Pada Zaman dahulu hiduplah seorang putri yang bernama bambang.
Bercanda hehe. Gue ga lagi ngedongeng, gue pengen nyeritain permainan takdir gue yang sangat unexpected. Nama gue Zeline. Saat ini gue duduk di bangku SMA kelas 10. Gue bukan gadis yang special dan most wanted sekolah, namun gue gadis yang paling beruntung bisa mendapatkan hati seorang kapten basket dengan segudang prestasinya. Dialah Rakha, seorang manusia yang nyaris sempurna. Seorang yang mampu membuat kepribadian gue menjadi lebih baik. Pada saat gue masih duduk di bangku SMP, gue pernah menjadi queen bullying, gue melampiaskan amarah, kesal bercampur benci pada siswa yang lemah. Orangtua gue selalu sibuk dengan urusannya hingga melupakan gue sebagai anaknya. Gue hanyalah dibuat untuk dijadikan pajangan rumah, haha sungguh miris. Gue tau, mereka terpuruk karena kakak laki laki gue hilang diculik dari umur 7 tahun, hingga saat ini belum ditemukan. Mungkin dengan mereka tak pulang ke rumah akan lupa dengan kenangan kakak gue. Tapi ingat, disini gue juga anak kalian, masih membutuhkan kasih sayang, percuma bisa hidup mewah tetapi tak bahagia. Semua itu sekarang sudah tergantikan oleh Rakha. Dialah yang membuat gue sadar akan perlakuan gue dahulu, dan mengubah gue menjadi lebih baik. Dialah obat dari sakit gue selama ini. Dialah juga rumah kedua gue. Perlakuannya yang selalu membuat gue betah berlama lama dengannya. Dengan adanya dia hidup gue kembali berwarna, gue harap perlakuan ini akan bertahan lama. dan tetap sama sampai kapan pun. Gue juga merasa bahagia, orangtua gue juga sekarang menjadi sering pulang ke rumah, dengan wajah yang ceria. Gue dibuat bingung dengan hal itu, namun gue tepis, karena setelah sekian lama gue ga lihat wajah bahagia mereka setelah kejadian penculikan abang gue. Pagi itu gue sudah bersiap ingin berangkat ke sekolah, dan turun untuk sarapan bersama keluarga. Ini lah saat yang kurindukan, setelah bertahun tahun akhirnya gue bisa melakukannya bersama. “Pagi Mah Pah” Sapa gue. “Pagi nak” Jawab Papah. “Pagi sayang, sini mamah udah bikinin kamu sandwich” Ujar Mamah. Lalu gue sarapan, setelah itu gue diantar Papah ke sekolah. “Belajar yang rajin ya, papah mau kerja dulu” Ujar Papah. Lalu gue mengangguk. “Iya pah hati hati” Setelahnya gue hendak berjalan menuju ke kelas, namun terhenti karena seseorang memanggil gue. “Zel!” Gue pun menoleh. “Eh Rakha!” Girang gue. “Hai, ceria banget kenapa nih?” Tanya Rakha. “Gapapa kok, mamah sama papah aku jadi sering perhatiin aku sekarang, jadi aku seneng banget, apa lagi ditambah perhatian kamu, jadi plus plus deh bahagianya hehe” Racau gue dan Rakha hanya tersenyum gemas yang mampu membuat para betina menjerit, sungguh lucu dirinya. Singkat cerita bel istirahat kami berdua ke kantin guna mengisi perut yang keroncongan. “Kamu mau pesan apa? Biar aku pesanin” Tanya Rakha seraya memandang gue, dan itu mampu buat gue jadi blushing. “Em, aku mau bakso aja deh” “Siap tuan putri, harap ditunggu” Ujarnya seraya mengelus kepalaku dengan gemas. Gue gamau panjang lebar, singkat cerita bel pulang. Gue sama Rakha janjian mau pulang bareng. Kita berdua berjalan menuju parkiran sekolah. Namun saat gue lihat di gerbang, kedua orangtua gue berjalan menuju ke gue. “Eh tunggu, itu kok mamah sama papah kesini?” Bingung gue. “Jemput kamu kali” Mereka pun di hadapan gue sama Rakha. Namun anehnya mereka menatap Rakha dengan mata yang sendu dan menyiratkan rindu dan kesedihan. Gue dibuat tercengang saat Mamah memeluk Rakha dengan erat. “Hiks k-kamu Rakha kan nak?” Tanya Mamah yang masih dalan pelukan Rakha. “Iya tante, saya Rakha” Jawab Rakha. Gue hanya menatap Mamah yang menangis dengan bingung. ‘Ini sebenernya ada apaan sih?’ Batin gue. “Kamu lah yang selama ini kami cari nak, kamu lah yang selama ini membuat kami uring uringan, akhirnya kamu ketemu juga” Ujar Papah yang semakin membuat gue bingung. ‘Ini kenapa Rakha dicari sama papah? Apakah Rakha buronan?’ Batin gue. “Kenapa saya dicari om?” Tanya Rakha. “Karena kamu anak kami yang hilang, kamu kakaknya Zeline yang diculik waktu kecil dulu” Jawab Mamah seraya melepas pelukan dari Rakha dan menatapnya lekat. Terkejut. Sangat terkejut. Gue berpikir mereka sukses membuat kejutan untuk gue. Sekarang gue benar benar terkejut. “Mah.. mamah bohong kan? Ga lucu mah, ini bukan acara lawakan” Ujar gue tak percaya. “Mamah jujur nak, mamah tau Rakha diasuh di panti dan sekarang diadopsi oleh Pak Gilang dan itu sahabat papah” “Dan papah sudah membicarakan ini dengan Pak Gilang bahwa kamu sekarang akan tinggal di mansion saya, dan sebagai bagian keluarga saya” Ujar Papah pada Rakha. Gue menunduk dengan tatapan kosong. ‘Gila, sungguh gila. Selama ini gue mencintai kakak gue sendiri. Bodoh lo Zeline’ Batin gue. “Nak, Zeline, kamu kenapa?” Tanya Mamah khawatir. “Mah… ayo bilang bahwa ini hanya lelucon semata, ayo mah..” “Sayang, ini bukan lelucon, ini adalah kakak kamu yang selama ini kamu rindukan” Ujar Mamah. “Tapi dia kekasihku mah.. selama ini dia yang memberikan warna dalam hidup Zeline saat kalian sibuk dengan dunia sendiri, kalian ga memikirkan bahwa kalian mempunyai seorang anak lagi, kalian juga apa pernah pulang? Jangan kan pulang, untuk memasakan makan bahkan menanyakan kabar saja tak pernah. Haha sekarang apa? Kekasihku yang harapan satu satunya adalah abangku. Permainan takdir macam apa ini?” Ujar gue tak percaya dengan semua ini. Tak jauh beda dengan gue, abang gue sekarang juga masih tak menyangka akan kejadian ini. “Maaf dek, abang ga tau kalau adek adalah adek abang, kalau saja abang tau abang ga akan pernah berbuat seperti ini dek… maaf” Ujar Rakha dengan mata yang berkaca kaca. Gue menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan guna menetralkan emosi. “Gue memaafkan kesalahan semuanya, toh juga sepenuhnya bukan salah kalian. Sudahlah ini juga sudah takdir, kita juga tak boleh menyalahi takdir tuhan, semua pemberian tuhan bagi kita adalah yang terbaik” Jawab gue. Semuanya pun tersenyum bahagia. “Maafin mamah ya sayang, sudah membuat kamu menderita seperti ini” Ujar Mamah seraya memelukku. “Papah juga ya nak, maaf telah mengabaikanmu” Papah juga memelukku. “Dek maafin abang, telah mencintai adek dengan salah, sekarang abang akan mencintai adek lebih dari seorang kekasih namun adalah sebagai tuan putri adik abang satu satunya yang paling cantik” Sesalnya. “Yasudah, kita pulang, lepasin dulu dong pelukannya sesak nih. Udah kayak macam teletubis aja harus berpelukan gini” Kesal gue karena jadi perhatian sama siswa yang melintas di sekitar gue. “Ish kamu ya, bakat banget merusak suasana” Kesal Mamah. “Ya sudah ayuk pulang, kita akan quality time bersama hari ini” Ajak Papah. “Lets goo!” Girang gue. Memang takdir kehidupan tak dapat ditebak. Namun yang pasti semua pemberian dari tuhan adalah yang terbaik untuk makhluknya. Kita hanya dapat menjalankannya saja. Semoga dari sini dapat diambil pelajaran bagaimana hidup itu tak ada yang berjalan mulus, pasti ada halangan walau sebesar batu kerikil. Disetiap halangan kita juga harus bersikap bijak dalam menghadapinya. Agar tak salah dalam tindakan dan perbuatan.