Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan dapat dibagi menjadi dua yaitu pendidikan tiga jalur utama, yaitu formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh
secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas.
Istilah kurikulum banyak dijumpai dan digunakan hampir dalam setiap aktivitas
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis
dan menentukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian keberadaan
kurikulum menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri.
Kurikulum, sebagai program pendidikan, berfungsi sebagai pedoman umum dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan. Kurikulum memuat garis-garis besar program kegiatan
yang harus dilakukan dalam setiap penyelenggaraan pendidikan, antara lain tujuan pendidikan
sebagai sasaran yang harus diupayakan untuk dicapai atau direalisasikan, pokok-pokok materi,
bentuk kegiatan, dan kegiatan evaluasi.
Gambaran proses dan hasil yang akan dilahirkan dansetiap lembaga pendidikan, secara
umum sudah tercermin dari kurikulum yang digunakan. Dengan kata lain, kualitas siswa atau
manusia, seperti apa yang diharapkan dapat dilahirkan dari program pendidikan untuk mengisi
kehidupan (individu, masyarakat, berbangsa, dan bernegara) di masa yang akan datang, banyak
diwarnai dan ditentukan oleh kurikulum yang dikembangkan oleh pendidikan itu sendiri.
Pendekatan pengembangan kurikulum yang digunakan pada setiap lembaga. pendidikan,
mungkin memiliki tekanan atau fokus yang berbeda atau penggunaan kurikulum suatu program
pendidikan mengalami perubahan dan penyempurnaan dari satu periode ke periode berikutnya.
Hal ini sangat dimungkinkan, mengingat tuntutan dan kebutuhan dalam setiap aspek kehidupan
yang terus berkembang, yang tidak kalah pentingnya, perkembangan pemahaman para ahli
terhadap konsep atau batasan kurikulum itu sendiri juga berpengaruh terhadap pelaksanaan
kurikulum.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Defenisi dan Hakikat Kurikulum ?


2. Apa Saja Komponen Kurikulum ?
3. Apa Saja Peranan Kurikulum Dalam Pembelajaran ?
4. Apa Saja Fungsi Kurikulum Dalam Pembelajaran ?
5. Bagaimana Sejarah Pemgembangan dan Perubahan Kurikulum di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Defenisi dan Hakikat Kurikulum


2. Untuk Mengetahui Apa Saja Komponen Kurikulum
3. Untuk Mengetahui Peranan Kurikulum Dalam Pembelajaran
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Fungsi Kurikulum Dalam Pembelajaran
5. Untuk Mengetahui Sejarah Pemgembangan dan Perubahan Kurikulum di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Hakikat dari kurikulum ialah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta
didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-
bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan- pengaturan
program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan
mencapai tujuan yang diinginkan
Secara umum, pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang di pedomani dalam aktivitas belajar
mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah cirriculumdimana dalam bahasa
inggris, kurikulum adalah pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin currere, kata currere
memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk.
Pengertian Kurikulum Berdasarkan Etimologis Secara etimologis istilah kurikulum
yang dalam bahasa Inggris ditulis “curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir”
yang berarti “pelari”, dan “curere” yang berarti “tempat berpacu”. Jika dilihat dari arti
harfiahnya, istilah kurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga,
seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari dan tempat berpacu”. Berawal dari makna “curir”
dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai “Jarak yang harus ditempuh
oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendidikan dan
diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari
awal hingga akhir program demi memperoleh ijazah”. Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan
pendidikan.Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa
dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Berdasarkan studi yang telah
dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau
dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru.
Pandangan lama kurikulum diartikan sebagai subject matter atau mata pelajaran,
sedangkan dalam pandangan baru kurikulum diartikan segala aktivitas kegiatan yang dapat
menopang keberhasilan pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kurikulum
dapat diartikan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas
belajar mengajar. Karena kurikulum dianggap sebagai pedoman sekolah atau madrasah,
maka kurikulum dalam implementasinya memerlukan beberapa komponen yang terkait dan
berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Adapun komponen kurikulum meliputi :
tujuan, pendidik, peserta didik, isi, prosedur atau strategi, sarana dan prasarana
pendidikan dan dukungan masyarakat.

3
B. Komponen – Komponen Kurikulum
Komponen-komponen dalam kurikulum harus dipahami oleh guru sebagai perancang
dan pengembang kurikulum pada satuan pendidikan/sekolahnya.
Kurikulum Sebagai Suatu Sistem, Sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
mengatur standar ideal pelaksanaan pendidikan pada satuan pendidikan, khusunya berkaitan
dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan maka guru tidak hanya bertugas sebagai
pelaksana kurikulum yang telah disusun oleh para perancang kurikulum tingkat pusat, namun
guru diberikan kesempatan untuk mengembangkan sendin kurikulum secara utuh yang akan
dilaksanakan di sekolahnya yang tertuang dalam silabus dan RPP maka dari itu guru dituntut
untuk memahami proses bagaimana kurikulum itu dikembangkan serta komponen-komponen
apa saja yang harus ada di dalamnya. Berikut ini ialah 4 Komponen Utama Kurikulum.
Aspek/Komponen utama yang harus dikembangkan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum adalah Tujuan, Isi/Bahan, Strategi Pembelajaran, dan Evaluasi.
1. Tujuan Kurikulum
Tujuan Kurikulum berisikan gambaran kualitas manusia yang diharapkan yang terbentuk
dari proses pendidikan, dengan adanya tujuan dapat digunakan sebagai petunjuk arah
perubahan yang dicita-citakan dari suatu kurikulum. adanya tujuan yang jelas akan
memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan ajar, setrategi
pembelajaran, media, dan evaluasitujuan juga sebagai dasar arah atau patokan dalam
menentukan komponen-komponen kurikulum.
2. Isi/Materi Kurikulum
komponen ini merupakan pengetahuan ilmiah yang berisikan fakta, konsep, perinsip,
nilai dan ketrampilan yang diberikan kepada peserta didik, Pengetahuan ilmiah sangatlah
banyak dan tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai isi / materi kurikulum, oleh karena
itu perlu diadakan pilihan-pilihan dengan menggunakan berbagai kriteria.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi dalam pembelajaran berisikan siasat, sistem atau cara penyampaian isi
kurikulum. secara umum ada 2 jenis strategi pembelajaran yaitu pembelajaran berorientasi
pada guru (teacher oriented) yang mencakup medel ekspositori atau model informasi dan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student oriented) mencakup model inkuiri atau
problem solving dalam penentuan setrategi pembelajaran sepenuhnya diserahkan kepad guru
sebagai pelaksana kurikuum dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, sifat isikesesuaian
dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Komponen Evaluasi
komponen ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum dan menilai proses
implementasi kunkulum secara keseluruhan hasil dari evaluasi kurikulum dapat dijadikan
umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan kurulum, selain itu hasil
evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentuan kebijakan-kebijakan
pengambilan keputusan tentang kurikulum dan pendidikan.

4
C. Peranan Kurikulum dalam Pembelajaran
Peran kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan itu
sendiri, terutama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Terdapat tiga peran kurikulum
yang dinilai sangat penting, yaitu:
1. Peran Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya yang merupakan
warisan masa lalu, kepada generasi muda. Hal ini dikaitkan dengan era globalisasi akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya
asing untuk menggerogoti budaya lokal. Oleh sebab itu, maka peran konservatif dalam
kurikulum memiliki arti yang sangat penting.
Melalui sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, kurikulum memiliki peran untuk
mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi muda, yakni siswa. Para
siswa perlu diajarkan untuk memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan hidup
masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat menjunjung
tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Pengajaran tersebut pun menjadi
salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah.
Dengan adanya peran konservatif, kurikulum dapat berperan dalam menangkal berbagai
pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur, sehingga keajegan sosial dan identitas
masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik. Peranan ini pun menekankan bahwa
kurikulum dapat menjadi sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang
dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif kurikulum, sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
hal-hal baru sesuai dengan tuntutan zaman. Karena kenyataannya masyarakat tidak bersifat
statis, melainkan dinamis yang terus mengalami perubahan.
Dalam rangka tersebut, kurikulum memiliki peran kreatif. Kurikulum harus mampu
menjawab setiap tantangan yang ada, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat yang terus-menerus berubah. Kurikulum harus mengandung hal-hal baru yang
kreatif, sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan setiap potensi yang
dimilikinya, agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang senantiasa bergerak maju
secara dinamis.
Mengapa kurikulum harus berperan kreatif? Sebab, apabila kurikulum tidak mengandung
unsur-unsur baru yang kreatif, maka pendidikan selamanya akan tertinggal, dan menjadikan
apa yang diberikan di sekolah akhirnya kurang bermakna karena tidak lagi relevan dengan
kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat masa kini.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Namun, menindaklanjuti peran konservatif kurikulum, tidak setiap nilai dan budaya lama
harus tetap dipertahankan. Sebab, terkadang nilai dan budaya lama yang ada sudah tidak
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat, demikian juga dengan nilai dan budaya

5
baru pun belum tentu sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan dengan keadaan dan
tuntutan zaman masa kini.
Oleh karena itu, kurikulum juga harus berperan sebagai penyeleksi nilai dan budaya mana
yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru mana yang harus dimiliki para peserta
didik. Dalam rangka itulah, peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus
turut berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat
untuk kehidupan para peserta didik.
Dalam proses pengembangan kurikulum, ketiga peran di atas wajib berjalan secara seimbang.
Kurikulum yang terlalu memprioritaskan peran konservatifnya cenderung akan membuat
pendidikan ketinggalan dengan kemajuan zaman. Sebaliknya, kurikulum yang terlalu
mengutamakan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat.

D. Fungsi Kurikulum Dalam Pembelajaran


Secara umum, fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang
mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis, diberikan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik. terdapat enam
fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis dalam bukunya Principle
of secondary Education (1981)', yaitu:
a. Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social
serta membekali anak didik dengan kemampuan-kemampuan sehingga setelah selesai
pendidikan, diharapkan dapat membawa dirinya untuk berperilaku sesuai dengan hak dan
kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan lingkungan yang lain.
Sebagai makhluk Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program pendidikan agar dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat. Sebagai khalifah fil ardhi, anak didik diharapkan
mampu mengimplementasi nilai-nilai pendidikan yang telah dimiliki untuk mengabdi
kepada-Nya.
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Dalam hal ini, orientasi dan fungsi
kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai pribadi yang integral. Siswa pada
dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat, pribadi yang integrasi itu
akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

6
c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu anak didik. Pada prinsipnya,
potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda dan peran pendidikanlah yang
mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga anak didik dapat hidup dalam
bermasyarakat yang senantiasa beraneka ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut.
Jadi fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat dimulai dengan memprogram kurikulum
pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses belajar-mengajar yang
mendorong perbedaan anak didik tersebut dapat berpikir kreatif, kritis dan berorientasi
kedepan.
d. Fungsi Persiapan (The Proppedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan
semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi melalui
kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang diperlukan anak didik untuk
melanjutkan studinya ataupun mencari pekerjaan.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Pengakuan atas perbedaan
berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas
sesuatu yang menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat
yang demokratis. sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel, memberikan
kesempatan pada semua anak didik untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya
berdasarkan minat dan bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik (the diocnostic function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar
mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua
potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Di sini Fungsi kurikulum adalah
mendiagnosa dan membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.

E. Sejarah Pengembangan dan Perubahan Kurikulum Di Indonesia


Bagi kebanyakan masyarakat kita, barangkali sebagian besar dari mereka pada umumnya
belum mengetahui secara rinci bagaimana sejarah perjalanan kurikulum yang digunakan
pada sistem pendidikan di negara kita. Pemahaman mereka pada umumnya hanya terbatas
pada pengertian bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah saat ini adalah kurikulum yang
tidak pernah mengalami perubahan. Padahal selama ini Indonesia telah melakukan beberapa
kali pergantian kurikulum yang digunakan. Dalam artikel ini akan digambarkan secara
singkat kronologis pemberlakuan kurikulum pendidikan di Indonesia sejak kemerdekaan
hingga saat ini.

7
Berikut adalah deskripsi singkat sejarah perjalanan kurikulum yang pernah digunakan dalam
dunia pendidikan di tanah air.
1. Kurikulum 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu mulai
ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum ini juga disebut dengan Rencana
Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada tahun 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang diajarkan
lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan
sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak
menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara
dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, dengan merinci
setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti setiap pelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas
bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang dinamakan
Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD.
Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di
setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
6. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Kurikulum ini
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK
dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di
bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran

8
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah
satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan
7. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut dengan Kurikulum
1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, yaitu dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA).
8. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan antara tujuan
dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh
beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal, seperti
bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
9. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan
belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
10. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan
penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat. Kurikulum ini juga dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
11. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di
dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi
Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Kurikulum 2013 hingga saat ini masih berlaku dan diterapkan di sekolah-
sekolah Indonesia.

9
12. Kurikulum Merdeka
adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan
lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar
sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan
pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.
Adapun ciri khas dari setiap perkembangan kurikulum di indonesia yang akan dijelaskan
pada tabel dibawah ini yaitu sebagai berikut:
No. Nama Kurikulum Ciri Khas
1. Kurikulum 1947 Kurikulum 1947 yang dikenal dengan Rentjana
Pelajaran yang lebih fokus ke pendidikan politik dan
orientasinya ke arah pembentukan karakter yang
merdeka.
2. Kurikulum 1952 Pada tahun ini disempurnakannya kurikulum Rentjana
Pelajaran dan benar-benar dilaksanakan pada tahun
1952 dengan konsep tematik yang sifatnya aktif,
kreatif, dan produktif, dinamakan Rencana Pelajaran
Terurai.
3. Kurikulum 1964 Kemudian pada tahun 1964, dicetuskan program
Pancawardhana yang tujuannya untuk mengembangkan
moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan
kesehatan jasmani.
4. Kurikulum 1968 Di masa orde baru, kurikulum baru muncul pada tahun
1968 yang memiliki sifat politis dengan menekankan
mental, moral, hingga keyakinan beragama. Kurikulum
tersebut mendapat reaksi beragam; beberapa orang
merasa bahwa kurikulum ini tidak mencerminkan
keragaman Indonesia, sementara yang lain merasa
bahwa kurikulum ini terlalu kaku dan tidak fleksibel.
5. Kurikulum 1975 Selanjutnya pemerintah menyempurnakan Kurikulum
1968 pada tahun 1975 dengan metode pengembangan
sistem instruksional yang dikenal satuan pelajaran.
Namun kurikulum juga mendapat kritikan dari guru
dan tenaga pengajar
6. Kurikulum 1984 Pada kurikulum 1984 pemerintah mengembangkan
satuan pendidikan yang lebih mengedepankan
keaktifan siswa dalam belajar dengan program yang
dapat dipilih sesuai minat dan bakat.
7. Kurikulum 1994 Kurikulum 1994 jadi penyempurna kurikulum pada
tahun 1975 dan 1984, namun tetap mendapatkan
kritikan karena beban belajar siswa yang tidak
seimbang dari mata pelajaran muatan nasional dan
lokal.
8. Kurikulum 2004 Di tahun 2004, lahirlah Kurikulum Berbasis
Kompetensi dengan memberikan kewenangan bagi
sekolah untuk mengembangkan komponen kurikulum.

10
9. Kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau
Kurikulum 2006 ini menuntut semua guru untuk
mengembagkan sendiri silabus dan penilian
berdasarkan kondisi sekolah dan daerah. Tujuan
sebenarnya dari Kurikulum 2006 agar tenaga pendidik
dapat lebih mandiri.

10. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 yang saat ini masih diterapkan sampai
saat ini lebih menekankan ke pendidikan karakter pada
mata pelajaran agama dan PPKN. Adapun ciri khusus
dari K13 adalah penilaian berbasis pendidikan karakter,
berbasis tematik, dan peran guru sebagai fasilitator.

11. Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum terbaru


dengan tujuan penguatan profil pelajar Pancasila. Ada
tiga karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka yakni
pengembangan soft skills dan karakter, fokus pada
materi esensial, dan pembelajaran yang lebih fleksibel.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat dari kurikulum ialah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta
didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-
bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan- pengaturan
program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan
mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat 4 Komponen dalam kurikulum yaitu: Tujuan,
Materi, Strategi, dan Evaluasi.
Peran kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan itu
sendiri, terutama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Terdapat tiga peran kurikulum
yang dinilai sangat penting, yaitu:
1. Peran Konservatif
2. Peran Kreatif
3. Peran Kritis dan Evaluasi
fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan
pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi
peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum
sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis, diberikan oleh
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sejarah Kurikulum di Indonesia sendiri sudah memiliki perkembangan dan perubahan hingga
saat ini dimulai dari Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968,
Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006,
Kurikulum 2013 hingga sekarang menjadi Kurikulum Merdeka.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka
https://www.studocu.com/id/document/universitas-mataram/kurikulum-pendidikan/makalah-
konsep-dan-komponen-kurikulum/45373594
https://binus.ac.id/character-building/2020/12/sejarah-perjalanan-kurikulum-pendidikan-
indonesia/
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/perkembangan-kurikulum-di-indonesia/

13

Anda mungkin juga menyukai