Pengarang:Mas Kahfi
Bagiku hari ini adalah hari yang paling membahagian. Bagaimana tidak, di
hari pertama aku masuk sekolah, aku diajak kenalan oleh seorang wanita.
Sungguh aku malu sekali.
Aku tak bisa menolaknya, karena aku adalah anak pindahan dari sekolah
sebelah. Jujur, aku tidak pernah mempunyai teman wanita semenjak SD.
Aku paksa kaki ini melangkah masuk kelas dan berusaha berbuat sebiasa
mungkin, jangan sampai kekonyolan terlihat banyak murit di kelas. Bisa-
bisa aku akan hanya menjadi bahan tertawaan.
Saat itu, bel berdering menandakan pelajaran pertama dimulai. Aku duduk
dibangku paling belakang, berharap tidak ada yang melihatku. Aku masih
belum terbiasa dengan murit-murit di sini.
Seketika itu bu guru membuka materinya dan aku pun melihat ke depan.
Tanpa ku sadari, setelah aku melirik sedikit bangku kiriku, ternyata dia
adalah wanita yang mengajakku kenalan tadi.
Aku semakin gemetaran, kenapa sih cewek ini kok bisa pas ada di bangku
paling belakang, di sampingku lagi. Kenapa dia gak duduk di depan saja,
kenapa pas ketika aku masuk di hari pertama. Gerutuku dalam hati.
Pas guru menyuruh kami untuk mencatat, aku pun merombak tas ku dan
mencari pena yang aku sudah siapkan. Aku merogok tas ku sampai
terdalam, ternyata bulpen yang telah aku siapkan dari tadi malam lupa aku
masukan tas.
Aku berusaha meminjam ke bangku depan. Ternyata dia juga gak punya.
Whatt ..?, Sebetulnya hari ini kenapa sih, kenapa coba kok pas banget.
Ketemu sama cewek la, sebelahan la, sekarang aku harus pinjam bulpen.
Karena terpaksa aku pinjam kepada cewek yang disebelahku, pun juga aku
seorang murit baru, aku tidak mau tiba-tiba dianggap murit yang jelek
karena tidak mencatat, dan yah aku bilang kepadanya,
Dia mengeluarkan wadah pensilnya dari samping, dan kulihat ada mungkin
sepuluh bulben yang berbeda warna dan jenisnya. Wih banyak banget nih
anak bulpennya, kataku dalam hati.
Seketika itu tangannya menjulur memberi bulpen yang warna pink, aku pun
langsung menangkapnya. Lalu bilang padanya,
“kok pink yang lain kan ada, itu aja tuh yang hitam”
Dia mengambilnya kembali sambil memberikan yang baru yang aku minta.
Saat itu juga tangannya menjulur dan aku hendak mengambilnya lalu
tangannya kembali sambil mendekap bulpen tersebut.
“kalo ini jangan ah, kan ini pemberian ibu ku dari Malaysa.”
“ini juga jangan ah, ini juga susah belinya gak ada di sini”
Aku pun mengambilnya dengan sedikit malas, tapi sekali lagi, dia memberi
harapan palsu. Tanganku yang sudah ingin merainya dianya dengan
sergap mendekap pulpen yang hendak iya berikan.
“aghh.. ya udah yang mana saja napa sih, ini sudah ketinggalan jauh
nulisnyaaa..”
Dia pun tertawa kecil seraya memberikan bulpen yang mana saja dan aku
sudah tak memperhatikan warna yang dia berikan. Aku pun segera menulis
ketinggalanku.
Sekilas, aku teringat kejadian itu di rumah. Di dalam kamar yang sunyi
sendiri ini, aku membanyangkan kejadian tadi pagi. Menurutku itu adalah
hal terindah sepanjang hidupku.
Haaaaaa ….???
Dia tahu nomerku dari mana, kita tak membicarakan tentang nomer tadi
pagi, aku juga ngobrolnya nggak banyak sama dia. Kenapa sih dia bikin
degdegan terus, baru saja memikirkannya kok bisa-bisanya ada SMS
langsung dari dia.
Aku pun bingung dan tak membalasnya. Tapi tak lama setelah itu, hp_ku
berdering lagi.
Baru saja kenal, kok dia sok akrab begitu, apa salahku Ya Tuhann..
Kenapa juga aku harus mempercayainya, bisa jadi itu nomer nyasar.
Kenapa juga aku harus menuruti perintahnya. Dia bukan siapa-siapaku,
mungkin teman tapi belum cukup akrab, kita juga baru kenal tadi pagi.
Tapi karena aku yang tak tega meninggalkan perempun sendiri apa lagi
malam seperti ini maka aku berangkat ke sekolahan. Kebetulan jarak
rumahku dengan sekolah tak terlalu jauh.
Aku menghampirinya.
Aku bingung mau berkata apa, aku pun menjawab dengan ala kadarnya.
Ternyata aku baru paham dia mendapatkan nomerku dari buku milikku
yang ketinggalan.
“lain kali bawa bulpen, dan jangan sampai meninggalkan buku di meja
guru. Karena kau bisa menurunkan citra baiku sebagai ketua”
Malam itu kita membicarakan banyak hal. Aku juga belajar banyak darinya,
dari apa saja yang harus aku persiapkan, aku harus membawa apa saja,
guru mana yang biasanya terlihat seram dan menjengkelkan dan lain
sebagainya.
Sejak hari itu aku dan Dewi menjadi teman akrab. Setiap hari kita saling
menghubungi lewat SMS dan kalian tau apa yang lebih membahagiakan?