Anda di halaman 1dari 13

Kado Terakhir Niana

“Lo bukan adek gue! Dan gue benci sama lo pembunuh!”

Di benci oleh abang kandung yang dulunya membuat kita menjadi princess paling bahagia karna
sosok abang itu rasanya seperti tidak ada lagi kata bahagia di dunia ini seolah kata bahagia itu hilang.

Kenal kan aku Niana seorang remaja berusia 18 tahun yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku
memiliki seorang kakak laki laki yang saat ini sedang menempuh kuliah di Universitas Jakarta
namanya Arka Anggara kakak yang sangat amat aku sayang.

Kak Arka juga punya pacar namanya kak Mitha dia bagaikan kakak kedua bagiku karna sikapnya yang
penyayang sama seperti mama ku mereka begitu menyayangiku namun berbeda dengan kak Arka.

Semenjak ayah kami meninggal di saat usiaku menginjak 15 tahun semuanya berawal dari situ
kebencian kak Arka mulai muncul hingga sekarang aku sudah tumbuh menjadi remaja 18 tahun yang
masih berharap adanya keajaiban kak Arka menganggapku sebagai adik kesayangannya lagi tapi apa
itu bisa? Sepertnya mustahil.

Ini semua memang salah aku karna Ayah yang rela menyelamatkan hidupku dia sampai
mengorbankan nyawanya saat tubuhku hampir di tabrak oleh truk yang melaju. Dan ayah meninggal
tepat di ulang tahun Kak Arka itu sebab kak Arka begitu membenci diriku.

Hidup dengan kesehatan tubuh yang tak normal seperti anak remaja lainnya benar benar
membuatku hampir lelah menghadapi dunia yang fana ini. Namun sebelum semua terlambat aku
ingin melakukan sesuatu untuk kak Arka di sisa akhir yang aku miliki dan aku berharap sesuatu yang
aku maksud itu bisa membuat hati kak Arka kembali memandangku sebagai adiknya bukan musuh
apalagi punca kehancuran dalam keluarga kami.
***

"Arka saat nya kamu tiup llinnya dan jangan lupa make a wish "ucap Mitha dan di balas anggukan
semangat dari sang empu.

Pandangannya lalu jatuh pada Niana yang berdiri di samping mamanya sembari menatap dirinya
dengan senyuman hangat.

Arka memejamkan kedua matanya dan menyatukan kedua tangannya erat untuk meyakinkan
doanya.

"Aku harap semoga mama tetap ada di samping aku selamanya,dan semoga mitha tetap mencintai
aku selamanya dan juga tidak ada yang mengganggu hubungan kami. Aku juga minta agar Niana
pergi jauh dari kehidupan aku mama dan mitha selamanya kalau perlu" ucap Arka dalam hati dan
lalu membuka matanya menatap lilin yang masih menyala lalu meniupnya. Dan Acara pun
berlangsung dengan penuh kegembiraan juga kemeriahan.

Brak!

Nampan berisi minuman yang di bawa Niana tidak sengaja tersenggol salah satu lengan orang yang
lewat saat ia hendak menghampiri Arka. Hingga minuman itu pun mengenai baju Arka membuat
cowo itu menatapnya penuh amarah.

"Niana nggak sengaja maaf.."sesal Niana pada Arka.

"Punya mata nggak sih lo!"


"Maaf kak tapi kan itu cuman basah sedikit saja"ucap Niana pelan.

"Setiap dekat lo gue pasti bakalan kena sial! Kenapa sih lo harus ada di depan gue hah! Bahkan gue
sama sekali nggak butuh lo ada disini tau nggak!" bentak Arka kembali hal itu membuat perhatian
semua orang seketika ke arah mereka.

"Dia bukannya adek lo?" tanya temannya saat melihat wajah Niana yang begitu mirip dengan Arka
bahkan saat dia memunduk pun masih bisa terlihat jelas jika dilihat detail.

"Dia bukan adik gue! Dia cuman pembunuh yang nggak pantas untuk ada di hidup gue bahkan dia
juga nggak pantas untuk hidup menurut gue!" sentak Arkan sembari terus menatap Niana

"Puas kamu puas udah hina Niana adik kamu sendiri!!" bentak Mitha yang sudah berada di
depannya setelah menarik Niana di balik punggungnya.

“Belum! Sampai kapan pun kebencian gue nggak akan pernah habis buat dia!” ucap Arka tegas

Niana mengangguk pelan mendengar itu dan berusaha tersenyum dengan air mata yang terus
mengalir membasahi pipi mulusnya.

"Niana janji kak cepat atau lambat Niana akan pergi jauh dari hidup kak Arka dan nggak akan ganggu
kak Arka lagi seperti biasanya" ucap Niana sambil terisak ia lalu bergegas ke kamar nya dan
mengunci nya sambil menangis.

"Sekarang kamu puas!!" bentak Mitha setelah melihat kepergian Niana.


"Mungkin lebih baik kalo aku nggak usah deket apalagi pacaran sama cowo arogan dan jahat seperti
kamu karna hati kamu udah di butakan sama dendam jadi aku mau kita berdua putus!” ucap Mitha
sambil terus menatap dalam mata Arka yang menatapnya sendu terlihat ada penyesalan di sana.

Setelah itu Arka segera berlari mengejar Mitha yang juga sudah berlari keluar dengan mata yang
berkaca kaca hingga tiba di luar ia tidak sempat menahan taksi yang membawa Mitha membuatnya
mendengus frustasi.

"SEMUA GARA GARA LO NIANA!" ucapnya emosi sembari mengepalkan kedua tangannya lalu masuk
ke dalam rumah dengan langkah lebar.

"NIANA!" Bentak Arka sembari menggedor pintu pink milik kamar Niana.

Ceklek..

"Arrghh!" rintih Niana saat pergelangan tangan kanannya di tarik paksa Arka masuk ke dalam
kamarnya. Dan tanpa aba aba Arka mendorong tubuh Niana hingga jatuh ke lantai.

"Gara gara lo sekarang gue sama Mitha putus puas lo!"

"Kak aku nggak tau aku minta maaf soal itu" Ucap Niana dengan nada bergetar karna takut.

"DIAM! Maaf lo nggak akan kembali membuat Mitha datang kesini"

"Sakit kak" lirih Niana Ia benar benar merasa sakit saat ini karna penyakit itu kembali kambuh
membuatnya lemas.
"Sakit?" tanya Arka dan di angguki oleh Niana.

"Bahkan lo mati pun gue nggak perduli sama sekali!"

Deg!

Air mata mengalir semakin deras kenapa semuanya begitu menyakitkan. Namun tanpa di sadari tiba
tiba saja tubuh tegap Arka di tolak ke samping oleh mamanya yang baru saja masuk ke dalam kamar
Niana.

"Benar benar sudah gila kamu Arka! Ya'allah! Kamu bahkan seperti seorang preman sekarang!" ucap
sang mama sembari memeluk erat tubuh Niana yang begitu lemas.

Arka hanya diam menatap Niana ada perasaan iba di hatinya. Ia menatap kedua tangannya apa yang
sudah ia lakukan?

"Silahkan kamu lakukan sesuka hati kamu Arka tapi ingat ucapan mama baik baik. Kamu akan
menyesal cepat atau lambat bahkan lebih menderita dari Niana saat ini jika waktu adik kamu sudah
benar benar pergi dari hidup kamu Arka!" Setelah mengatakan itu mamanya pun keluar membawa
Niana. Sedangkan Arka hanya bisa menatap punggung mamanya dengan perasaan cemas

Hingga seminggu berlalu namun Arka dan Mitha tidak pernah berte mulagi tapi tepat tadi pagi tiba
tiba saja Mitha meminta agar dia mengajak Niana jalan jika ingin mendapat maaf saat Arka
menghubunginya.

Senyum bahagia Niana pun terpatri di bibirnya selama jalan bersama Arka karna sepanjang jalan
Arka bahkan menggandeng tangan mungilnya membuat Niana merasakan di jaga oleh kakaknya.
"Lo mau makan?"

"Enggak kak minum aja cukup"

"Kalau mau apa apa bilang aja"

Niana mengangguk semangat dan lalu menatap layar ponselnya yang baru saja masuk pesan hal itu
membuatnya tersenyum bahagia.

"Kak Niana pamit bentar mau ke toko novel baru yang ada di seberang jalan sana kak"

Arka mendongak menatapnya lalu melirik keluar caffe lebih tepatnya pada toko berwarna abu
dengan tulisan new novel's itu.

"Yaudah.. Tapi jangan lama yah?"

"Iyah kak.."

"Hati hati lo" ucapan sederhana Arka itu mampu membuat Niana tersenyum lalu berbalik namun ia
berhenti sejenak lalu kembali menatap Arka yang juga ternyata masih menatapnya.

"Kenapa?" tanya Arka dengan kedua alis yang terangkat. Dan Niana hanya menggeleng pelan masih
dengan senyuman serta tatapannya mata yang sendu.

"Jaga diri baik baik yah kak.." ucap Niana sambil tersenyum.
"Dan makasih untuk hari ini Niana bahagia banget akhirnya bisa rasain jadi adik yang di jagain sama
kakaknya dan kak Arka..” lanjut Niana sembari mencoba menahan rasa sesak yang ada tiba tiba
seolah pasokan udara mulai menipis.

"Kak Arka adalah kakak terbaik yang Niana miliki di dunia ini dan maafin Niana juga makasih untuk
semuanya.. Niana pamit yah" ucapnya lagi dan lalu setelah mengatakan itu Niana pun segera
berjalan menjauh. Sedangkan Arka ia merasa hatinya berdebar kencang saat ini sembari terus
menatap punggung Niana yang sudah mulai menghilang di balik pintu.

"Perasaan apa ini?" gumamnya yang benar benar merasa cemas tapi entah itu apa?

15 menit berlalu terlihat dari seberang sana ada Niana yang baru saja keluar dari toko sembari
menenteng paper bag berwarna biru muda itu.

"Semoga kak Arka suka sama kadonya jadi nggak sabar" gumamnya pelan.

"NIANA WOI!"

Ia mendongak dan terlihat Arka sudah berdiri di seberang sana dengan menenteng ransel pink
miliknya di lengan kekar pria tegap itu membuat Niana terkekeh geli melihat itu.

"Buruan! Ini udah gerimis!" Ucap Arka sedikit kencang dan Niana mengangguk patuh lalu mencoba
untuk berjalan namun lagi lagi rasa sakit itu datang di waktu yang tidak tepat menurutnya. Tapi Dia
harus bisa sampai ke sana memberikan kado pada Arka dan melihat ekspresinya itu saat kado yang
ia buat dari sebulan lalu telah berhasil berada di tangan sang kakak.

"NIANA AWAS!"
BRAK!

Nafas Arka tertahan ia berhenti sejenak dengan mata melebar kedua lutunya lemas. Saat melihat
dengan jelas tubuh mungil milik Niana terpental keras hingga beberapa meter dan kepalanya
terhentak aspal begitu keras. Hingga darah kental itu mengalir dari belakang kepala membasahi
aspal juga mulutnya yang terbuka sedikit mengeluarkan darah.

Arka berlari sekencang mungkin menerobos orang orang yang sudah mulai berkerumun mengelilingi
tubuh lemas Niana.

"Hei.."

Dia mengangkat kepala Niana hati hati menaruhnya di atas pahanya dengan air mata yang sudah
membasahi pipinya bahkan mengenai wajah Niana.

"Sekarang kita ke rumah sakit lo harus kuat! Atau gue marah!"

"Ja-jangan marah.."

"Makanya lo harus bertahan!"

"Semoga kakak suka ka-kadonya"

"Iyah gue pasti suka tapi lo harus ke rumah sakit sekarang lo harus kuat jangan tutup mata jangan
tinggalin gue sama mama"

"Niana sayang kakak"


"Iya.. Gue sayang juga sam--NIANA! NIANA BANGUN!" sentak Arka panik dan segera ia pun dengan
perasaan cemas langsung mengangkat tubuh mungil Niana dan berlari menuju mobilnya.

Brak!

Ia menutup pintu mobilnya kasar setelah sampai di RS dia segera mengangkat tubuh Niana lalu
berlari masuk dengan mata yang sudah merah menahan tangis dan saat itu juga ketakutannya
bertambah saat melihat wajah pucat Niana.

"SUSTER! DOKTER!" teriak Arka sembari menatap wajah pucat Niana.

Ia segera meletakkan tubuh Niana di atas brankar dan ikut membawa Niana sampai di depan ruang
UGD.

"Maaf anda bisa tunggu di luar saja dan serahkan semuanya sama kami!"

"Tapi tolong untuk selamatkan adik saya sus.. Saya mohon!" ucap Arka lirih dan di balas anggukan
oleh suster. Dia pun menyandarkan punggungnya pada dinding RS itu dengan frustasi.

Plak!

Tamparan itu berhasil membuat Arka terdiam sejenak meresapi perihnya telapak tangan mamanya
saat mengenai pipi kanannya.

"Ini kan mau kamu! Melihat adek kamu merenggang nyawa di dalam sana! Puas kamu! PUAS ARKA!"
"Mah udah tenang mah.."

Mitha segera mendekap mamanya Arka sesekali tatapannya beralih pada pintu ruang operasi dan
lalu ke arah Arka. Tubuh tegap milik Arka merosot begitu saja ke lantai sembari tangannya memeluk
erat kado yang Niana berikan.

"Ini semua salah gue! Gue kakak yang kejam! Gue bodoh! Aaarghhh!" Ucapnya frustasi Ia memukuli
kepalanya berkali kali melapiaskan kesalahan dan penyesalannya.

30 menit berlalu..

Terlihat Dokter yang keluar dari ruang UGD itu dengan cepat Arka bangun lalu memghampirinya
diikuti Mitha juga mamanya.

"Bagaimana kondisi adik saya dokter?Dia baik baik aja kan?" tanya Arka cemas. Dan Dokter itu lalu
menggeleng pelansembari menepuk pundak kanan Arka pelan.

"Ternyata Tuhan lebih sayang sama adik kamu" Ucap Dokter itu yang seketika membuat nafas Arka
tercekat tubuhnya seolah mati rasa detak jantungnya melaju ia menggeleng pelan.

"Maksudnya dokter? YANG JELAS DOKTER KALO NGOMONG!" Tanyanya dengan nada tinggi.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan ternyata kondisi tubuh Niana menurun drastis
akibat penyakit yang di derita nya juga--"

"Penyakit?" ulang Arka. Dia lalu melirik mamanya yang sudah terisak di belakangnya dan berbalik.
"Mah.. Niana sakit? Adek Arka sakit apa? Apa separah itu? Jawab mama!" tanya Arka dengan cemas.

"Hikss.. Kanker hati stadium akhir" jawab sang mama sembari terisakmembuat Arka terdiam sejenak
namun setelah itu Arka tertawa hambar hatinya begitu sakit dan sesak ia sampai memukul dadanya
dan menghirup rakus pasokan udara.

"Maaf tapi Tuhan berkehendak lain dari itu kami meminta maaf menyatakan bahwa.."

"Niana Anggara telah meninggal dunia tepat pukul 16:50 sore hari ini!" lanjut Dokter itu dengan
kepala yang menunduk di akhir kalimat.

Deg!

"Ya'allah.. Niana" lirih mamanya dengan tangis yang pecah begitupun Mitha.

Tanpa mengatakan apapun Arka berlari menerobos masuk ke dalam ruangan ia menepis tangan
suster yang hendak mencabut alat alat di tubuh mungil Niana.

"HEI! NIANA!" panggilnya lantang sambil menangkup kedua pipi Niana yang terasa sangat amat
dingin. Sayang sekali tidak ada respon sama sekali dari Niana membuat hatinya begitu ngilu.

"NIANA BANGUN! JANGAN TINGGALIN GUE LO DENGERKAN!"

Arka merutuki kebodohannya saat mengingat doa yang ia ucapkan saat ulang tahunnya beberapa
minggu lalu.

"Ya'allah.." Lirihnya pilu.


“AKU TARIK SEMUA DOAKU ITU DAN AKU MOHON PADAMU UNTUK KEMBALIKAN NIANA!"
teriaknya frustasi. Ia mengambil kembali kado yang sempat dia jatuhkan di lantai saat masuk lalu
membukanya kasar.

"Tentang Arka Malaikat Pelindungku" gumamnya saat membaca judul yang tertera di Novel
berwarna biru muda yang bertuliskan nama Niana Anggara itu. Seketika air mata Arka begitu deras
mengalir ternyata Niana memberikan kado dengan membuatkan Novel khusus untuk Arka dan
tentang Arka. Ia menatap jasad Niana yang begitu pucat dan terasa dingin.

"Malaikat pelindung kata kamu Niana? Bahkan menurut kakak sama sekali nggak pantes dapat gelar
itu dan kakak butuh kamu Niana! Bangun kakak mohon!"

Ia membuka Novel itu dengan isak tangis juga tangan yang gementar. Di halaman pertama dia
melihat jelas foto Niana dan juga dirinya sewaktu kecil yang tersenyum.

"Sayangnya Niana sama kak Arka akan tetap Abadi selamanya ibarat cintanya Habibie dan Ainun
sebagai sepasang kekasih maka kita adalah sepasang adik kakak yang abadi untuk Niana"

"Kakak juga sayang kamu” ucap Arka lalu ia mengecup lama kening Niana dengan air mata yang
mengalir lalu dia mengecup kedua pipi Niana yang membiru dan berlanjut di hidung mancung milik
Niana.

Dan kini 5 bulan berlalu Arka datang membawa 2 Novel di tangan nya ia lalu berjongkok tepat di
depan nisan yang begitu terlihat bersih.

Niana Anggara nama itu terpampang di sana dan Arka mencabut rumput kecil yang tumbuh di
atasnya.
"Assalamualaikum adikku.."

"Lihat kakak datang bawain kado buat kamu kan hari ini kamu ulang tahun.. Kado yang sama seperti
kamu buat untuk kakakdan judulnya kado terakhir Niana” ucapnya sabil tersenyum mengusap nisan
milik Niana.

Arka merasakan tubuhnya seolah di dekap dari belakang dengan hangat aroma wangi dari Niana
terasa begitu dalam di penciumannya. Biarkan dia merasakan pelukan ini sedikit lama meski hanya
bayangan namun dia bahagia.

"Niana sayang kak Arka"

"Kakak juga sayang kamu Niana!"

End..

Anda mungkin juga menyukai