Anda di halaman 1dari 12

Katingku Insecure Padaku?

"Harga Diri Harga Mati!" . Itulah prinsip yang ada pada diri seorang gadis bernama Liana.

Lana adalah panggilan yang sering kali di sapa padanya. Menurutnya gengsinya itu lebih dari
segalanya dan di atas segalanya kecuali Tuhan. Namun semuanya berubah saat dia menerima
tantangan dari temannya. Mungkin dulu dia fikir takdir itu hanya kata semata tapi kini Lana mengerti
bahwa takdir tidak pernah salah.

Menerima tantangan foto dengan Kating itu benar benar membawa dia dalam kata percintaan yang
penuh tantangan.

"Eh! Lana ayo buruan kita ke dalam buat ambil formulir pendaftarannya sekarang!" ajak temannya
dan langsung menarik lengan Lana.Namun saat di jalan ingin masuk ke dalam membuat Lana sontak
menghentikan langkahnya.Kedua matanya melebar saat melihat siapa penjaga stan di acara
pendaftaran tersebut.

Tampak sosok cowo dengan seragam Pramuka nya yang terlihat cool itu dengan posisi duduk santai
sembari membaca novel.

"Itu kan kakak yang kemaren" ucap temannya yang ternyata juga menyadari arah pandangannya.

"Mau foto bareng lagi nggak Lana?" tanya temannya membuat Lana menatapnya kaget.

"HAH? Tidak deh makasih"

"Loh kenapa? Mumpung lagi sendirian itu tidak seperti kemaren banyak temannya ayok lah"

"Tidak! Kamu saja sana"


"Lah.. Ayo lah" ucap temannya lagi sembari terus melirik kating itu. Namun Lana tetap tidak
merespon dan sesekali memotret suasana sekitar.

"Ehhhh!" pekik Lana kaget saat temannya malah menarik tanganya tiba tiba.

Dan kagetnya semakin bertambah saat melihat temannya malah membawa dirinya menuju ke arah
kating yang di perhatikan tadi. Seketika nyalinya menciut ia berusaha berontak namun tenaga
temannya benar benar menguras tenaga juga ternyata.

"Kak temen saya mau minta foto sama kakak boleh kan?"

Kating itu melirik pada Lana dengan tatapan dalam seolah menatapnya detail. Seolah mengingat
akan sesuatu dan semoga saja tidak salah fikirnya karna Lana yang menggunakan masker juga jilbab
sama seperti perempuan kemaren yang mengajaknya foto.

"Maaf kak tapi saya tid--"

"Yaudah ayo tapi pake ponsel saya juga yah?"

Lana ingat permintaan itu sama seperti di awal kemaren dia saat foto bersama juga. Apa yang ingin
Kating itu lakukan? Mengapa harus pake ponselnya juga?

"Maaf bisa tanya?" ujarnya menatap Lana.

"Tanya apa kak?"


"Ini akun IG kamu yah?"

Lana terdiam saat melihat layar ponsel cowo itu yang menampilkan akun IG nya. Sekuat mungkin ia
berusaha untuk terlihat tenang dan tidak gugup.

"Kok kakak bisa tau?"

Cowo itu tersenyum tipis pada Lana membuatnya tertegun.

"Karna fotonya mirip kamu"

"Kan itu fotonya cuman keliatan belakangnya doang kak"

"Nggak tau sih saya nebak aja dan ternyata benar"

"Ekhem! Btw nggak ada niat ngefollback saya gitu kak?" ujar Lana berusaha tenang padahal
jantungnya sudah ingin pindah bersama si ginjal.

"Oh iyah ini liat.. Saya follback" ujarnya sembari memperlihatkan tangannya yang menekan bagian
follow juga.

Teman Lana hanya menatapnya takjub dari samping. Lana tersenyum lalu menyeret temannya
beranjak dari hadapan Kating itu yang terus memperhatikan jalannya.

4 hari berlalu..
Kating itu tiba tiba saja mengajak Lana keluar dan makan bersama lewat DM juga chat dan Lana pun
mengiyakan lalu tepat malam ini dia sudah siap siap di depan cermin dengan perasaan campur aduk
hingga pesan masuk kembali menandakan cowo itu sudah sampai.

Kedua mata Lana fokus menatap cowo di depannya ini yang memakai outfit begitu cool boy sekali.
Malam itu si cowo mengajak dia jalan ke bagian alun alun.

"Nama kamu siapa?" tanyanya saat mereka berdua sudah duduk di salah satu kursi yang ada di
taman.

"Nama saya Liana kak"

"Panggilnya?"

"Lana aja kak"

Cowo itu mengangguk sebagai respon meski matanya tidak lepas.

"Kalo kakak namanya siapa?"

"Nama saya Fazkah dan panggil saya Faz saja"

"Oke kak Faz--kayaknya kurang bagus panggilannya kak" ujar Lana seolah berfikir.

"Yaudah terserah kamunya"

"Yaudah saya panggil kak Faza gimana?"


"Okey.. Boleh"

Obrolan mereka semakin mengalir lancar baik aliran air. Semuanya aman dan tenang saja sebelum
pembahasan mereka merembat tentang keluarga. Lana begitu tenang dan tersenyum bahagia saat
menceritakan tentang ayah dan ibunya yang sudah tentu di dengarkan dengan baik oleh Faza.

"Kamu beruntung yah" Ujar Faza.

Lana mungkin tidak bisa membaca fikiran seseorang namun dia masih bisa mebaca lewat tatapan
mata Faza yang jelas menyimpan banyak kisah sedih juga kekecewaan dan penderitaan yang
mendalam. Faza menatapnya tersenyum seolah baik baik saja namun Lana tau itu hanya topeng
belaka.

"Saya nggak sebahagia kamu juga anak anak yang lain karna keluarga saya sudah tak seutuh itu..”

Lana hanya diam membiarkan cowo di sebelahnya ini mengeluarkan semua keluhannya.

"Kami sekarang umpama puzzle yang awalnya utuh namun saat ini sudah saling terpisah dan entah
kemana potongan puzzle yang lainnya karna hanya sisa saya sendiri"

Lana memberanikan diri untuk mengusap pundak kiri Faza bermaksud untuk menenangkan.

"Mama saya nikah lagi setelah setahun papa meninggal dan dari situ mama udah berubah dia lebih
banyak luangin waktu buat keluarga baru nya itu di banding saya makanya saya lebih milih tinggal di
kos saja bersama teman teman saya karna hanya mereka satu satunya tempat yang masih bisa saya
sebut dengan rumah ternyaman"
Lana seolah bisa merasakan sesaknya berada di posisi Faza. Tiba tiba saja fikirannya beralih pada
beberapa hal yang sedari tadi mengganjal fikiran juga hatinya.

"Maaf kalo lancang kak tapi apa kakak merokok?"

"Kamu nggak suka yah sama cowo perokok?"

Lana terdiam sejenak seolah binggung untuk merespon apa?

"Saya dulu pernah janji sama diri saya bahwa saya nggak akan nyentuh rokok sebelum almarhum
papa saya datang ke mimpi saya sambil merokok juga" ujar Faza

"Hah? Gimana? Merokok? Memangnya papa kakak nggak merokok?"

"Papa saya ternyata datang ke mimpi saya setelah saya memilih untuk menetap di kos dan
malamnya dia datang ke mimpi saya sembari merokok santai di depan saya dan dari situ. Saya udah
jadi kayak gini akan menyentuh rokok itu kalau lagi ada masalah atau tiba tiba keingat sama keluarga
saya itu!" penjelasan Faza membuat Lana diam membisu.

"Kamu tau cuman kamu satu satu cewe yang buat saya seterbuka ini menceritakan kisah keluarga
saya selain Bian dia sahabat paling dekat sama saya yang tau tentang saya sedalam ini"

"Kakak enggak masalah saya tau?"

"Enggak dong santai aja"


Dan dari malam itu juga kedekatan mereka semakin dalam. Hari berikutnya Faza mengajak Lana
makan Mie Gacoan dengan alibi ada warung baru yang membuka dengan menu itu.

Berikutnya lagi mereka sering menghabiskan waktu bersama sebelum Lana mendapatkan chat yang
sangat membuatnya terganggu dari Faza. Cowo itu seolah merasa tidak PD untuk jalan bersama Lana
tanpa uang yang cukup?

Karna saat Lana mengajaknya untuk nonton bioskop bersama dan dia yang teraktir namun Faza
malah menolak keras dan mengatakan dia yang harusnya mengajak lebih dulu tapi tidak untuk
malam ini karna uangnya tidak memungkinkan.

"Aneh nih cowo kan jadi kesel!"

Entah apa yang terjadi sebulan berlalu dan itu tentu tanpa balas membalas chat antara mereka
semenjak perihal malam itu.

"Kayaknya dia insecure deh sama kamu Lana"

"Ngapain insecure? Kan aku bukan orang berada juga biasa aja"

"Biasa aja menurut kamu tapi coba tanya cowo sekampus kalo liat kamu apalagi cara berpakaian
juga dandanan kamu itu menunjukan orang berada apalagi merek ponsel kamu beuh I-phone bos!"
pekik Temannya itu sedikit heboh.

"Aku udah terbiasa dari dulu pake ponsel yang merek nya aja abal abal jadi papa sama mama aku
ngasih hadiah ini pas ultah aku waktu masih SMA tahun lalu ini juga aku yakin mereka harus bekerja
keras dan terlihat baik baik aja di depan aku saat ngasih ponsel ini!" jelasnya.
"Iyah juga sih.. Tapi yah positif aja lah Lana kan kamu tau sendiri cowo itu paling insecure soal materi
ekonomi"

"Iyah tapi kan aku bukan orang seberada itu juga Citra!"

"Tanya aja sama dia dulu mau di bawa kemana hubungan kalian berdua"

"Nggak tau lah malas!"

Dan hari itu tiba tiba saja Lana teringat akan momen di saat mereka berduasedang berada di tempat
makan Mie Gacoan. Dan tepat saat penjual Mie itu tanya ke Faza apakah Lana pacarnya? Cowo itu
hanya menjawab dengan simple dan singkat namun mampu membuat Lana bingung.

"Nggak akan bisa bang kami jauh beda susah dapetnya" Kalimat cowo itu membuat Lana kini bukan
lagi fikir tentang perihal insecure melainkan hal lain.

Besoknya dia memutuskan untuk duluan mengirim chat pada Faza biarkan saja dia bilang tidak ada
gengsinya. Karna untuk saat ini dia harus merelakan prinsip "Harga Diri Harga Mati"- nya itu dulu
karna ini tentang masa depan!

Dan benar saja besoknya mereka sudah berada di caffe tempat pertama kali Faza mengajaknya
bareng setelah ke alun alun waktu itu.

"Maaf kalo lancang tapi saya mau kakak jujur soal semua yang membuat kakak sedikit nggak nyaman
jalan sama saya apalagi berdua beda saat pertama itu dan saya nggak mau kebohongan! Satu lagi
saya mau tanya penting!"

"Apa?"
Lana menatap Faza yang juga menatapnya namun dia yakin Faza saat ini terlihat sedikit gugup.

"Apa kakak pernah pacaran?"

Deg!

"Saya insecure sama kamu"

"Hah?"

"Saya rasa ayah sama ibu kamu sudah membesarkan kamu dengan penuh kasih sayang juga materi
ekonomi yang cukup hingga kamu jadi seperti sekarang dan akan sangat tidak pantas jika kamu
bersama cowo yang tidak bisa memberikan kamu semua hal itu juga mencukupi kamu dan saya
sebagai cowo merasa minder akan hal itu Lana"

"Dan kamu tanya apa saya pernah pacaran? Maka jawabannya iyah!" ucap Faza tegas membuat Lana
menatapnya serius.

"Dia anak orang berada sangat terkenal di kampus terlebih di jurusan peternakan dia kemana mana
pake mobil dan segalanya dan mereka bilang saya beruntung bisa pacaran sama dia tapi tidak
berlangsung lama karna saat mama saya mulai renggang sama papa saya sampai papa meninggal
saya juga mulai tidak lagi seperti dulu yang bisa bawa dia jalan kesana sini sampai akhirnya dia
putusin saya secara sepihak karna katanya saya--"

Lana diam menunggu lanjutannya meski dia merasa akan ada kalimat menyakitkan setelah itu.
"Saya hanya anak broken home yang bukan hanya miskin akan kasih sayang juga keharmonisan
namun juga miskin akan uang!"

Lana menelan susah salivanya ia pun segera meminum aqua yang sempat dia beli tadi dengan
tergesa gesa. Pantas saja cowo ini begitu trauma akan hal itu.

"Kamu boleh akhiri semuanya Lana sebelum kamu juga malu seperti mantan saya. Pasti orang tua
kamu akan menolak keras juga!"

Lana menatapnya dalam begitupun Faza yang mulai mendongak menatap Lana seolah saling mencari
sesuatu yang tidak mereka temukan dari masa lalu.

"Papa saya mungkin akan masalahkan hal itu kak tapi menurut saya itu bukan masalah untuk masa
depan saya"

"Kenapa? Uang itu penting Lana!"

"Buat apa uang penting kalo kasih sayang dan cinta bukan segalanya dan juga iman pastinya!"

Faza terdiam sembari terus menatap Lana canggung.

"Saya bukan cewe yang matre soal uang kak Faza.."

"Saya udah biasa dari kecil hidup sama keluarga yang sederhana kakak fikir saya bisa SMA itu semua
karna apa?"

Lana menelan salivanya sedikit sulit karna merasa tenggorokannya seolah tercekat kalau mengingat
perjuangan orang tuanya sehingga dia ada di titik saat ini.
"Saya keterima Beasiswa dan makanya bisa lanjut SMA jauh dari orang tua selama 3 tahun dan
bukan beda provinsi kak tapi negara! Dan mereka kerja di negara malaysia untuk menghidupi saya
dan saudara saya sampai kependidikan tinggi!"

"Saya dapat Beasiswa juga makanya bisa lanjut kuliah disini dan ponsel ini saya dapat sebagai hadiah
ulang tahun juga karna saya bisa dapat nilai tinggi waktu SMA dari papa saya! Dan perihal dandanan
saya rasa sekarang saya udah kuliah sudah sewajarnya saya berpakaian layaknya perempuan dewasa
yang menunjukkan seorang mahasiswa di kampus" jelas Lana dengan tegas. Faza hanya menatap
Lana yang terus menjelaskan karna perlahan hatinya sedikit lega.

"Jadi kamu nggak masalah kalo sama saya nantinya?"tanya Faza

"Seperti kalimat saya di awal" Jawab Lana tegas.

Faza tersenyum hangat ia menatap Lana dalam.

"Apa kamu mau tunggu saya sampai di masa depan?"

"Harusnya saya yang tanya kan bentar lagi kakak lulus dan wisuda jadi apa kakak mau nunggu
sampai saya lulus juga tapi untuk beberapa tahun lagi? Dengan jalanin kayak biasa nya?"

"Hanya cowo bodoh yang sia siakan cewe seperti kamu Lana dan saya sudah mendapatkan kepastian
yang sungguh dari cewe di depan saya ini dan nggak akan saya sia sia kan lagi"

"Jadi keputusannya?" tanya Lana.


"Setelah lulus saya akan memperbaiki diri saya fokus untuk masa depan dan akan siap menunggu
kamu hingga lulus!" jawab Faza tegas membuat Lana tersenyum manis dengan lega.

"Tunggu saya yah kakak Senior" ucap Lana sembari tertawa membuat Faza menatapnya lamat
sambil tersenyum.

"Baik calon istri masa depanku"

Pipi Lana langsung terlihat semburat merah hal itu membuatnya sontak meletakkan kepalanya di
atas meja dengan telapak tangan yang menutup wajahnya membuat Faza tertawa.

"Oh mak!! Anakmu baper pen pulang sabah bah sekarang!!" Gumamnya.

Mungkin saat ini Lana mengerti bahwa tidak semua cowo hanya memandang cewe dari cantiknya
saja tapi bisa jadi ada yang memandang dari segi lainnya.

Kisah mereka hanya selesai di cerita ini tapi tidak dengan di masa depan.

Selesai..

Anda mungkin juga menyukai