Maratungga harus keliling sedangkan Aya hormat bendera untuk hukuman nya.
Maratungga lagi-lagi terkekeh.Sikap maratungga ketika bersama Aya sangat berbeda ketika
bersama orang lain,Maratungga menjadi galak dan emosian.Sedangkan ketika bersama aya,alih-alih
galak,ia justru selalu tersenyum,terkekeh,hingga tertawa.
Satu setengah jam telah berlalu dan mereka berdua akhirnya menyelesaikan hukuman.
”Kaki nya di selonjorin.”Maratungga memegang kaki kiri aya lalu menariknya pelan agar
sirkulasi darahnya lancar.
Malbi datang menyodor kan dua botol air mineral dingin untuk dua sahabatnya.
Matanya memperlihat kan ketidak sukaan,apalagi ketika mendapati tatapan aya pada
malbi.rasanya ingin sekali maratungga mengusir malbi dari sini.
Maratungga menatap surat pemanggilan orang tua,tanpa membacanya,ia meremas kertas itu
hingga menggumpal,kemudian membuangnya ke tong sampah.Lagi pula ingin di beri kepada
siapa?,bundanya sudah meninggal,dan ayahnya gila kerja.
Sementara aya,memasuki rumah,bunda dan ayah nya sedang mengobrol sambil menyesap
kopi nya masing-masing.”Aya melempar surat panggilan orang tua ke atas meja,ngak usah
dateng!”ucap aya.
Bundanya yang kepo langsung mengambil surat tersebut.ia begitu terkejut ketika isinya adalah
surat pemanggilan orang tua.
“Aya!apa-apaan kamu ini?!kenapa kamu ngak bisa nyontoh ile adek kamu?!”
“Kapan kamu bisa bikin orang tua bangga!bisanya cuma bikin malu orang tua!”
Aya sudah tidak menghiraukan teriakan mamanya dan menghilang di balik pintu kamar nya.
“Mama belum selesai ngomong sama kamu aya!”
Aya memasuki kamarnya.Lalu menutup pintunya rapat.Ia terdiam ketika melihat ile sudah
duduk di bibir kasur sambil kaki nya menyilang.
Aya terkekeh”ya..terus urusan sama gue apa?lo mau minta gue jauhin maratungga?iya?”
“KAK AYA!”
Sedari kecil memang yang tampak di mata orang tua nya hanya lah ile.Di mata mama papa
nya,aya hanyalah anak yang bodoh.berbeda dengan ile yang terlahir pintar sedari kecil dan
penurut,tentu saja dia sangat di sayangi oleh mama dan papa.
“lo minta gue jauhin mara,karna lo suka sama mara?sekarang gue tanya, dia suka ngak sama
lo?!”ile terdiam tak dapat menjawab
Aya tertawa”ngak bisa jawab ya?iyalah,kan dia emang engak suka sama lo!”
Ile yang geram hendak menjambak rambut aya,tapi aya dengan sigap memegang tangan ile dan
menakan nya kuat-kuat.
Aya melepas tangan ile dengan menahan emosi.Gadis itu meringis kesakitan .Tangan nya perih
dan panas.Ile lupa bahwa kak nya ini ketua ekskul taekwondo di SMA Banaspati.
Ia mengepal kan kedua telapak tangan.Dadanya naik turun lantaran menahan emosi.Ia lantas
meninggal kan kamar kakaknya dengan menghentakkan kakinya di lantai.
Bagaimana ile bisa meluluh kan maratungga,kalau chatnya selalu berakhir tanpa
balasan?.Maratungga itu seperti batu,kepribadian nya keras.jangankan ile,cakrawala yang notabene
nya adiknya,perangainya saja masih keras.selama ini maratungga hanya pada sang mendiang bunda
dan aya saja dia bisa melunak.
Maratungga sudah rapi dengan searagam SMA Banaspati karna sudah di setrika oleh
cakrawala.”Bang mara sarapan dulu”
Cakrawala sudah seperti ibu-ibu yang mengurus satu anak.Padahal ia lebih muda dari pada
maratungga.Ia sering membersihkan rumah.Sedangkan abangnya pemalas.Kerjaan maratungga di
rumah hanya,melukis,makan,tidur,dan marah-marah.Walaupun begitu ia tetap sering di beri jajan
oleh ayah nya.
Tidak butuh waktu lama,nasi goreng di piring berhasil di habis kan oleh maratungga dan
cakrawala tanpa sisa.
“Bang mara kalau nyuruh cakra sekali-kali yang lembut dong.Gini nih,cakra contohin.Coba abang
bilang,cakra,minta tolong—“
Dirinya memang seperti ini.Kasar dan tidak beradab.Bahkan untuk mengucapkan tiga kalimat
ajaib seperti tolong,terimakasih,dan maaf saja hampir tidak pernah ia katakan.
Maratungga tidak menjawab dan melangkah pergi begitu saja.Suara knalpot semakin lama
semakin mengecil,hingga akhir nya lenyap karena motor itu melaju meninggalkan rumah.
Cakrawala menghela nafas panjang Ia mulai membersihkan bekas makan sarapan tadi.Semuanya
tidak ada yang janggal hingga cakrawala mengangkat piring bekas makan maratungga dan
menemukan uang lima puluh ribu di bawahnya.
“Kapan ya?ayah ngasih cakra uang saku?cakra juga pengen jajan di kantin kayak temen-temen
cakra yang lain,”ucap cakrawala,saat ia menonton film spongebob di TV.Di samping nya ada
maratungga,tapi cowok itu terkesan tidak peduli.Ia sibuk main game di ponselnya.Dan pagi ini
maratungga dengan wajah dinginnya mengatakan;”kalau lo nemuin sesuatu ambil.kalau ngak
mau,buang ke tempat sampah!”
Meski dari luar terlihat kasar tapi sebenarnya maratungga adalah sosok yang baik dan penuh
kasih sayang.Dia selalu mempunyai caranya sendiri untuk menunjukkan rasa kasih sayang nya.
Ketika maratungga keluar dari rumah,dari arah kanan malbi melajukan motornya.mereka sama-
sama ingin ke rumah aya.mereka saling menekan gas nya semakin dalam.Alhasil maratungga dan
malbi sudah seperti pembalap sirkuit dengan rumah aya sebagai finish.Malbi tersenyum sini lantaran
dia di posisi unggul.Ia akan tiba di rumah aya terlebih dahulu.
Ciiiiiiit
Malbi memang di posisi pertama tapi ia lupa menekan remnya.Alih -alih berhenti di dpan rumah
aya,ia justru berhenti di samping pos satpam kompleks.Sialan!
Tepat ketika maratungga sampai ,pintu gerbang itu terbuka dan menampakkan ile yang sudah
rapi dengan sereagam sekolah serta senyum sumringahnya.
Kita?siapa yang ile maksud kita?tak lama aya muncul dari balik pintu pagar.
“Cepetan naik!”pinta maratungga sekali lagi.karena aya tidak kunjung naik ke motornya.
“Gue bareng malbi,mara lo sama adek gue aja,”tutur aya yang seketika membuat mata
maratungga membulat.Sedang kan malbi cengar-cengir.Aya sengaja mengatakan itu untuk memanas
-manasi ile.
Maratungga memandang aya dengan intens.”Naik sekarang atau gue obrak-abrik motornya
malbi!”
Malbi melotot”Apaan sih lo mar!ngak sopan banget sama kakak kelas.Gue sama aya kakak kelas
lo nih!”
Maratungga turun dari motornya dan memakai kan aya helm,dan memastikan pengaitnya
terpasang.jika aya jatuh terluka,maka maratungga akan membuat perhitungan dengan jalan aspal.
Aya tersenyum sinis pada ile.semoga dengan ini adiknya itu akan sadar diri.
Maratungga langsung melajukan motornya agar suara berisik malbi tidak terdengar di telinga
aya.Maratunga menarik tangan aya untuk memeluknya.Aya terkekeh,”dasar!”
“Gue nebeng sama lo ya bi,”pinta ile.
Dengan berat hati ile menaiki motor malbi.”jangan ge-er ya bi,gue ngak mau semotor sama lo!
gue mau nya sama mara!”
“Ya udah jumping-in aj!ini kan motor lo!tapi gue turun dulu biar ngak jatuh!”
Ile dan malbi tidak usai-usainya berdebat hingga tiba di sekolah.Dasar ketua osis ngak waras!.
Aya berlari di lapangan bersama anggota ekskul taekwondo lainnya.Aya berlari di baris terdepan
dengan seragam putih kebanggan taekwondo dan sabuk hitam DAN1 melingkar di
pinggangnya.Rambutnya di ikat satu,memperlihatkan leher putih jenjangnya yang berkeringat.
Sejak kecil aya memang suka berolahraga,dan mulai SD ia mulai mengikuti latihan
taekwondo.Papanyalah yang mendaftarkan nya.Sebenarnya hubungan ia dengan mama dan
papanya tidak terlalu buruk,ia tidak di paksa bekerja,di berikan uang saku rutin,dan tidak dapat
kekerasan,hanya saja porsi kasih sayang nya sangatlah tidak adil.Aya selalu di banding-bandingkan
dengan ile.Bagi ke dua orang tua nya sabuk hitam aya bukan lah apa-apa di banding dengan
peringakat satu paralel dan nilai yang nyaris sempurna di dapat oleh ile.
Ketua ekstrakulikuler taekwondo setiap tahunnya pasti seorang laki-laki,tetapi tahun kali ini
adalah pertama kali nya seorang perempuan.Dan gadis itu adalah aya saraswati.Sabuk hitam adalah
sabuk tertinggi di dalam beladiri asal korea.
Dan para pengurus osis mengadakan rapat untuk menyelesaikan masalah yang telah di buat oleh
maratungga.Setelah di adakan rapat di ruang osis tidak ada yang berani mendekati maratungga
mengingat cowok itu adalah laki laki emosional yang sulit di dekati.Hingga akhirnya mau tidak mau
ketua osislah yang harus turun tangan.siapa lagi kalau tidak malbi.
“Mara, gue itu sebenarnya capek banget ngurusin lo,kenapa lo ngak bisa sehari aja ngak
bikin masalah?!”
“Gue janji deh mar,gue bakal kabuli tiga permintaan lo.apa aja gue kabulin.”
“Gue itu ikut ekskul paskibra.ketua osis sama pengurus osis itu wajib ikut paskibra.Lagian lo
ngak liat apa setiap hari rabu gue pake seragam paskibra?”ucap malbi sedikit kesal,bisa-bisanya
sahabatnya ini tidak tahu apa ekskulnya.
“Sok-sokan pinter lo!” ucap maratungga tidak terima jika dia dikatakan bodoh oleh
malbi,yang menurutnya tidak kalah bodoh darinya.
“Lah,emang gue pinteer!malbi pinter,malbi ngak pernah ngak naik kelas kayak
mara...hahah...”malbi mengejek maratungga.
Mereka memang sering berdebat sejak kecil,di tengah perdebatan pasti selalu ada yang
menghantam kepala malbi karena ulah maratungga.Apapun yang berada di tangan maratungga pasti
ia lempar ke kepala malbi.Meski pun begitu,mereka akan kembali berteman seperti tidak terjadi
apapun.Kebiasaan ini berlangsung hingga mereka SMA.
“Oh,aya...dia ikut ekskul taekwondo.Orang senggol bacok kayak lo cocok deh,se-ekskul sama
aya.”
Ketika tiba di lapangan.Ia melihat banyak siswa siswi yang sedang berlatih.”Lo kalau mau gabung
kesana ganti seragam dulu”ucap malbi.
“Ngak punya”
“Bentar deh,gue cariin dulu.Awas aja kalau lo kabur!gue gorok leher lo!”malbi berlari ke
ruang osis untuk mengembilkan sisa seragam taekwondo.Tidak lama ia membawa seragam
taekwondo berwarna putih untuk maratungga.
“cepetan ganti seragam!”perintah malbi.
Ia tidak akan pergi sebelum memastikan dengan mata kepala nya sendiri jika maratungga
mengikuti ekstrakulikuler.
Maratungga mengganti baju di toilet dekat lapangan taekwondo.tidak lama setelah nya keluar
lah maratungga yang sudah lengkap dengan seragam taekwondo yang telah melekat pada
tubuhnya.Ia lantas bergabung bersama siswa-siswi lain yang sudah dari tadi mengikuti kegiatan
tersebut.
Setelah memastikan maratungga mengikuti ekstrakulikuler tersebut dan tidak ada gerak gerik
mencurigakan,lantas malbi pergi untuk mengikuti rapat evaluasi proker 3bulanan osis yang sudah di
rencanakan sejak tadi.
Maratungga menunduk,melangkah masuk kedalam dengan perasaan sesak yang kian mencekik
hingga membuatnya tidak memiliki daya untuk berbicara sepatah kata pun,apalagi membela
cakrawala dari amukan ayahnya.Maratungga menutup pintu kamar nya rapat-rapat,berharap suara
sakit rintihan kesakitan cakrawala tidak memiliki celah untuk menembus dinding kamarnya.
“Harusnya dia tidak tinggal disini,ayah sudah baik dengan mengizinkan dia tinggal disini!”
Tanpa ada yang tahu,maratungga meneteskan air mata.tapi ia tetap membiarkan cakra
menghadapi amukan ayahnya seorang diri.
-Don’t cry-
Pagi ini ile sudah rapi dengan baju seragamnya,lantas ia turun menuju meja makan,dan di
sana sudah terlihat mama yang sedang mempersiap kan sarapan pagi,dan ayahnya yang sudah rapi
dengan baju kerjanya.