Aku Joko, Subekti Joko nama panjangku. Setiap hari aku selalu berangkat pagi –
pagi sekali. Maklumlah anak OSIS harus menyiapkan upacara dihari senin. Pada saat aku
kelas X, OSIS sangatlah dikagumi disekolah. Itulah kenapa aku berusaha menjadi OSIS dan
untuk pertama kalinya aku menjadi OSIS. OSIS pada masa junior sangat indah, mulai dari
menemukan teman baru, bekerja sama dalam menjalankan acara, menyelesaikan
masalah, hingga menemukan cinta.
Pernah dulu saat salah satu masalah sulit untuk diselesaikan dan para seniorku
marah-marah gak jelas, mood teman-temanku juga sangat rendah dan orang yg
dipermasalahkan jarang banget datang keacara kumpul-kumpul OSIS setiap pulang
sekolah.
Waktu terus berlalu hingga muncul benih cinta diantara pengurus OSIS, meskipun
hanya sedikit yang tahu kalau mereka saling mencintai. Mereka tidak berani menunjukkan
rasa cintanya karena ada peraturan tidak tertulis yaitu ‘Tidak boleh berpacaran didalam
organisasi’. Berberapa hari setelah serah-terima-jabatan selesai, merekapun mulai
menunjukannya.
Aku sebagai seseorang yang terlalu santuy dalam mencari pasanganpun mulai
resah karena aku masih sendiri dan teman-temanku banyak yg berpasangan. Alasan
mengapa aku tidak memikirkan tentang pasangan yaitu aku sudah pernah tertolak
mentah-mentah dengan seseorang. Dan akupun membuat perjanjian pada diriku sendiri
‘Aku, Subekti Joko. Tidak akan dekat sama cewe lagi, tidak akan tertarik pada cewe lagi,
kecuali cewe itulah yang suka dulu !!! ‘.
Hingga saat aku menjadi senior ada seseorang yang sejak kelas X sudah dekat
denganku tetapi hanya kujadikan dia sebagai temanku mulai suka padaku. Siapa sangka
dengan merubah sedikit gaya rambut dan penampilan bisa membuat seseorang tertarik
padaku.
Awal mula cerita percintaanku dimulai saat aku berada dikelas X. Seperti biasa aku
selalu berangkat pagi untuk mengibarkan bendera bersama temanku. Aku selalu menyapa
teman-temanku dengan sapaan lembut tak terkecuali orang yang tak kukenal. Siapapun
itu tetap kusapa meskipun hanya dengan senyuman. Setiap hari dipagi hari aku selalu
melakukan itu dan ada seseorang yang sepertinya malu untuk melihatku.
Aku jalan agak cepat hingga tembok pembatas kelas, diapun keluar dan DUARR!!
Aku mengejutkannya. Aku mencoba untuk meminta maaf padanya tetapi dia malah kabur
kedalam kelas.
‘Faakk, malah dianya ketakutan. Dahlah balik kekelas aja, toh ada tugas yang
belum selesai’ gumamku.
Pada istirahat pertama aku pergi kekantin. Tak sengaja aku menyenggol cewe
‘Woeyy… tunggu… ada yang ketinggalan nih… ‘. Tetapi dia tak menghiraukan-ku.
’Aldo.... nitip barang nih punyanya temenmu yang cewe. Nanti kamu umumin ini
barang punya siapa, ya ?. kalau ada yang nanyak siapa yang ngasih, bilang aja dari HAMBA
ALLAH ’ kutepuk bahunya dan kuucapkan makasih lalu aku pergi kekelas untuk makan
bekalku.
Saat malam hari selesai sholat isya’, aku memainkan ponselku dan tiba tiba ada
seseorang mengirim pesan singkat kepadaku
‘Hai’ ucapnya.
Tidak menunggu lama, diapun membalasku ‘ini aku yang tadi kamu senggol terus
kabur’.
’ Ooohh… jadi kamu ya hahaha. Maaf ya sudah membuat kamu erkejut tadi pagi
dan nyenggol kamu’.
‘Siapa ?’.
Setiap hari aku selalu merasa ada yang perhatian tanpa ada unsur paksaan
sedikitpun. Aku yang notabennya laki-laki, bingung.
‘napa ada cewe yang mau sama aku ?. aku kan item, dekil, muka minyakan mulu.
Hadehh alhamdulilah’ dalam hatiku.
Hampir tiap hari dia nge-chat aku dan kurespon sebisanya doang. Biasalah anak
OSIS, sibuk mulu kerjaannya. Apa aja dibahas. Entah itu ada yang kena musibah,
ngeghibah orang, sampe mimpi semalem.
Sikapnya agak aneh sih, tapi aku suka. Pernah suatu ketika dia cerita kepadaku dia
bermimpi jalan-jalan dengan seseorang, entah itu siapa. Dia ingat cirri-cirinya, dia jalan
dengan orang yang tinggi, berkaca mata, selalu membawa tas kemanapun dia pergi, dan
memakai motor lawas.
Akupun bertanya padanya, ‘ itu berberapa ciri-cirinya sama kek aku loh… apakah
itu aku ?’.
Chat demi chat kubalas hingga tak terasa sudah tengah malam.
‘ngantuk sih tapi kan masih chatan sama orang yang kusuka’ jawabnya padaku.
‘Kamulah. Siapa lagi orang yang kusayang hehe. Woeyy kamu dah tidur ?.
Heyyyyy. Jo ?. Aku butuh kamu’.
Dan yang lebih mengejutkannya lagi dia bilang ‘Yaudah kalau udah tidur. Selamat
malam pangeranku. Selamat mimpi indah. Mimpiin aku ya jo. Aku sayang kamu’.
Cowo mana yang gak gemeteran liat isi chatnya tiba-tiba berisi seperti itu ?. Ini
seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Dan tepat sekali mimpiku dengan permintaannya.
Aku bersama dia jalan-jalan entah kemana. Dan aku hanya mengirimkan chat yang
isinya ‘Aku juga sayang sama kamu kok ning (emotikon peluk)’. Seharian full aku mikirin
dia dikelas. Dunia serasa hilang tanpa halangan yang menggangguku untuk
membayangkan dia. Guru ? lewat wae lah hahaha. Namanya orang jatuh cinta ya gak
bakal mikirin yang lain selain orang yang disayangnya.
Tidak terasa sudah bel pulang dan akupun bergegas kedepan kelasnya untuk
mengajaknya pulang bareng. Sesampainya disana, Ningrum-pun sudah menungguku
didepan kelasnya.
‘Ning, aku ada dua opsi nih. Mau langsung pulang atau masih mau jalan-jalan
sama aku ?’.
’Mantap lurrr bias PDKT-in anak orang secara langsung wkwkwk’ pikirku.
Dijalan, apa aja dibahas. Mulai dari temen, saudara, hingga masalah keluarga. Aku-
pun sedikit bergombal manja dengannya, orang pdkt kalo gak ngegombal pasangannya
gak sah rasanya wkwkwk.
‘Kamu tau gak perbedaan telat bangun sama kamu ?’aku mencoba ngegombal
kedia.
‘Gak papa kok ning, kan teman. Teman tuh harus memberi bantuan kepada
temannya jika temanya mengalami kesusahan hehehe’ jawabku.
Aku berpikir ‘iyalah temen masa mau suami ? kan baru berberapa hari kenalan.
Yaudahlah anggap sebagai temen deket ajalah biar gak kepikiran dianya’.
‘ Iyadah. Buat sekarang aku maunya temen dekeeeeeeeeeeet banget nget nget’
jawabnya.
‘Iya iya. Aku pulang dulu ya. Assalamualaikum’ ijin ku pulang.
Tak disangka dia menjawabku ‘Waalaikumsalam. Hati-hati ya beb’.
‘Wanjuuuu ini malah manggil bebeb. Seneng banget akutuh’ gumamku. Dan
akhirnya aku pulang dengan santuynya.
JANGAN REBUTAN DONG
Sekilas itu perjalanan yang mudah untuk kulalui. Sampai suatu ketika, teman dari
ningrum mulai menyukaiku. Dia adalah Dinda, Adinda Ayu nama lengkapnya. Entah apa
yang ada dipikirannya. Menginginkan seseorang yang sudah disukai oleh sahabatnya
sendiri. Menurut istilah sih ‘Menikung’.
Setelah satu bulan aku menjalani hubungan ini dengan Ningrum ada berberapa
masalah yang harus kuhadapi. Mulai dari orang tua, tugas, temen, sampai perusak
hubungan. Suatu malam, Ningrum ijin mau ngerjain tugas sama temennya dan aku
ngijinin.
Aku gak mau nyia-nyiain kesempatan ini, kuijinin dia dan aku langsung ngechat
temenku buat mabar. Biasalah ponsel baru, bias ngajak teme-temenku mabar hehehe.
‘kletuk’… ponselku ada yang ngechat. Kukira ningrum, eh malah dinda. Karena cewe, ya
langsung kubalas chatku. Toh dia cuma nanya keadaanku.
Akupun lanjut bermain dengan teman-temanku. Si dinda malah nyepam gak jelas.
Nanya ini, nanya itu. Maksudku, ngapain gitu cewe yang gak terlalu kukenal ngechat-
ngechat sesensitif itu. Aku menjawab seperlunya saja tanpa basa basi. Tapi dia malah
tambah bikin aku terasa nyaman.
Seharusnya laki- laki yang harus nyari pasangannya, eh ini malah kebalik wkwkwk.
Dan yang terjadi di hari-hari berikutnya adalah chattan sama 2 orang yang sama-sama
menyukaiku.
Aslinya aku paling ngehormati hati para wanita. Tapi karena aku ingin jadi agak
nakal, ya aku mainin aja perasaan mereka. Tapi yang kudapat adalah perpecahan antara
aku, ningrum, dan dinda.
Bangke, aku pengennya yang perhatian sama aku. Tapi mereka berdua sama-
sama perhatian. Dan aku memilih yang ukuran tubuhnya sama denganku. Dinda bertubuh
agak gemuk tapi perhatian dan juga berkulit sawo matang. Ningrum kurus gak terlalu
kurus sih, perhatian juga orangnya dan yang terpenting dia berkulit kuning cerah.
Agak sulit sih tapi aku suka yang bening-bening. Yaa aku pilih Ningrum ae lah.
Mayan euyy putih. Tapi disisi lain pertemanan mereka putus hanya gara-gara aku. Akupun
mencoba untuk memulihkan persahabatan mereka, lagipula mereka kan sekelas. Masa
iya teman sekelas musuh-musuhan. Tapi usahaku untuk mengembalikan pertemanan
mereka tidak bisa dikembalikan.
Akupun berdo’a semoga pertemanan mereka segera kembali seperti sedia kala.
Intinya kalau suka sama orang tuh liat kondisi juga. Masa iya gebetan temen mau diembat
juga. Kan itu bisa ngerusak persahabatan. Ngerakit persahabatan gak semudah ngerakit
rasa cinta. Semuanya tidak akan berarti tanpa pertemanan yang kuat.
JALAN YANG SESUNGGUHNYA
Perpisahan itu membuat hubunganku dengan Ningrum semakin erat. Kami telah
bertukar cerita dengan senang hati. Melalui chat tentunya. Hubunganku telah memasuki
bulan ke-3. Dia pun mulai sedikit berani kepadaku. Yang biasanya hanya menatap mukaku
langsung tersipu malu melihat senyumanku, sekarang telah meningkat menjadi lebih
arogan.
Dari yang kalau ketemuan dia diem, sekarang menjadi dia yang lebih aktif. Dan
keberaniannya pun memuncak pada saat dia mengajakku kerumahnya.
‘Yakin atuh jo. Kan kita udah jadi teman dekaaat banget hehehe’.
‘Aku bawa temen ya ning ? soalnya aku takut sama papa mamamu’. Jawabku
dengan rasa takut.
‘Emang kamu punya temen gitu ? keknya enggak deh wkwkwk. Dan juga, masa
kamu takut papa mamaku ? emang mereka gigit gitu ?’guyonnya dia padaku.
‘Ya gak gitu juga ning. Tapi kan aku takut kalau mereka berkata yang tidak-tidak
padaku nanti’.
‘Udah santai aja jo. Toh dirumahku hanya ada mamaku, dan papaku sedang
bertugas diluar kota. Jadi kita bisa sepuasnya dirumahku nanti’.
‘ Okedah kalau begitu. Toh nanti kan dipulangkan lebih awal karena akan
diadakan ujian untuk kelas XII’.
Belpun berbunyi, tanda untuk kelas X dan XI pulang awal. Mampirlah aku
kerumahnya untuk mengerjakan tugas sembari bermain. Sesampainya disana, langsung
ku keluarkan bukuku dan mengerjakan tugasku.
Diapun melakukan hal yang sama denganku. Selesai mengerjakan tugas, diapun
memberiku camilan untuk menonton film bersama. Entah apa yang ada dipikiranku aku
tertidur dibahunya. Untuk pertama kalinya aku bisa merasa senyaman ini dengan
seseorang.
Setelah aku bangun, aku langsung ijin pamit untuk pulang. Dikarenakan hujan, gak
jadi pulang akhirnya. Hari semakin malam, telponku berdering menandakan orang tuaku
menghawatirkanku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk hujan-hujanan dengan
meminjam mantel hujan. Tetapi musibah mulai muncul. Mulai dari kecipratan air hujan,
mesin mati-matian, dan parahnya lagi aku tergelincir dan jatuh ditrotoar jalan. Untung
saja para warga disekitarku sigap dan langsung membantuku.
Hari ini adalah hari pertama disemester kedua. Terbesit sebuah ide untuk
mengajaknya pergi jalan-jalan, tapi untuk kali ini aku mencoba untuk mengajaknya lebih
jauh. Pada saat bel istirahat kedua, aku segera bergegas pergi kekelasnya ningrum.
Sesampainya disana, aku tak melihat keberadaan ningrum. Dia juga tidak mengabariku
pada hari itu juga karena ponselnya mati sejak tadi malam.
‘Dahlah mungkin dia sedang sakit dirumahnya’pikirku. Tepat setelah pulang
sekolah si Aldo mendatangiku.
Akupun bergegas mengambil motorku dan langsung pergi kerumah sakit untuk
menjenguk Ningrum. Tidak lupa kubelikan sesuatu untuknya dan minuman kesukaanya,
yaitu air kelapa bakar. Sesampainya dirumah sakit aku langsung pergi ke resepsionis
untuk menanyakan dimana adinda tercintaku berada.
‘Permisi mbak, untuk yang bernama Pandawasih Ningrum berada di kamar nomor
berapa ya mbak ?’ tanyaku pada resepsionis rumah sakit.
‘Maaf kalau boleh tau kamu siapanya Pandawasih ?’ cetus resepsionis kepadaku.
‘Saya belum pacaran mbak tapi masih PDKT hehe. Yaudah makasih mbak’.
‘Le, masuk sini. Ningrum udah nunggu kamu dari kemarin’ ucap papanya
kepadaku.
Aku masuk lalu memberi salam dan bersalaman dengan keluarganya Ningrum.
Ketika aku mendatangi kasur Ningrum, hampir semua keluarga Ningrum pergi keluar
kecuali mamanya Ningrum yang sedang tertidur.
Raut muka Ningrum yang semula cemberut dan terlihat lesu, menjadi sumringah
dan penuh semangat karena kehadiranku. Akupun berbincang-bincang dengannya
tentang kenapa dia sampai kecelakaan. Saking senangnya, dia sampai menghabiskan
bingkisan yang baru aku berikan.
Tidak terasa aku sudah menghabiskan 3 jam dengannya. Dan untungnya aku
masih ingat sesuatu kepadanya.
‘Ning, mas Joko mau ngajak dek Ningrum pergi nih sesudah adek sembuh. Dek
Ningrum mau ?’ tanyaku.
‘Ningrum mau kok mas jo, kemana aja malah mau hehehe’ jawabnya.
‘Agak jauh sih dari sini. Dek Ningrum mau nonton sama mas jo ?’ tanyaku lagi.
‘Kalau mau sih mau, memang mau nonton film apa ?’
‘Film horror sih. Mayan adaptasi dari game kesukaan mas jo’.
‘Okedeh dek. Mas Jo pulang dulu ya ? udah malem juga ini. Cepet sembuh dek biar
bisa maen sama mas Jo lagi’.