan
kurikulum. Pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan
kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam kurikulum
adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai suatu sistem kita
perlu menganalisis berbagai komponen dalam pengembangan kurikulum yang
membentuk sistem proses pembelajaran yang akan kita bahas dalam makalah
ini

1.2 Rumusan Masalah 


Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut : 
1. Apa itu definisi kurikulum? 
2. Apa saja unsur-unsur dalam kurikulum? 
3. Apa saja komponen-komponen pengembangan kurikulum? 
4. Apa fungsi pengembangan kurikulum? 
5. Bagaimana peranan pengembangan kurikulum? 

1.3 Tujuan Penulisan 


1. Untuk mengetahui tentang pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui tentang unsur-unsur dalam kurikulum
3. Untuk mengetahui tentang komponen - komponen pengembangan
kurikulum
4. Untuk mengetahui tentang fungsi pengembangan kurikulum
5. Untuk mengetahui tentang peranan pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kurikulum 


Makna Harfiah “kurikulum” muncul pertama kalinya di Skotlandia
sekitar tahun 1829, secara resmi istilah ini baru dipakai hampir satu abad
kemudian di Amerika Sekrikat (Wiles & Bondi, 1989: 6; Wiles, 2009: 2).
Secara harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin currere yang
berarti berlari di lapangan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum
adalah suatu arena pertandingan tempat siswa bertanding untuk menguasai
salah satu atau lebih keahlian guna mencapai garis finish yang ditandai
pemberian diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan (Zais, 1976: 6-7). Pengaruh
definisi ini sangat besar dan bertahan lama di dunia pendidikan sehingga
menentukan orientasi kurikulum di hampir semua negara di dunia
Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun
informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan
dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap
dan nilai dengan bantuan sekolah. Kurikulum sebagai sebuah program /
rencana pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program kegiatan, tetapi
juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, disamping itu juga berisi tentang
alat atau media yang diharapkan mampu menunjang pencapaian tujuan
tersebut. Kurikulum sebagai suatu rencana disusun untuk melancarkan proses
belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya (Dakir, 2004).
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.2 Unsur-Unsur Kurikulum 


Suatu kurikulum memiliki empat unsur pokok yaitu: tujuan, isi
pelajaran dan metode, evaluasi dan umpan balik. Keempat unsur ini saling
bertalian satu sama lain. Perubahan salah satu unsur atau aspek itu akan
menimbulkan perubahan pula pada unsur atau aspek lainnya. Setiap unsur
tersebut harus mendapat perhatian dan dipelajari dalam rangka proses
pengembangan kurikulum.

2.3 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 


Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yang
menjadi alat mencapai tujuan pendidikan, maka sebagai alat pendidikan,
kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling
mendukung satu sama lain. Para pemikir pendidikan mempunyai ragam
dalam menentukan jumlah komponen tersebut, meskipun pada dasarnya
pemahaman dan pengertiannya hampir sama. Subandijah (1993: 4) membagi
komponen kurikulum ke dalam 5 unsur : Tujuan, Isi atau materi, Organisasi
atau strategi, Media dan Komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang
dikategorikan komponen penunjang kurikulum mencakup :
Sistem/administrasi dan supervisi, Pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan
Sistem evaluasi. 
Kemudian, Soetopo & Soemanto (1993: 26-28) membagi komponen
kurikulum ke dalam lima komponen, yaitu: Tujuan, Isi dan struktur program,
Organisasi dan strategi, Sarana, dan Evaluasi. Nasution (1993: 4-7) membagi
komponen kurikulum menjadi empat, yaitu: Tujuan, Bahan pelajaran, Proses
belajar mengajar, dan Penilaian. Berikut akan diuraikan secara singkat
masing-masing komponen kurikulum tersebut. 
1. Komponen Tujuan 
 Tujuan merupakan hal paling penting dalam proses
pendidikan, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang
meliputi tujuan domain kognitif, domain efektif, dan domain
psikomotor. Domain kognitif adalah tujuan yang diinginkan yang
mengarah pada pengembangan akal dan intelektual anak didik,
sedangkan tujuan domain psikomotor adalah tujuan yang mengarah
pada pengembangan keterampilan jasmani anak didik. Tujuan
pendidikan nasional pun menghendaki pencapaian ketiga domain yang
ada secara integral dalam rangka memperoleh lulusan (output)
pendidikan yang relevan dengan tujuan pendidikan nasional. 
Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan
domain-domain anak didik diupayakan melalui suatu proses
pendidikan, yang kalau dibuat secara berurutan, tujuan pendidikan itu
adalah sebagai berikut: 
1.1 Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) 
1.2 Tujuan Institusional (TI) 
1.3 Tujuan Kurikuler (TK) 
1.4 Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) 
2. Komponen Isi dan Struktur Program/Materi 
 Komponen isi dan struktur program/materi merupakan materi
yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Isi atau materi yang dimaksud biasanya berupa materi
bidang-bidang studi, misalnya: Matematika, Bahasa Indonesia, IPA,
IPS, Fikih, Akhlak, Tasyri’, Bahasa Arab dan lain sebagainya.
Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang dan
jalur pendidikan yang ada, dan bidang-bidang studi tersebut biasanya
telah dicantumkan atau dimuatkan dalam struktur program kurikulum
suatu sekolah. 
3. Komponen Media/Sarana-Prasarana 
Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Sarana
dan prasarana atau media merupakan alat bantu untuk memudahkan
dalam mengaplikasi isi kurikulum agar lebih mudah dimengerti oleh
anak didik dalam proses belajar mengajar. Pemakaian media dalam
proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang perlu dilaksanakan
oleh seorang pendidik atau guru agar apa yang disampaikannya
terhadap anak didik dapat memiliki makna dan arti penting bagi anak
didik, dikarenakan telah berhasilnya menyerap dan memahami suatu
materi pelajaran yang telah ditempuhnya. Ketepatan memilih alat
media, menurut Subandijah (1993: 5) merupakan suatu hal yang
dituntut bagi seorang pendidik atau guru agar materi yang
ditransfernya bisa berjalan sebagaimana mestinya, dan tujuan
pengajaran atau pendidikan dari proses belajar mengajar yang ada
diharapkan bisa tercapai dengan baik. 
4. Komponen Strategi Belajar Mengajar 
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik atau guru
perlu memahami suatu strategi. Strategi menunjuk pada suatu
pendekatan (approach), metode (method) dan peralatan mengajar
yang diperlukan dalam pengajaran. Strategi pengajaran lebih lanjut
dapat dipahami sebagai cara yang dimiliki oleh seorang pendidik atau
guru dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, strategi disini
mempunyai arti komprehensif yang mesti dipahami dan diupayakan
untuk pengaplikasian oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya
sejak dari mempersiapkan pengajaran sampai proses evaluasi.Dengan
menggunakan strategi yang tepat, diharapkan hasil yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar dapat memuaskan baik bagi pendidik
maupun anak didik. Namun, penggunaan strategi yang tepat dan
akurat sangat ditentukan oleh tingkat kompetensi pendidik. Pendidik
akhir-akhir ini sudah mulai mengarah pada two ways
communication dalam proses belajar dan mengajar di kelas. 
5. Komponen Proses Belajar Mengajar 
Komponen ini tentunya sangatlah penting dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar
adalah terjadinya perubahan dalam tingkah laku anak. Komponen ini
juga mempunyai kaitan yang erat dengan suasana belajar di ruangan
kelas maupun di luar kelas. Berbagai upaya pendidik untuk
menumbuhkan motivasi dan kreativitas dalam belajar, baik di dalam
kelas maupun individual (di luar kelas), merupakan suatu langkah
yang tepat. 
 Dalam kaitannya dengan kemampuan guru dalam
menciptakan suasana pengajaran yang kondusif agar efektivitas
tercipta dalam proses pengajaran, Subandijah mengatakan bahwa guru
perlu memusatkan pada kepribadian dalam mengajar, menerapkan
metode mengajarnya, memusatkan pada proses dengan produknya,
dan memusatkan pada kompetensi yang relevan. Barangkali
mengoptimalkan peran guru sebagai educator, motivator, manager dan
fasilitator merupakan suatu tuntutan dalam memperlancar proses
belajar mengajar ini. Semakin maju dunia pendidikan suatu Negara,
peran-peran diatas tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik
dalam menggeluti profesinya agar lebih professional, namun bagi kita
mungkin masih terlalu ideal. 
6. Komponen Evaluasi/Penilaian
 Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan
kurikulum, diperlukan evaluasi. Mengingat komponen evaluasi
berhubungan erat dengan komponen lainnya, maka cara penilaian atau
evaluasi ini akan menentukan tujuan kurikulum, materi atau bahan,
serta proses belajar mengajar. 
Dalam mengevaluasi, biasanya seorang pendidik akan
mengevaluasi anak didik dengan materi atau bahan yang telah
diajarkannya, atau paling tidak ada kaitannya dengan yang telah
diajarkan. Hal ini sangat penting, mengingat hasil penilaian atau hasil
yang dimiliki oleh anak didik tidak jarang menjadi barometer atas
keberhasilan proses pengajaran pada suatu sekolah dan berkaitan erat
dengan masa depan anak didik. Lebih lanjut, penilaian sangat penting
tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat prestasi anak
didik, tetapi juga suatu sumber input dalam upaya perbaikan dan
pembaruan suatu kurikulum. Penelitian, dalam arti luas, dapat
dilakukan tidak hanya oleh pendidik, tetapi juga kalangan masyarakat
luas dan mereka yang memang berwenang dalam pendidikan.

2.4 Fungsi Pengembangan Kurikulum 


Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat
krusial, karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat
(benefits). Namun demikian, di samping kurikulum bermanfaat bagi anak
didik, ia juga mempunyai fungsi-fungsi lain, yakni: 
1. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan 
Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau
usaha mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah
tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk dicapai, sehingga
salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau kembali
tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan (Soetopo
& Soemanto, 1993:17). Maksudnya, bila tujuan-tujuan yang diinginkan
belum tercapai, orang akan cenderung meninjau kembali alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan itu, misalnya dengan meninjau
kurikulumnya. Pendidikan tertinggi sampai pendidikan rendah
mempunyai tujuan, yakni tujuan yang akan dicapai setelah berakhirnya
aktivitas belajar.  Di Indonesia, ada empat tujuan pendidikan utama
yang secara hierarkis dapat dikemukakan: 
1.1 Tujuan Nasional 
1.2 Tujuan Institusional 
1.3 Tujuan Kurikuler 
1.4 Tujuan Instruksional 
 Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan,
tujuan-tujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat yang saling
mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat
untuk mencapai tujuan (pendidikan). 
2. Fungsi Kurikulum 
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun
merupakan suatu persiapan lagi bagi anak didik. Anak didik diharapkan
mendapat sejumlah pengalaman baru yang dikemudian hari dapat
dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat
memenuhi bekal hidupnya nanti. Kalau kita kaitkan dengan pendidikan
Islam, pendidikan mesti diorientasikan kepada kepentingan peserta
didik, dan perlu diberi bekal pengetahuan untuk hidup pada zamannya
kelak. Dalam hadis Nabi Saw. disebutkan: Didiklah anak-anakmu,
karena mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang lain dari
zamanmu. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum
diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak didik
yang akan hidup pada zamannya, dengan latar belakang sosio historis
dan kultural yang berbeda dengan zaman dimana kedua orangtuanya
berada. 
3. Fungsi Kurikulum bagi Pendidik 
Guru merupakan pendidik professional, yang secara implisit
telah merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab
pendidikan yang ada dipundak para orangtua. Tatkala menyerahkan
anaknya ke sekolah, berarti orangtua sudah melimpahkan sebagian
tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru/pendidik, tentunya
orangtua berharap agar anaknya menemukan guru yang baik, kompeten
dan berkualitas (Ramayulis, 1996: 39).
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah: 
1.1 Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi
pengalaman belajar para anak didik. 
1.2 Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang
diberikan. 
Dengan adanya kurikulum, sudah barang tentu guru/pendidik sebagai
pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik juga merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan dan sangat penting dalam proses
pendidikan, dan merupakan salah satu komponen yang berinteraksi secara
aktif dengan anak didik dalam pendidikan. Sebagai pedoman, kurikulum
dijadikan alat yang berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum suatu sekolah memuat uraian mengenai jenis-jenis program
apa yang dilaksanakan di sekolah tersebut, bagaimana menyelenggarakan
setiap jenis program, siapa yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaannya, dan perlengkapan apa yang dibutuhkan. 
 Atas dasar itu, sekolah dapat merencanakan secara lebih tepat jenis
tenaga apa yang masih dibutuhkan sekolah, keterampilan-keterampilan
apa yang masih perlu dikembangkan dikalangan para petugas yang ada
sekarang, perlengkapan apa yang masih perlu diadakan dan lain-lain. 
4. Fungsi Kurikulum bagi Kepala/Pembina Sekolah/Madrasah 
Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang
mempunyai tanggungjawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi
kepala sekolah dan para pembina lainnya adalah: 
1.1 Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni
memperbaiki situasi belajar. 
1.2 Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam
menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah
yang lebih baik. 
1.3 Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam
memberikan bantuan kepada guru atau pendidik agar dapat
memperbaiki situasi mengajar. 
1.4 Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai
pedoman untuk pengembangan kurikulum pada masa mendatang. 
1.5 Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan
belajar mengajar (Soetopo & Soemanto, 1993: 19). 
5. Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua 
 Bagi orangtua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya
partisipasi orangtua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan
putra-putrinya. Bantuan yang dimaksud dapat berupa konsultasi
langsung dengan sekolah/guru mengenai masalah-masalah menyangkut
anak-anak mereka. Bantuan berupa pemikiran, materi orangtua atau
masyarakat anak dapat melalui lembaga komite sekolah. Dengan
membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orangtua dapat
mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka,
sehingga partisipasi orangtua ini pun tidak kalah pentingnya dalam
mensukseskan program belajar mengajar di sekolah. 
Meskipun orangtua telah meyerahkan anak-anak mereka
kepada sekolah agar diajarkan ilmu pengetahuan dan dididik menjadi
orang yang bermanfaat bagi pribadinya, orangtua, keluarga, masyarakat,
bangsa, dan agama, namun tidak berarti tanggungjawab kesuksesan
anaknya secara total diserahkan kepada sekolah alias pendidik (guru).
Keberhasilan tersebut merupakan hasil dari sistem kerja sama
berdasarkan fungsi masing-masing, yakni orangtua, sekolah dan
guru/pendidik. Karenanya, pemahaman orangtua mengenai kurikulum
tampaknya menjadi hal yang mutlak. 
6. Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya 
Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, yakni: 
1.1 Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan 
1.2 Penyiapan tenaga baru 
7. Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah/Madrasah 
Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan
pihak pemakai lulusan sekolah bersangkutan. Dengan mengetahui
kurikulum suatu sekolah, masyarakat sebagai pemakai lulusan, dapat
melaksanakan sekurang-kurangnya dua macam berikut: 
1.1 Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan
program pendidikan yang membutukan kerja sama dengan
pihak orangtua dan masyarakat. 
1.2 Ikut memberikan kritik dan saran konstruktif demi
penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih
serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

2.5 Peranan Pengembangan Kurikulum 


Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah
direncanakan secara sistematis, mengemban peranan yang sangat
penting bagi pendidikan (peserta didik). Apabila dianalisis secara
sederhana sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dimana sekolah
sebagai institusi sosial melaksanakan operasinya, paling tidak dapat
ditentukan tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok atau
krusial, yaitu: 1) Peranan konservatif; 2) Peranan kritis dan evaluatif; 3)
Peranan kreatif. Ketiga peran tersebut sama pentingnya dan saling
berkaitan, yang dilaksanakan secara berkesinambungan. 
1. Peranan Konservatif 
 Kebudayaan sudah ada sebelum lahirnya suatu generasi dan
tidak akan pernah mati meski generasi yang bersangkutan sudah habis.
Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
laku, bahkan kebudayaan terwujud dan didirikan dari perilaku manusia.
Kebudayaan mencakup aturan yang berisi kewajiban dan tindakan-
tindakan yang diterima dan ditolak atau tindakan yang dilarang dan
yang diizinkan. Semua kebudayaan yang sudah membudaya harus
ditransmisikan kepada anak didik selaku generasi penerus. Oleh karena
itu, semua ini menjadi tanggungjawab kurikulum dalam menafsirkan
dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna membina
perilaku anak didik. Sekolah sebagai lambang sosial sangat berperan
dalam memengaruhi perilaku anak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat. Jadi, kurikulum bertugas menyimpan dan
mewariskan nilai-nilai budaya (Wiryokusumo dan Mulyadi, 1988: 7) 
Dengan demikian, kurikulum bisa dikatakan konservatif
karena mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada anak
didik atau generasi muda. Sekolah sebagai suatu lembaga sosial, sangat
berperan penting dalam memengaruhi dan membina tingkah laku anak
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada di lingkungan masyarakat,
sejalan dan selaras dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
sosial. Pada hakikatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani
antara siswa selaku peserta didik dengan orang dewasa didalam suatu
proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih
kompleks. Dalam hal ini, fungsi kurikulum menjadi sangat penting,
serta turut membantu dalam proses tersebut. 
2. Peranan Kritis dan Evaluatif 
 Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah sejalan
dengan perkembangan zaman yang terus berputar. Sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih
unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. 
Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam
kontrol sosial dan menekankan pada unsur kritis. Nilai-nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan
diadakan modifikasi serta dilakukan perbaikan. Dengan demikian,
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria
tertentu. Maksudnya, kurikulum itu selain mewariskan atau
mentransmisikan nilai-nilai kepada generasi muda, juga sebagai alat
untuk mengevaluasi kebudayaan yang ada. Apakah nilai-nilai sosial
yang ada atau dibawa itu sesuai atau tidak dengan perkembangan yang
akan datang serta apakah perlu diadakan perubahan atau tetap seperti
aslinya. 
3. Peranan Kreatif 
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam arti menciptakan dan menyusun sesuatu yang baru
sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam
masyarakat. Guna membantu setiap individu dalam mengembangkan
potensinya, kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara
berpikir, berkemampuan dan berketerampilan baru, sehingga
memberikan manfaat bagi masyarakat.
 Untuk itulah sekolah didirikan, yakni membantu dan
membimbing anak didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang sanggup menghadapi segala masalah dalam hidupnya
sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara. Oleh sebab itu, kurikulum
membuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya kreatif dan konstruktif
dalam rangka membantu anak didik mendapatkan materi pelajaran
atau program pendidikan, pengalaman dan lain sebagainya.
Kesemuanya itu guna membantu anak didik dalam mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya. 
Ketiga peran diatas harus dilaksanakan secara seimbang
sehingga tercipta keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian,
kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan untuk
membantu peserta didik menuju kebudayaan yang akan datang,
sehingga mereka menjadi generasi yang siap dan terampil dalam
segala hal. 
Implikasi peranan diatas dalam praktik pendidikan dengan
kurikulum yang digunakan adalah bahwa pendidikan memiliki cita-
cita untuk menciptakan suatu masyarakat yang ideal, sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut suatu bangsa dan selaras dengan tujuan
pendidikan nasional. Kurikulum berupaya didesain agar dapat
mengembangkan sains dan teknologi dengan tepat sehingga anak
didik menjadi sumber daya manusia yang andal, namun tanpa
kehilangan identitas bangsanya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 
      Berdasarkan pemaparan makalah di atas, maka dapat disimpulkan ,
Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajar-mengajar dibawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Kurikulum memiliki empat
unsur pokok yaitu: tujuan, isi pelajaran dan metode, evaluasi dan umpan
balik. Perubahan salah satu unsur atau aspek itu akan menimbulkan
perubahan pula pada unsur atau aspek lainnya.
Sebagai alat pendidikan, kurikulum mempunyai komponen-komponen
penunjang yang saling mendukung satu sama lain, diantaranya: komponen
tujuan, komponen si dan struktur program/materi, komponen media/sarana-
prasarana, komponen strategi belajar mengajar, komponen proses belajar
mengajar, dan komponen evaluasi/penilaian. Fungsi kurikulum dalam proses
pendidikan menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
sebagai program pendidikan yang telah direncanakan mengemban peranan
yang sangat penting bagi pendidikan. Peranan kurikulum yang dinilai sangat
pokok atau krusial. 

3.2 Saran 
Saran yang dapat disampaikan penyusun adalah semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan oleh pembaca.
Makalah ini diharapkan juga dapat diterapkan dalam kegiatan penulisan
lainnya. Makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat penyusun
harapkan demi perbaikan penyusunan makalah di masa yang akan datang. 
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohamad. 2015. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan


Pengembangan. Jakarta: Kencana
Hamalik, Oemar.2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum Teori & Ptaktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 
Nasution S. 1995. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainal Arifin. 2012. Prencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : PT
Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai