Anda di halaman 1dari 5

BUKAN ILUSI CINTA

PART 1
Cerpen karangan : Habib
Sinar jingga menyelinap disela sela rongga jendela kamarku. Terdengar riuh tawa kedua
orang tuaku yang sedang beristirahat sembari menonton televis diruang tamu yang berada
disebelah kamarku. Aku yang baru bangun dari mimpi indah di siang bolong dan
melamun di tempat tidur yang sangat nyaman dan tak terasa aku mulai tersenyum
mengingat mimpi yang indah itu dan seperti biasa aku mulai menceritakannya dilaptopku.
Inilah cerita mimpiku
Duk… Duk… Duk… suara pantulan dari bola basket dilapangan olahraga sekolahku. Ya
waktu itu, waktu dimana anak anak IPA 1 termasuk aku sedang melakukan kegiatan
pelajaran olahraga dan pada saat itu sedang praktek olahraga basket. Olahraga yang
selama ini aku paling suka, entah kenapa aku suka dengan olahraga ini. Perkenalkan aku
Fajar Putra Bagas, panggil saja aku fajar. Anak SMP kelas VII ternama di kota yang
sering disebut kota sejuta bunga. Kota dimana aku benar benar menemukan wanita yang
menurutku menjadi awal cerita cinta ini dimulai.
Gubrak!!!!
Suara yang mengagetkan aku yang sedang istirahat di pinggir lapangan waktu itu dan itu
suara bola yang sengaja dilemparkan ke bangku dekat tempatku beristirahat.
“Oy main!!!, istirahat terus, sambil senyum-senyum lagi, awas gila nanti” ujar sahabatku
yang tadi sengaja melemparkan bola.
“Oh oke-oke ayoklah main lagi” jawabku yang gelagapan.
Aku lanjutkan main basket bersama teman-temanku setelah beristirahat dan memandang
gadis manis yang sejak aku masuk di SMP ini aku jatuh hati dengannya.
Kringgg… bel sekolah berbunyi panjang tanda jam sekolah telah usai. Aku dan sahabatku
keluar sekolah dan langsung ketempat langganan kami yaitu tempat makan sederhana di
depan sekolah kami. Oh ya perkenalkan sahabat karib semasa SMP ku, namanya Jefri
Anugrah, yang sering aku panggil pri tapi dia paling suka dipanggil jef katanya biar keren.
Dia anak yang kocak dan sedikit agak sableng. Kita mulai bersahabat saat ospek dan
disatukan dikelas yang sama, jadi dia menjadi sahabat karibku yang banyak tau dan
terkadang sok tau juga.
“Jar mau apa lo?” jefri menawarkan makanan sambil mengunyah permen karetnya
“Mie rebus pake telor jangan lupa pilusnya juga pri” sahutku bersemangat karena aku
sedang lapar sekali
“ Pra pri pra pri, jef gitu jar, biar keren kalo didenger cewek-cewek” ucapnya sambil
sedikit kesal
“ Hahahaha” tawaku yang lepas melihat kelakuan sahabtku.
Sambil menyantap mie yang ada dengan suasana pohon yang rindang membuat tempat
ini menjadi primadona di SMP kami buat menghilangkan lelah setelah sekolah.
“Jar, lo tadi kenapa senyum-senyum pas istirahat di pinggir lapangan?” tanyanya
“Senyum-senyum gimana?” balasku menyangkal
“Jelas lo senyum-senyum, makannya gue lepar bola ke lo, kenapa lo? Gak gila kan?”
sahutnya sambil sedikit tertawa
“Ya enggaklah,masih lurus kok otak saya, Cuma tadi si dia lewat tadi dilantai dua
makannya saya senyum-senyum mas bro dah lah lanjutin makan laper saya” melanjutkan
makan
Setelah makan kami berdua pulang kerumah masing-masing. Jefri memang sering banget
kepo seperti tadi. Dia memang tau aku sedang mengagumi salah satu siswi di SMP kami
tapi dia belum tau siapa nama siswi itu karena aku sendiri belum memberitahunya. Aku
tak memberitahu kepada siapapun nama gadis ini tetapi beberapa orang sahabatku tau
kalau aku sedang menyukai seseorang.
Seseorang itu adalah Cika Amanda, biasa dipanggil oleh teman-temannya encik dan
akupun begitu. Dia adalah gadis termanis menurutku yang pernah aku temui, dan yang
paling aku sukai dari dia adalah senyum manis yang tambah manis karena dia memiliki
gigi gingsul. Rasanya langit runtuh dan waktu berhenti kalau dia senyum. Aku
mengenalnya dari teman di organisasi pramukaku Della namanya. Della memang dekat
dengan encik dan dari sanalah aku sedikit banyak mengenal encik.
Pagi yang cerah untuk bersekolah hari ini. Tak tau rasanya hari ini aku ingin sekali ke
perpustakaan, maka dari itu saat jam istirahat langsung aku ke perpus untuk bersantai
membaca komik kesukaanku yaitu conan. “Hai jar” sapa encik. “Hai juga ncik, kamu
kesini juga? Mana yang lain?” sahutku tersenyum. “Ini ada tugas gue, makannya gue
kesini biar tenang aja, yang lain lagi ke kantin nyusul katanya” jawabnya ramah.
“Yasudah duduk sini aja kosong” usahaku untuk dekat dengan dia. “oke jar” ucapnya
sambil tersenyum.
Memang hari yang indah dengan pagi yang cerah dan momen termanis waktu itu berdua
bersama encik, gadis yang kusukai. Benar-benar aku tak bias fokus membaca komik saat
disamping dia. Rasanya mata ini tak bisa menyangkal untuk mencuri pandang ke wajah
manis dengan rambut terkuncir kuda. Mulut ini terbungkam seperti dijajah oleh mata yang
mengisaratkan kalau waktu itu adalah waktu untuk mataku memandang keindahan
ciptaan Tuhan yang paling indah ini bukan waktu untuk mulutku berbicara.
“Eh ngelamun aja, lagi baca apa lagi ngelamun” candanya sambil tertawa kecil. “Hehehe”
balasku. “aku hanya bersyukur Tuhan turunkan bidadari keperpustakaan ini, keindahan
kata kata dalam novel kalah dengan hadirnya dirimu, candaan dalam lawakan tak ada
artinya saat tawamu terdengar ditelinga dan heningnya perpustakaan sirna saat kau duduk
disampingku” batinku dalam hatiku.
Aku masih belum berani untuk ungkapkan semua rasa dalam hati yang sudah lama ini,
bukan karenaku malu tapi aku takut suatu saat membuat senyumnya hilang.
Tak terasa sudah sebulan dari kejadian manis itu dan semangat itu terus menyelimuti
kegiatan kegiatanku. Aku bangun dari tempat tidurku dan mempersiapkan diri untuk
ujianku hari ini. “Fajar cepetan,sarapan dulu” ucap ibuku. “Oke bu sebentar lagi” sahutku.
“Gimana kamu udah belajar untuk ujian hari ini? Tanya ayahku. “Udah yah, udah siap
tempur ini” jawabku sambil tertawa kecil. Memang kebiasaan dikeluargaku untuk selalu
menanyanakan kabar satu sama lain di pagi hari dan itu sangat menyenangkan.
Hari ini aku ada dua ujian akhir semesterku, dan satu setengah jam aku sudah melewati
satu ujianku ini dan waktu istirahat 10 menit untuk melanjutkan ke ujian berikutnya.
Disela waktu istirahat itu jefri menghampiriku “Jar susah banget ujiannya” ucapnya. “ Ah
lebay kali kau nak” candaku. “Wah wah bapak ini kayaknya lancar-lancar jaya” sahutnya
yang membuat kami tertawa. “Eh bro gue lagi suka sama cewek” sambung jefri. “Siapa?
Anak kelas ini?” tanyaku penasaran. “iya, nih gue tunjukin orangnya liat pensil gue
ditaruh mana” jawab jefri sambil jalan menaruh pensil ke siswi yang dia suka.
Saat itu adalah hal yang mengagetkanku, karena ternyata sahabatku menyukai encik juga.
Saat melihat itu aku tak tau harus menampilkan wajah senang atau sedih, senang karena
sahabatku menyukai seseorang atau sedih karena yang disukai dia adalah gadis yang sama
dengan yang kusukai.
Sisa hari itu benar benar membuatku banyak termenung dan diam. Aku dihadapkan pada
situasi yang sangat membingungkan antara aku melanjutkan rasaku pada encik atau
mengalah dan mebiarkan sahabat terbaikku untuk terus menyukai encik. “Ah sudahlah”
gumamku. Akhirnya aku biarkan badan dan pikiran ini istirahat dengan berbaring di
tempat tidurku.
Hari telah berganti namun rasa bimbang itu masih ada. Malas rasanya untuk pergi
kesekolah, tapi apa mau di kata ujianku tetap menunggu. Sepanjang hari itu jefri
menceritakan chattingannya dengan encik dengan semangatnya. Aku sangat kesal, tapi
aku tak mau merusak suasana sahabatku itu.
“Assalamuaikum bu fajar pulang” salamku. “Waalaikumsalam kok lesu?” tanya ibuku.
“Menyebalkan sekali hari ini bu” sahutku jutek. “Aih anak ibu kok gt?” sedikit kaget.
“Coba cerita sini” sambung ibuku. Akhirnya aku menceritakan semuanya ke ibuku. Ibuku
memang tempat paling nyaman untuk bercerita dan yang paling ku suka iyalah nasehat
nasehatnya seperti saat ini.
“Owalah jadi gitu soal cintaaaa” ucap ibuku sedikit meledek
“Aih ibu mah gitu, terus fajar harus gimana coba bu?” tanyaku
“Kalo menurut ibu gini, kamu kalau benar benar mencintai encik, kamu juga harus siap
berkorban untuk kebahagiaan dia, saat sama sama bahagia atau saat kamu terluka untuk
dia bahagia. Hal yang terpenting kalau kamu benar benar cinta dengan dia, jaga
kebahagiaannya karena cinta itu tidak egois tidak mementingkan kebahagiaan diri sendiri
tetapi lebih mementingkan kebahagiaan orang yang kita sayang” ucap nasehat ibuku.
Semua nasehat ibuku selalu teringat dalam pikiranku dan menurutku itu semua benar dan
aku setuju dengan nasehatnya. Akhirnya mulai dari saat itu aku menahan rasaku ke encik
dan membiarkan sahabatku untuk lanjut menyukai encik tanpa harus tau sahabatnya juga
suka dengan orang yang sama.
Bidadari itu memang kebahagiaan terbesar yang Tuhan turunkan. Bidadari yang sangat
manis dengan senyum gingsulnya. Aku sadari, aku mencintai dirinya dengan cinta yang
tak biasa, cinta yang tak memandang kebahagiaan untuk diri sendiri, cinta yang terasa
terbalaskan hanya karena dia tersenyum manis, dan cinta yang takut menyakitkan dia dan
menghilangkan senyum manisnya.
Mungkin banyak yang menganggap semua ini adalah kisah yang sedih, tapi bagiku ini
adalah kisah terindah yang membuatku dewasa, aku tak pernah menyesali untuk mencitai
dia, dia yang kusebut encik.
Setelah masa SMP ku aku pindah ke kota lain karena ayahku ditugaskan dikota lain. Dia
masih tetap di kota sejuta bunga sedangkan aku saat ini berada dikota saburai, tetapi jarak
itu tak menghapus semua kisah itu.
Tak terasa tanganku mulai lelah mengetikkan kisah mimpiku. Akhirnya aku selesaikan
menuliskan mimpiku, aku beranjak dari laptopku dan sekarang ku raih hpku. Aku cek ig
ku dan ternyata dia, Cika Amanda sedang berada satu pulau denganku walau dia dilain
kota. Hal itu membuat hari ini membuatku tersenyum sangat manis dan penyebabnya
adalah dia. Salam sayangku yang tak pernah terucap dari bibir ini untuk bidadariku wanita
dengan senyum gingsul manisnya aku samapaikan dengan hadirnya tulisan ini. Lalu
bagaimana kabar Jefri yang menyukai encik? Apakah dia benar jadian dengan encik?
Atau hanya salah paham? Semua itu akan terjawab di cerita selanjutnya

Selesai
BUKAN ILUSI CINTA
Part 2

Cerita ini belumlah selesai dan berlanjut di masa kuliahku. Tapi ini aku yakin tak seperti
yang kalian bayangkan atau beberapa orang dalam feeling cinta yang tak biasa. Kalau kau
tau makna dari fajar dan senja memang indah dan saling melengkapi di ruang waktu
didunia ini, tapi fajar dan senja tak kan pernah bersatu, dan mereka saling menghilangkan.
Keindahan mereka berdua hanyalah setengah dari bagian waktu dan setengah lainnya
adalah kegelapan dan diisi dengan keindahan yang lainnya yang bisa bersinar di
kegelapan malam sama halnya dengan ini semua.
Tak terasa hampir tiga tahun lebih aku sudah menginjakan kaki di sang bumi jua ruai dan
meninggalkan kota sejuta bunga. Meninggalkan kota itu tak bisa meninggalkan kisah
yang belum ku mulai waktu itu. Entah karena memangku sayang dengan dirinya atau
hanya ilusi dari sebuah cinta anak SMP. Pertanyaan yang selalu sama menghampiri sejak
waktu itu sampai saat ini.
Cika Amanda itu namanya, mungkin kalian yang sudah baca tulisanku sebelumnya
sedikit mengenalnya. Wanita yang benar benar meluluhkan hati dari seorang pria yang
tak bisa mengungkap rasa itu padanya yaitu aku Fajar Putra Bagas.
Semua bayangan itu muncul ketika aku baru tersadar aku sedang menginjakkan kaki di
kota sejuta bunga lagi. Bukan untuk sekolah atau kuliah, tapi hanya untuk berlibur dan
mengunjungi saudara saudaraku.
“Fajar kan??” tanya seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang
“eh… iya iya” jawabku tersontak

Anda mungkin juga menyukai