Anda di halaman 1dari 13

KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKUM

DISUSUN UNTUK MELENGKAPI


TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH
DOSEN PENGUMPU Drs H.MUHAMMAD SYAHRI ,MM

DI SUSUN OLEH:
ASFARUDIN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
NAHDLATUL ULAMA (STIT NU) SUMBER AGUNG
OKU TIMUR TAHUN 2023/2024

1
Daftar Isi
BAB I.....................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................3
A. Latar Belakang................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................3
C. Tujuan Penulisan............................................................4
BAB II......................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................4
A. Definisi Kurikulum...........................................................4
B. Unsur-Unsur Kurikulum...................................................4
C. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum.........4
BAB III...................................................................................12
PENUTUP..............................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran
adalah kesatuan proses, cara, dan tindakan untuk membuat seseorang belajar.
Pembelajaran lahir dari proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber
belajar pada suatu kondisi dan lingkungan belajar. Tujuan penyelenggaraan
pendidikan secara substansial adalah untuk mempersiapkan peserta didik seutuhnya
sehingga dapat memaknai hidup dan menjawab tantangan kehidupan yang
dihadapinya. Oleh karena itu, sasaran pendidikan tidak saja pada pengembangan
aspek kognitif, namun juga emosional-spiritual dan sosial. Daya nalar, kedewasaan
emosi, empati sosial, dan spiritualitas merupakan sasaran yang harus terus dilibatkan
pada proses transformasi peserta didik di dalam pendidikan.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang


diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun demikian, kita akan sulit
melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang.
Oleh karena itu, agar proses perubahan tingkah laku dapat berjalan dalam sistem
maka dibutuhkan proses pembelajaran yang berhasil. Sebagai suatu sistem kita perlu
menganalisis berbagai komponen yang membentuk sistem proses pembelajaran
yang akan kita bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Apa itu definisi kurikulum?

2. Apa saja unsur-unsur dalam kurikulum?

3. Apa saja komponen-komponen pengembangan kurikulum?

4. Apa fungsi pengembangan kurikulum?

5. Bagaimana peranan pengembangan kurikulum?

3
C. Tujuan Penulisan
Setiap pekerjaan tentu mempunyai maksud dan tujuan tertentu, demikian pula
halnya dengan penyusunan makalah ini yang memiliki tujuan untuk mengetahui
landasan pengembangan kurikulum.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kurikulum
Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum. Lazimnya kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajarmengajar dibawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga
pendidikan

beserta staf pengajarnya.[1]


Makna Harfiah, Walau istilah “kurikulum” muncul pertama kalinya di Skotlandia
sekitar tahun 1829, secara resmi istilah ini baru dipakai hampir satu abad kemudian
di Amerika Sekrikat (Wiles & Bondi, 1989: 6; Wiles, 2009: 2). Secara harfiah, istilah
kurikulum berasal dari bahasa Latin currere yang berarti berlari di lapangan (race
course). Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu “arena pertandingan”
tempat siswa “bertanding” untuk menguasai salah satu atau lebih keahlian guna
mencapai “garis finish” yang ditandai pemberian diploma, ijazah atau gelar
kesarjanaan (Zais, 1976: 6-7). Pengaruh definisi ini sangat besar dan bertahan lama di
dunia pendidikan sehingga menentukan orientasi kurikulum di hampir semua negara
di dunia.[2]

B. Unsur-Unsur Kurikulum
Suatu kurikulum memiliki empat unsur pokok yaitu: tujuan, isi pelajaran dan
metode, evaluasi dan umpan balik. Keempat unsur ini saling bertalian satu sama lain.
Perubahan salah satu unsur atau aspek itu akan menimbulkan perubahan pula pada
unsur atau aspek lainnya. Setiap unsur tersebut harus mendapat perhatian dan
dipelajari dalam rangka proses pengembangan kurikulum.[3]

C. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum


Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yang menjadi alat
mencapai tujuan pendidikan, maka sebagai alat pendidikan, kurikulum mempunyai
komponenkomponen penunjang yang saling mendukung satu sama lain.

Para pemikir pendidikan mempunyai ragam dalam menentukan jumlah komponen


tersebut, meskipun pada dasarnya pemahaman dan pengertiannya hampir sama.

4
Subandijah (1993: 4) membagi komponen kurikulum ke dalam: (1) Tujuan, (2) Isi atau
materi, (3) Organisasi atau strategi, (4) Media dan (5) Komponen proses belajar
mengajar. Sedangkan yang dikategorikan komponen penunjang kurikulum
mencakup: (1)

Sistem/administrasi dan supervisi, (2) Pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan (3)
Sistem evaluasi.

Kemudian, Soetopo & Soemanto (1993: 26-28) membagi komponen kurikulum ke


dalam lima komponen, yaitu: (1) Tujuan, (2) Isi dan struktur program, (3) Organisasi
dan strategi, (4) Sarana, dan (5) Evaluasi. Nasution (1993: 4-7) membagi komponen
kurikulum menjadi empat, yaitu: (1) Tujuan, (2) Bahan pelajaran, (3) Proses belajar
mengajar, dan (4) Penilaian. Berikut akan diuraikan secara singkat masing-masing
komponen kurikulum tersebut.

1. Komponen Tujuan

Tujuan merupakan hal paling penting dalam proses pendidikan, yakni hal yang
ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan domain kognitif, domain
efektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif adalah tujuan yang diinginkan yang
mengarah pada pengembangan akal dan intelektual anak didik, sedangkan tujuan
domain psikomotor adalah tujuan yang mengarah pada pengembangan keterampilan
jasmani anak didik. Tujuan pendidikan nasional pun menghendaki pencapaian ketiga
domain yang ada secara integral dalam rangka memperoleh lulusan (output)
pendidikan yang relevan dengan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan domain-domain anak didik


diupayakan melalui suatu proses pendidikan, yang kalau dibuat secara berurutan,
tujuan pendidikan itu adalah sebagai berikut:

Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

Tujuan Institusional (TI)

Tujuan Kurikuler (TK)


Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

2. Komponen Isi dan Struktur Program/Materi


Komponen isi dan struktur program/materi merupakan materi yang diprogramkan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Isi atau materi yang
dimaksud biasanya berupa materi bidang-bidang studi, misalnya: Matematika,
Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Fikih, Akhlak, Tasyri’, Bahasa Arab dan lain sebagainya.
Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang dan jalur pendidikan
yang ada, dan bidangbidang studi tersebut biasanya telah dicantumkan atau
dimuatkan dalam struktur program kurikulum suatu sekolah.

3. Komponen Media/Sarana-Prasarana

5
Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Sarana dan prasarana atau
media merupakan alat bantu untuk memudahkan dalam mengaplikasi isi kurikulum
agar lebih mudah dimengerti oleh anak didik dalam proses belajar mengajar.
Pemakaian media dalam proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang perlu
dilaksanakan oleh seorang pendidik atau guru agar apa yang disampaikannya
terhadap anak didik dapat memiliki makna dan arti penting bagi anak didik,
dikarenakan telah berhasilnya menyerap dan memahami suatu materi pelajaran yang
telah ditempuhnya.

Ketepatan memilih alat media, menurut Subandijah (1993: 5) merupakan suatu hal
yang dituntut bagi seorang pendidik atau guru agar materi yang ditransfernya bisa
berjalan sebagaimana mestinya, dan tujuan pengajaran atau pendidikan dari proses
belajar mengajar yang ada diharapkan bisa tercapai dengan baik.

4. Komponen Strategi Belajar Mengajar


Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik atau guru perlu memahami
suatu strategi. Strategi menunjuk pada suatu pendekatan (approach), metode
(method) dan peralatan mengajar yang diperlukan dalam pengajaran. Strategi
pengajaran lebih lanjut dapat dipahami sebagai cara yang dimiliki oleh seorang
pendidik atau guru dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, strategi disini
mempunyai arti komprehensif yang mesti dipahami dan diupayakan untuk
pengaplikasian oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya sejak dari
mempersiapkan pengajaran sampai proses evaluasi.

Dengan menggunakan strategi yang tepat, diharapkan hasil yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar dapat memuaskan baik bagi pendidik maupun anak didik.
Namun, penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat ditentukan oleh tingkat
kompetensi pendidik. Pendidik akhir-akhir ini sudah mulai mengarah pada two ways
communication dalam proses belajar dan mengajar di kelas.

5. Komponen Proses Belajar Mengajar


Komponen ini tentunya sangatlah penting dalam suatu proses pengajaran atau
pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah terjadinya perubahan
dalam tingkah laku anak. Komponen ini juga mempunyai kaitan yang erat dengan
suasana belajar di ruangan kelas maupun di luar kelas. Berbagai upaya pendidik
untuk menumbuhkan motivasi dan kreativitas dalam belajar, baik di dalam kelas
maupun individual (di luar kelas), merupakan suatu langkah yang tepat.

Dalam kaitannya dengan kemampuan guru dalam menciptakan suasana


pengajaran yang kondusif agar efektivitas tercipta dalam proses pengajaran,
Subandijah mengatakan bahwa guru perlu memusatkan pada kepribadian dalam
mengajar, menerapkan metode mengajarnya, memusatkan pada proses dengan
produknya, dan memusatkan pada kompetensi yang relevan. Barangkali
mengoptimalkan peran guru sebagai educator, motivator, manager dan fasilitator
merupakan suatu tuntutan dalam memperlancar proses belajar mengajar ini.
Semakin maju dunia pendidikan suatu Negara, peran-peran diatas tentunya semakin

6
digunakan oleh seorang pendidik dalam menggeluti profesinya agar lebih
professional, namun bagi kita mungkin masih terlalu ideal.

6. Komponen Evaluasi/Penilaian
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, diperlukan
evaluasi. Mengingat komponen evaluasi berhubungan erat dengan komponen
lainnya, maka cara penilaian atau evaluasi ini akan menentukan tujuan kurikulum,
materi atau bahan, serta proses belajar mengajar.

Dalam mengevaluasi, biasanya seorang pendidik akan mengevaluasi anak didik


dengan materi atau bahan yang telah diajarkannya, atau paling tidak ada kaitannya
dengan yang telah diajarkan. Hal ini sangat penting, mengingat hasil penilaian atau
hasil yang dimiliki oleh anak didik tidak jarang menjadi barometer atas keberhasilan
proses pengajaran pada suatu sekolah dan berkaitan erat dengan masa depan anak
didik.

Lebih lanjut, penilaian sangat penting tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh
mana tingkat prestasi anak didik, tetapi juga suatu sumber input dalam upaya
perbaikan dan pembaruan suatu kurikulum. Penelitian, dalam arti luas, dapat
dilakukan tidak hanya oleh pendidik, tetapi juga kalangan masyarakat luas dan
mereka yang memang berwenang dalam pendidikan.[4]

D. Fungsi Pengembangan Kurikulum


Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial, karena
dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefits). Namun
demikian, di samping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, ia juga mempunyai
fungsi-fungsi lain, yakni:

1. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan

Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan-
tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan
krusial untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah
meninjau kembali tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan
(Soetopo & Soemanto, 1993:17). Maksudnya, bila tujuan-tujuan yang diinginkan
belum tercapai, orang akan cenderung meninjau kembali alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan itu, misalnya dengan meninjau kurikulumnya. Pendidikan tertinggi
sampai pendidikan rendah mempunyai tujuan, yakni tujuan yang akan dicapai
setelah berakhirnya aktivitas belajar.

Di Indonesia, ada empat tujuan pendidikan utama yang secara hierarkis dapat
dikemukakan:

Tujuan Nasional

Tujuan Institusional

Tujuan Kurikuler

7
Tujuan Instruksional

Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuan-tujuan tersebut


mesti dicapai secara bertingkat yang saling mendukung, sedangkan keberadaan
kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan).

2. Fungsi Kurikulum
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu
persiapan lagi bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapat sejumlah
pengalaman baru yang dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan
perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti.

Kalau kita kaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikan mesti diorientasikan


kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal pengetahuan untuk hidup
pada zamannya kelak. Dalam hadis Nabi Saw. disebutkan: Didiklah anak-anakmu,
karena mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang lain dari zamanmu.
Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu
menawarkan programprogram pada anak didik yang akan hidup pada zamannya,
dengan latar belakang sosio historis dan kultural yang berbeda dengan zaman
dimana kedua orangtuanya berada.

3. Fungsi Kurikulum bagi Pendidik


Guru merupakan pendidik professional, yang secara implisit telah merelakan
dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang ada dipundak para
orangtua. Tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti orangtua sudah
melimpahkan sebagian tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru/pendidik,
tentunya orangtua berharap agar anaknya menemukan guru yang baik, kompeten
dan berkualitas (Ramayulis, 1996:

39)

Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:

1. Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar para


anak didik.

2. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik


dalam

rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

Dengan adanya kurikulum, sudah barang tentu guru/pendidik sebagai pengajar dan
pendidik lebih terarah. Pendidik juga merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dan sangat penting dalam proses pendidikan, dan merupakan salah satu
komponen yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan.

8
Sebagai pedoman, kurikulum dijadikan alat yang berfungsi untuk mencapai
tujuantujuan pendidikan. Kurikulum suatu sekolah memuat uraian mengenai jenis-
jenis program apa yang dilaksanakan di sekolah tersebut, bagaimana
menyelenggarakan setiap jenis program, siapa yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaannya, dan perlengkapan apa yang dibutuhkan.

Atas dasar itu, sekolah dapat merencanakan secara lebih tepat jenis tenaga apa
yang masih dibutuhkan sekolah, keterampilan-keterampilan apa yang masih perlu
dikembangkan dikalangan para petugas yang ada sekarang, perlengkapan apa yang
masih perlu diadakan dan lain-lain.

4. Fungsi Kurikulum bagi Kepala/Pembina Sekolah/Madrasah

Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai


tanggungjawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan para
pembina lainnya adalah:
1. Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki
situasi

belajar.

2. Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam menciptakan situasi


untuk

menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik.

3. Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan


kepada

guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar.

4. Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk


pengembangan kurikulum pada masa mendatang.
5. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar mengajar
(Soetopo & Soemanto, 1993: 19).

5. Fungsi Kurikulum bagi Orang Tua


Bagi orangtua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orangtua
dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan yang
dimaksud dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah/guru mengenai
masalah-masalah menyangkut anak-anak mereka. Bantuan berupa pemikiran, materi
orangtua atau masyarakat anak dapat melalui lembaga komite sekolah. Dengan
membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orangtua dapat mengetahui
pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka, sehingga partisipasi
orangtua ini pun tidak kalah pentingnya dalam mensukseskan program belajar
mengajar di sekolah.

9
Meskipun orangtua telah meyerahkan anak-anak mereka kepada sekolah agar
diajarkan ilmu pengetahuan dan dididik menjadi orang yang bermanfaat bagi
pribadinya, orangtua, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama, namun tidak berarti
tanggungjawab kesuksesan anaknya secara total diserahkan kepada sekolah alias
pendidik (guru). Keberhasilan tersebut merupakan hasil dari sistem kerja sama
berdasarkan fungsi masing-masing, yakni orangtua, sekolah dan guru/pendidik.
Karenanya, pemahaman orangtua mengenai kurikulum tampaknya menjadi hal yang
mutlak.

6. Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya


Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, yakni:

Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan

Penyiapan tenaga baru

7. Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah/Madrasah


Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai lulusan
sekolah bersangkutan. Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat
sebagai pemakai lulusan, dapat melaksanakan sekurang-kurangnya dua macam
berikut: Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutukan kerja sama dengan pihak orangtua dan masyarakat.
Ikut memberikan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan program
pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan
kerja.[5]

E. PERANAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan (peserta didik). Apabila
dianalisis secara sederhana sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dimana sekolah
sebagai institusi sosial melaksanakan operasinya, paling tidak dapat ditentukan tiga
jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok atau krusial, yaitu: 1) Peranan
konservatif; 2) Peranan kritis dan evaluatif; 3) Peranan kreatif. Ketiga peran tersebut
sama pentingnya dan saling berkaitan, yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

1. Peranan Konservatif
Kebudayaan sudah ada sebelum lahirnya suatu generasi dan tidak akan pernah
mati meski generasi yang bersangkutan sudah habis. Budaya diperlukan oleh
manusia dan diwujudkan dalam tingkah laku, bahkan kebudayaan terwujud dan
didirikan dari perilaku manusia. Kebudayaan mencakup aturan yang berisi kewajiban
dan tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak atau tindakan yang dilarang dan
yang diizinkan. Semua kebudayaan yang sudah membudaya harus ditransmisikan
kepada anak didik selaku generasi penerus. Oleh karena itu, semua ini menjadi
tanggungjawab kurikulum dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya
yang mengandung makna membina perilaku anak didik. Sekolah sebagai lambang

10
sosial sangat berperan dalam memengaruhi perilaku anak sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang ada dalam masyarakat. Jadi, kurikulum bertugas menyimpan dan
mewariskan nilai-nilai budaya (Wiryokusumo dan Mulyadi, 1988: 7)

Dengan demikian, kurikulum bisa dikatakan konservatif karena mentransmisikan


dan menafsirkan warisan sosial kepada anak didik atau generasi muda. Sekolah
sebagai suatu lembaga sosial, sangat berperan penting dalam memengaruhi dan
membina tingkah laku anak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada di lingkungan
masyarakat, sejalan dan selaras dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
sosial.

Pada hakikatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani antara siswa


selaku peserta didik dengan orang dewasa didalam suatu proses pembudayaan yang
semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Dalam hal ini, fungsi kurikulum
menjadi sangat penting, serta turut membantu dalam proses tersebut.

2. Peranan Kritis dan Evaluatif


Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah sejalan dengan perkembangan
zaman yang terus berputar. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada,
melainkan juga menilai dan memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan.

Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
menekankan pada unsur kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan
masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi serta dilakukan perbaikan.
Dengan demikian, kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria
tertentu.

Maksudnya, kurikulum itu selain mewariskan atau mentransmisikan nilai-nilai


kepada generasi muda, juga sebagai alat untuk mengevaluasi kebudayaan yang ada.
Apakah nilainilai sosial yang ada atau dibawa itu sesuai atau tidak dengan
perkembangan yang akan datang serta apakah perlu diadakan perubahan atau tetap
seperti aslinya.

3. Peranan Kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
menciptakan dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa
sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu
dalam mengembangkan potensinya, kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman,
cara berpikir, berkemampuan dan berketerampilan baru, sehingga memberikan
manfaat bagi masyarakat.

Untuk itulah sekolah didirikan, yakni membantu dan membimbing anak didik untuk
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sanggup menghadapi segala
masalah dalam hidupnya sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara. Oleh sebab itu,
kurikulum membuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya kreatif dan konstruktif dalam
rangka membantu anak didik mendapatkan materi pelajaran atau program
pendidikan, pengalaman dan lain sebagainya. Kesemuanya itu guna membantu anak
didik dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

11
Ketiga peran diatas harus dilaksanakan secara seimbang sehingga tercipta
keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi
tuntutan waktu dan keadaan untuk membantu peserta didik menuju kebudayaan
yang akan datang, sehingga mereka menjadi generasi yang siap dan terampil dalam
segala hal.

Implikasi peranan diatas dalam praktik pendidikan dengan kurikulum yang


digunakan adalah bahwa pendidikan memiliki cita-cita untuk menciptakan suatu
masyarakat yang ideal, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut suatu bangsa dan selaras
dengan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum berupaya didesain agar dapat
mengembangkan sains dan teknologi dengan tepat sehingga anak didik menjadi
sumber daya manusia yang andal, namun tanpa kehilangan identitas bangsanya.[6]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah di atas, maka dapat disimpulkan :

1. Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses


belajarmengajar dibawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.
2. Kurikulum memiliki empat unsur pokok yaitu: tujuan, isi pelajaran dan metode,
evaluasi dan umpan balik. Perubahan salah satu unsur atau aspek itu akan
menimbulkan perubahan pula pada unsur atau aspek lainnya.

3. Sebagai alat pendidikan, kurikulum mempunyai komponen-komponen


penunjang yang saling mendukung satu sama lain, diantaranya: komponen
tujuan, komponen si dan struktur program/materi, komponen media/sarana-
prasarana, komponen strategi belajar mengajar, komponen proses belajar
mengajar, dan komponen

evaluasi/penilaian.

4. Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan menjadi alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.

5. Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan mengemban


peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Peranan kurikulum yang dinilai
sangat pokok atau krusial.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar, Mohamad. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana, 2015.

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010.

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori & Ptaktik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014.

Nasution, S. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Contoh Makalah

__________________

[1] S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. 2, 1995,
hlm. 5

[2] Mohamad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan,


(Jakarta:

Kencana), Ed. 1, Cet. 1, 2015, hlm. 24-25

[3] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya), Cet. 4, 2010, hlm. 102

[4] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Ptaktik, (Jakarta: PT Raja
Grafindo

Persada), Ed. 1, Cet. 1, 2014, hlm. 35-40

[5] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Ptaktik, (Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada), Ed. 1, Cet. 1, 2014, hlm. 163-167

[6] Abdullah Idi, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori & Ptaktik, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada), Ed. 1, Cet. 1, 2014, hlm. 172-174

13

Anda mungkin juga menyukai