Anda di halaman 1dari 8

MENEGUK SENJA DIKALA MATAHARI TERBIT

¬Melihatmu dalam Diam¬


Bilakah dia tahu
Apa yang telah terjadi
Semenjak hari itu

Hati ini miliknya

Mungkinkah dia jatuh hati


Seperti apa yang kurasa
Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang kudamba

Bilakah dia mengerti


Apa yang telah terjadi
Hasratku tak tertahan
'Tuk dapatkan dirinya

Mungkinkah dia jatuh hati

Seperti apa yang kurasa


Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang kudamba
� Kahitna - Andai Dia Tahu

Matahari pagi ini tampil dengan bangganya dari balik jendelaku. Awan
pun tak mau kalah, mereka seakan berkejar-kejaran mengelilingi langit luas.
Sepertinya mereka seperasaan denganku. Sebenarnya beberapa hari ini aku
bahagia sekali, bagaimana tidak? Lelaki tampan itu membuatku ingin terus
menatapnya. Menatapnya ? Iya, orang sastra bilang ‘’mencintai dalam diam
pada pandangan pertama’’ itu yang kualami saat ini. Perawakannya yang
tampan itu yang membuat langsung jatuh hati, alis tebal, bibir yang tipis dan
tidak lupa senyumannya,ahhh. Dia pindahan dari Jakarta, beberapa hari ini
sudah beraktivitas di SMAku. Semulanya sekolah adalah tempat yang
membosankan kini menjadi menyenangkan karena ada dia.

‘’ Vana!!! Bangun!!! Ini udah jam berapa ? kau gak sekolah?’’ teriakan ibuku
menyadarkanku dari lamunan tentang dia.
‘’Alamak, iya bu!!! Vana udah bangun bentar lagi selesai ini.’’
Sebenarnya daritadi aku sudah bangun tapi lamunan ini terlalu sayang untuk
ditinggalkan rasanya. Kutarik handuk lari langsung gegas ke kamar mandi.
Segera bergegas untuk berangkat ke sekolah. Lagian, tak sabar juga aku ingin
melihatnnya. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyelesaikan segalanya di
pagi hari karena aku juga tidak mau meribetkan diri dengan pernak-pernik.
Cukup bedak bayi dan lotion sudah cukup rasanya.

- 30 menit kemudian -

‘’Pamit yah, bu’’


‘’Iya, bagus kau belajar di sekolah ingat!’’
‘’ Iya, bu guru!’’ kusalim ibu hendak berangkat ke sekolah.
Jarak rumahku dengan sekolah tidak terlalu jauh, masih bisa ditempuh dengan
berjalan kaki kadang aku juga naik angkot, kalau lagi malas hehehehe.
Sebenarnya ibu menyarankan untuk memakai sepeda tapi, rasanya aku terlalu
malas untuk mengayuhnya. Lebih baik berjalan kaki.

Sesampainya, aku belum melihat dia dikelas, mungkin masih sarapan


kali yah. Mengsusir kebosanan ini kubuka hp dan headset, kudengar musik.
Aku suka saat mendengarkan musik mellow, seakan memberi ketenangan
pada jiwa ini.

Halue myeoch beonssig


Nunmul-i chaoleulkka
Seeobolyeogo haedo
Nan moshae sasil-eun

Hangsang chamgo issneun geolaseo

Yojeum nan eottae


Nega bwass-eul ttae
Gwaenchanh-a boineunji gung-geumhae
Yojeum naega eotteon pyojeong-eul

Jisgo issneunji
Naneun moleugeodeun
Akhir-akhir ini aku menyukai lagunya Day 6 band besutan Korea Selatan.
Walaupun aku tidak terlalu paham bahasa Korea tapi, musiknya sangat enak.
Bukan hanya musiknya saja, liriknya juga sangat menyentuh. Apalagi lagu yang
kudengarkan saat ini berjudul Hurt Road. Terjemahannya kurang lebih seperti
ini
Berapa kali dalam sehari
Akankah air mataku terbendung?
Meskipun aku mencoba menghitung
Aku tidak bisa
Karena aku selalu berusaha menahan air mata

Bagaimana keadaanku akhir-akhir ini?


Ketika kamu melihatku
Aku ingin tahu apakah aku terlihat baik-baik saja
Aku tidak tahu ekspresi seperti apa yang ku lakukan hari ini.

Cocok sekali dengan kepribadianku yang suka galau ga jelas. Hehe, aku
malah curhat tentang Day 6. Sepertinya hari ini dia cukup terlambat, karena 15
menit lagi kelas akan dimulai dan dia belum menampakkan batang hidungnya.

¬10 menit kemudian¬

‘’Yes, dia datang’’gumam ku saat melihat dia memasuki kelas dengan


pembawaannya yang tenang dan tentunya wajah tampan itu. Tentunya sebagai
perempuan yang masih mengutamakan harga diri, aku pura-pura kalem di
depannya. Padahal rasanya perutku seperti diserbu beribu kupu-kupu. Lebay

¬Bel berbunyi¬
Sebetulnya pembelajaran hari ini sungguh membosankan, rasanya
pengen hari ini cepat berlalu saja. Karena bagaimana tidak hari ini rosternya itu
ada Kimia, Matematika, dan Fisika. Pelajaran yang sangat tidak menarik. Aku
lebih suka menulis daripada harus berkutat dengan ilmu-ilmu pasti yang
membosankan tersebut. Aku pun bingung kenapa jurusanku IPA, tapi
yasudahlah dijalani saja toh beberapa bulan lagi aku disini.

‘’Selamat Pagi semua’’ sapa bu Intan yang sedari tadi sudah masuk.
‘’ Selamat Pagi, bu!!’’
‘’Baiklah semua masih ingatkan apa yang akan kita lakukan hari ini?’’
deg..
‘’Iya kita ulangan. Baiklah semua simpan buku dan hpnya didalam tas yah.
JANGAN ADA YANG MENYONTEK’’ kalimat itu seperti tembakan peluru
seketika melesat. Bagaimana tidak aku belum belajar. Tanpa persiapan sama
sekali bagaimana bisa kujawab soal nantinya. Ahk, toh aku tinggal ngerangkain
kata-kata indah di lembar jawabanku. Kalaupun tidak mungkin aku akan
menggambar saja.
Selama ujian berlangsung aku pasrah bagai kambing siap sembelih.
Berharap tiba-tiba gempa dan kami langsung dibubarkan. Agar aku bisa keluar
dari ruangan yang panas ini. Tapi, itu hanya khyalan.
‘’10 menit lagi, lembar jawabannya jangan ada yang kosong’’tembakan kedua
dari bu Intan.

Bagaimana ini? Setitik pun aku belum memulainya. Mimpi apa aku yah
semalam? Sepertinya mimpi kambing disembelih.
‘’Nih, cepat catat awas ketahuan’’ seseorang melempar kertas yang sudah
digulung, sepertinya malaikat sedang bekerja yah. Tanpa membabu aku
langsung menarik lembar jawaban entah siapa yang punya pun aku tidak tau.
‘’Saat air direaksikan dengan cairan…..’’gumam ku saat menyalin semua
jawaban yang sebetulnya ku pun tak ngerti apa artinya dari kalimat-kalimat itu.
Bagaikan rentetan huruf-huruf Mandarin yang tak kumengerti sama sekali.

‘’Ok, selesai. Kertas ini, makasih banyak yah eh?’’ lega rasanya ternyata masih
sempat.
Kejut bukan main ternayata orang ngasih aku kertas jawaban itu adalah dia si
cowok tampan.
‘’Sama-sama. Jeffi’’ ucapnya tanpa basa-basi. Mimpi apa aku semalam ya
Tuhan.

Sepulang sekolah itu dia menghampiri mejaku dan tanpa basa-basi


mengajakku untuk belajar bersama. Bukannya menjawab aku malah bingung
harus ngapain. Kusadarkan kembali diriku untuk meresponnya.
‘’Kamu seriusan ?’’tanyaku untuk meyakinkan dirinya
‘’Kamu mau atau tidak?’’
‘’eh, iya mau’’

‘’Ok, bagus mari kita mulai. Kita belajarnya disini saja’’


Kuiyakan permintaan tersebut, kami belajar bersama. Sejujurnya aku masih
heran dan bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Tuhan terlalu baik padaku
hari ini. Sepertinya khayalanku berujung doa-doa yang akan dikabulkan oleh
Tuhan.

¬Mari Mengukir Kisah¬


Beberapa minggu kami jalani bersama, rasa cinta itu timbul. Bukan
hanya sekedar mengagumi namum juga rasa ingin memiliki. Namun, keraguan
mulai timbul karena aku takut apakah hanya pihakku saja yang merasakan
hubungan ini lebih dari teman? Bagaimana dengan dia? Kubuang jauh-jauh
pemikiran itu karena bagaimanapun bersama dengannya beberapa minggu ini
sudah sangat menyenangkan. Aku bahkan tak berani meminta lebih.
Sepulang sekolah di hari Jumat, dia mengajakku untuk jalan-jalan sore
di belakang taman sekolah. Lagian, kebetulan nanti aku tidak memiliki kerjaan
ku iyakan permintaannya. Sesampainya di taman, ternyata dia sudah
menunggu dari tadi. Saat ingin duduk tiba-tiba..
"Van, mungkin ini terlalu cepat atau gimana, aku juga bingung. Cuman aku ga
bisa bohongi perasaanku. Aku bahkan ga pintar buat nyusun kata romantis.
Cuman satu yang perlu kau tau aku sangat menyukaimu. Aku juga berharap
rasa sukaku menjadi cinta yang tulus. Aku hanya ingin menyampaikan
perasaan yang kupendam. Jika kau tak menyukainya, apa ga akan memaksa
Van."

Deg..deg..deg..deg..
Kau tau rasanya jatuh di atas awan? Sama aku juga tidak tau tapi ini rasanya
seperti jatuh di atas tumpukan yang lembut.
Di taman belakang rumah dia menyatakan perasaannya, tidak basa-basi dia
mengutarakan kata-kata sederhana yang tulus dari hatinya. Aku bisa
merasakannya dari tatapan tulus mata sayunya itu. Seperti berasa mimpi
memang tapi aku tak peduli. Kuterima perasaannya dan sekarang kami sah
berpacaran

Banyak kisah yang kami lalui selama masa pacaran ini. Kami sering
belajar sama, dia membimbingku dalam mata pelajaran yang sulit. Jeffi orang
yang romantis menurutku karna dia sering membelai rambutku, menatapku
dengan tulus dan memberiku coklat jika aku sedang tidak mood. Saat kami
berdua, berasa dunia adalah milik kami. Kedengarannya terlalu lebay, tapi aku
jujur aku sangat menyukainya. Mungkin karena ini kisah pertama ku ya.
Sebelumnya aku belum pernah pacaran, bahkan tidak kepikiran sama sekali
untuk berpacaran di masa SMA ini. Tapi, ga ada salahnya memulai kan?
Bahkan, belum genap setahun semuanya berubah. Semua itu berubah
saat kami lulus SMA. Jeffi memutuskan hubungan kami dengan alasan ingin
melanjutkan pendidikannya ke Yogyakarta, sementara aku tetap di Bandung
dengan status pengangguran. Aku ingin memfokuskan diriku jadi penulis.
Sejujurnya, aku sangat kecewa dengan keputusannya. Aku sangat
mencintainya, tapi apa boleh buat hubungan tidak bisa dilanjutkan lagi saat
hanya ada satu hati saja yang bersedia. Akhirnya kami putus dan menjalani
kehidupan masing-masing.

¬ 3 bulan kemudian¬
Dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, akhirnya aku belajar banyak,
kufokuskan diriku untuk menulis novel. Dengan tekad yang kuat kukirim novelku
ini kebeberapa majalah.Novel pertamaku berisikan kisah percintaanku dengan
Jeffi dan akhirnya waktu perilisannya tiba. Berkat novel tersebut aku diundang
oleh pihak Universitas Negeri Yogyakarta sebagai pembicara dalam seminar
kepenulisan. Seketika otakku berputar mengingat sesuatu.
‘’Bukankah Universitas Negeri Yogyakarta tempat Jeffi kuliah?’’tanyaku dalam
hati. Karena sempat sebelum kami putus dia mengatakan hal tersebut bahwa
kampus impiannya adalah Universitas Negeri Yogyakarta.
Aku berasa seperti ada peluang emas untuk bertemu dengannya. Segera
kubereskan barang-barang yang kuperlukan untuk keberangkatanku ini.
Sesampainya di Universitas Negeri Yogyakarta aku langsung menuju
tempat seminar yang telah dikatakan pihak universitas. Pada saat seminar
banyak mahasiswa yang tertarik dengan pembicaraanku dan memintaku
menandatangani novelku. Ternyata pegal juga lama-lama menandatangani
novel ini, tapi aku senang karena ini adalah karyaku.
‘’Hai, Ana’’sapa seseorang sembari menyodorkan novelku untuk
ditandatangani.

Deg...
‘’Ana?’’setauku yang memanggilku Ana hanyalah dia, Jeffi
‘’Ha, Jefii!!!’’kejut bukan main ternyata benar dia Jeffi. Tanpa pikir panjang
kupeluk dia sekedar melepaskan rindu ini.

‘’Ana, jangan disini banyak orang’’katanya memperingatiku. Oh iya aku masih di


Aula. Segera kulepas pelukanku. Tanpa menunggu aba-aba dia menarikku
keluar dari ruangan itu.
‘’Apa kabarmu, Ana?’’ tanyanya sembari memelukku. Tak berubah pelukannya
sangat hangat. Kueratkan pelukanku berharap ia tak pergi lagi.
‘’Aku sangat merindukanmu, Jef’’
‘’Iya aku juga’’

Disitu kami saling melepaskan rindu masing-masing yang terhalang oleh


jarak dan waktu. Sayang aku tak lama di Yogyakarta, besok aku harus kembali
ke Bandung. Saat hendak mengantarkanku ke bandara, aku sempat meminta
penjelasan darinya tentang hubungan kami ini. Saat itu juga aku sangat kecewa
ternyata dia tak menganggap istimewa hubungan ini. Kembali aku
dikecewakannya. Saat sampai di Bandung pun dia tak pernah menghubungiku
lagi.Untuk kedua kalinya aku berusaha bangkit lagi. Jovanna yang selalu ada
untuk membantuku menghapus kenangan-kenangan tentang dia.
Waktu terus berlalu, banyak kegiatan yang kulakukan. Hingga suatu saat
aku bertemu dengan pria bernama Jonathan Alex. Aku mengenalnya saat aku
tengah mempersiapkan novel keduaku. Kami masih beberapa minggu bekerja
sama di bidang penulisan dia sudah menyatakan perasaannya. Sekedar ingin
menghapus kenangan tentang Jeffi dalam hidupku aku menerima Jonathan.
Ternyata Jonathan serius dalam menjalani hubungan ini. Dia ingin nantinya
melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tentu aku belum menerimanya karna ini
waktu yang terlalu cepat rasaku.
Namun, suatu hari Jeffi mengirimiku pesan yang berisikan ia akan
menikah dengan beberapa hari lagi dengan wanita lain. Seketika hatiku serasa
ditusuk besi panas. Sakit, sangat sakit. Karna kecewa dengan hal tersebut, aku
segera meminta Jonathan untuk menikahiku sesegera mungkin. Jonathan pun
menyetujui hal tersebut. Tak peduli dengan Jeffi yang akan menikah, aku lebih
memfokuskan diriku dengan pernikahan yang akan kami langsungkan.
Sebetulnya aku juga mencintai Jonathan walaupun tak sedalam dengan Jeffi.
Tiba hari H, kami melangsungkan janji suci di luar ruangan, tepatnya di
taman bunga yang cukup luas. Saat kami saling mengucapkan janji suci dan
bertukar cincin aku sangat terharu saat melihat Jonathan mengucapkan janji
sucinya. Setelah acara berlangsung, aku menemukan surat tertera namaku di
pohon tempat aku dan Jeffi selalu berteduh. Antah siapa yang menaruhnya aku
pun tak tau. Kucoba membuka suratnya, seketika mataku melotot saat nama
yang tertera di surat itu

Untuk Ana Wanita yang selalu kujaga dihatiku


Dari Jeffi Lelaki yang selalu membuatmu kecewa

Hi, Ana
Apa kabar? Saat membaca surat ini adalah hari bahagiamu. Mungkin saat
kau membaca surat ini aku sudah tidak di dunia ini lagi.Tapi, aku akan
melihatmu dari atas,Ana. Karna ini adalah hari pernikahanmu.
Sebelumnya aku ucapkan selamat untuk pernikahanmu ya Ana. Aku
berharap kau bahagia bersama dia pria yang akan jadi pendamping
hidupmu.
Ana, maaf selama ini aku buat kau kecewa dengan sikapku yang kejam ini.
Ana, di surat ini aku akan jujur. Aku menderita penyakit jantung dan
dokter memvonis hidupku tinggal beberapa bulan lagi. Saat itu aku sangat
sedih, bagaimana mungkin aku harus meninggalkan kalian orang-orang
yang aku sayangi. Jadi aku mencari cara bagaimana aku permisi darimu
tapi tidak membuatmu sedih. Lebih baik kau harus marah daripada sedih
karna kepergianku.
Kita dapat saling mencintai, tapi kita tak ditakdirkan untuk saling memiliki.
Tuhan punya cara tersendiri memberikan kebahagiaan untukmu. Tuhan
menginginkanku sebagai malaikatmu di surga ini. Jangan sedih karna aku
telah pergi, bahagialah dengan dia yang telah sah memilikimu.
Aku disini menantimu.
Rinduku, ANA

Tak henti-hentinya air mataku menetes saat membaca surat dari Jeffi. Mengapa
dia tak mengatakan yang sejujurnya. Sehingga aku bisa selalu berada
disampingnya. Tapi, aku tau dia melakukannya demi kebaikanku. Aku tak bisa
berkata apa lagi, ini adalah hari pernikahanku. Aku harus mengingat pesan
Jeffi. Aku akan bahagia, Jef. Namamu akan jadi coretan sejarah dalam hidupku.
Aku senang kita pernah bersama, Jef. Bahagialah disana yah. Aku akan
mendoakanmu dari sini.
Salam rinduku, JEFFI NATHANAEL

Terinspirasi : Film MILLI DAN NATHAN

Anda mungkin juga menyukai