Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NIDA RAHMI

NIM : P07124118217
SEM/KELAS : SEM V/B
MATKUL : BAHASA INDONESIA
PENGAJAR : Dr. NGALIMUN, M.Pd., M.I..Kom

DON’T CARE WHAT ARE PEOPLE SAY

Aku yang sedang berada di mood yang buruk, membuka lembaran – lembaran foto dalam
album itu dengan lembut, lembar demi lembar kubuka, tanpa kusadari mood ku sudah menjadi
lebih baik. Aku mulai tersenyum dan tertawa terbahak-bahak seakan-akan, aku merasakan semua
memori yang ada dibalik foto-foto itu. Sungguh menyenangkan jika foto itu menjadi sosok yang
nyata berdiri dihadapanku.
“Ya Tuhan, mengapa sungguh indah ciptaan-Mu ini? Oke, pokoknya dikemudian hari,
aku harus bisa melihatnya dengan mata kepala ku sendiri!!” Ucapku terkagum, bersemangat.
No!! Apa kalian pikir aku gila? Aku tidak gila, oke. Aku hanya terlalu berlebihan ketika
melihat seorang idola yang sangat aku kagumi keberadaannya. Setidaknya begitulah kata teman-
temanku dan aku tidak peduli apa kata mereka. Ayolah, ini hidupku dan aku yang menjalani
semuanya.
Baiklah, saatnya bagiku untuk memperkenalkan diri. Namaku Nida, aku adalah seorang
gadis berusia 19 tahun. Aku seorang mahasiswa jurusan kesehatah disalah satu kampus negeri.
Cita-citaku ingin menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain dimasa depan dan aku
ingin bebas melakukan apa saja yang aku mau. Aku ingin sukses hingga bisa keliling dunia.
Keinginan ku adalah berbicara langsung dengan idolaku atau setidaknya bertemu idolaku
dikonser lalu bernyanyi bersama-sama dengan teman-teman yang sama sepertiku. Mungkin
mimpiku terlalu tinggi, tapi tidak ada salahnya bukan? Bukankah seukses berawal dari mimpi?
Hahaha.
Aku berasal dari keluarga yang sederhana dengan enam orang bersaudara. Ayah dan Ibu
ku bekerja sebagai PNS. Sayangnya, aku adalah anak pertama jadi, aku harus menjadi contoh
yang baik untuk adik-adikku dan tentunya sulit bagiku untuk mengharapkan uang tambahan
kepada saudaraku. Aku berharap setidaknya aku memiliki seorang kakak, yang bisa memberiku
uang pastinya. Haha oke, cukup bercandanya. Aku tinggal di Kota Banjarbaru, Kalimantan
Selatan. Iya Kalimantan, apa kalian pikir Kalimantan hanya ada hutan? tidak ada mall? tidak ada
Starbuck? maaf, tapi kalian salah besar. Kaliamantan punya semuanya kok, orang-orang disini
juga kaya-kaya sedikit bocoran, uang seribu rupiah disini, hampir tidak digunakan oleh orang-
orang. Biaya hidup di Kalimantan juga tergolong besar, dibandingkan wilayah sekitar Ibukota
ataupun bagian Pulau Jawa lainnya. Ya, intinya di Kalimantan bukan hanya ada hutan. Kalian
juga bisa search sendiri di Google, bagaimana penampakan kota-kota yang ada di Kalimantan.
Cukup bukan perkenalannya? Aku harus buru-buru karena sebentar lagi aka ada jam mata
kuliah yang entah kenapa dosennya killer sekali. Aku tidak ingin terlambat masuk kuliah hanya
karena perkenalan ini.
Aku sampai ke kampus dengan selamat tanpa cacat sedikitpun. Sesampainya dikelas aku
langsung mendudukkan bokongku ke kursi samping Aulia dan sepertinya dia sudah memaklumi
kedatanganku yang selalu nyaris terlambat. Dia memang seperti itu tapi percayalah dia teman
yang paling mengerti aku. Setidaknya dia merelakan dirinya menjadi tempatku berbicara,
berteriak tentang idola ku yang kelewatan tampannya bahkan, dia sendiri pun tidak terlalu paham
akan hal itu.
Ponselku bordering tanda ada yang menelpon dengan foto profil idol yang disukai oleh
temanku. Aku meliriknya sekilas ketika membaca nama Pali tertera di layar ponselku.
“ Hall…”
“ Nid!!! Baekhyun nid!!! ” teriaknya membuatku menjauhkan ponselku dari telinga.
“ Iyaaa, kenapa? tenang dulu, ngomong pelan-pelan.” Ucapku mencoba
menenangkannya.
“ Nid, aku gak tau harus sedih atau senang.” Aku mengerutkan keningku bingung. “Nana
huaaa.” Dan aku tertawa terbahak-bahak setelah mendengarnya menyebut nama julukan dari
member boyband idolaku disertai rengekannya.
“ Pal, nanti deh cerita lagi ya lewat chat line aja ngomongnya, dosen mau masuk kelas
nih.” ucapku disela-sela tawaku dan setelahnya sambungan pun mati.
“Mulai deh gilanya” Ucap Aulia yang menatapku datar dan aku tersenyum geli.

Setelah melewati dua mata kuliah yang hampir bersamaan dan disilah aku sekarang.
Berada dengan keributan masa yang disibukkan dengan pesanan makan siangnya masing-
masing.
“ Au, kamu makan apa? Aku yang pesan, kamu cari bangku kosong ya. “
“ Samain aja nid kaya kamu, oke.” Ucap Aulia menyetujui rencanaku.
Setelah memesan makanan, aku menghampiri Aulia dan teman-temanku lainnya yang
sudah duduk manis menunggu makanan mereka datang. Sambil menunggu pesanan makanan
datang, tak lupa aku selalu memasangkan headset bluetooht ku untuk menonton live performance
boyband korea favoritku.
“Nah mulai…” Ucap Aulia yang sudah hapal dengan kebiasaanku.
“Hahaha, Ya Allah Au, aku udah gak ngerti lagi kenapa mereka bisa seganteng itu
huhuhu.” Ucapku yang sudah capek melihat kegantengan idola ku yang tidak pernah pudar.

“Yahh, Nid cuma gitu aja apasih yang diliatin? Kamu kok korea an terus sih?! Orang
sana kan operasi plastik banyaknya. Ngapain coba liat yang dance-dance gitu? Emang kamu
paham bahasanya? Buang-buang waktu aja!” Celetuk temanku yang lainnya tiba-tiba, dia tidak
suka melihat aku tertawa sendiri menatapi layar ponselku.
“Hah?! Apa tadi kamu bilang?! Kenapa sih kamu peduli banget sama apa yang aku
tonton? Aku kan nontonin mereka karena aku suka? Terus masalahnya apa sama kamu? Soalnya
aku bahagia-bahagia aja kok walaupun aku bucin banget sama mereka, tapi waktuku buat
belajar, dapat IP tinggi, ibadah, dan lainnya masih aman kok!” Ucapku yang terkejut mendengar
apa yang dikatakanya sebelumnya.
“Iyaa, tapi kan itu gak penting, gak seru juga liatin yang kayak begituan?” Ucapnya
gugup karena sudah tidak bisa membantah jawabanku lagi.
“Heh! Nida! Weni! cukup dong!! Jagan keras-keras ngomongnya nanti kedengaran orang
lho.” Ucap Aulia mencoba menengahi perdebatan diantara kami.
“Huf, makanya jangan asal ngomong doang!” Ucapku sinis sambal melirik Weni.
“UDAH!!” Ucap Aulia mengakhiri.
Tidak lama setelah perdebatan itu pesanan makanan kami datang, kami pun
menghabiskannya dalam diam. Dan langsung pulang kerumah masing-masing meninggalkan
kantin, tanpa berbicara sepatah katapun.

Seperti datang, akupun pulang dengan selamat tanpa cacat sedikitpun dan disinilah aku
sekarang. Berada dengan kedamaian di kamarku. Oh, aku lupa menceritakan kamarku saat ini.
Tidak ada yang istimewa dari kamarku, hanya ada gantungan foto-foto polaroid yang menghiasi
dinding kamarku serta buku-buku pajangan dalam rak yang sangat berharga bagiku. Eits, jangan
dikira itu buku-buku pelajaran ya, haha. Itu adalah buku-buku album boyband idola ku yang aku
beli dengan harga yang tidak murah lhoo. Mungkin terlihat biasa dimata kalian, tetapi di mataku
itu terlihat sangat berarti karena aku teringat bagaimana perjuanganku saat hari demi hari, sedikit
demi sedikit, menyisihkan pundi-pundi uang yang aku dapatkan untuk membeli album-album
itu. Dulu aku pernah diomelin ibu gara-gara hal ini, dia bilang aku buang-buang uang, tapi lama
kelamaan dia jadi bosan mengomeliku karena dia tahu kalau aku bahagia dengan hal-hal seperti
itu dan ibu tahu kalau aku selalu giat belajar dan mendapatkan IPK coumlaude yang meningkat
tiap semesternya. Hehe, mafkan aku dan terimakasih Ibu.
Aku berbaring dikasurku yang berseprai dedaunan, dan kedua telingaku telah kusumbat
dengan headset mendengar celotehan temanku, Aulia tentang patah hatinya karena pacarnya.
Kamipun berbicara sangat lama tanpa menyadari jarum jam yang terus berputar. Akhirnya
pembicaraan kami berakhir setelah satu setengah jam lamamya, telingaku terasa panas. Aku
mencharge ponselku dan berjalan keluar kamar untuk membantu ibu memasak di dapur.

Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata ‘pacar’? ‘malam minggu’? ‘jalan-
jalan’? hahaha, aku tidak melakukan semuanya, aku cukup sibuk untuk melakukan hal-hal
seperti itu. Hanya bermodalkan kuota wifi dirumah, aku mulai berselancar di social media,
mencari hal-hal baru tentang ‘pacar masa depanku’ku dan grupnya hahaha iya, idola ku
maksudnya. Di dunia fangirl, ini adalah hal yang lumrah. Sedikit bocoran untuk kalian kami para
Kpopers -sebutan untuk pecinta hallyu star- lebih memilih jomblo dan bersenang-senang dengan
teman sesama Kpopers daripada menghabiskan waktu, malam minggu dengan berpacaran.
Dulu pernah seorang teman bernama Fitri bertanya padaku perihal pacar dan dengan
entengnya aku selalu menjawab “Pacarku sedang berada jauh denganku, tapi percayalah suatu
saat nanti aku akan menghampirinya.” Kataku memasang wajah seserius mungkin dan dia hanya
menatapku datar. Sungguh, aku ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya yang
saat itu terlihat percaya dengan omonganku. Dia benar-benar lucu sekali.
Ini baru ceritaku, belum lagi cerita teman sesame Kpopers ku, akan lebih lucu dan
menghebohkan lagi. Ada yang mengatakan “Aku akan menikah dengan Taeyong.” “Jodohku itu
Mark, sedangkan yang lain hanya sebagai selingan sambal menunggu lamarannya.” “Kalaupun
aku tidak menjadi istri dari seorang Byun Baekhyun, tapi setidaknya aku akan menjadi ibu dari
anak-anaknya” “Pokoknya aku itu, istri pertamanya Jaehyun.” “Isi dompetku selalu habis untuk
menafkahi suamiku disana” dan masih sangat banyak lagi kalimat yang menurut orang-orang
non kpopers menggelikan dan terdengar gila yang keluar dari mulut dan ketikan para fangirl.
Ini hanya sedikit kisahku tentang kehidupan fangirl yang sering kali mendapat cemoohan
dari orang-orang hanya karena kami ‘berbeda’ dari mereka. Aku tidak berniat menceritakan
semua cemoohan yang aku dapatkan, tapi percayalah hanya kami yang dapat mengetahui sisi
baik dan sisi buruknya kehidupan kami sendiri. Bahkan kami tidak pernah mengusik orang lain
dan orang lain tidak diharaokan untuk mengusik apa yang kamu suka.

And this is my life, I deserve to be happy for what I chosee 

Anda mungkin juga menyukai