Matahari pagi ini tampil dengan bangganya dari balik jendelaku. Awan
pun tak mau kalah, mereka seakan berkejar-kejaran mengelilingi langit luas.
Sepertinya mereka seperasaan denganku. Sebenarnya beberapa hari ini aku
bahagia sekali, bagaimana tidak? Lelaki tampan itu membuatku ingin terus
menatapnya. Menatapnya ? Iya, orang sastra bilang ‘’mencintai dalam diam
pada pandangan pertama’’ itu yang kualami saat ini. Perawakannya yang
tampan itu yang membuat langsung jatuh hati, alis tebal, bibir yang tipis dan
tidak lupa senyumannya,ahhh. Dia pindahan dari Jakarta, beberapa hari ini
sudah beraktivitas di SMAku. Semulanya sekolah adalah tempat yang
membosankan kini menjadi menyenangkan karena ada dia.
‘’ Vana!!! Bangun!!! Ini udah jam berapa ? kau gak sekolah?’’ teriakan ibuku
menyadarkanku dari lamunan tentang dia.
‘’Alamak, iya bu!!! Vana udah bangun bentar lagi selesai ini.’’
Sebenarnya daritadi aku sudah bangun tapi lamunan ini terlalu sayang untuk
ditinggalkan rasanya. Kutarik handuk lari langsung gegas ke kamar mandi.
Segera bergegas untuk berangkat ke sekolah. Lagian, tak sabar juga aku ingin
melihatnnya. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyelesaikan segalanya di
pagi hari karena aku juga tidak mau meribetkan diri dengan pernak-pernik.
Cukup bedak bayi dan lotion sudah cukup rasanya.
- 30 menit kemudian -
Jisgo issneunji
Naneun moleugeodeun
Akhir-akhir ini aku menyukai lagunya Day 6 band besutan Korea Selatan.
Walaupun aku tidak terlalu paham bahasa Korea tapi, musiknya sangat enak.
Bukan hanya musiknya saja, liriknya juga sangat menyentuh. Apalagi lagu yang
kudengarkan saat ini berjudul Hurt Road. Terjemahannya kurang lebih seperti
ini
Berapa kali dalam sehari
Akankah air mataku terbendung?
Meskipun aku mencoba menghitung
Aku tidak bisa
Karena aku selalu berusaha menahan air mata
Cocok sekali dengan kepribadianku yang suka galau ga jelas. Hehe, aku
malah curhat tentang Day 6. Sepertinya hari ini dia cukup terlambat, karena 15
menit lagi kelas akan dimulai dan dia belum menampakkan batang hidungnya.
¬Bel berbunyi¬
Sebetulnya pembelajaran hari ini sungguh membosankan, rasanya
pengen hari ini cepat berlalu saja. Karena bagaimana tidak hari ini rosternya itu
ada Kimia, Matematika, dan Fisika. Pelajaran yang sangat tidak menarik. Aku
lebih suka menulis daripada harus berkutat dengan ilmu-ilmu pasti yang
membosankan tersebut. Aku pun bingung kenapa jurusanku IPA, tapi
yasudahlah dijalani saja toh beberapa bulan lagi aku disini.
‘’Selamat Pagi semua’’ sapa bu Intan yang sedari tadi sudah masuk.
‘’ Selamat Pagi, bu!!’’
‘’Baiklah semua masih ingatkan apa yang akan kita lakukan hari ini?’’
deg..
‘’Iya kita ulangan. Baiklah semua simpan buku dan hpnya didalam tas yah.
JANGAN ADA YANG MENYONTEK’’ kalimat itu seperti tembakan peluru
seketika melesat. Bagaimana tidak aku belum belajar. Tanpa persiapan sama
sekali bagaimana bisa kujawab soal nantinya. Ahk, toh aku tinggal ngerangkain
kata-kata indah di lembar jawabanku. Kalaupun tidak mungkin aku akan
menggambar saja.
Selama ujian berlangsung aku pasrah bagai kambing siap sembelih.
Berharap tiba-tiba gempa dan kami langsung dibubarkan. Agar aku bisa keluar
dari ruangan yang panas ini. Tapi, itu hanya khyalan.
‘’10 menit lagi, lembar jawabannya jangan ada yang kosong’’tembakan kedua
dari bu Intan.
Bagaimana ini? Setitik pun aku belum memulainya. Mimpi apa aku yah
semalam? Sepertinya mimpi kambing disembelih.
‘’Nih, cepat catat awas ketahuan’’ seseorang melempar kertas yang sudah
digulung, sepertinya malaikat sedang bekerja yah. Tanpa membabu aku
langsung menarik lembar jawaban entah siapa yang punya pun aku tidak tau.
‘’Saat air direaksikan dengan cairan…..’’gumam ku saat menyalin semua
jawaban yang sebetulnya ku pun tak ngerti apa artinya dari kalimat-kalimat itu.
Bagaikan rentetan huruf-huruf Mandarin yang tak kumengerti sama sekali.
‘’Ok, selesai. Kertas ini, makasih banyak yah eh?’’ lega rasanya ternyata masih
sempat.
Kejut bukan main ternayata orang ngasih aku kertas jawaban itu adalah dia si
cowok tampan.
‘’Sama-sama. Jeffi’’ ucapnya tanpa basa-basi. Mimpi apa aku semalam ya
Tuhan.
Deg..deg..deg..deg..
Kau tau rasanya jatuh di atas awan? Sama aku juga tidak tau tapi ini rasanya
seperti jatuh di atas tumpukan yang lembut.
Di taman belakang rumah dia menyatakan perasaannya, tidak basa-basi dia
mengutarakan kata-kata sederhana yang tulus dari hatinya. Aku bisa
merasakannya dari tatapan tulus mata sayunya itu. Seperti berasa mimpi
memang tapi aku tak peduli. Kuterima perasaannya dan sekarang kami sah
berpacaran
Banyak kisah yang kami lalui selama masa pacaran ini. Kami sering
belajar sama, dia membimbingku dalam mata pelajaran yang sulit. Jeffi orang
yang romantis menurutku karna dia sering membelai rambutku, menatapku
dengan tulus dan memberiku coklat jika aku sedang tidak mood. Saat kami
berdua, berasa dunia adalah milik kami. Kedengarannya terlalu lebay, tapi aku
jujur aku sangat menyukainya. Mungkin karena ini kisah pertama ku ya.
Sebelumnya aku belum pernah pacaran, bahkan tidak kepikiran sama sekali
untuk berpacaran di masa SMA ini. Tapi, ga ada salahnya memulai kan?
Bahkan, belum genap setahun semuanya berubah. Semua itu berubah
saat kami lulus SMA. Jeffi memutuskan hubungan kami dengan alasan ingin
melanjutkan pendidikannya ke Yogyakarta, sementara aku tetap di Bandung
dengan status pengangguran. Aku ingin memfokuskan diriku jadi penulis.
Sejujurnya, aku sangat kecewa dengan keputusannya. Aku sangat
mencintainya, tapi apa boleh buat hubungan tidak bisa dilanjutkan lagi saat
hanya ada satu hati saja yang bersedia. Akhirnya kami putus dan menjalani
kehidupan masing-masing.
¬ 3 bulan kemudian¬
Dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, akhirnya aku belajar banyak,
kufokuskan diriku untuk menulis novel. Dengan tekad yang kuat kukirim novelku
ini kebeberapa majalah.Novel pertamaku berisikan kisah percintaanku dengan
Jeffi dan akhirnya waktu perilisannya tiba. Berkat novel tersebut aku diundang
oleh pihak Universitas Negeri Yogyakarta sebagai pembicara dalam seminar
kepenulisan. Seketika otakku berputar mengingat sesuatu.
‘’Bukankah Universitas Negeri Yogyakarta tempat Jeffi kuliah?’’tanyaku dalam
hati. Karena sempat sebelum kami putus dia mengatakan hal tersebut bahwa
kampus impiannya adalah Universitas Negeri Yogyakarta.
Aku berasa seperti ada peluang emas untuk bertemu dengannya. Segera
kubereskan barang-barang yang kuperlukan untuk keberangkatanku ini.
Sesampainya di Universitas Negeri Yogyakarta aku langsung menuju
tempat seminar yang telah dikatakan pihak universitas. Pada saat seminar
banyak mahasiswa yang tertarik dengan pembicaraanku dan memintaku
menandatangani novelku. Ternyata pegal juga lama-lama menandatangani
novel ini, tapi aku senang karena ini adalah karyaku.
‘’Hai, Ana’’sapa seseorang sembari menyodorkan novelku untuk
ditandatangani.
Deg...
‘’Ana?’’setauku yang memanggilku Ana hanyalah dia, Jeffi
‘’Ha, Jefii!!!’’kejut bukan main ternyata benar dia Jeffi. Tanpa pikir panjang
kupeluk dia sekedar melepaskan rindu ini.
Hi, Ana
Apa kabar? Saat membaca surat ini adalah hari bahagiamu. Mungkin saat
kau membaca surat ini aku sudah tidak di dunia ini lagi.Tapi, aku akan
melihatmu dari atas,Ana. Karna ini adalah hari pernikahanmu.
Sebelumnya aku ucapkan selamat untuk pernikahanmu ya Ana. Aku
berharap kau bahagia bersama dia pria yang akan jadi pendamping
hidupmu.
Ana, maaf selama ini aku buat kau kecewa dengan sikapku yang kejam ini.
Ana, di surat ini aku akan jujur. Aku menderita penyakit jantung dan
dokter memvonis hidupku tinggal beberapa bulan lagi. Saat itu aku sangat
sedih, bagaimana mungkin aku harus meninggalkan kalian orang-orang
yang aku sayangi. Jadi aku mencari cara bagaimana aku permisi darimu
tapi tidak membuatmu sedih. Lebih baik kau harus marah daripada sedih
karna kepergianku.
Kita dapat saling mencintai, tapi kita tak ditakdirkan untuk saling memiliki.
Tuhan punya cara tersendiri memberikan kebahagiaan untukmu. Tuhan
menginginkanku sebagai malaikatmu di surga ini. Jangan sedih karna aku
telah pergi, bahagialah dengan dia yang telah sah memilikimu.
Aku disini menantimu.
Rinduku, ANA
Tak henti-hentinya air mataku menetes saat membaca surat dari Jeffi. Mengapa
dia tak mengatakan yang sejujurnya. Sehingga aku bisa selalu berada
disampingnya. Tapi, aku tau dia melakukannya demi kebaikanku. Aku tak bisa
berkata apa lagi, ini adalah hari pernikahanku. Aku harus mengingat pesan
Jeffi. Aku akan bahagia, Jef. Namamu akan jadi coretan sejarah dalam hidupku.
Aku senang kita pernah bersama, Jef. Bahagialah disana yah. Aku akan
mendoakanmu dari sini.
Salam rinduku, JEFFI NATHANAEL