Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nadiya Jaya

Nim : 043232148
Mata Kuliah : PBIN4303, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Tugas 1.

Soal:

1. Jelaskanlah hal-hal yang Saudara ketahui berkaitan dengan


a) pengertian, fungsi, dan komponen dari kurikulum pembelajaran!
b) pentingnya kurikulum untuk dikembangkan!
(bobot: 30)
2. Ada lima landasan yang menjadi dasar pengembangan suatu kurikulum.
a) Jelaskanlah kelima landasan tersebut!
b) Jelaskan pula hubungan antara prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah dalam
pengembangan kurikulum!
(bobot: 35)
3. Sekarang kegiatan belajar mengacu pada Kurikulum 2013. Sekait dengan pemahaman
Saudara sebagai seorang guru tentang Kurikulum 2013.
a) Jelaskan fungsi dan prinsip dari Kurikulum 2013!
b) Jelaskanlah latar belakang perubahan kurikulum tersebut!
(bobot: 35)

Jawaban

1. a. Pengertian Fungsi dan Komponen dari kurikulum Pembelajaran

Pengertian Kurikulum

Pengertian Fungsi dan Komponen dari kurikulum Pembelajaran mengarahkan siswa


agar memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fiik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis, oleh karena itu siswa harus
memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
masyarakatnya.

1. Fungsi Integrasi (the integrating function)


Mengandung makna baha kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan peribadi-peribadi yang utuh, siswa pada dasarnya merupakan anggota
dan bagian integral dari masyarakat.
Oleh karena itu siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup
dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
2. Fungsi diferensiasi (the differentiating function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan, baik dari aspek fiisk maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani
dengan baik.

3. Fungsi persiapan (the propaedeutic function)


Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
mempersiapakan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
Selain itu kurikulum juga diharapkan dapat memprsiapkan siswa untuk dapat hidup
dalam masyarakat seandainya ai karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan
pendidikannya.

4. Fungsi pemilihan (the selective function)


Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya, fungsi pemilihan ini sangat erat
hubungannya denagn fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan
individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih
apa yang sesuai dengan miat dan kemampuannya. Dan untuk mewujudkan kedua
fungsi tersebut, kurikulum perlu disususn secara lebih luas dan bersifat fleksibel
(luwes/lentur).

5. Fungsi diagnostic (the diagnostic function)


Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
(potensi) dna kelemahan yang dimilikinya, apabial siswa sudah mampu memahami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya maka
diharpkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi/kekuatan yang dimilikinya
atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Keenam fungsi yang sudah dikemukan harus dimiliki oleh setiap suatu kurikulum
lembaga pendidikan secara menyekuruh (komprehensif) dengan demikian kurikulum
dapat memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam
rangka percapaian tujuan pendidikan.
Komponen Kurikulum

Ada Empat komponen pokok dari kurikulum meliputi yaitu :

1. Tujuan
Ivor K. Davies (Hasan,1990) mengemukakan bahwa tujuan dalam suatu kurikulum
akan mengambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses
pembelajaran. Dengan demikian, suatu tujuan memberikan petunjuk mengenai
arah perubahan perilaku yang dicita-citakan dari suatu kurikulum yang bersifat
harus merupakan sesuatu yang final. Tujuan yang jelas akan memberikan
petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan ajar, strategi, media
pembelajaran dan evaluasi, bahkan, dalam berbagai model pengembangan
kurikulum, tujuan ini dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam
menentukan komponen-komponen lainnya.
2. Materi/ isi
Komponen kedua ini setelah tujuan adalah isi atau materi kurikulum. Pengakajian
masalah isi kurikulum ini menempati posisi yang penting dan turut menentukan
kualitas suatu kurikulum lembaga pendidikan. Isi kurikulum harus disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan kurikulum.

3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran ini sangat penting dikaji dalam studi tentang kurikulum, baik
secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan masalah
cara atau system penyampaian isi kurikulum (delivery system) dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Pengertian strategi pembelajaran
dalam hal ini meliputi Pendekatan, Prosedur, Metode, Model dan teknik yang
digunakan dalam menyajikan bahan/isi kurikulum.

4. Evaluasi

Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah


ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan,
termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari kegiatan evaluasi
dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) untuk mengadakan perbaikan dan
penyempurnaan pengembangan komponen-komponen kurikulum dan juga
evaluasi berperan sebagai masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan dalam
pengambilan keputusankurikulum khususnya dan pendidikan pada umumnya,
baik bagi para pengembang kurikulum dan para pemegang kebijakan pendidikan
maupun bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga pendidikan (seperti
guru dan kepala sekolah).

1. b. Pentingnya kurikulum untuk dikembangkan.


Setiap negara pasti membutuhkan kurikulum sebagai optimalisasi pengembangan ilmu
pengetahuan. Dengan adanya pengembangan kurikulum setiap negara dapat mencetak bibit
sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum memiliki pengertian seperangkat program yang disusun oleh lembaga pendidikan
berwenang yang digunakan sebagai rancangan sistem pembelajaran untuk peserta didik
dalam menempuh proses pendidikannya. Setiap perubahan era penting untuk melakukan
pembaharuan terhadap kurikulum yang dimiliki.
Akan tetapi, pada pengembangan kurikulum perlu untuk memperhatikan sumber daya
manusianya, jangan sampai melebihi batas kemampuan SDM dan menciptakan
ketidakstabilan serta ketidakefektifan pada pembelajaran siswa.
Pengembangan kurikulum dilakukan untuk menciptakan kemajuan. Kita tidak dapat
berpegang teguh terhadap kurikulum lama, tanpa memperhatikan perkembangan zaman.
Berakar terhadap kurikulum lama menjadikan penurunan kualitas sumber daya manusia
suatu negara.

2. a. Jelaskan kelima landasan pengembagan Kurikulum


1. Filosofis
Nilai-nilai ideologis yang berlaku di masyarakat. Pendidikan berintikan interaksi antar
manusia, terutama antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di
dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut
berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta didik, apa
isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan
pertanyaanpertanyaan yang membutuhkan jawaban yag mendasar, yang esensial yaitu
jawaban-jawaban filosofis. Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan”
(love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat
secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat sec ara bijak, ia harus tahu atau
berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berfikir
secara sistematis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam berfilsafat sering disebut
sebagai pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar). Filsafat
mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat segala yang ada ini
sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia di
dalamnya. Sering dikatakan dan sudah menjadi terkenal dalam dunia keilmuan bahwa filsafat
merupakan ibu dari segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah yang menentukan tujuan
umum pendidikan.

2. Sosiologi

Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku di masyarakat. Landasan sosiologis kurikulum


adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam
pengembangan kurikulum. Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan
sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal,
maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan.
Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Sosiologi dalam
pembahasannya mencakup secara garis besar akan perkembagan masyarakat dan budaya
yang ada pada setiap ragam masyarakat yang da di Indonesia ini. Karena beraneka
ragamnya budaya masyarakat yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam
perumusannya juga harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga akan menjadi
objek pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan tersebut. Tidak bisa kita menggunakan
kurikulum pendidikan untuk orang – orang pedalaman untuk diajarkan kepada orang-orang
maju seperti di kota dan pendidikan luar wilayah tersebut yang lebih maju.
3. Psikologi
Nilai-nilai asasi (fitrah) anak. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu, yaitu
antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang
lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan
karena salah satunya yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman tidak
mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf psikologis yang lebih
tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal sebagai titik pembeda di antara keduanya.
Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang
dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan lingkungan”. Perilaku-
perilakunya merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun
yang tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan kurikulum harus
dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa
dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Atas
dasar itu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dan besar
kaitannya dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar.

4. Landasan Sosial Budaya


Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan
diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.

5. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang
pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan
kedepannya akan terus semakin berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini,
diperlukan masyarakat yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi.Terlebih
berkaitan dengan teknologi komunikasi dan jaringan. Sifat pengetahuan dan keterampilan
yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan sangat canggih, maka disinilah
diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk
berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan
menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian karena berbagai penemuan teknologi baru terus berkembang.

b. Jelaskan pula hubungan antara prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah


dalam pengembangan kurikulum!

Prinsip dalam pengembangan kurikulum tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Relevansi
Kurikulum harus memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi baik secara internal
maupun eksternal, relevansi mengacu pada kesesuaian di antara
komponen-komponen kurikulum seperti tujuan, isi, strategi dan evaluasi.
Sementara kesesuaian eksternal mengacu pada kesesuaian kurikulum
dengan tuntutan ilmu pengetahuan (relevansi epistemologis). Tuntutan dan
potensi anak (relevans psikologis) serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat
(relevansi sosial).

2. Prinsip Fleksibilitas
Pengembangan kurikulum harus memberi peluang dan kesempatan bagi
pelaksana untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian yang didasarkan
pada situasi dan kondisi lingkungan dimana sekolah berada, oleh karena itu
dengan prinsip fleksibilitas, kurikulum dituntut untuk memiliki sifat keluwesan,
lentur, atau fleksibel (tidak kaku).

3. Prinsip Kontinuitas
Pengembangan kurikulum harus memenuhi standar unsur kesinambungan
baik secara vertical maupun horizontal. Vertical artinya bahwa pengalaman
belajar yang diberikan kepada siswa, harus dilakukan secara logis dan
sistematis, selain itu, kurikulum dituntut untuk memiliki kesinambungan baik
antartingkat (kelas maupun dengan sekolah yang ada jenjang pendidikan
diatasnya, secara horizontal artinya bahwa pengalaman belajar yang
dikembangkan dalam kurikulum harus mampu merespons dunia luar
(kehidupan) yang lebih luas, seperti jenis pekerjaan yang akan dihadapi.

4. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas


Pengembangan kurikulum harus diusahakan mendayagunakan waktu, biaya
dan sumber-sumber pendidikan lainnya secara optimal untuk mencapai hasil
pendidikan yang optimal.

Pendekatan Kurikulum Sebagai Berikut :

1. Pendekatan Administratif (Administrative Approach)

Yang disebut pendekatan Top-down karena pengembangan kurikulum


muncul atas inisiatif para pejabat pendididkan atau dari para pemegang
kebijakan pendidikan seperti Menteri Pendidikan, Dirjen Dikdasmen atau
Kepala Dinas Pendidikan. Lalu menggunakan garis komando,
pengembangan kurikulum menetes ke bawah. Pendekatan ini juga
dinamakan Line staff model.

2. Pendekatan Akar Rumput (Grassroots Approach)


Pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku, selanjutnya mereka memiliki kebutuhan dan keinginan untuk
memperbarui atau menyempurnakannya. Tugas para administrator dalam
pengembangan model ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali
pengembangan kurikulum, akan tetapi sebagai motivator dan fasilitator. Dan
perubahan atau peneympurnaan kurikulum bisa dimulai oleh guru secara
individual atau bisa juga oleh kelompok guru, misalnya kelompok guru mata
pelajaran dari beberapa sekolah.

Langkah-langkah pengembangan Kurikulum adalah sebagai berikut :

1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan


mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan
mempelajari tiga hal, yaitu : kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia
kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebujakan pendidikan).
Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis
siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai
kemajuan yang ada dimasyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan
masyarakat dimasa yang akan dating, sedangkan harapan pemerintah dapat
dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang
pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupin pemerintah
daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut kemudian didiagnosis untuk
disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi
kegiatan pengambangan tujuan.

2. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan


tujuan, tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang
paling umum (kompleks) sampai pada tujuan –tujuan yang lebih khusus dan
operasional. Hierarki tujuan meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional : tujuan instruksional
umum dan instruksional khusus.

3. Pemilihan dan pengorganisasian Materi.

Secara makro, materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur-prosedur


tertentu yang merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum
secara keseluruhan, karena hal ini berkaitan dengan kegiatan memilih,
menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa yang diajarkan pada suatu
jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-pokok dan subpokok
bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope (ruang
lingkup) dan sequence (urutan)nya. Adapon patokan kegiatan tersebut
ditentukanoleh tujuan-tujuan dari jenis dan jenjang sekolah bersangkutan.

4. Pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar.

Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya


adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan
dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang
disesuaikan dengan tujuan dan sifatt materi yang akan diberikan.
Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual,
pengalaman suara, pengalaman penciuman, atau variasi dari visual, suara,
perabaan, dan penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat
diorganisasikan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan berbagai hal
seperti siswa, guru, bahan, tujuan, waktu sumber, fasilitas, dan masyarakat.

5. Pengembangan Alat Evaluasi

Dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan


sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. MC, Neil (1997)
mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari nilai
kurikulum yaitu : 1. Apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan
diorganisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-
citakan dan 2. Apakah kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat
diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban
terhadap kedua pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah
memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan
dilaksanakan.
3. a) Jelaskan fungsi dan prinsip dari Kurikulum 2013!
Fungsinya adalah :

1. untuk Siswa

Fungsi kurikulum untuk siswa adalah sebagian acuan belajar. Dengan


adanya kurikulum, siswa mengetahui materi apa saja yang harus
dipelajari dan juga dipahami, sehingga siswa dapat mempersiapkan
ujian dengan lebih baik.
Keberadaan kurikulum bagi siswa juga menyetarakan atau membentuk
Standar pendidikan di Indonesia. Dengan adanya kurikulum, semua daerah di
Indonesia memiliki standar pelajaran yang sama, karena sangat penting bagi
pemerataan pendidikan.

2. Untuk Guru

Adalah sebagai pedoman pengajaran pada siswa, kurikulum


memberikan patokan yang jelas tentang proses pengajaran juga materi
yang harus diberikan pada anak didik.

3. Untuk Kepala Sekolah

Adalah Kepala Sekolah sebagai pemimpim penyelenggaraan


pendidikan. Disekolah adalah sebagai pedoman pengelolaan system
pendidikan. Kurikulum juga berfungsi sebagai patokan pengawasan
kepala sekolah juga indicator keberhasilan pembelajaran.

4. Untuk Masyarakat dan orangtua

Bagi masyarakat terutama orangtua orang tua siswa adalah sebagai


Pedoman dalam pengawasan siswa. Pemahaman orangtua terhadap
Kurikulum, dapat menentukan pola didik dan tercapainya keberhasilan
Kurikulum pendidikan sekolah pada seorang anak.

Prinsip Kurikulum 2013 adalah :

1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar


mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana
adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh
peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang
pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman
belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai
konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku
peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di
masyarakat.
2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu
sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada
setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas
Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta
Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi
yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan
bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip
penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga
memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.
4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan
kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar
prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas
standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh
karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan
minat dan kemampuan awal peserta didik.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh
karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan
kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan
lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai
konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas
dalam kehidupan di masyarakat.
9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan
peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk
mengembangkan budaya belajar.
10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur
kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus.
Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak
tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada
masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan
memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka
Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui
kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.
Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap
kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok
peserta didik.

Terima kasih

Referensi PBIN4303, Modul 1 dan 2.

Anda mungkin juga menyukai